BAB I
PENDAHULUAN
Air merupakan komponen utama dari seluruh cairan yang berada dalam
tubuh dan jumlahnya berbeda-beda tergantung usia dan jenis kelamin serta
banyaknya lemak didalam tubuh. Dengan makan dan minum tubuh mendapatkan
asupan air dan elektrolit dan dikeluarkan dalam jumlah yang relatif sama.
Pengeluaran cairan dan elektrolit dari tubuh dapat berupa urin, tinja, keringat, dan
uap air pada saat bernafas. 1
Ketika terjadi gangguan keseimbangan cairan (homeostasis), harus segera
diberikan terapi cairan untuk mengembalikan keseimbangan air dan elektrolit.
Selain itu, terapi cairan juga dapat digunakan untuk memasukkan obat dan zat
makanan secara rutin atau juga digunakan untuk menjaga keseimbangan asam
basa.1
Manajemen resusitasi cairan adalah penting dan kekeliruan manajemen dapat
berakibat fatal. Untuk mempertahankan keseimbangan cairan maka input harus
sama untuk mengganti cairan yang hilang. Tujuan terapi cairan bukan untuk
kesempurnaan
keseimbangan
cairan,
tetapi
penyelamatan
jiwa
dengan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
2.1.1
Karakteristik Air
Air adalah senyawa esensial untuk makhluk hidup dan mempunyai
beberapa karakteristik fisiologik, diantaranya : media utama pada reaksi
intrasel dan diperlukan oleh sel untuk mempertahankan kehidupan.
Hampir semua reaksi biokimia tubuh terjadi dalam media air, sehingga
dapat dikatakan air merupakan pelarut dalam kehidupan. Air juga
merupakan pelarut terbaik untuk solut polar dan ionik, media transport
untuk sistem sirkulasi, ruang disekitar sel (ruang intravaskular,
interstisium) dan intrasel serta pengaturan suhu tubuh.2
2.1.2
bayi normal 70%-75% dari BB, pra pubertas 65%-70% dari BB, dan pada
orang dewasa sebesar 55-60% dari BB.2
Kadar lemak pada wanita umumnya lebih banyak dibandingkan
pria, sehingga kadar air pada pria lebih besar daripada wanita.
Tabel 1 persentase cairan tubuh berdasarkan usia
Umur
10-18
18-40
40-60
>60
Pria
59%
61%
55%
52%
Wanita
57%
51%
47%
46%
Jaringan 40%
Membran sel
a.
b.
a. Kompartemen Cairan Intrasel (ICF)
Cairan intrasel adalah cairan yang terdapat dalam sekitar 75 triliun
Plasma darah 5%
Cairan interstitial 15%
sel. Selain itu, cairan intrasel juga berperan dalam proses replikasi
dan berbagai fungsi khusus antara lain sebagai cadangan air untuk
mempertahankan volume dan osmolalitas cairan ekstrasel.2
Kandungan elektrolit dalam cairan intrasel bervariasi. Kation
utama adalah Kalium, sedangkan anion utama adalah fosfat dan
protein. Ion K +, Mg 2+ dan PO+42- merupakan solute yang dominan
untuk menimbulkan efek osmosis pada cairan intrasel. Ion K + juga
penting dalam biolistrik. Konsentrasi Ca 2+ intrasel sangat rendah.
b. Kompartemen Cairan Ekstrasel (ECF)
Jumlah seluruh cairan ekstrasel 20% BB (40% TBW) atau sekitar
14 liter pada orang dewasa normal dengan BB 70 kg. Dua
kompartemen terbesar dari cairan ekstrasel adalah cairan
interstitial, yang berjumlah lebih dari tiga perempat bagian cairan
ekstrasel dan plasma, yang berjumlah hampir seperempat cairan
ekstrasel, atau sekitar 3 liter. 2
Cairan ekstrasel berperan sebagai pengantar semua keperluan sel
(nutrien, oksigen, berbagai ion, trace minerals dan regulator
hormon/molekul) dan sebagai pengangkut CO2, sisa metabolisme,
bahan toksik atau bahan yang telah mengalami detoksifikasi dari
sekitar lingkungan sel.2
Komposisi bahan yang terlarut dalam sub kompartemen cairan
ekstrasel (plasma dan cairan interstisium) ternyata berbeda. Hal
tersebut disebabkan oleh pengaruh keseimbangan Gibbs-Donnan,
kadarnya tinggi pada cairan interstisium, kecuali untuk ion Ca
2+
dan Mg2+ karena ion ini banyak yang terikat pada protein plasma.
Perbedaan yang nyata antara cairan ekstrasel dan intrasel adalah
dalam
Na+
K+
Ca2+
Mg2+
ClHCO3PO42protein
SO42+
Anion organik
Plasma
(mEq/L)
140
4,5
5,0
1,7
104
24
2,0
15
1,0
5,0
Intracelule
r (mEq/L)
13
140
1x10-7
7,0
3,0
10
107
40
-
Interstitial
(mEq/L)
148
5,0
4,0
1,5
115
27
2,3
8
1,2
5,0
Komposisi bahan lain adalah non elektrolit yang merupakan zat seperti
glukosa dan urea yang tidak terdisosiasi dalam cairan. Zat lainnya
termasuk penting adalah kreatinin dan bilirubin.3
2.1.4
Volume Darah
Darah mengandung cairan ekstrasel (cairan dalam plasma) dan
cairan intrasel (cairan dalam sel darah merah). Akan tetapi, darah dianggap
sebagai kompartemen cairan terpisah karena darah terkandung dalam
ruangannya sendiri, yaitu sistem sirkulasi. Volume darah khususnya
penting dalam dinamika sistem kardiovaskuler. 2
Rata-rata darah orang dewasa adalah sekitar 7% BB atau sekitar 5
liter. Sekitar 60% darah berupa plasma dan 40% berupa sel darah merah,
namun persentase ini dapat bervariasi pada masing-masing orang,
bergantung pada jenis kelamin, berat badan dan faktor lainnya. 2
Nilai hematokrit pada pria normalnya 0,40 dan pada wanita kirakira 0,36. Penurunan nilai hematokrit terdapat pada anemia, sedangkan
peningkatannya terjadi pada kasus polisitemia.2
2.1.6. Solut
Terdapat dua jenis solut (zat terlarut) yaitu solut permeable dan
impermeabel. Solut permeabel adalah solute di dalam tubuh yang bersifat
inefektif dalam mempertahankan tekanan osmotik. Solut permeabel bebas
melintasi seluruh membran sel, tidak efektif dalam mempertahankan
tekanan osmotik dan tidak menyebabkan perpindahan air. Solut permeabel
terdiri dari urea (blood urea nitrogen, BUN), etanol, methanol (zat toksik)
dan etilen glikol. Urea yang solut permeabel, mudah melintasi membran
sel, menyebar pada seluruh cairan tubuh. Solut impermeabel adalah zat
terlarut atau solut didalam tubuh yang bersifat efektif, tidak bebas
melintasi membran sel (dari ekstraseluler ke intra seluler atau sebaliknya),
namun efektif mempengaruhi tekanan osmotik dan dapat menyebabkan
perpindahan air. Solut impermeabel intrasel adalah kalium, magnesium,
fosfat, sulfat dan protein. Solut impermeabel ekstrasel adalah natrium dan
anionnya (Cl, HCO3-), glukosa, manitol, gliserol, sorbitol.2
Urea dan glukosa merupakan komponen non-ionik osmolalitas
plasma. Konsentrasi glukosa dan urea pada keadaan nonpatologik relatif
biasanya
disebabkan
oleh
hipernatremia.
Hipertonisitas
merupakan stimulus utama rasa haus dan pelepasan ADH, rasa haus
meningkatkan asupan air, ADH menyebabkan retensi air oleh ginjal.
10
kalium
pada
frekuensi
pacemaker
dan
pada
otot
jantung
menyebabkan
jantung
menurunkan
jantung melambat.
Gangguan keseimbangan air dan natrium2
Perubahan yang terjadi pada volume dan komposisi cairan tubuh serta
osmolalitas akan menimbulkan empat gangguan dasar didalam tubuh
sebagai hipovolemia, edema, hiponatremia dan hipernatremia.
Gangguan volume
a. Hipovolemia
Hipovolemia adalah suatu keadaan dengan volume cairan tubuh
berkurang. Hal ini menyebabkan hipoperfusi jaringan. Hipovolemia dapat
terjadi pada dua keadaan yaitu deplesi volume dan dehidrasi.
Deplesi volume
11
Dehidrasi
Dehidrasi sering dikategorikan sesuai dengan kadar konsentrasi serum dari
natrium menjadi isonatremik (130-150 mEq/L), hiponatremik (<139
mEq/L)
atau
hipernatremik
(>150mEq/L).
Dehidrasi
isonatremik
di
kompartemen
intravaskular
berpindah
ke
kompartemen
12
hipotonis). Secara garis besar terjadi kehilangan air yang lebih banyak
dibandingkan natrium yang hilang. Karena kadar natrium tinggi, air di
kompartemen ekstraskular berpindah ke kompartemen intravaskular,
sehingga meminimalkan penurunan volume intravaskular.
Tabel 3 Tanda-tanda klinis dehidrasi2
Tanda
Kesadaran
Perfusi jaringan
Membran
mukosa
Air mata
HR
Tekanan darah
Nadi
Turgor kulit
Fontanel
Mata
Urin out put
Dehidrasi ringan
Compos mentis
2 detik
Normal
Dehidrasi sedang
lethargi
2-4 detik
kering
Dehidrasi berat
obtunded
>4detik
Panas dan kering
Normal
Sedikit meningkat
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Menurun
menurun
meningkat
Normal tapi orthostasis
cepat
lambat
menurun
cekung
oliguri
Tidak ada
Sangat meningkat
menurun
Cepat dan lemah
Sangat lambat
Cekung
Sangat cekung
Oliguri/anuria
Dewasa
4%
6%
8%
10-20%
Anak
4-5%
5%-10%
10%-15%
15-20%
b. Euvolemia (normovolemia)
Meski dikatakan euvolemia, kondisi ini menjelaskan kadar natrium
yang normal disertai peningkatan jumlah air tubuh. Kondisi seperti ini
dijumpai pada keadaan:
13
c. Hipervolemia
Hipervolemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan volume
cairan ekstrasel khususnya intravascular melebihi kemampuan tubuh
mengeluarkan air melaui ginjal, saluran cerna dan kulit.2
a.Edema
Edema adalah suatu keadaan akumulasi cairan di jaringan interstisium
secara berlebihan akibat penambahan volume yang melebihi kapasitas
penyerapan pembuluh limfe. Edema juga merupakan refleksi dari
kelebihan natrium dan hipervolemia. Menurut lokasi edema dapat
dibagi:
o Edema generalisata disebabkan oleh penurunan tekanan osmotic
koloid pada hipoproteinemia
o Edema lokal disebabkan oleh kerusakan kapiler, konstriksi sirkulasi
(vena regional) atau sumbatan drainase limfatik.2
14
b. Hipernatremia
Jika kadar natrium > 160 mg/L maka akan timbul gejala berupa
perubahan mental, letargi, kejang, koma, lemah. Hipernatremi dapat
disebabkan oleh kehilangan cairan (diare, muntah, diuresis, diabetes
insipidus, keringat berlebihan), asupan air kurang, asupan natrium
berlebihan. Terapi keadaan ini adalah penggantian cairan dengan 5%
dekstrose dalam air sebanyak {(X-140) x BB x 0,6}: 140.4
15
2. Hiperkalemia
Terjadi jika kadar kalium > 5 mEq/L, sering terjadi karena
insufisiensi renal atau obat yang membatasi ekskresi kalium (NSAIDs,
ACE-inhibitor, siklosporin, diuretik). Tanda dan gejalanya terutama
16
17
adalah
sodium
klorida
isotonik
dan
penggantian
18
2.3.Terapi Cairan
Terapi cairan merupakan salah satu aspek terpenting dari perawatan
pasien. Pemilihan cairan sebaiknya berdasarkan atas status hidrasi pasien,
konsentrasi elektrolit dan kelainan metabolik yang ada. Secara sederhana
tujuan terapi cairan dibagi atas resusitasi atau pengganti yaitu untuk
mengganti kehilangan cairan akut dan rumatan untuk mengganti kehilangan
harian. 3
Terapi cairan ialah tindakan untuk memelihara, mengganti cairan
tubuh dalam batas-batas fisiologis dengan cairan infus kristaloid (elektrolit)
atau koloid (plasma ekspander) secara intravena.3
Terapi cairan berfungsi untuk mengganti defisit cairan saat puasa
sebelum dan sesudah pembedahan, mengganti kebutuhan rutin saat
pembedahan, mengganti perdarahan yang terjadi, dan mengganti cairan yang
pindah ke rongga ketiga.3
Pemilihan cairan sebaiknya didasarkan atas status hidrasi pasien,
konsentrasi elektrolit, dan kelainan metabolik yang ada. Berbagai larutan
parenteral telah dikembangkan menurut kebutuhan fisiologis berbagai kondisi
medis. Terapi cairan intravena atau infus merupakan salah satu aspek
terpenting yang menentukan dalam penanganan dan perawatan pasien.
19
20
resusitasi patut diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat
seperti sirosis hati dan asidosis laktat. Adanya laktat dalam larutan Ringer
Laktat membahayakan pasien sakit berat karena dikonversi dalam hati
menjadi bikarbonat. 3
Secara sederhana, tujuan dari terapi cairan dibagi atas resusitasi untuk
mengganti kehilangan cairan akut dan rumatan untuk mengganti kebutuhan
harian
A. Terapi cairan resusitasi
Terapi cairan resusitasi ditujukan untuk menggantikan kehilangan
akut cairan tubuh atau ekspansi cepat dari cairan intravaskuler untuk
memperbaiki perfusi jaringan. Misalnya pada keadaan syok dan luka
bakar. Terapi cairan resusitasi dapat dilakukan dengan pemberian infus
Normal Saline (NS), Ringer Asetat (RA), atau Ringer laktat (RL)
sebanyak 20 ml/kg selama 30-60 menit. Pada syok hemoragik bisa
diberikan 2-3 L dalam 10 menit.
Dua cara yang lazim digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan pada
penderita luka bakar, yaitu :
21
B. Terapi rumatan
Terapi rumatan bertujuan memelihara keseimbangan cairan tubuh
dan nutrisi. Orang dewasa rata-rata membutuhkan cairan 30 - 35
ml/kgBB/hari dan elektrolit utama Na+ = 1 - 2 mmol/kgBB/hari dan
K+ = 1 mmol/kgBB/hari. Kebutuhan tersebut merupakan pengganti cairan
yang hilang akibat pembentukan urine, sekresi gastrointestinal, keringat
(lewat kulit) dan pengeluaran lewat paru atau dikenal dengan Insensible
Water Losses.
Untuk anak digunakan rumus Holiday Segar 4:2:1, yaitu:
22
Berat Badan
10kgberatbadan pertama
10kg kedua
Subsequent kg
23
yang
seringkali
menyertai
penyakit
bedahnya
24
1. Perdarahan
Secara teoritis perdarahan dapat diukur dari:
Botol penampung darah yang disambung dengan pipa
penghisap darah (suction pump)
Dengan cara menimbang kasa yang digunakan sebelum dan
setelah pembedahan. Kasa yang penuh darah (ukuran 4x4cm)
mengandung
ditentukan
berdasarkan
kepada
taksiran
(perlu
dibantu
dan
dengan
hematokrit
pemeriksaan
berulang-ulang
kadar
(serial).
dibandingkan
perdarahan
sebagai
akibat
adanya
25
26
27
Example of Operation
Tendon Repair
Tympanoplasty
Hysterectomy
Inguinal Hernia
Total hip replacement
Abdominal case with peritonitis
Rates (cristallid)
0-3ml/kg/hr
6ml/kg/hr
9ml/kg/hr
*includes 2ml/kg/hr maintenancce but not usual 3ml crystaloid/mlblood not replaced
with blood.
28
Volume darah
90 ml/kgBB
85 ml/kgBB
80 ml/kgBB
75 ml/kgBB
65 ml/kgBB
29
- 1 unit sel darah merah (PRC= Packed Red Cell) dapat menaikkan
kadar hemoglobin sebesar 1 gr% dan hematokrit 2-3% pada
dewasa.
- Transfusi 10 cc/kgBB sel darah merah dapat menaikkan kadar
hemoglobin 3 gr%. Monitor organ-organ vital dan diuresis, berikan
cairan secukupnya sehingga diuresis 1 ml/kgBB/jam.
30
31
32
33
dengan
luka
bakar,
pasien
dengan
cedera
kepala
untuk
34
fisiologis bila dibutuhkan dalam volume yang banyak. Laktat yang terdapat
pada RL akan diubah oleh hati menjadi bikarbonat.Bila diberikan dengan
volume yang banyak, NS akan menyebabkan asidosis hiperkloremik karena
NS mengandung natrium dan khlor yang tinggi (154mEq/L): konsentrasi
plasma bikarbonat menurun seiring dengan peningkatankonsentrasi khlor. NS
lebih dipilih pada keadaan alkalosis metabolik hipokloremik dan untuk
mencairkan packed-red blood cells sebelum transfusi. Dekstrosa 5% dalam
air (D5W) digunakan sebagai pengganti pada kekurangan air dan sebagai
cairan pemeliharaan pada pasien dengan pembatasan natrium. Cairan
hipertonik 3% Saline diberikan sebagai terapi simptomatik hiponatremia yang
berat. Cairan saline 3-7.5% diberikan sebagai resusitasi pada pasien dengan
shock hipovolemik.2
Tabel 7 Komposisi Cairan Kristaloid
Solution
5%
dekstrose
in
Tonicity
Na+
Cl-
K+
Ca2
Glucose
Lactate
(mosml/L)
Hypo
(mEq/L)
(mEq/L)
(mEq/L)
(mEq/L)
(g/l)
50
(mEq/L)
water (D5W)
Normal saline
D5 1/4NS
D5 1/2 NS
(253)
Iso (308)
Iso (330)
Hyper
154
38,5
77
154
38,5
77
50
50
D5NS
(407)
Hyper
154
154
50
(561)
Iso (273)
130
109
Hyper
130
109
Lactatcd
Ringers
Injection (RL)
D5LR
(525)
b.Koloid
28
50
28
35
Aktivitas osmotik pada zat dengan berat molekul yang tinggi pada
cairan koloid cenderung untuk mempertahankan cairan ini pada komponen
intravaskular. Meski waktu paruh cairan kristaloid di intravaskular adalah 2030 menit, tetapi waktu paruh cairan koloid diintravaskular dapat mencapai 3
sampai 6 jam. Harga dan komplikasi yang sering terjadi pada pemakai koloid
membuatnya jarang digunakan. 2
Indikasi umum yang diterima untuk pemakaian cairankoloid yaitu:
(1) resusitasi cairan pada pasien dengan kekurangan cairan intravaskular yang
berat (contoh: shock hemorrhagic) sebelum adanya transfusi darah yang
tersedia, dan (2) resusitasi cairan pada keadaan hipoalbuminemia yang berat
atau pada kondisi yang menyebabkan hilangnya protein dalam jumlah yang
besar seperti pada kasus luka bakar. Pada pasien luka bakar, pemberian cairan
koloid dapat juga dipertimbangkan bila luas luka bakar melebihi 30% dari
permukaan tubuh atau bila telah diberikan 3-4 L cairan kristaloid lebihdari
18-24 jam setelah terjadinya luka bakar.2
Banyak klinisi juga memberikan cairan koloid berbarengan dengan
cairan kristaloid ketika dibutuhkan cairan pengganti sebanyak 3-4 L sebelum
dilakukan transfusi. Perlu diperhatikan bahwa cairan ini tersedia dalam
normal saline (Cl-145-154 mEq/L) dan dapat menyebabkan asidosis
metabolik hiperkloremik. Beberapa cairan koloid yang ada merupakan berasal
baik dari protein plasma maupun polimer sintetik glukosa dan dimasukkan
dalam cairan elektrolit isotonis. Cairan koloid yang berasal dari darah berupa
albumin (cairan 5% dan 25%) dan fraksi plasma protein (5%). Keduanya
36
dipanaskan pada suhu 600C minimal selama 10 jam untuk mengurangi resiko
penyebaran hepatitis dan penyakit virus menular lainnya. Fraksi plasma
protein mengandung - dan -globulin sebagai tambahan dari albumin dan
sering menimbulkan reaksi hipotensif. Reaksi ini berupa reaksi alergi biasa
dan kemungkinan berkaitan dengan pengaktifan prekallikrein. Cairan koloid
sintetik berupa dextrose starches dan gelatin. Gelatin berkaitan dengan reaksi
alergi yang dimediasi oleh histamin. Cairan Dextran yang ada berupa dextran
70 (Macrodex) dan dextran 40 (Rheomacrodex), yangmemiliki berat molekul
70.000 dan 40.000. Meski dextran 70 merupakan cairan yang lebih baik
dibanding dextran 40, namun dextran 40 juga memperbaiki arus darah dalam
mikrosirkulasi dengan cara mengurangi viskositas darah. Efek antiplatelet
juga dapat terjadi pada pemberian dextran. Pemberian cairan melebihi 20
mL/kg per hari dapat mempengaruhi darah, dapat memperpanjang waktu
perdarahan (dextran 40), dan berhubungan dengan gagal ginjal. Dextran juga
dapat dianggap sebagai antigen yang menyebabkan reaksi anafilaktik atau
anafilaktoid yang berat. Dextran 1 (promit) dapat diberikan sebelum
pemberian dextran 40 atau dextran 70 untuk mencegah reaksi anafilaktik;
dextran 1 berperan sebagai hapten dan mengikat segala antibodi dextran yang
terdapat pada sirkulasi. Hetastarch (hydroxyethyl starch) terdapat pada cairan
6% dengan berat molekul 450.000. molekul kecil dibuang melalui ginjal,
dimana molekul yang lebih besar dihancurkan terlebih dahulu oleh amilase.
Hetastarch sangat efektif sebagai plasma expander dan tidak begitu mahal
dibanding albumin. Terlebih hetastarch tidak bersifat antigen dan reaksi
37
Produksi
Tipe
BM
Koloid
Plasma
Human
Serum
rata
50.000
protein
plasma
consered
volume
human
albumin
hipoproteinemia
Dextran
Leucomostoc
D 60/70
mesenteroid B
rata-
60.000-
Waktu
Indikasi
paruh
4-15 hari
6 jam
70.000
gelatin
c hemodilusi
A hemodilusi
B
512
pengganti
gangguan
mikrosirkulasi
Hidrolisis dari
-modifien
kolagen
gelatin
binatang
-urea linked
35.000
2-3 jam
(stroke)
Substitusi
volume
-oxylopi
gelatin
hydroxyl
Starch
ethyl
Hydroxyl
Hidrolisis
asam
dan
450.000
ethyl
6 jam
substitusi
volume
ethylen oxyde
B hemodilusi
treatment dari
kedelai
dan
Polyvinyl
jantung
Sintetik
Subtosan
50.000
Substitusi
pyrrolidon
polimer vanyl
penston
25.000
volume
e (PVC)
pyrolidone
38
Kerugian dari plasma expander yaitu mahal dan dapat menimbulkan reaksi
anafilaktik (walau jarang) dan dapat menyebabkan gangguan pada cross
match. Berdasarkan pembuatannya, terdapat 2 jenis larutan koloid:
a. Koloid alami yaitu fraksi protein plasma 5% dan albumin manusia ( 5
dan 2,5%). Dibuat dengan cara memanaskan plasma atau plasenta 60C
selama 10 jam untuk membunuh virus hepatitis dan virus lainnya.
Fraksi protein plasma selain mengandung albumin (83%) juga
mengandung alfa globulin dan beta globulin. Prekallikrein activators
(Hagemans factor fragments) seringkali terdapat dalam fraksi protein
plasma dibandingkan dalam albumin. Oleh sebab itu pemberian infus
dengan fraksi protein plasma seringkali menimbulkan hipotensi dan
kolaps kardiovaskuler.
b. Koloid sintesis yaitu:
1. Dextran:
Dextran 40 (Rheomacrodex) dengan berat molekul 40.000 dan
Dextran 70(Macrodex) dengan berat molekul 60.000-70.000
diproduksi oleh bakteri Leuconostoc mesenteroides B yang tumbuh
dalam media sukrosa. Walaupun Dextran 70 merupakan volume
expander yang lebih baik dibandingkan dengan Dextran 40, tetapi
Dextran 40 mampu memperbaiki aliran darah lewat sirkulasi mikro
karena dapat menurunkan kekentalan (viskositas) darah. Selain itu
Dextran mempunyai efek anti trombotik yang dapat mengurangi
platelet adhesiveness, menekan aktivitas faktor VIII, meningkatkan
39
3. Gelatin
40
3. Trasnfusi Darah5
a. Packed Red Blood Cells (PRC)
41
42
C. Platelets
Transfusi
thrombocytopenia
Platelet
atau
harus
diberikan
dysfunctional
kepada
platelets
pasien
dengan
dengan
pendarahan.
perdarahan
selama
pembedahan.
Pasien
dengan
43
platelets
mungkin
diharapkan
untuk
perlu.
44
memerlukan
HLA-COMPATIBLE
atau
single-donor
unit.
yang
dibuat
dengan
leukapheresis,
insiden
timbulnya
reaksi
graft-versus-host,
kerusakan
dengan
transfusi
leukosit,tetapi
mempengaruhi
fungsi
G-CSF)
dan
sargramostim
(granulocyte-macrophage
colony-
BAB III
KESIMPULAN
45
46
dapat memasukkan air, elektrolit dan zat-zat makanan secara oral misalnya pada
keadaan pasien harus puasa lama, karena pembedahan saluran cerna, perdarahan
banyak, syok hipovolemik, anoreksia berat, mual muntah tak berkesudahan dan
lain-lainnya. Dengan terapi cairan kebutuhan akan air dan elektrolit dapat
terpenuhi. Selain itu dalam keadaan tertentu adanya terapi cairan dapat digunakan
sebagai tambahan untuk memasukkan obat dan zat makanan secara rutin atau
dapat juga digunakan untuk menjaga keseimbangan asam-basa.
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton, A.C. Buku Ajar Fisiologi, ed. 11. EGC, 2008. Hal.376-377
2. Utama, Hendra. 2008. Gangguan Keseimbangan Air Elektrolit dan Asam
Basa. Jakarta : FK UI.
47
for
Veterinary
Health.
2006.