2 2020, 135-155
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/jka
Abstract
This study aims to analyze the obedience of traditional economic transaction practices that are still
found today namely, mawah and gala. Mawah is a tradition of business cooperation based on profit
sharing between capital owners and managers, while gala is a traditional pawning practice
commonly found in rural Acehnese communities including in Aceh Besar, Indonesia. Using a
qualitative approach, the researchers collected data from in-depth interviews and questionnaires.
Data was collected from December 2019 and March 2020. The respondents and interviewees were
people who have experiences in mawah and gala transaction as well as community leaders and
cultural figures in Aceh Besar district. The results showed that mawah and gala traditions in Aceh
Besar District follow sharia accounting practices in terms of pillars and sharia provisions with
reference to Indonesian Accounting Standard statement No. 105 and 107. However, there are still
some limitations for example, the absence of sufficient records on the transactions that can be linked
to the presence of trust and emotional connections among the people involved.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian praktik transaksi ekonomi tradisional yang
masih dijalankan sampai sekarang yaitu, mawah dan gala. Mawah adalah tradisi kerjasama bisnis
berdasarkan pembagian keuntungan antara pemilik modal dan pengelola, sedangkan gala merupakan
praktik gadai tradisional yang lazim ditemukan di masyarakat pedesaan Aceh. Dengan menggunakan
pendekatan kualitatif, peneliti menggumpulkan data melalui wawancara mendalam dan kuesioner di
Aceh Besar yang dilakukan antara bulan Desember 2019 sampai dengan Maret 2020. Responden dan
narasumber adalah masyarakat pelaku mawah dan gala serta tokoh masyarakat dan tokoh budaya di
kabupaten Aceh Besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi mawah dan gala di Kabupaten
Aceh Besar secara umum telah sesuai dengan praktik akuntansi syariah baik dari sisi rukun dan
ketentuan syariah dengan merujuk kepada PSAK Syariah 105 dan 107. Namun para pelaku transaksi
tradisional tersebut tidak melakukan pencatatan yang lengkap dan memadai sesuai dengan standar
akuntansi syariah yang diterima umum. Hal tersebut dapat dikaitkan dengan kuatnya hubungan
emosional dan kepercayaan antara pihak yang terlibat sehingga bukti transaksi yang tercatat tidak
dirasa penting.
Cronicle of Article: Received (September 2020); Revised (November 2020); and Published (December 2020).
©2020 Jurnal Kajian Akuntansi Lembaga Penelitian Universitas Swadaya Gunung Jati.
Profile and corresponding author: Azhar Hasan, Heru Fahlevi, dan Aliamin are from the Accounting Study
Program, Faculty of Economics and Business, Universitas Syiah Kuala, Indonesia. Corresponding Author:
hfahlevi@unsyiah.ac.id
How to cite this article: Hasan, A, Fahlevi, H.,& Aliamin. (2020). Penerapan Prinsip Akuntansi Syariah Pada
Praktik Transaksi Tradisional Mawah Dan Gala Di Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Kajian Akuntansi. 4 (2), 135-
155.
Page 135
Azhar Hasan, Heru Fahlevi, Aliamin
Penerapan Prinsip Akuntansi Syariah Pada Praktik Transaksi Tradisional Mawah Dan Gala Di Kabupaten Aceh
Besar
Page 136
Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 4 No. 2 2020, 135-155
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/jka
Page 137
Azhar Hasan, Heru Fahlevi, Aliamin
Penerapan Prinsip Akuntansi Syariah Pada Praktik Transaksi Tradisional Mawah Dan Gala Di Kabupaten Aceh
Besar
tradisi ini diidentikkan dengan transaksi maka skema mudharabah (gambar 1).
mudharabah dalam sistem ekonomi Islam,
Page 138
Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 4 No. 2 2020, 135-155
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/jka
Keterangan:
1. Akad rahn/rahn tajlisi disepakati oleh pemberi pinjaman dan peminjam
2. Barang/surat berharga atas barang (jika fidusia) diserahkan kepada pemberi pinjaman
Jika akad selesai, barang yang menjadi jamiman dikembalikan oleh penerima barang
(jaminan)
Akuntansi Syariah Mudharabah dan lainnya berdasarkan nilai wajar yang jelas
Gadai jumlahnya dan jenisnya. Dilarang untuk
Hadirnya akuntansi syariah merupakan memudharabahkan modal dan
suatu kebutuhan atas meningkatnya meminjamkannya lagi kepada pihak lain.
perkembangan transaksi syariah di Dalam hal pengelolaan, pengelola
Indonesia dimana bertujuan sebagai proses memiliki kebebasan selama tidak
untuk melaporkan transaksi keuangan melanggar ketentuan syariah.
perusahaan yang berbasis syariah seperti Ijab kabul dibolehkan dilakukan secara
perbankan syariah (Nurhayati dan tertulis, verbal, korespondensi atau melalui
Wasilah, 2016). Transaksi mudharabah komunikasi modern. Nisbah
dianggap sah apabila memenuhi empat keuntunganharus disepakati oleh kedua
rukun yaitu adanya pelaku, objek belah pihak dan dapat dilakukan ;
mudharabah, ijab kabul, dan nisbah perubahan jika disepakati kedua belah
keuntungan dengan ketentuan-ketentuan pihak.
(Nurhayati, 2016) yaitu pelaku, objek, ijab Sebagai alat evaluasi praktik Mawah dan
kabul dan nisbah keuntungan. Gala digunakan dua Pernyataan Standar
Pelaku harus mengetahui hukum dengan Akuntansi Keuangan (PSAK) Syariah
baik dan baliqh (sudah dewasa), baik itu yaitu PSAK Nomor 105 Tentang
muslim maupun non-muslim. Pemilik Akuntansi Mudharabah dan PSAK 107
tidak dibolehkan mencampuri manajemen tentang Akuntansi Ijarah yang bertujuan
usaha namun diberikan kesempatan turut untuk mengatur bagaimana pengakuan,
mengawasi. Selanjutnya, objek (modal dan pengukuran, penyajian dan pengungkapan
kerja) adalah aset dalam bentuk uang atau transaksi (Tabel 1).
Page 139
Azhar Hasan, Heru Fahlevi, Aliamin
Penerapan Prinsip Akuntansi Syariah Pada Praktik Transaksi Tradisional Mawah Dan Gala Di Kabupaten Aceh
Besar
memenuhi ketentuan yang telah diatur dalam akad; kondisi diluar kemampuan yang lazim
yang telah ditentukan dalam akad; atau hasil keputusan dari lembaga yang berwenang;
8. Investasi mudharabah diakui sebagai piutang jatuh tempo, apabila pengelola dana belum
membayar pada saat akad mudharabah berakhir sebelum atau saat jatuh tempo;
9. Penghasilan usaha dapat diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang
disepakati, apabila investasi mudharabah melebihi satu periode pelaporan;
10. Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah berakhir diakui
sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan kerugian investasi. Pada saat akad mudharabah
berakhir selisih antara: (a) investasi mudharabah setelah dikurangi penyisihan kerugian
investasi; dan (b) pengembalian investasi mudharabah diakui sebagai keuntungan atau
kerugian;
11. Dalam praktiknya, penghasilan usaha mudharabah dapat diakui berdasarkan laporan bagi
hasil atas realisasi penghasilan usaha dari pengelola dana, namun tidak diperbolehkan
mengakui pendapatan dari proyeksi hasil usaha;
12. Kesalahan pengelola dana sehingga terjadi kerugian akibat kelalaian, maka dibebankan
kepada pengelola dana, namun tidak mengurangi investasi mudharabah;
13. Pengelola dana dapat mengakui piutang jatuh tempo apabila bagian hasil usaha belum
dibayarkan olehnya.
2 Penyajian dan Pengungkapan
1. Investasi mudharabah dapat disajikan dalam laporan keuangan sebesar nilai tercatat oleh
pemilik dana;
2. Investasi mudharabah yang disajikan dalam laporan keuangan oleh pengelola dana tidak
terbatas pada: (a) dana syirkah temporer dari pemilik dana disajikan sebesar jumlah
nominalnya untuk setiap jenis mudharabah; (b) bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah
diperhitungkan dan telah jatuh tempo tetapi belum diserahkan kepada pemilik dana disajikan
sebagai kewajiban; dan (c) bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan
tetapi belum jatuh tempo disajikan dalam pos bagi hasil yang belum dibagikan;
3. Pemilik dana mengungkapkan ha-hal terkait transaksi mudharabah, tetapi tidak terbatas,
pada: (a) rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya; (b) penyisihan
kerugian investasi mudharabah selama periode berjalan; (c) pengungkapan yang diperlukan
sesuai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 101 Tentang Penyajian Laporan
Keuangan Syariah.
Sumber: (PSAK 105 tentang Akuntansi Mudharabah, 2007)
Dalam perbankan dan pegadaian syariah, Adapun komponen dan standar yang
transaksi gadai atau rahn diatur dalam digunakan dalam penelitian ini
PSAK 107 Tentang Akuntansi Ijarah. sebagaimana terlihat dalam tabel 2.
Page 140
Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 4 No. 2 2020, 135-155
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/jka
Page 141
Azhar Hasan, Heru Fahlevi, Aliamin
Penerapan Prinsip Akuntansi Syariah Pada Praktik Transaksi Tradisional Mawah Dan Gala Di Kabupaten Aceh
Besar
Analisis data dilakukan secara deskriptif Kabupaten Aceh Besar pada umumnya
dan eksploratif dengan metode kualitatif memiliki kesamaan di semua kecamatan
melalui beberapa tahapan. Tahapan yang ada di Aceh dimana mawah
pertama adalah melakukan pengumpulan merupakan pengelolaan tanah maupun
data mengenai tradisi mawah dan gala di hewan ternak milik orang lain dengan
Kabupaten Aceh Besar melalui ketentuan bagi hasil berdasarkan
wawancara, kuesioner dan dokumentasi. kesepakatan dengan tidak bertentangan
Reduksi data dilakukan setelahnya untuk pada aturan adat. Ketentuan bagi hasil
menggambarkan, menyederhanakan, dan berbeda-beda yaitu dibagi 3, 4, atau 5
mengelompokkan data berdasarkan topik antara pemilik dan pengelola tergantung
permasalahan penelitian sehingga dapat pada keadaan wilayah-wilayah tertentu
disajikan sebagai suatu informasi yang dan biaya-biaya yang dikeluarkan (Ketua
akan memberikan penarikan kesimpulan MAA).
dan pengambilan keputusan. Kesimpulan- Jika wilayah tersebut menggunakan irigasi
kesimpulan tersebut akan diklarifikasikan teknik, maka umumnya hasil dibagi 3 yaitu
dan diverifikasikan selama penelitian 3 pengelola dan 1 pemilik tanah dengan
berlangsung untuk meningkatkan kualitas ketentuan semua biaya dikeluarkan oleh
data. Tahapan penarikan kesimpulan ini pengelola. Namun, jika wilayah tadah
terdiri dari data mengenai kesesuaian hujan, maka di bagi 4, maupun 5.
tradisi mawah dan gala dengan praktik Terkadang bagi pemilik tanah yang
akuntansi syariah yang dimulai dari memiliki nilai sosial tinggi, biasanya
kesesuaian dengan rukun dan ketentuan hanya mengambil sedikit saja bagi
syariah; PSAK syariah 105 dan 107; dan hasilnya diluar aturan adat. Hal ini
prinsip transaksi syariah berupa diperbolehkan selama tidak melanggar
persaudaraan, kemaslahatan, keadilan, aturan adat.
keseimbangan dan universalisme. Selain mawah sawah, di Kabupaten Aceh
Besar juga dilakukan transaksi mawah
HASIL PENELITIAN sapi. Mawah sapi dilakukan dengan cara
Praktik Mawah dan Gala Di Kabupaten pemilik sapi menyerahkan sapinya untuk
Aceh Besar dikelola oleh orang lain dengan ketentuan
Berdasarkan hasil wawancara bagi hasil. Bagi hasil mawah sapi memiliki
menunjukkan bahwa transaksi mawah di ketentuan (Ketua MAA), yaitu:
Page 142
Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 4 No. 2 2020, 135-155
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/jka
Pertama, jika anak pertama lahir, maka atau laba bruto. Dengan demikian dapat
dibagi tiga dan anak kedua dibagi dua. disimpulkan bahwa prinsip ini telah sesuai
Uniknya, ketentuan bagi tiga hanya dengan PSAK 105 tentang pembagian
berlaku untuk anak sapi yang lahir pertama hasil usaha. Lebih lanjut juga disebutkan
saja. Kedua, apabila sapi tersebut tidak bahwa aset yang sering dijadikan objek
memiliki anak, maka pembagian hasil dalam transaksi mawah adalah tanah
usaha dihitung berdasarkan harga jual. pertanian dan hewan ternak. Dalam bidang
Misalnya harga modal awal sapi adalah Rp pertanian, aset atau modal mawah adalah
3 juta kemudian setelah dijual menjadi Rp sawah sedangkan dalam bidang peternakan
12 juta, maka ini tergantung pada yaitu hewan ternak berupa sapi, kambing,
kesepakatan bisa jadi dibagi 3, 4 maupun maupun kerbau. Dalam penelitian ini
2. ditemukan bahwa aset mawah dalam
Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa bidang peternakan adalah sapi. Skema
dalam tradisi mawah dilakukan atas tradisi mawah dapat dilihat pada gambar 3.
prinsip bagi hasil dengan dasar laba kotor
Selanjutnya, gala adalah akad perjanjian dengan bentuk pinjaman berupa emas.
antara pihak meminjam sejumlah dana Emas dijadikan ukuran pinjaman karena
(biasanya diukur dengan emas) untuk memiliki nilai tukar yang stabil meskipun
suatu keperluan dengan jaminan hartanya dalam jangka waktu yang lama. Berikut
dan pihak pemberi pinjaman. Aset yang skema tradisi gala dalam gambar 4.
dijadikan jaminan adalah tanah sawah
Page 143
Azhar Hasan, Heru Fahlevi, Aliamin
Penerapan Prinsip Akuntansi Syariah Pada Praktik Transaksi Tradisional Mawah Dan Gala Di Kabupaten Aceh
Besar
Page 144
Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 4 No. 2 2020, 135-155
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/jka
Page 145
Azhar Hasan, Heru Fahlevi, Aliamin
Penerapan Prinsip Akuntansi Syariah Pada Praktik Transaksi Tradisional Mawah Dan Gala Di Kabupaten Aceh
Besar
Page 146
Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 4 No. 2 2020, 135-155
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/jka
Page 147
Azhar Hasan, Heru Fahlevi, Aliamin
Penerapan Prinsip Akuntansi Syariah Pada Praktik Transaksi Tradisional Mawah Dan Gala Di Kabupaten Aceh
Besar
Page 148
Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 4 No. 2 2020, 135-155
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/jka
Tabel 6. Kesesuaian Tradisi Gala Dengan PSAK 107 Tentang Akuntansi Ijarah
No Tradisi Gala Di Kabupaten Aceh PSAK 107 tentang Akuntansi Kesimpulan
Besar Ijarah
I Pengakuan dan Pengkuran
1 Transaksi dilakukan antara penggala dan Pada saat terjadinya transaksi Sesuai
penerima gala dimana penggala gadai, maka jumlah pinjaman/kas
menyerahkan asetnya berupa sawah dinilai sebesar jumlah yang
sebagai jaminan hutang dan menerima dipinjamkan
gala menyerahkan emasnya sebagai
pinjaman
2 Tidak ada biaya pemeliharaan barang Pemilik memiliki tanggung jawab Sesuai
jaminan karena barang jaminan berada untuk menanggung biaya perbaikan
pada penggala untuk dikelola objek ijarah yang dapat dilakukan
baik secara langsung atau oleh
penyewa atas persetujuan pemilik
3 Jika penggala tidak sanggup melunasi Harga jual ijarah pada transaksi Sesuai
pinjamannya pada saat jatuh tempo, jual dan ijarah harus dilakukan
maka penggala dapat memperpanjang pada nilai wajar dan merupakan
pinjamannya secara otomatis dengan transaksi yang terpisah dan tidak
sepengetahuan pemberi pinjaman. Jika saling bergantung (ta’alluq)
benar2 tdk sanggup melunasi, maka
dapat menjual barang dengan
kesepakatan keduanya dengan nilai
wajar dan dilunasi sesuai jumlah
pinjaman sedangkan sisanya jika ada
dikembalikan ke pemilik tanah/penggala,
II Penyajian Pengungkapan
1 Tidak ada penyajian laporan keuangan Pendapatan ijarah disajikan secara Belum
secara tertulis sehingga tidak diketahui netto setelah dikurangi beban- sepenuhnya
pendapatannya secara tertulis beban yang terkait, misalnya beban sesuai
penyusutan, beban pemeliharaan
dan perbaikan, dan sebagainya.
2 Tidak ada pengungkapan transaksi gala Pemilik mengungkapkan dalam Belum
dalam pelaporan tertulis karena laporan keuangan terkait transaksi sepenuhnya
dilakukan secara lisan. Akad perjanjian ijarah sesuai
dibuat secara kwitansi saja yang
menunjukkan jumlah dan jangka waktu
Page 149
Azhar Hasan, Heru Fahlevi, Aliamin
Penerapan Prinsip Akuntansi Syariah Pada Praktik Transaksi Tradisional Mawah Dan Gala Di Kabupaten Aceh
Besar
3 Praktik gala memiliki nilai manfaat Kemaslahatan (maslahah) yaitu Sudah sesuai
bagi masyarakat karena ada unsur prinsip transaksi syariah dimana dengn asas
saling tolong menolong dalam harus memiliki manfaat bagi transaksi syariah
menyelesaikan kesulitan orang lain.
seluruh umat manusia baik dalam
kehidupan dunia maupun akhirat
nanti
4 Praktik gala adalah salah satu Keseimbangan (tawazun) berarti Sudah sesuai
aktivitas ekonomi yang bahwa transaksi syariah harus dengn asas
diperbolehkan oleh syariah karena seimbang dalam segala aspek baik transaksi syariah
meminjamkan dana kepada orang
sosial, material, spiritual, privat,
lain itu diperbolehkan karena bersifat
saling tolong menolong. Sikap ini publik dan lainnya
melahirkan keseimbangan antara
dunia dan akhirat karena yang
menolong akan mendapatkan pahala
secara akhirat dan yang ditolong
dapat menyelesaikan masalah
hidupnya secara duniawi.
5 Praktik gala dapat dilakukan oleh Universalisme (syumuliyah) dimana Sudah sesuai
semua manusia didunia tanpa pada hakikatnya, transaksi syariah dengn asas
Page 150
Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 4 No. 2 2020, 135-155
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/jka
terkecuali baik suku, agama, maupun dapat dijalankan oleh pihak tanpa transaksi syariah
negara. Hal ini dapat dilihat dari terkecuali selama sesuai dengan
adanya akad rahn dalam perbankan semangat kerahmatan semesta
syariah.
Page 151
Azhar Hasan, Heru Fahlevi, Aliamin
Penerapan Prinsip Akuntansi Syariah Pada Praktik Transaksi Tradisional Mawah Dan Gala Di Kabupaten Aceh
Besar
Page 152
Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 4 No. 2 2020, 135-155
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/jka
akad gadai belum jelas tertera batas waktu ekonomi, tambahan modal usaha, acara
pengembalian hutang sehingga dapat pernikahan dan kematian, pendidikan anak,
berpengaruh timbulnya kesalahpahaman terjebak hutang, dan pengobatan. Maka,
antara para pihak yang pada akhirnya dapat dengan adanya transaksi gala telah
menimbulkan perselisihan. Selain itu, memberikan manfaat bagi mereka dalam
temuannya juga menunjukkan bahwa menyelesaikan segala persoalan tersebut.
kaidah gala belum sesuai dengan kaidah Tradisi gala mengandung unsur
akad rahn dimana adanya pemanfaatan keseimbangan. Tradisi gala di Kabupaten
hasil dari marhun (barang jaminan) yang Aceh Besar dilakukan dengan cara
berupa sawah oleh penerima gala. pinjaman yang dinilai dengan takaran emas
Dalam penelitian Ibrahim (2015) kemudian jaminan yang diberikan dalam
ditemukan bahwa masyarakat yang terlibat bentuk aset tetap yaitu tanah sawah.
dalam transaksi gala memiliki kesulitan Transaksi gala atau gadai harus dilakukan
ekonomi karena kehilangan mata secara seimbang dengan makna
pencaharian sehingga sulit untuk menebus menguntungka kedua belah pihak baik
kembali tanah galannya, sementara harta si secara material maupun spiritual. Jika
penerima gala terus bertambah yang akibat dianalisis, dalam transaksi gala telah
dari pengelolaan barang galaan tanpa mengandung unsur keseimbangan.
sedikitpun mengurangi piutangnya. Hal ini Gala dijalankan atas prinsip saling tolong
menyebabkan potensi tertindasnya satu menolong sehingga memberikan nilai
pihak oleh pihak lain akibat dari perjanjian ibadah bagi pemberi pinjaman, sedangkan
gala dan menjadikan unsur ridha menjadi yang menerima pinjaman memiliki
unsur keterpaksaan. keuntungan material karena dapat
Iqbal dan Sukirno (2017) berpendapat memenuhi kebutuhannya dengan pinjaman
bahwa angunan atau objek gadai tersebut.Seperti halnya transaksi mawah.
digunakan hanya sekedar untuk Transaksi gala juga dapat dijalankan oleh
memastikan jaminan kepercayaan pada semua pihak asalkan memenuhi rukun dan
pihak pemberi gadai. Dalam Islam tidak ketentuan syariahnya.
dibenarkan adanya pemanfaatan terhadap
objek gala jika menimbulkan KESIMPULAN DAN SARAN
kemudharatan kepada pemberi gadai. Penelitian ini menemukan bahwa praktik
Sebagian ulama hanya berpendapat bahwa mawah dan gala di Aceh Besar secara
pemanfaatan dibolehkan sebesar umum sesuai dengan praktik akuntansi
pengeluaran pihak penerima gadai syariah terkait dengan rukun dan ketentuan
terhadap barang gadaian, misalkan pihak syariah, PSAK 105, dan serta prinsip
penerima gadai boleh menikmati susu sapi transaksi syariah yaitu persaudaraan,
gadaian sebanyak makanan yang diberikan keadilan, kemaslahatan, keseimbangan dan
untuk lembu (Anshori, 2006:117). universalisme. Namun demikian, baik
Di Kabupaten Aceh Besar, praktik gala mawah maupun gala dalam hal penyajian
banyak dilakukan sesuai dengan rukun dan dan pengungkapan masih bersifat
ketentuan syariah. Praktik gala yang sederhana bukan dalam bentuk laporan
dijalankan memberikan solusi bagi keuangan. Temuan lainnya juga berkaitan
kebutuhan ekonomi yang mendesak dengan penggunaan harta yang digadaikan
sehingga mengandung nilai manfaat bagi secara sepihak yang secara prinsip syariah
keberlangsungan hidup manusia. tidak diizinkan.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Penelitian ini memiliki sejumlah
yang dilakukan oleh Fajri et al (2017) keterbatasan yaitu, skope penelitian hanya
dimana masyarakat melaksanakan di kawasasn Aceh Besar sehingga tidak
transaksi gala karena adanya kesulitan bisa digenaralisis untuk seluruh praktik
Page 153
Azhar Hasan, Heru Fahlevi, Aliamin
Penerapan Prinsip Akuntansi Syariah Pada Praktik Transaksi Tradisional Mawah Dan Gala Di Kabupaten Aceh
Besar
yang sama di Aceh. Penelitian ini juga Syariah). Jurnal Ihtiyadh, 1(2), 3–31.
tidak menggunakan teori akuntansi atau Fajri., Muksal., Gunawan, E., dan Kesuma,
teori sosial lainnya sehingga hasil M. . (2017). Gala (Gadai Tradisional)
penelitian tidak dapat dijelaskan secara Sebagai Solusi Alternatif Pengentasan
lebih mendalam. Dari segi data, responden Kemiskinan. Di Presentasikan pada
yang terlibat relatif tidak banyak. Bagi Seminar Nasional Kemaritima II
peneliti selanjutnya yang ingin melakukan Universitas Serambi Mekkah. Paper
penelitian mengenai tradisi mawah dan di Presentasikan pada Seminar
gala dari sisi akuntansi syariah disarankan Nasional Kemaritima II Universitas
untuk dapat melakukan penelitian secara Serambi Mekkah.
lebih mendalam dengan metode lainnya Furqan & Hidayan, E. (2018).
seperti kuantitaf maupun kualitatif- Pemberdayaan Masyarakat Melalui
kuantitatif (mix method) dengan jumlah Tradisi Mawah (Studi Kasus
responden yang lebih besar dengan jangka Pemeliharaan Ternak Sapi Di Desa
waktu yang lebih lama. Penelitian terkait Mibo Kecamatan Banda Raya Banda
dengan transaksi bisnis tradisional di Aceh)e. Al-Idarah: Jurnal
kawasan Indonesia lainnya juga diperlukan Manajemen Dan Administrasi Islam,
untuk memperkaya khasanan kajian 2(1), 25–37.
akuntansi. Hanif. (2017). (Re)Konstruksi Akuntansi
Keuangan Bagi Hasil Sistem Mato.
REFERENSI Jurnal Akuntansi Multiparadigma,
Abdurrahman. (2015). Praktik Mawah 8(2), 227–243.
Melalui Mudharabah Dalam Ibrahim, A. (2015). Praktik Ekonomi
Masyarakat Aceh. Premise Law, 11, Masyarakat Aceh Dalam Konteks
1–18. Ekonomi Islam: Kajian Terhadap
Anshori, G, A. (2006). Gadai Syariah Di Sistem Mawah Dan Gala Praktik
Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada Ekonomi Masyarakat Aceh Dalam
University Press. Konteks Ekonomi Islam,
Answar, F., Amaliah, T. H., & Naholo, S. (November).
(2015). Internalisasi Nilai-Nilai Ikatan Akuntan Indonesia. (2007).
Budaya Gorontalo “Rukono Lo Pernyataan Standar Akuntansi
Taaliya” dalam Penetapan Harga Jual Keuangan (PSAK) Nomor 105
pada Pedagang Tradisional di Kota Tentang Akuntansi Mudharabah.
Gorontalo. Jurnal Akuntansi & Ikatan Akuntan Indonesia.
Auditing, 12(2), 89–109. Ikatan Akuntan Indonesia. (2009).
Arena, T., Herawati, N., & Setiawan, A. R. Pernyataan Standar Akuntansi
(2017). “Akuntansi Luar Kepala” dan Keuangan (PSAK) Nomor 107
“Sederhana” ala UMKM Batik Tentang Akuntansi Ijarah. Ikatan
Tanjung Bumi yang Sarat Nilai Akuntan Indonesia.
Religiusitas dan Kesalingpercayaan Iqbal, M. dan S. (2017). Rekonstruksi
(Sebuah Studi Etnografis). Jurnal Perjanjian Gala (Gadai Adat) Pada
InFestasi, 13(2), 309–320. Masyarakat Adat Aceh Berbasis
Baihaki, A., & Malia, E. (2018). Arisan Syariah. Law Reform, 13(1), 98–113.
dalam perspektif akuntansi. Jurnal Irawan V. (2018). Praktik Sistem
Akuntansi Multiparadigma, 9(3), Mampaduoi Dalam Perjanjian Bagi
540–561. Hasil Sawah di Nagari Gunung
Fahriansah. (2017). Transaksi Ekonomi Medan, Sumatera Barat. Skripsi UIN
Klasik Masyarakat Aceh (Analisis Maulana Malik Ibrahim Malang.
Kelayakan Taqnin Hukum Ekonomi Jannah, M. . (2017). Pelaksanaan
Page 154
Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 4 No. 2 2020, 135-155
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/jka
Page 155