Anda di halaman 1dari 21

Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 4 No.

2 2020, 135-155
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/jka

PENERAPAN PRINSIP AKUNTANSI SYARIAH PADA PRAKTIK TRANSAKSI


TRADISIONAL MAWAH DAN GALA DI KABUPATEN ACEH BESAR

Azhar Hasan1, Heru Fahlevi2*, Aliamin3


1
Prodi Magister Akuntansi, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh Indonesia
2,3
Prodi Akuntansi, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh Indonesia
hfahlevi@unsyiah.ac.id

Abstract
This study aims to analyze the obedience of traditional economic transaction practices that are still
found today namely, mawah and gala. Mawah is a tradition of business cooperation based on profit
sharing between capital owners and managers, while gala is a traditional pawning practice
commonly found in rural Acehnese communities including in Aceh Besar, Indonesia. Using a
qualitative approach, the researchers collected data from in-depth interviews and questionnaires.
Data was collected from December 2019 and March 2020. The respondents and interviewees were
people who have experiences in mawah and gala transaction as well as community leaders and
cultural figures in Aceh Besar district. The results showed that mawah and gala traditions in Aceh
Besar District follow sharia accounting practices in terms of pillars and sharia provisions with
reference to Indonesian Accounting Standard statement No. 105 and 107. However, there are still
some limitations for example, the absence of sufficient records on the transactions that can be linked
to the presence of trust and emotional connections among the people involved.

Keywords: Culture; Islamic Accounting; Gala; Mawah; Tradition

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian praktik transaksi ekonomi tradisional yang
masih dijalankan sampai sekarang yaitu, mawah dan gala. Mawah adalah tradisi kerjasama bisnis
berdasarkan pembagian keuntungan antara pemilik modal dan pengelola, sedangkan gala merupakan
praktik gadai tradisional yang lazim ditemukan di masyarakat pedesaan Aceh. Dengan menggunakan
pendekatan kualitatif, peneliti menggumpulkan data melalui wawancara mendalam dan kuesioner di
Aceh Besar yang dilakukan antara bulan Desember 2019 sampai dengan Maret 2020. Responden dan
narasumber adalah masyarakat pelaku mawah dan gala serta tokoh masyarakat dan tokoh budaya di
kabupaten Aceh Besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi mawah dan gala di Kabupaten
Aceh Besar secara umum telah sesuai dengan praktik akuntansi syariah baik dari sisi rukun dan
ketentuan syariah dengan merujuk kepada PSAK Syariah 105 dan 107. Namun para pelaku transaksi
tradisional tersebut tidak melakukan pencatatan yang lengkap dan memadai sesuai dengan standar
akuntansi syariah yang diterima umum. Hal tersebut dapat dikaitkan dengan kuatnya hubungan
emosional dan kepercayaan antara pihak yang terlibat sehingga bukti transaksi yang tercatat tidak
dirasa penting.

Kata kunci: Akuntansi Syariah; Budaya; Gala; Mawah; Tradisi

Cronicle of Article: Received (September 2020); Revised (November 2020); and Published (December 2020).
©2020 Jurnal Kajian Akuntansi Lembaga Penelitian Universitas Swadaya Gunung Jati.

Profile and corresponding author: Azhar Hasan, Heru Fahlevi, dan Aliamin are from the Accounting Study
Program, Faculty of Economics and Business, Universitas Syiah Kuala, Indonesia. Corresponding Author:
hfahlevi@unsyiah.ac.id
How to cite this article: Hasan, A, Fahlevi, H.,& Aliamin. (2020). Penerapan Prinsip Akuntansi Syariah Pada
Praktik Transaksi Tradisional Mawah Dan Gala Di Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Kajian Akuntansi. 4 (2), 135-
155.

Page 135
Azhar Hasan, Heru Fahlevi, Aliamin
Penerapan Prinsip Akuntansi Syariah Pada Praktik Transaksi Tradisional Mawah Dan Gala Di Kabupaten Aceh
Besar

PENDAHULUAN solusi alternatif dalam menyelesaikan


Indonesia sebagai sebuah negara yang persoalan-persoalan kemiskinan sehari-
kaya budaya dan bahasa memiliki hari dalam masyarakat, sehingga
sejumlah skema ekonomi yang sudah ada memerlukan pengelolaan yang baik
sejak beberapa abad yang lalu yang hingga khususnya dalam akuntansi atau
kini masih ditemukan di masyarakat. pelaporan.
Dalam penelitian ini, kegiatan bisnis Syamsuddin (2018) menyebutkan bahwa
tradisional yang diangkat adalah mawah konsep mawah dapat berperan sebagai
dan gala yang sudah berkembang lama di edukasi mekanisme permodalan bagi
wilayah Aceh dan praktiknya masih masyarakat, sebagaimana yang diterapkan
ditemukan di masa sekarang. oleh masyarakat Aceh di Denmark dan
Tradisi mawah masih populer dalam telah mengalami kemajuan. Sistem serupa
masyarakat Aceh karena telah juga ditemukan di daerah lain di
dipraktikkan sejak abad ke-16 hingga Indonesia. Misalnya maro atau jejuron di
sekarang (Abdurrahman, 2015), bahkan wilayah Jawa Barat dan Priangan, nyakap
pelaksanaan dan skemanya berbeda antara di daerah Lombok, memperduai di
daerah di wilayah Aceh. Meskipun tradisi provincsi Sumatera Barat dan separoan di
mawah telah dipraktikkan sejak dulu, Palembang (Nelly dan Rahmi, 2017).
kendala dan permasalahan masih tetap Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk
dijumpai, misalnya pemilik modal tidak menggali kedua praktek ekonomi
dapat melakukan pemantauan yang tradisional tersebut. Misalnya, model
optimal terhadap investasinya mawah (Sudiarti., Harahap. & Safarida.,
(Syamsuddin, 2018) dan tidak adanya 2017); perjanjian bagi hasil mawah lembu
dokumentasi perjanjian tertulis sehingga (Mardasari, 2108); sistem mawah dan gala
potensi sengketa menjadi tinggi (Safwan, dalam ekonomi Islam (Ibrahim, 2015);
2015). pemberdayaan masyarakat melalui tradisi
Disamping itu, tradisi ekonomi tradisional mawah (Furqan & Hidayan, 2018);
lainnya yang masih berjalan adalah gala. pengentasan kemiskinan melalui adat
Tradisi gala atau gadai tradisional adalah mawah (Nelly dan Rahmi, 2017); mawah
suatu mekanisme pinjaman dimana sebagai edukasi permodalan masyarakat
seseorang menggadaikan tanahnya dengan Aceh (Syamsuddin, 2018); gala sebagai
barang berharga lainnya seperti emas strategi pengentasan kemiskinan (Fajri, et
untuk memenuhi kebutuhan keuangan al, 2017); dan sistem mawah pada ternak
mendesak. Tradisi gala banyak dilakukan sapi (Mushawwir, 2013). Namun,
dalam bidang pertanian khususnya tanah penelitian yang menggunakan lensa
sawah (Fajri., Muksal., Gunawan, E., dan akuntansi syariah belum ditemukan.
Kesuma, 2017). Permasalahan yang terjadi Sebagai wilayah yang menerapkan syariah
adalah bahwa transaksi gala yang dijumpai Islam, pemerintah Aceh telah menerbitkan
di Aceh rata-rata ditemukan kesalahan Qanun (peraturan daerah) Aceh Nomor 11
pemahaman yang berpotensi melahirkan Tahun 2018 tentang Lembaga Keuangan
praktik ribawi (Ibrahim, 2015). Misalnya Syariah (LKS) pada 31 Desember 2018
pihak yang menerima titipan harta yang yang melarang praktik ribawi di Aceh.
digadaikan menggunakan harta tersebut Sejalan dengan peraturan tersebut,
tanpa seizin si pemilik dan tanpa penelitian ini mengevaluasi praktik
memberikan bagi hasil dari penggunaan akuntansi syariah dalam tradisi mawah dan
harta gadai tersebut (Ibrahim, 2015). gala yang berbasis kearifan lokal di
Mawah dan gala, keduanya merupakan Kabupaten Aceh Besar. Pertanyaan
kegiatan ekonomi yang berbasis kearifan penelitian yang akan dijawab adalah yaitu:
lokal atau tradisi yang telah lama menjadi bagaimana kesesuaian tradisi mawah dan

Page 136
Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 4 No. 2 2020, 135-155
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/jka

tradisi gala dengan praktik akuntansi tetapi mengalami kekurangan dana


syariah di Kabupaten Aceh Besar yang pengembangan dan di sisi lain ada
ditinjau berdasarkan PSAK Syariah yaitu pemodal yang ingin berinvestasi sehingga
105 dan 107 terkait pengakuan dan keduanya saling bersinergi untuk
pengukuran, penyajian dan pengungkapan melakukan kerjasama dengan ketentuan
serta prinsip transaksi syariah yaitu bagi hasil, dimana dalam sistem ekonomi
persaudaraan, kemaslahatan, keadilan, Islam dikenal dengan mudharabah atau
keseimbangan dan universalisme. bagi hasil. Hal senada juga disebutkan oleh
Penelitian ini menambah khasanah kajian (Ibrahim, 2015) bahwa tradisi mawah
praktik dan konsep akuntansi yang identik dengan bentuk kerjasama
dikaitkan budaya dan konteks lokal yang mudharabah dimana sistem ini banyak
kini mulai berkembang di Indonesia dipraktikkan di provinsi lain dengan istilah
(misalnya Baihaki & Malia, 2018; Answar, yang sama sekali berbeda.
Amaliah, & Naholo, 2015; Prasetyo, 2015; Tradisi mawah di Aceh banyak
Prasetyo, 2015; Manan, 2014; Hanif, dipraktikkan dalam sektor pertanian
2017; Kusdewanti, Setiawan, Kamayanti, seperti sawah, kebun dan lainnya; dan
& Mulawarman, 2014). dalam bidang peternakan seperti lembu,
Pada bagian selanjutnya dibahas konsep kambing, unggas, dan lainnya; serta dalam
mawah dan gala serta konsep akuntansi bidang perikanan. Adapun skema
syariah ditinjau dari PSAK 105 dan 107. pembagian hasil tergantung dari
Bagian ketiga menjelaskan desain kesepakatan antara pihak yang terlibat
penelitian yang terdiri dari metode, data dengan mempertimbangkan biaya
dan metode yang digunakan untuk pengelolaan langsung dan tidak langsung.
menganalisis data penelitian. Pada bagian Dalam bidang pertanian biasanya bagi
keempat, temuan penelitian disajikan dan hasil mawah dilakukan dengan ketentuan
dibahas. Bagian kesimpulan menutup 2/3:1/3 atau 1:3 atau 1:1 (Kurdi 2009
artikel ini dengan menyajikan kesimpulan, dalam Fahriansah, 2017), sedangkan
keterbatasan dan saran untuk penelitian dalam bidang peternakan dihitung
selanjutnya. berdasarkan jumlah anak yang dihasilkan
apabila hewan tersebut memiliki satu ekor
KAJIAN PUSTAKA anak maka akan di bagi 2, jika memiliki 2
Tradisi Mawah ekor anak juga akan dibagi 2
Secara terminologi, tradisi mawah (Mardhatillah, 2017:3), namun apabila
merupakan metode bagi hasil kepada tidak memiliki anak akan dibagi induknya
pengelola sawah dengan menggunakan berdasarkan nilai jual (Mahmud 2008
aset sendiri, selain itu juga mengelola atau dalam Abdurrahman, 2015).
memelihara ternak orang lain dengan Penentuan bagi hasil dalam sektor
mendapatkan bagi hasil sebesar setengah perikanan sangat spesifik dimana dalam
bagian dari penghasilannya atau bagi dua sistem ini digunakan pendekatan skema
laba (Kamus Aceh Indonesia). Tradisi piece rate dan tekniknya tidak seragam
mawah adalah suatu metode kerjasama antar daerah sesuai dengan peraturan atau
dimana pemilik aset menyerahkan kesepakatan lainnya yang terikat
kepengelolaan asetnya seperti hewan (Mahmud, 2008). Pembagian hasil usaha
ternak, sawah, dan lain-lain kepada pihak mudharabah dalam praktiknya dapat
lain dengan kesepakatan bagi hasil diperkirakan dengan menghitung
(Ibrahim, 2015; Furqan & Hidayan, 2018). pendapatan usaha atas pengelolaan dana,
Menurut Furqan & Hidayan (2018) bahwa dan tidak berdasarkan estimasi atau
transaksi mawah ini terjadi karena ada ramalan saja (PSAK 105, 2007).
pihak yang ingin mengembangkan usaha Sebagaimana telah disebutkan bahwa

Page 137
Azhar Hasan, Heru Fahlevi, Aliamin
Penerapan Prinsip Akuntansi Syariah Pada Praktik Transaksi Tradisional Mawah Dan Gala Di Kabupaten Aceh
Besar

tradisi ini diidentikkan dengan transaksi maka skema mudharabah (gambar 1).
mudharabah dalam sistem ekonomi Islam,

Gambar 1 Skema Mudharabah


Sumber: (Nurhayati dan Wasilah, 2016:130)

Tradisi Gala 2015). Nurhayati dan Wasilah (2016)


Gala mirip dengan gadai atau rahn dalam menyebutkan bahwa secara harfiah gadai
sistem ekonomi modern (Ibrahim, 2015). atau rahn memiliki arti kekal, jaminan,
Tradisi gala adalah transaksi dengan terap. Dari segi istilah gadai atau rahn
skema pinjaman dimana peminjam adalah agunan, barang jaminan, cagar, atau
menyerahkan harta nya sebagai jaminan tanggungan dimana menahan suatu barang
atau harta yang digadaikan untuk sebagai jaminan atas hutang. Adapun
mendapatkan dana untuk mencukupi skema transaksi rahn atau gadai dapat
kebutuhan ekonomi sehari-hari (Ibrahim, dilihat dalam gambar 2.

Gambar 2 Skema Gadai


Sumber: (Nurhayati dan Wasilah, 2016:270)

Page 138
Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 4 No. 2 2020, 135-155
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/jka

Keterangan:
1. Akad rahn/rahn tajlisi disepakati oleh pemberi pinjaman dan peminjam
2. Barang/surat berharga atas barang (jika fidusia) diserahkan kepada pemberi pinjaman
Jika akad selesai, barang yang menjadi jamiman dikembalikan oleh penerima barang
(jaminan)

Akuntansi Syariah Mudharabah dan lainnya berdasarkan nilai wajar yang jelas
Gadai jumlahnya dan jenisnya. Dilarang untuk
Hadirnya akuntansi syariah merupakan memudharabahkan modal dan
suatu kebutuhan atas meningkatnya meminjamkannya lagi kepada pihak lain.
perkembangan transaksi syariah di Dalam hal pengelolaan, pengelola
Indonesia dimana bertujuan sebagai proses memiliki kebebasan selama tidak
untuk melaporkan transaksi keuangan melanggar ketentuan syariah.
perusahaan yang berbasis syariah seperti Ijab kabul dibolehkan dilakukan secara
perbankan syariah (Nurhayati dan tertulis, verbal, korespondensi atau melalui
Wasilah, 2016). Transaksi mudharabah komunikasi modern. Nisbah
dianggap sah apabila memenuhi empat keuntunganharus disepakati oleh kedua
rukun yaitu adanya pelaku, objek belah pihak dan dapat dilakukan ;
mudharabah, ijab kabul, dan nisbah perubahan jika disepakati kedua belah
keuntungan dengan ketentuan-ketentuan pihak.
(Nurhayati, 2016) yaitu pelaku, objek, ijab Sebagai alat evaluasi praktik Mawah dan
kabul dan nisbah keuntungan. Gala digunakan dua Pernyataan Standar
Pelaku harus mengetahui hukum dengan Akuntansi Keuangan (PSAK) Syariah
baik dan baliqh (sudah dewasa), baik itu yaitu PSAK Nomor 105 Tentang
muslim maupun non-muslim. Pemilik Akuntansi Mudharabah dan PSAK 107
tidak dibolehkan mencampuri manajemen tentang Akuntansi Ijarah yang bertujuan
usaha namun diberikan kesempatan turut untuk mengatur bagaimana pengakuan,
mengawasi. Selanjutnya, objek (modal dan pengukuran, penyajian dan pengungkapan
kerja) adalah aset dalam bentuk uang atau transaksi (Tabel 1).

Tabel 1. PSAK 105 Tentang Akuntansi Mudharabah


No Komponen dan Standar
1 Pengakuan dan Pengukuran
1. Pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset non kas, maka pemilik dana harus mengakui
dana syirkah temporer sebagai investasi mudharabah;
2. Pengukuran investasi mudharabah adalah apabila berbentuk kas, maka diukur sebesar
jumlah yang dibayarkan; apabila berbentuk non kas, maka diukur sebesar nilai wajar pada
saat diserahkan dengan ketentuan (1) jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya
diakui sebagai kerugian; (2) jika nilai wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya diakui
sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka waktu akad mudharabah;
3. Penurunan nilai investasi mudharabah sebelum dimulainya usaha karena rusak, hilang atau
faktor lainnya, maka diakui sebagai kerugian dan mengurangi saldo investasi mudharabah;
4. Apabila terjadi kehilangan sebagian investasi mudharabah karena kelalaian atau kesalahan
pengelola dana setelah dimulainya usaha, maka kerugian tersebut diperhitungkan pada saat
bagi hasil;
5. Pengelola dana dapat dianggap telah memulai usaha mudharabah sejak dana atau modal
diterima;
6. Kerugian investasi mudharabah yang berbentuk aset nonkas karena mengalami penurunan
nilai pada saat atau setelah barang tersebut digunakan, maka akan diperhitungkan pada saat
pembagian hasil usaha bukan langsung mengurangi investasi.
7. Pengelola dana dianggap melakukan kesalahan apabila terjadi kelalaian karena tidak

Page 139
Azhar Hasan, Heru Fahlevi, Aliamin
Penerapan Prinsip Akuntansi Syariah Pada Praktik Transaksi Tradisional Mawah Dan Gala Di Kabupaten Aceh
Besar

memenuhi ketentuan yang telah diatur dalam akad; kondisi diluar kemampuan yang lazim
yang telah ditentukan dalam akad; atau hasil keputusan dari lembaga yang berwenang;
8. Investasi mudharabah diakui sebagai piutang jatuh tempo, apabila pengelola dana belum
membayar pada saat akad mudharabah berakhir sebelum atau saat jatuh tempo;
9. Penghasilan usaha dapat diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang
disepakati, apabila investasi mudharabah melebihi satu periode pelaporan;
10. Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah berakhir diakui
sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan kerugian investasi. Pada saat akad mudharabah
berakhir selisih antara: (a) investasi mudharabah setelah dikurangi penyisihan kerugian
investasi; dan (b) pengembalian investasi mudharabah diakui sebagai keuntungan atau
kerugian;
11. Dalam praktiknya, penghasilan usaha mudharabah dapat diakui berdasarkan laporan bagi
hasil atas realisasi penghasilan usaha dari pengelola dana, namun tidak diperbolehkan
mengakui pendapatan dari proyeksi hasil usaha;
12. Kesalahan pengelola dana sehingga terjadi kerugian akibat kelalaian, maka dibebankan
kepada pengelola dana, namun tidak mengurangi investasi mudharabah;
13. Pengelola dana dapat mengakui piutang jatuh tempo apabila bagian hasil usaha belum
dibayarkan olehnya.
2 Penyajian dan Pengungkapan
1. Investasi mudharabah dapat disajikan dalam laporan keuangan sebesar nilai tercatat oleh
pemilik dana;
2. Investasi mudharabah yang disajikan dalam laporan keuangan oleh pengelola dana tidak
terbatas pada: (a) dana syirkah temporer dari pemilik dana disajikan sebesar jumlah
nominalnya untuk setiap jenis mudharabah; (b) bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah
diperhitungkan dan telah jatuh tempo tetapi belum diserahkan kepada pemilik dana disajikan
sebagai kewajiban; dan (c) bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan
tetapi belum jatuh tempo disajikan dalam pos bagi hasil yang belum dibagikan;
3. Pemilik dana mengungkapkan ha-hal terkait transaksi mudharabah, tetapi tidak terbatas,
pada: (a) rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya; (b) penyisihan
kerugian investasi mudharabah selama periode berjalan; (c) pengungkapan yang diperlukan
sesuai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 101 Tentang Penyajian Laporan
Keuangan Syariah.
Sumber: (PSAK 105 tentang Akuntansi Mudharabah, 2007)

Dalam perbankan dan pegadaian syariah, Adapun komponen dan standar yang
transaksi gadai atau rahn diatur dalam digunakan dalam penelitian ini
PSAK 107 Tentang Akuntansi Ijarah. sebagaimana terlihat dalam tabel 2.

Tabel 2. PSAK 107 Tentang Akuntansi Ijarah


No Komponen dan Standar
I Pengakuan dan Pengkuran
1 Pada saat terjadinya transaksi gadai, maka jumlah pinjaman/kas dinilai sebesar jumlah yang
dipinjamkan
2 Pemilik memiliki tanggung jawab untuk menanggung biaya perbaikan objek ijarah yang dapat
dilakukan baik secara langsung atau oleh penyewa atas persetujuan pemilik
3 Harga jual ijarah pada transaksi jual dan ijarah harus dilakukan pada nilai wajar dan
merupakan transaksi yang terpisah dan tidak saling bergantung (ta’alluq)
II Penyajian Pengungkapan
1 Pendapatan ijarah disajikan secara netto setelah dikurangi beban-beban yang terkait, misalnya
beban penyusutan, beban pemeliharaan dan perbaikan, dan sebagainya.
2 Pemilik mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait transaksi ijarah
Sumber:(PSAK 107 Tentang Akuntansi Ijarah, 2009)

Page 140
Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 4 No. 2 2020, 135-155
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/jka

Selanjutnya, akuntansi syariah memiliki METODE PENELITIAN


dasar dan karakteristik yang berbeda Penelitian ini mengadopsi pendekatan
dengan akuntansi konvensional. kualitatif eksploratif untuk mengevaluasi
Berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan praktik akuntansi syariah dalam tradisi
dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah mawah dan gala di Kabupaten Aceh Besar.
(KDPPLKS) menyebutkan bahwa Data yang dikumpulkan adalah dana
transaksi syariah didasarkan pada prinsip- primer yang bersumber dari wawancara
prinsip persaudaraan (ukhuwah); keadilan semi terstruktur dan kuesioner.
(‘adalah); kemaslahatan (maslahah); Wawancara dilakukan kepada masyarakat,
keseimbangan (tawazun); dan Ketua Majelis Adat Aceh (MAA), dan
universalisme (syumuliyah) (Nurhayati, Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama
2016:96). Persaudaraan menunjukkan (MPU) Aceh. Kuesioner diberikan kepada
bahwa transaksi syariah harus memiliki masyarakat sebanyak 23 responden untuk
manfaat bagi orang lain bukan untuk tradisi mawah dan 23 responden untuk
mendapatkan keuntungan diatas kerugian tradisi gala yang mewakili 23 wilayah
orang lain. kecamatan di Kabupaten Aceh Besar.
Keadilan menggambarkan bahwa setiap Responden dalam penelitian ini dipilih
transaksi ekonomi yang dilakukan harus dengan menggunakan snowball sampling.
bebas dari unsur-unsur yang dilarang Responden merupakan masyarakat yang
dalam Islam yaitu riba, kezaliman, haram, berdomisili di Aceh Besar yang melakukan
maysir, judi, dan gharar. Kemaslahatan praktik mawah dan gala dua tahun
adalah segala bentuk kebaikan yang terakhir.
bermanfaat dunia dan akhirat, material dan Kuesioner dalam penelitian diturunkan
spiritual, serta individual dan kolektif atau dari butir-butir PSAK syariah nomor 105
dengan istilah lain adalah memiliki nilai- tentang akuntansi syariah terkait
nilai maqashid syariah. pengakuan, pengukuran, penyajian dan
Keseimbangan harus terjadi antara dimensi pengungkapan yang ditujukan untuk
material dan spiritual, antara kehidupan menggali informasi tradisi mawah dari sisi
pribadi dan bermasyarakat, antara sektor PSAK syariah, sedangkan butir-butir dari
keuangan dan sektor riil, antara usaha PSAK syariah nomor 107 tentang
ekonomi dan sosial serta antara aspek akuntansi ijarah terkait pengakuan,
pemanfaatan serta pelestarian. pengukuran, penyajian dan pengungkapan
Universalisme memberikan esensi bahwa digunakan untuk menggali informasi
transaksi berbasis syariah dapat terkait tradisi gala dari sisi PSAK syariah.
dilaksanakan oleh semua pihak tanpa Hubungan antara pertanyaan penelitian,
batasan suku, agama, ras, dan golongan sumber data dan responden penelitian
asalkan sesuai dengan ketentuan syariah. dapat dilihat dalam tabel 3.

Tabel 3. Hubungan Pertanyaan Penelitian, Sumber Data dan Responden Penelitian


Pertanyaan Sumber Data Responden
Penelitian
Kesesuaian tradisi Pertanyaan wawancara: Ketua Majelis
mawah dan gala Bagaimana metode tradisi mawah dan gala di Permusyawaratan Ulama
dengan praktik Kab. Aceh Besar? (2) Bagaimana pencatatan (MPU) Aceh dan Ketua
akuntansi syariah dan pelaporan tradisi mawah dan gala di Majelis Adat Aceh (MAA)
Kabupaten Aceh Besar? (3) Bagaimana peran Kabupaten Aceh Besar
MAA dan MPU dalam praktik tradisi mawah
dan gala di Kabupaten Aceh Besar? (4)
Bagaimana ketentuan bagi hasil tradisi mawah
di Kabupaten Aceh Besar? (5) Bagaimana

Page 141
Azhar Hasan, Heru Fahlevi, Aliamin
Penerapan Prinsip Akuntansi Syariah Pada Praktik Transaksi Tradisional Mawah Dan Gala Di Kabupaten Aceh
Besar

ketentuan barang jaminan dalam tradisi gala?


(6) Apakah tradisi mawah dan gala memiliki
kekuatan hukum formal? (7) Apa kendala yang
dihadapi masyarakat di Kabupaten Besar
dalam pelaksanaan tradisi mawah dan gala
Kuesioner Tradisi Mawah: Masyarakat Kabupaten
Pertanyaan dalam kuesioner penelitian diambilAceh Besar yang melakukan
dari item pedoman dan standar yang terdapat transaksi mawah sebanyak
dalam PSAK 105 23 orang mewakili 23
kecamatan di Kabupaten
Aceh Besar
Kuesioner Tradisi Gala: Masyarakat Kabupaten
Pertanyaan dalam kuesioner penelitian sesuai Aceh Besar yang melakukan
dengan pedoman dan standar yang terdapat transaksi gala periode 2018-
dalam PSAK 107 2019 sebanyak 23 orang
mewakili 23 kecamatan di
Kabupaten Aceh Besar
Sumber: Data diolah (2020)

Analisis data dilakukan secara deskriptif Kabupaten Aceh Besar pada umumnya
dan eksploratif dengan metode kualitatif memiliki kesamaan di semua kecamatan
melalui beberapa tahapan. Tahapan yang ada di Aceh dimana mawah
pertama adalah melakukan pengumpulan merupakan pengelolaan tanah maupun
data mengenai tradisi mawah dan gala di hewan ternak milik orang lain dengan
Kabupaten Aceh Besar melalui ketentuan bagi hasil berdasarkan
wawancara, kuesioner dan dokumentasi. kesepakatan dengan tidak bertentangan
Reduksi data dilakukan setelahnya untuk pada aturan adat. Ketentuan bagi hasil
menggambarkan, menyederhanakan, dan berbeda-beda yaitu dibagi 3, 4, atau 5
mengelompokkan data berdasarkan topik antara pemilik dan pengelola tergantung
permasalahan penelitian sehingga dapat pada keadaan wilayah-wilayah tertentu
disajikan sebagai suatu informasi yang dan biaya-biaya yang dikeluarkan (Ketua
akan memberikan penarikan kesimpulan MAA).
dan pengambilan keputusan. Kesimpulan- Jika wilayah tersebut menggunakan irigasi
kesimpulan tersebut akan diklarifikasikan teknik, maka umumnya hasil dibagi 3 yaitu
dan diverifikasikan selama penelitian 3 pengelola dan 1 pemilik tanah dengan
berlangsung untuk meningkatkan kualitas ketentuan semua biaya dikeluarkan oleh
data. Tahapan penarikan kesimpulan ini pengelola. Namun, jika wilayah tadah
terdiri dari data mengenai kesesuaian hujan, maka di bagi 4, maupun 5.
tradisi mawah dan gala dengan praktik Terkadang bagi pemilik tanah yang
akuntansi syariah yang dimulai dari memiliki nilai sosial tinggi, biasanya
kesesuaian dengan rukun dan ketentuan hanya mengambil sedikit saja bagi
syariah; PSAK syariah 105 dan 107; dan hasilnya diluar aturan adat. Hal ini
prinsip transaksi syariah berupa diperbolehkan selama tidak melanggar
persaudaraan, kemaslahatan, keadilan, aturan adat.
keseimbangan dan universalisme. Selain mawah sawah, di Kabupaten Aceh
Besar juga dilakukan transaksi mawah
HASIL PENELITIAN sapi. Mawah sapi dilakukan dengan cara
Praktik Mawah dan Gala Di Kabupaten pemilik sapi menyerahkan sapinya untuk
Aceh Besar dikelola oleh orang lain dengan ketentuan
Berdasarkan hasil wawancara bagi hasil. Bagi hasil mawah sapi memiliki
menunjukkan bahwa transaksi mawah di ketentuan (Ketua MAA), yaitu:

Page 142
Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 4 No. 2 2020, 135-155
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/jka

Pertama, jika anak pertama lahir, maka atau laba bruto. Dengan demikian dapat
dibagi tiga dan anak kedua dibagi dua. disimpulkan bahwa prinsip ini telah sesuai
Uniknya, ketentuan bagi tiga hanya dengan PSAK 105 tentang pembagian
berlaku untuk anak sapi yang lahir pertama hasil usaha. Lebih lanjut juga disebutkan
saja. Kedua, apabila sapi tersebut tidak bahwa aset yang sering dijadikan objek
memiliki anak, maka pembagian hasil dalam transaksi mawah adalah tanah
usaha dihitung berdasarkan harga jual. pertanian dan hewan ternak. Dalam bidang
Misalnya harga modal awal sapi adalah Rp pertanian, aset atau modal mawah adalah
3 juta kemudian setelah dijual menjadi Rp sawah sedangkan dalam bidang peternakan
12 juta, maka ini tergantung pada yaitu hewan ternak berupa sapi, kambing,
kesepakatan bisa jadi dibagi 3, 4 maupun maupun kerbau. Dalam penelitian ini
2. ditemukan bahwa aset mawah dalam
Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa bidang peternakan adalah sapi. Skema
dalam tradisi mawah dilakukan atas tradisi mawah dapat dilihat pada gambar 3.
prinsip bagi hasil dengan dasar laba kotor

Gambar 3 Skema Tradisi Mawah


Sumber: Data diolah
Keterangan:
(1) Pemodal dan pengelola melakukan kerjasama mawah;
(2) Pemodal menyerahkan asetnya (sawah dan sapi) kepada pengelola untuk dikelola;
Keduanya menyepakati jumlah bagi hasil yang akan diterima.

Selanjutnya, gala adalah akad perjanjian dengan bentuk pinjaman berupa emas.
antara pihak meminjam sejumlah dana Emas dijadikan ukuran pinjaman karena
(biasanya diukur dengan emas) untuk memiliki nilai tukar yang stabil meskipun
suatu keperluan dengan jaminan hartanya dalam jangka waktu yang lama. Berikut
dan pihak pemberi pinjaman. Aset yang skema tradisi gala dalam gambar 4.
dijadikan jaminan adalah tanah sawah

Page 143
Azhar Hasan, Heru Fahlevi, Aliamin
Penerapan Prinsip Akuntansi Syariah Pada Praktik Transaksi Tradisional Mawah Dan Gala Di Kabupaten Aceh
Besar

Gambar 4 Skema Gala


Sumber: Data diolah
Keterangan:
(1) Penggala dan penerima gala melakukan transaksi gala;
(2) Penggala menyerahkan asetnya (sawah) kepada penerima gala sebagai jaminan hutang;
Penerima gala memberikan asetnya (emas) kepada penggala sebagai pinjaman dengan
jangka waktu sesuai kesepakatan.

Transaksi gula yang dijalankan oleh berupa emas kepada peminjaman/penggala


masyarakat Kabupaten Aceh Besar dengan jaminan tanah sawah tetapi hak
memiliki beberapa model (Ketua MAA). pengelolaan tanah dilakukan oleh pemberi
Pertama, pemberi pinjaman meminjamkan pinjaman tanpa memberikan sedikit
emasnya dengan jaminan tanah sawah hasilnya kepada penggala pada saat panen.
tetapi hak pengelolaan tanah sawah
tersebut tetap dilakukan pemilik tanah Kesesuaian Tradisi Mawah dan Gala
(penggala/peminjam), namun penggala dengan Praktik Akuntansi Syariah
tetap memberikan sedikit hasilnya kepada Setiap transaksi syariah harus memenuhi
pemberi pinjaman sebagai ucapan terima rukun dan ketentuan syariah(Rusdiyah,
kasih karena telah membantunya dalam Muttaqin, & Sa’adah, 2015). Berdasarkan
kesulitan keuangan; hasil wawancara dengan ketua MAA,
Kedua, pemberi pinjaman memberikan MPU dan Masyarakat ditemukan bahwa
pinjaman berupa emas kepada penggala transaksi mawah dianggap sah karena telah
dengan jaminan tanah sawah, namun hak memenuhi rukun dan ketentuan syariah
pengelolaan sawah diberikan sepenuhnya yaitu adanya pelaku yaitu pemilik tanah
kepada penggala tanpa mau menerima maupun sapi dan pengelola tanah maupun
sedikitpun bagi hasil pada saat panen. Hal sapi; objek akad yang berupa tanah sawah
ini dilakukan karena pemilik dana (emas) maupun sapi; ijab kabul yaitu serah terima
berniat menolong (ta’awun). yang dilakukan secara lisan atau verbal;
Ketiga, pemberi pinjaman memberikan dan nisbah atau bagi hasil yang dilakukan
pinjaman berupa emas kepada atas kesepakatan bersama berdasarkan
peminjaman/penggala dengan jaminan ketentuan adat.
tanah sawah tetapi hak pengelolaan tanah Terkait dengan kesesuaian tradisi mawah
dilakukan oleh pemberi pinjaman dengan dengan PSAK 105 tentang mudharabah
memberikan sedikit hasilnya kepada mengenai pengakuan dan pengukuran
penggala pada saat panen. Keempat, ditemukan bahwa tradisi mawah telah
pemberi pinjaman memberikan pinjaman konsisten dengan PSAK 105 yaitu:

Page 144
Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 4 No. 2 2020, 135-155
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/jka

Tabel 4. Kesesuaian Tradisi Mawah Dengan PSAK 105 Tentang Mudharabah


No Tradisi Mawah Di PSAK 105 tentang Akuntansi Kesimpulan
Kabupaten Aceh Besar Mudharabah
I. Prinsip Pembagian Hasil Usaha
1 Pembagian hasil usaha Pembagian hasil usaha mudharabah Sesuai
mawah sapi dan mawah dapat dilakukan atas dasar prinsip bagi
sawah dilakukan dengan hasil atau bagi laba dengan ketentuan,
prinsip bagi hasil jika berdasarkan prinsip bagi hasil,
berdasarkan laba kotor. maka dasar pembagian hasil usaha
adalah laba bruto (gross profit) bukan
total pendapatan usaha (omset).
Sedangkan jika berdasarkan prinsip
bagi laba, dasar pembagian adalah laba
neto (net profit) yaitu laba bruto
dikurangi beban yang berkaitan
dengan pengelolaan dana mudharabah.
II Pengakuan dan Pengukuran
1 Modal investasi mawah Pada saat pembayaran kas atau Sesuai
yang diserahkan ke penyerahan aset non kas, maka pemilik
pengelola adalah aset dana harus mengakui dana syirkah
nonkas yaitu sawah dan temporer sebagai investasi
sapi yang merupakan aset mudharabah
tetap dan ini diserahkan
pada saat kerjasama
mawahdilakukan.
2 Transaksi mawah diukur Pengukuran investasi mudharabah Sesuai
dalam bentuk aset nonkas adalah apabila berbentuk non kas,
pada saat penyerahan yaitu maka diukur sebesar nilai wajar pada
berupa sawah maupun saat diserahkan dengan ketentuan (1)
sapi. Nilai investasi jika nilai wajar lebih rendah daripada
mawah sawah biasanya nilai tercatatnya diakui sebagai
diukur berdasarkan luas kerugian; (2) jika nilai wajar lebih
tanah apakah 1000 meter, tinggi daripada nilai tercatatnya diakui
2500 meter, dll sedangkan sebagai keuntungan tangguhan dan
mawah sapi berdasarkan diamortisasi sesuai jangka waktu akad
harga jual. mudharabah
3 Kerugian investasi mawah - Penurunan nilai investasi Sesuai
sawah terjadi pada mudharabah sebelum dimulainya
kerusakan bibit maupun usaha karena rusak, hilang atau
pupuk, sedangkan mawah faktor lainnya, maka diakui sebagai
sapi pada hilangnya sapi kerugian dan mengurangi saldo
maupun penurunan nilai investasi mudharabah;
jual sapi. Kerugian- - Apabila terjadi kehilangan sebagian
kerugian tersebut akan investasi mudharabah karena
mengurangi saldo kelalaian atau kesalahan pengelola
investasi mawah yang dana setelah dimulainya usaha, maka
akan diperhitungkan pada kerugian tersebut diperhitungkan
saat pembagian hasil pada saat bagi hasil
usaha
4 Transaksi mawah dimulai Pengelola dana dapat dianggap telah Sesuai
sejak disepakatinya akad memulai usaha mudharabah sejak dana
kerja sama mawah. atau modal diterima
Mawah sawah dimulai
pada saat dimulainya turun

Page 145
Azhar Hasan, Heru Fahlevi, Aliamin
Penerapan Prinsip Akuntansi Syariah Pada Praktik Transaksi Tradisional Mawah Dan Gala Di Kabupaten Aceh
Besar

sawah (musim tanam)


sedangkan mawah sapi
pada saat sapi diserahkan
ke pengelola
5 Apabila transaksi mawah - Kerugian investasi mudharabah yang Sesuai
berakhir, maka kerugian- berbentuk aset nonkas karena
kerugian mawah baik mengalami penurunan nilai pada saat
karena kehilangan maupun atau setelah barang tersebut
penurunan aset akan digunakan, maka akan
diperhitungkan pada saat diperhitungkan pada saat pembagian
bagi hasil. Karena dalam hasil usaha bukan langsung
perjanjian mawah bagi mengurangi investasi
hasil telah disepakati - Pengelola dana dianggap melakukan
diawal apakah 1:1 atau kesalahan apabila terjadi kelalaian
lainnya sesuai dengan karena tidak memenuhi ketentuan
porsi investasi (sistem yang telah diatur dalam akad; kondisi
bagi hasil mawah) diluar kemampuan (force majeur)
yang lazim dan/atau yang telah
ditentukan dalam akad; atau hasil
keputusan dari lembaga yang
berwenang;
Segala hal yang timbul Investasi mudharabah diakui sebagai
karena kerja sama ini baik piutang jatuh tempo, apabila pengelola
hutang piutang akan dana belum membayar pada saat akad
diselesaikan oleh masing-
mudharabah berakhir sebelum atau
masing pihak sesuai
jumlahnya saat jatuh tempo;

Laporan penghasilan Penghasilan usaha dapat diakui dalam


mawah dalam praktiknya periode terjadinya hak bagi hasil
memang dilihat dalam sesuai nisbah yang disepakati, apabila
laporan hasil usaha namun
investasi mudharabah melebihi satu
masih berbentuk laporan/
pencatatan sederhana, periode pelaporan;
belum dalam bentuk
laporan laba rugi.
Kerugian yang - Kerugian yang terjadi dalam suatu
diakibatkan akan periode sebelum akad mudharabah
ditanggung oleh masing- berakhir diakui sebagai kerugian dan
masing pihak sesuai jenis dibentuk penyisihan kerugian
kerugiannya dan akan investasi. Pada saat akad mudharabah
mengurangi saldo berakhir selisih antara: (a) investasi
investasi yang akan mudharabah setelah dikurangi
dikurangkan pada saat penyisihan kerugian investasi; dan
pembagian hasil usaha (b) pengembalian investasi
mudharabah diakui sebagai
keuntungan atau kerugian;
- Dalam praktiknya, penghasilan
usaha mudharabah dapat diakui
berdasarkan laporan bagi hasil atas
realisasi penghasilan usaha dari
pengelola dana, namun tidak
diperbolehkan mengakui pendapatan
dari proyeksi hasil usahaKesalahan

Page 146
Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 4 No. 2 2020, 135-155
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/jka

pengelola dana sehingga terjadi


kerugian akibat kelalaian, maka
dibebankan kepada pengelola dana,
namun tidak mengurangi investasi
mudharabah.
Bagi hasil yang belum Pengelola dana dapat mengakui
dibayar tetap akan jadi piutang jatuh tempo apabila bagian
piutang hasil usaha belum dibayarkan olehnya

III Penyajian dan Pengungkapan


1 Tidak ada penyajian - Investasi mudharabah disajikan Belum sesuai
investasi mawah dalam dalam laporan keuangan sebesar nilai
laporan keuangan tercatat oleh pemilik dana;
dikarenakan tidak adanya - Investasi mudharabah yang disajikan
pencatatan transaksi dalam laporan keuangan oleh
mawah secara akuntansi pengelola dana tidak terbatas pada:
(a) dana syirkah temporer dari
pemilik dana disajikan sebesar
jumlah nominalnya untuk setiap jenis
mudharabah; (b) bagi hasil dana
syirkah temporer yang sudah
diperhitungkan dan telah jatuh tempo
tetapi belum diserahkan kepada
pemilik dana disajikan sebagai
kewajiban; dan (c) bagi hasil dana
syirkah temporer yang sudah
diperhitungkan tetapi belum jatuh
tempo disajikan dalam pos bagi hasil
yang belum dibagikan
2 Transaksi mawah di Pemilik dana mengungkapkan hal-hal Sesuai
Kabupaten Aceh Besar terkait transaksi mudharabah, tetapi
menyebutkan hal-hal tidak terbatas, pada: (a) rincian jumlah
terkait porsi dana,
investasi mudharabah berdasarkan
pembagian hasil usaha,
aktivitas usaha, rincian jenisnya; (b) penyisihan kerugian
investasi, dan juga investasi mudharabah selama periode
kerugian. Namun tidak berjalan; (c) pengungkapan yang
akad secara tertulis yang diperlukan sesuai Pernyataan Standar
memuat hal-hal tersebut Akuntansi Keuangan Nomor 101
akan tetapi secara lisan Tentang Penyajian Laporan Keuangan
telah dilakukan
Syariah.
kesepakatan antara kedua
pihak
Sumber: Data diolah (2020)

Selanjutnya, penelitian ini juga dilakukan turun temurun dengan


menemukan bahwa transaksi mawah telah berpedoman pada aturan adat yang
sesuai dengan prinsip transaksi syariah. berfungsi untuk menghindari hal-hal
Transaksi mawah terjadi melalui hubungan penipuan, penggelapan, dan tindakan
emosional antara pihak yang terlibat yang amoral lainnya. Lebih jelasnya kesesuaian
menghasilkan sikap saling percaya mawah dengan prinsip transaksi syariah
sehingga tidak ada pencatatan tertulis dapat dilihat dalam tabel 5.
maupun akad tertulis karena transaksi telah

Page 147
Azhar Hasan, Heru Fahlevi, Aliamin
Penerapan Prinsip Akuntansi Syariah Pada Praktik Transaksi Tradisional Mawah Dan Gala Di Kabupaten Aceh
Besar

Tabel 5. Kesesuaian Tradisi Mawah Dengan Prinsip Transaksi Syariah


No Tradisi Mawah Di Kab.Aceh Prinsip Transaksi Syariah (Nurhayati dan Kesimpulan
Besar Wasilah, 2016:95)
1 Diawali dengan adanya hubungan Persaudaraan (ukuhuwah) merupakan Sesuai
emosional antara pemilik dan prinsip transaksi syariah yang didalamnya
pengelola sehingga sudah saling mengandung nilai-nilai kebersamaan
percaya. Hubungan emosional dan dengan tidak mementingkan kepuasan diri
sara percaya tersebut membuat sendiri diatas penderitaan orang lain.
pencatatan tertulis maupun akad
tertulis tidak dilaksanakan dan
sudah berlangsung secara turun
temurun sesuai aturan adat.
2 Mawah adalah transaksi yang Keadilan (‘Adalah) menunjukkan bahwa Sesuai
dilakukan dalam bentuk prinsip transaksi syariah tidak boleh
kerjasama investasi dua pihak mengandung unsur riba, kezaliman,
yaitu pengelola dan pemilik. Bagi
maysir, gharar dan haram karena unsur –
hasil diakui berdasarkan laba
kotor bukan proyeksi usaha unsur tersebut adalah cara-cara yang dapat
sehinnga tidak mengandung riba. merugikan pihak lain.
Hal-hal terkait kerja sama ini
telah disepakati di awal akad
sehingga tidak ada unsur
spekulatif dan gharar atau
ketidakjelasan. Barang yang
diinvestasikan juga merupakan
barang halal yaitu tanah sawah
dan sapi
3 Kerjasama mawah dilakukan Kemaslahatan (maslahah) yaitu prinsip Sesuai
dengan tujuan untuk memperoleh transaksi syariah dimana harus memiliki
keuntungan antara pemilik dan manfaat bagi seluruh umat manusia baik
pengelola sehingga memberikan
dalam kehidupan dunia maupun akhirat
manfaat bagi keberlangsungan
hidup manusia dan kesejahteraan nanti
masyarakat di Kabupaten Aceh
Besar.
4 Transaksi mawah mampu Keseimbangan (tawazun) berarti bahwa Sesuai
menggerakkan sektor rill karena transaksi syariah harus seimbang dalam
merupakan bentuk usaha segala aspek baik sosial, material,
kerjasama dalam bidang pertanian
spiritual, privat, publik dan lainnya
dan peternakan yang akan
memberikan efek ekonomi untuk
kesejahteraan bersama.
5 Transaksi mawah memiliki Universalisme (syumuliyah) dimana pada Sesuai
kesamaan diseluruh Aceh bukan hakikatnya, transaksi syariah dapat
hanya di Kabupaten Aceh Besar dijalankan oleh pihak tanpa terkecuali
saja karena dapat dijalankan oleh
selama sesuai dengan semangat
sipapun selama memiliki aset
untuk diinvestasikan dan tenaga kerahmatan semesta
untuk mengelola. Karena
transaksi ini adalah bentuk kerja
sama ekonomi

Page 148
Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 4 No. 2 2020, 135-155
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/jka

Kesesuaian Tradisi Gala Dengan dengan menggunakan akad Rahn dalam


Praktik Akuntansi Syariah hal pengakuan dan pengukuran dimana
Tradisi gala telah memenuhi rukun dan pinjaman dinilai sebesar jumlah yang
ketentuan syariah karena adanya pelaku dipinjamkan pada saat terjadinya.
yaitu pihak yang menggalakan / Transaksi gala dalam penelitian ini
menggadaikan (rahin) dan pihak yang menggunakan akad Rahn dikarenakan
menerima gala/gadai (murtahin); adanya tidak adanya sistem sewa dalam transaksi
objek akad berupa barang yang gala. Transaksi gala adalah transaksi
digalakan/digadaikan yaitu sawah dan peminjaman dengan jaminan. Berikut hasil
hutang yang jelas ukurannya yaitu berupa penelitian yang didapatkan dari
emas; dan adanya ijab kabul. wawancara dan kuesioner (tabel 6):
Tradisi gala memiliki kesesuaian dengan
PSAK 107 tentang Akuntansi Ijarah

Tabel 6. Kesesuaian Tradisi Gala Dengan PSAK 107 Tentang Akuntansi Ijarah
No Tradisi Gala Di Kabupaten Aceh PSAK 107 tentang Akuntansi Kesimpulan
Besar Ijarah
I Pengakuan dan Pengkuran
1 Transaksi dilakukan antara penggala dan Pada saat terjadinya transaksi Sesuai
penerima gala dimana penggala gadai, maka jumlah pinjaman/kas
menyerahkan asetnya berupa sawah dinilai sebesar jumlah yang
sebagai jaminan hutang dan menerima dipinjamkan
gala menyerahkan emasnya sebagai
pinjaman
2 Tidak ada biaya pemeliharaan barang Pemilik memiliki tanggung jawab Sesuai
jaminan karena barang jaminan berada untuk menanggung biaya perbaikan
pada penggala untuk dikelola objek ijarah yang dapat dilakukan
baik secara langsung atau oleh
penyewa atas persetujuan pemilik
3 Jika penggala tidak sanggup melunasi Harga jual ijarah pada transaksi Sesuai
pinjamannya pada saat jatuh tempo, jual dan ijarah harus dilakukan
maka penggala dapat memperpanjang pada nilai wajar dan merupakan
pinjamannya secara otomatis dengan transaksi yang terpisah dan tidak
sepengetahuan pemberi pinjaman. Jika saling bergantung (ta’alluq)
benar2 tdk sanggup melunasi, maka
dapat menjual barang dengan
kesepakatan keduanya dengan nilai
wajar dan dilunasi sesuai jumlah
pinjaman sedangkan sisanya jika ada
dikembalikan ke pemilik tanah/penggala,
II Penyajian Pengungkapan
1 Tidak ada penyajian laporan keuangan Pendapatan ijarah disajikan secara Belum
secara tertulis sehingga tidak diketahui netto setelah dikurangi beban- sepenuhnya
pendapatannya secara tertulis beban yang terkait, misalnya beban sesuai
penyusutan, beban pemeliharaan
dan perbaikan, dan sebagainya.
2 Tidak ada pengungkapan transaksi gala Pemilik mengungkapkan dalam Belum
dalam pelaporan tertulis karena laporan keuangan terkait transaksi sepenuhnya
dilakukan secara lisan. Akad perjanjian ijarah sesuai
dibuat secara kwitansi saja yang
menunjukkan jumlah dan jangka waktu

Page 149
Azhar Hasan, Heru Fahlevi, Aliamin
Penerapan Prinsip Akuntansi Syariah Pada Praktik Transaksi Tradisional Mawah Dan Gala Di Kabupaten Aceh
Besar

Selanjutnya, tradisi gala telah sesuai prinsip saling menjamin sehingga


dengan prinsip transaksi syariah karena keduanya telah saling bersinergi untuk
dilakukan berdasarkan asas saling percaya kemaslahatan bersama; pada dasarnya,
dimana pihak yang memiliki kelebihan praktik gala tidak mengandung unsur riba,
dana memahami kebutuhan saudaranya kezaliman, judi, ketidakpastian, dan haram
sehingga rela memberikan pinjaman, apabila dilakukan dengan benar.
kemudian yang menerima pinjaman pun Masyarakat Kabupaten Aceh Besar telah
memahami bahwa diperlukan jaminan atas melaksanakan praktik gala berdasarkan
hutangnya untuk menguatkan hutangnya ketentuan syariah. Lebih jelasnya
apabila tidak sanggup melunasinya kesesusaian tradisi gala dengan prinsip
dikemudian hari sehingga melahirkan transaksi syariah dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Kesesuaian Tradisi Gala Dengan Prinsip Transaksi Syariah


No Tradisi Gala Di Kab.Aceh Besar Prinsip Transaksi Syariah Kesimpulan
(Nurhayati dan Wasilah, 2016:95)
1 Transaksi gala dilakukan Persaudaraan (ukuhuwah) Sudah sesuai
berdasarkan rasa saling percaya merupakan prinsip transaksi syariah dengn asas
karena telah mengenal, dan yang didalamnya mengandung transaksi syariah
memahami satu sama lain. nilai-nilai kebersamaan dengan
tidak mementingkan kepuasan diri
sendiri diatas penderitaan orang lain
2 Pada dasarnya, praktik gala tidak Keadilan (‘adalah) menunjukkan Sudah sesuai
mengandung unsur riba, kezaliman, bahwa prinsip transaksi syariah dengn asas
judi, ketidakpastian, dan haram tidak boleh mengandung unsur riba, transaksi syariah,
apabila dilakukan dengan benar. meskipun masih
kezaliman, maysir, gharar dan
Meskipun masih ada sebagian orang ada sebagian
yang melakukan penggunaan barang haram karena unsur –unsur tersebut yang masih
jaminan oleh penerima gala. adalah cara-cara yang dapat menggunakan
merugikan pihak lain. barang jaminan

3 Praktik gala memiliki nilai manfaat Kemaslahatan (maslahah) yaitu Sudah sesuai
bagi masyarakat karena ada unsur prinsip transaksi syariah dimana dengn asas
saling tolong menolong dalam harus memiliki manfaat bagi transaksi syariah
menyelesaikan kesulitan orang lain.
seluruh umat manusia baik dalam
kehidupan dunia maupun akhirat
nanti

4 Praktik gala adalah salah satu Keseimbangan (tawazun) berarti Sudah sesuai
aktivitas ekonomi yang bahwa transaksi syariah harus dengn asas
diperbolehkan oleh syariah karena seimbang dalam segala aspek baik transaksi syariah
meminjamkan dana kepada orang
sosial, material, spiritual, privat,
lain itu diperbolehkan karena bersifat
saling tolong menolong. Sikap ini publik dan lainnya
melahirkan keseimbangan antara
dunia dan akhirat karena yang
menolong akan mendapatkan pahala
secara akhirat dan yang ditolong
dapat menyelesaikan masalah
hidupnya secara duniawi.
5 Praktik gala dapat dilakukan oleh Universalisme (syumuliyah) dimana Sudah sesuai
semua manusia didunia tanpa pada hakikatnya, transaksi syariah dengn asas

Page 150
Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 4 No. 2 2020, 135-155
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/jka

terkecuali baik suku, agama, maupun dapat dijalankan oleh pihak tanpa transaksi syariah
negara. Hal ini dapat dilihat dari terkecuali selama sesuai dengan
adanya akad rahn dalam perbankan semangat kerahmatan semesta
syariah.

PEMBAHASAN sesuai dengan hukum adat yang berlaku


Tradisi Mawah Dan Praktik Akuntansi sehingga terjadi perselisihan (Susanti,
Syariah 2015). Jannah (2017) juga menemukan
Penelitian ini menemukan bahwa praktik hasil yang serupa terkait perjanjian bagi
mawah di Aceh Besar secara umun telah hasil ternak sapi antara pemilik sapi
sesuai dengan dengan praktik akuntansi dengan peternak yang terjadi di
syariah karena telah memenuhi rukun dan Kecamatan Indrajaya masih dilakukan
ketentuan syariah; kesesuaian dengan tanpa catatan yang memadai.
PSAK 105 pada pengakuan dan Berdasarkan hasil penelitian ditemukan
pengukuran dan kesesuaian dengan prinsip bahwa praktik perjanjian bagi hasil mawah
transaksi syariah yaitu adanya unsur di Kabupaten Aceh Besar adalah
persaudaraan (ukhuwah), keadilan mudharabah muqayyadah atau disebut
(‘adalah), kemaslahatan (maslahah), juga sebagai investasi terikat. Dalam
keseimbangan (tawazun) dan skema tersebut, pemilik dana menetapkan
universalisme (syumuliyah). Dari sisi batasan dana, lokasi, cara, dan/atau objek
PSAK 105 mengenai penyajian dan investasi atau sektor usaha yang boleh
pengakuan belum konsisten karena tidak dilakukan oleh pengelola. Sanksi akan
adanya penungkapan dan penyajian diberikan jika pengelola melanggar,
laporan keuangan. misalnya sanksi berbentuk uang denda
Mawah dilakukan atas dasar saling (Nurhayati dan Wasilah, 2016:131).
mengenal dan saling percaya sehingga Hasil penelitian ini mendukung penelitian
perjanjian dilakukan dengan lisan tanpa Ibrahim (2015) bahwa keterbukaan dan
adanya akad tertulis apalagi laporan kejelasan diawal akad mawah untuk
keuangan. Atas konsep inilah kedua pihak mencegah terjadinya riba, gharar, dan
melakukan kerja sama ekonomi untuk tadlis dan untuk mendapatkan rasa saling
keuntungan bersama yang didasari nilai menerima (Syamsuddin, 2018).
sosial dan kepercayaan antar sesama Dalam Islam, konsep bagi hasil kerja sama
(Arena, Herawati, & Setiawan, 2017). didasarkan pada prinsip bahwa para
Temuan ini mendukung hasil penelitian pemodal akan menanggung kerugian
yang dilakukan oleh Nelly dan Rahmi sedangkan keuntungan akan dibagi
(2017) bahwa model pelaksanaan mawah diantara kedua belah pihak sesuai dengan
di Kecamatan Kuta Baro dilakukan secara ketentuan yang didasarkan pada persentase
lisan atas dasar kepercayaan dan bukan dalam jumlah nominal yang pasti
manajemen masih bersifat tradisional (Muhammad, 2000:10). Dalam transaksi
berdasarkan jiwa saling membantu dan mawah, kerugian terjadi apabila hasil
rasa kekeluargaan. Pertanggung jawaban panen tidak sesuai dengan harapan
risiko juga dilakukan secara kekeluargaan sehingga hasilnya akan tetap dibagi
tanpa adanya unsur paksaan dan itu diantara pemilik tanah dan pengelola.
dilakukan sesuai dengan kesepakatan Hal ini sesuai dengan penelitian Sudiarti et
bersama (Mardasari, 2108). al (2017) bahwa praktik mawah dilakukan
Minimnya pencatatan transaksi juga dengan sistem profit sharing melalui enam
ditemukan pada pratik mawah di desa model bagi hasil mawah yang dipraktikkan
Blangkiree berdasarkan hukum adat, oleh masyarakat petani di Kabupaten Pidie
namun ternyata dalam pelaksanannya tidak Jaya yang memiliki dampak positif bagi

Page 151
Azhar Hasan, Heru Fahlevi, Aliamin
Penerapan Prinsip Akuntansi Syariah Pada Praktik Transaksi Tradisional Mawah Dan Gala Di Kabupaten Aceh
Besar

kesejahteraan manusia karena mampu mawah di Aceh namun memiliki nama


mengurangi angka pengangguran dimana yang berbeda.
petani telah memiliki pekerjaan tetap Selanjutnya, hasil penelitian ini juga sesuai
dengan adanya tanah garapan, dengan hasil penelitian Irawan (2018) juga
meningkatkan pendapatan sehingga sesuai dimana praktik mampaduoi di
mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari, Sumerata Barat dalam perjanjian bagi
mampu menyekolahkan anak-anak hingga hasilnya sudah sesuai dengan ketentuan
mereka mendapatkan pekerjaan yang layak syariah karena perjanjian bagi hasil yang
dan mandiri, dan mampu menginvestasikan digunakan melalui prinsip kekeluargaan
pendapatannya pada perbaikan dan atau badusanak dan saling menolong
perluasan rumah dan mampu membeli dengan nisbah 4 atau 1:3 untuk sesama
tanah untuk dikelola pribadi sehingga tidak keluarga dekat dan bagi 3 atau 1:2 untuk
lagi bergantung pada milik orang lain. non keluarga. Praktik mampaduoi yang
Furqan & Hidayan (2018) menemukan dilakukan oleh masyarakat di Sumatera
bahwa dampak dari pemberdayaan mawah Barat ini sama dengan konsep mawah di
sapi telah membantu pihak yang terlibat Aceh.
menjadi keluarga yang sejahtera dimana Tradisi Gala Dan Prinsip Transaksi
keuntungan dari mawah sapi digunakan Syariah
untuk kebutuhan sehari-hari, biaya Tradisi gala mengandung prinsip
pendidikan anak, kendaraan, dan tempat persaudaraan sebagaiman pada praktik
tinggal mawah karena dilaksanakan berdasarkan
Praktik mawah sesuai dengan prinsip sikap saling ridha dan saling percaya
keseimbangan dalam transaksi syariah sehingga tidak ada pencatatan maupun
karena mengandung nilai-nilai akad secara tertulis. Akad dilakukan secara
keseimbangan. Dalam ekonomi Islam lisan, sebagai bukti transaksi biasanya
pemeliharaan kekayaan nasional bukan dibuat kwitansi dengan saksi pihak yang
berada ditangan individu, tetapi setiap dipercaya seperti keluarga atau kepala desa
orang dapat memperoleh kekayaan sesuai apabila jumlah pinjaman yang diberikan
dengan kebutuhan hidupnya tanpa besar. Hasil penelitian ini mendukung
berlebih-lebihan dengan jalan yang baik penelitian yang dilakukan oleh (Fajri, et al,
dan benar sehingga terjadi keseimbangan 2017) mengenai praktik gala di Kecamatan
dalam perputaran kekayaan antara orang Manggeng dan Kuala Batee (Aceh Selatan)
kaya dengan orang miskin yang pada bahwa transaksi gala dilakukan oleh dua
akhirnya akan tercipta harmonisasi pihak karena memiliki hubungan ikatan
kehidupan yang berkelanjutan (sustainable keluarga.
growth) (Fahriansah, 2017) Praktik gala di Kabupaten Aceh Besar
Praktik mawah di Kabupaten Aceh Besar belum sepenuhnya sesuai dengan prinsip
secara garis besar telah sesuai dengan keadilan. Hal ini dikarenakan masih ada
prinsip ekonomi Islam. Hal ini konsisten masyarakat yang menggunakan
dengan hasil penelitian yang dilakukan pengelolaan barang jaminan gala sehingga
oleh (Rahmah, et al, 2019). Penelitian dapat menimbulkan unsur riba. Selain itu,
mereka terkait dengan pengaruh bagi hasil tidak ada perjanjian tertulis sehingga tidak
maro terhadap kesejahteraan petani di ada batasan waktu pengembalian dana.
Kecamatan Pontang Desa Kubang Puji Waktu ditentukan berdasarkan
Provinsi Jawa Tengan menunjukkan bahwa kesanggupan peminjam untuk menebusnya
maro memiliki pengaruh yang positif sehingga menyebabkan adanya unsur
terhadap kesejahteraan petani di sana ketidakjelasan jangka waktu akad. Praktik
(Rahmah, et al, 2019). Praktik maro di gala belum memenuhi rukun dan syarat-
Jawa Tengah ini sama dengan praktik syarat rahn atau gadai karena di dalam

Page 152
Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 4 No. 2 2020, 135-155
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/jka

akad gadai belum jelas tertera batas waktu ekonomi, tambahan modal usaha, acara
pengembalian hutang sehingga dapat pernikahan dan kematian, pendidikan anak,
berpengaruh timbulnya kesalahpahaman terjebak hutang, dan pengobatan. Maka,
antara para pihak yang pada akhirnya dapat dengan adanya transaksi gala telah
menimbulkan perselisihan. Selain itu, memberikan manfaat bagi mereka dalam
temuannya juga menunjukkan bahwa menyelesaikan segala persoalan tersebut.
kaidah gala belum sesuai dengan kaidah Tradisi gala mengandung unsur
akad rahn dimana adanya pemanfaatan keseimbangan. Tradisi gala di Kabupaten
hasil dari marhun (barang jaminan) yang Aceh Besar dilakukan dengan cara
berupa sawah oleh penerima gala. pinjaman yang dinilai dengan takaran emas
Dalam penelitian Ibrahim (2015) kemudian jaminan yang diberikan dalam
ditemukan bahwa masyarakat yang terlibat bentuk aset tetap yaitu tanah sawah.
dalam transaksi gala memiliki kesulitan Transaksi gala atau gadai harus dilakukan
ekonomi karena kehilangan mata secara seimbang dengan makna
pencaharian sehingga sulit untuk menebus menguntungka kedua belah pihak baik
kembali tanah galannya, sementara harta si secara material maupun spiritual. Jika
penerima gala terus bertambah yang akibat dianalisis, dalam transaksi gala telah
dari pengelolaan barang galaan tanpa mengandung unsur keseimbangan.
sedikitpun mengurangi piutangnya. Hal ini Gala dijalankan atas prinsip saling tolong
menyebabkan potensi tertindasnya satu menolong sehingga memberikan nilai
pihak oleh pihak lain akibat dari perjanjian ibadah bagi pemberi pinjaman, sedangkan
gala dan menjadikan unsur ridha menjadi yang menerima pinjaman memiliki
unsur keterpaksaan. keuntungan material karena dapat
Iqbal dan Sukirno (2017) berpendapat memenuhi kebutuhannya dengan pinjaman
bahwa angunan atau objek gadai tersebut.Seperti halnya transaksi mawah.
digunakan hanya sekedar untuk Transaksi gala juga dapat dijalankan oleh
memastikan jaminan kepercayaan pada semua pihak asalkan memenuhi rukun dan
pihak pemberi gadai. Dalam Islam tidak ketentuan syariahnya.
dibenarkan adanya pemanfaatan terhadap
objek gala jika menimbulkan KESIMPULAN DAN SARAN
kemudharatan kepada pemberi gadai. Penelitian ini menemukan bahwa praktik
Sebagian ulama hanya berpendapat bahwa mawah dan gala di Aceh Besar secara
pemanfaatan dibolehkan sebesar umum sesuai dengan praktik akuntansi
pengeluaran pihak penerima gadai syariah terkait dengan rukun dan ketentuan
terhadap barang gadaian, misalkan pihak syariah, PSAK 105, dan serta prinsip
penerima gadai boleh menikmati susu sapi transaksi syariah yaitu persaudaraan,
gadaian sebanyak makanan yang diberikan keadilan, kemaslahatan, keseimbangan dan
untuk lembu (Anshori, 2006:117). universalisme. Namun demikian, baik
Di Kabupaten Aceh Besar, praktik gala mawah maupun gala dalam hal penyajian
banyak dilakukan sesuai dengan rukun dan dan pengungkapan masih bersifat
ketentuan syariah. Praktik gala yang sederhana bukan dalam bentuk laporan
dijalankan memberikan solusi bagi keuangan. Temuan lainnya juga berkaitan
kebutuhan ekonomi yang mendesak dengan penggunaan harta yang digadaikan
sehingga mengandung nilai manfaat bagi secara sepihak yang secara prinsip syariah
keberlangsungan hidup manusia. tidak diizinkan.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Penelitian ini memiliki sejumlah
yang dilakukan oleh Fajri et al (2017) keterbatasan yaitu, skope penelitian hanya
dimana masyarakat melaksanakan di kawasasn Aceh Besar sehingga tidak
transaksi gala karena adanya kesulitan bisa digenaralisis untuk seluruh praktik

Page 153
Azhar Hasan, Heru Fahlevi, Aliamin
Penerapan Prinsip Akuntansi Syariah Pada Praktik Transaksi Tradisional Mawah Dan Gala Di Kabupaten Aceh
Besar

yang sama di Aceh. Penelitian ini juga Syariah). Jurnal Ihtiyadh, 1(2), 3–31.
tidak menggunakan teori akuntansi atau Fajri., Muksal., Gunawan, E., dan Kesuma,
teori sosial lainnya sehingga hasil M. . (2017). Gala (Gadai Tradisional)
penelitian tidak dapat dijelaskan secara Sebagai Solusi Alternatif Pengentasan
lebih mendalam. Dari segi data, responden Kemiskinan. Di Presentasikan pada
yang terlibat relatif tidak banyak. Bagi Seminar Nasional Kemaritima II
peneliti selanjutnya yang ingin melakukan Universitas Serambi Mekkah. Paper
penelitian mengenai tradisi mawah dan di Presentasikan pada Seminar
gala dari sisi akuntansi syariah disarankan Nasional Kemaritima II Universitas
untuk dapat melakukan penelitian secara Serambi Mekkah.
lebih mendalam dengan metode lainnya Furqan & Hidayan, E. (2018).
seperti kuantitaf maupun kualitatif- Pemberdayaan Masyarakat Melalui
kuantitatif (mix method) dengan jumlah Tradisi Mawah (Studi Kasus
responden yang lebih besar dengan jangka Pemeliharaan Ternak Sapi Di Desa
waktu yang lebih lama. Penelitian terkait Mibo Kecamatan Banda Raya Banda
dengan transaksi bisnis tradisional di Aceh)e. Al-Idarah: Jurnal
kawasan Indonesia lainnya juga diperlukan Manajemen Dan Administrasi Islam,
untuk memperkaya khasanan kajian 2(1), 25–37.
akuntansi. Hanif. (2017). (Re)Konstruksi Akuntansi
Keuangan Bagi Hasil Sistem Mato.
REFERENSI Jurnal Akuntansi Multiparadigma,
Abdurrahman. (2015). Praktik Mawah 8(2), 227–243.
Melalui Mudharabah Dalam Ibrahim, A. (2015). Praktik Ekonomi
Masyarakat Aceh. Premise Law, 11, Masyarakat Aceh Dalam Konteks
1–18. Ekonomi Islam: Kajian Terhadap
Anshori, G, A. (2006). Gadai Syariah Di Sistem Mawah Dan Gala Praktik
Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada Ekonomi Masyarakat Aceh Dalam
University Press. Konteks Ekonomi Islam,
Answar, F., Amaliah, T. H., & Naholo, S. (November).
(2015). Internalisasi Nilai-Nilai Ikatan Akuntan Indonesia. (2007).
Budaya Gorontalo “Rukono Lo Pernyataan Standar Akuntansi
Taaliya” dalam Penetapan Harga Jual Keuangan (PSAK) Nomor 105
pada Pedagang Tradisional di Kota Tentang Akuntansi Mudharabah.
Gorontalo. Jurnal Akuntansi & Ikatan Akuntan Indonesia.
Auditing, 12(2), 89–109. Ikatan Akuntan Indonesia. (2009).
Arena, T., Herawati, N., & Setiawan, A. R. Pernyataan Standar Akuntansi
(2017). “Akuntansi Luar Kepala” dan Keuangan (PSAK) Nomor 107
“Sederhana” ala UMKM Batik Tentang Akuntansi Ijarah. Ikatan
Tanjung Bumi yang Sarat Nilai Akuntan Indonesia.
Religiusitas dan Kesalingpercayaan Iqbal, M. dan S. (2017). Rekonstruksi
(Sebuah Studi Etnografis). Jurnal Perjanjian Gala (Gadai Adat) Pada
InFestasi, 13(2), 309–320. Masyarakat Adat Aceh Berbasis
Baihaki, A., & Malia, E. (2018). Arisan Syariah. Law Reform, 13(1), 98–113.
dalam perspektif akuntansi. Jurnal Irawan V. (2018). Praktik Sistem
Akuntansi Multiparadigma, 9(3), Mampaduoi Dalam Perjanjian Bagi
540–561. Hasil Sawah di Nagari Gunung
Fahriansah. (2017). Transaksi Ekonomi Medan, Sumatera Barat. Skripsi UIN
Klasik Masyarakat Aceh (Analisis Maulana Malik Ibrahim Malang.
Kelayakan Taqnin Hukum Ekonomi Jannah, M. . (2017). Pelaksanaan

Page 154
Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 4 No. 2 2020, 135-155
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/jka

Perjanjian Bagi Hasil (Mawah) Melalui Praktek Adat Mawah (Bagi


Ternak Sapi Dalam Masyarakat Adat. Hasil Usaha) di Kecamatan Kuta
Skripsi Universitas Syiah Kuala, Baro. In Paper di Presentasikan pada
Banda Aceh. Seminar Nasional Kemaritiman Aceh
Kusdewanti, A. I., Setiawan, A. R., Universitas Serambi Mekkah. Paper
Kamayanti, A., & Mulawarman, A. di Presentasikan pada Seminar
D. (2014). Akuntansi Bantengan: Nasional Kemaritiman Aceh
Perlawanan Akuntansi Indonesia Universitas Serambi Mekkah.
melalui Metafora Bantengan dan Nurhayati, S. dan W. (2016). Akuntansi
Topeng Malang. Jurnal Akuntansi Syariah Di Indonesia. Jakarta:
Multiparadigma, 5(April), 149–169. Salemba Empat.
Mahmud, S. (2008). Produktivitas Kerja Prasetyo, W. (2015). Ngelmu Ngalap-
dan Distribusi Kekayaan Dalam nyaur Transaksi Berbasis Akun-isme
Sistem Ekonomi Masyarakat Aceh: tanpa Kredit: Salam Satu Jiwa
Pendekatan Sosio-kultural Pedagang Kaki Lima Ngalam raya.
(Pengantar Buku “Horizon Ekonomi Jurnal Akuntansi Multiparadigma,
Syariah: Pemenuhan Kebutuhan dan 6(2), 327–340.
Distribusi” Oleh Zaki Fuad Chalil). Rahmah, S.Y., Syihabudin., dan K.
Banda Aceh: Arraniry Press. (2019). The Influence of ‘Maro’
Manan, A. (2014). Akuntansi dalam Profit-Sharing System Through
Perspektif Budaya Jawa: Sebuah Farmers’s Welfare. Journal of
Study Entografi pada Pedangang Islamics, Finance and Banking, 3(1),
Keliling di Kota Semarang. Jurnal 51–68.
Ilmu Manajemen Dan Akuntansi Rusdiyah, H., Muttaqin, Z., & Sa’adah.
Terapan (JIMAT), 5(1), 1–20. (2015). Sighat Ijab Kabul Transaksi
Mardasari, Y. (2108). Perjanjian Bagi Jual Beli: Perspektif Ulama
Hasil Mawah Lembu Dikalangan Kalimantan Selatan (Analisis Praktik
Masyarakat Desa Rabo Kec. Bermahzab di Kalimantan Selatan).
Seulimum Dalam Perspektif Akad Al - Banjari, 14(2), 194–210.
Musharabah. Skripsi Universitas Safwan. (2015). Penyelesaian Sengketa Di
Islam Negeri Ar-Raniry, Aceh. Lembaga Keuangan Syariah Melalui
Mardhatillah, F. (2017). Analisis Terhadap Peran Ombudsman Yogyakarta. Tesis
Penyelesaian Sengketa Mawah di UIN Sunan Kalijaga.
Lembaga Adat Aceh. Tesis Sudiarti., Harahap., dan S., & Safarida.
Universitas Islam Negeri Sunan (2017). Mawah dan Carter Di Aceh.
Kalijaga, Yogyakarta. Al-Muamalat Jurnal Ekonomi
Muhammad. (2000). Manajemen Bank Syariah, 3(1), 135–153.
Syariah. Yogyakarta: UPP Susanti, E. (2015). Pelaksanaan
AMPYKPN. Perjanjian Bagi Hasil (Mawah) Atas
Mushawwir, H. (2013). Sistem Mawah Binatang Ternak Dalam Masyarakat
Pada Usaha Ternak Sapi dan Adat. Skripsi Universitas Syiah
Kontribusinya Terhadap Pendapatan Kuala, Banda Aceh.
Keluarga Di Kecamatan Blang Syafei, R. (2001). Fiqih Muamalah.
Bintang Kabupaten Aceh Besar. Bandung: Pustaka Setia.
Skripsi Universitas Syiah Kuala, Syamsuddin. (2018). Peran Konsep
Banda Aceh. Mawah Sebagai Edukasi Permodalan
Nelly dan Rahmi. (2017). Strategi Masyarakat Aceh. Negotium, 1(1), 41–
Pengentasan Kemiskinan Berbasis 45.
Kearifan Lokal Masyarakat Aceh

Page 155

Anda mungkin juga menyukai