Anda di halaman 1dari 14

Sikap petani pada pertanian organik

PENGARUH METODE PENYULUHAN DAN PENGETAHUAN TENTANG


LINGKUNGAN TERHADAP SIKAP PETANI PADA PERTANIAN ORGANIK
(The Effect of Extension Method and Knowledge about Environment toward Farmers Attitude on
Organic Farming)
Saadah
e-mail : saadah2010@gmail.com
Dosen Prodi Agribisnis, Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian,
Universitas Hasanuddin Makassar
ABSTRACT
The objective of this research is to determine the effect of extension method and knowledge
about environment toward farmers attitude on organic farming. The research was accomplished at
sub district of Ciaruteun Ilir, West of omitted Bogor region with 80 samples by using an experiment
with 2x2 factorial design on January until February, 2009. The study found that : (1) There was a
significant effect between discussion method and demonstration method toward farmers attitude on
organic farming, (2) There was a significant effect between discussion method and demonstration
method for those farmers with good knowledge about environment toward farmers attitude on
organic farming, (3) There was a significant effect between discussion method and demonstration
method for those farmers with poor knowledge about environment toward farmers attitude on
organic farming, (4) There was an interaction between extension method and knowledge about
environment toward farmers attitude on organic farming.
Keywords : extension, environment, attitude, organic farming.
PENDAHULUAN
Penggunaan teknologi revolusi hijau
yang sarat dengan masukan bahan-bahan
kimia telah menimbulkan pencemaran
lingkungan, resistensi dan peledakan hama,
terbunuhnya hewan bukan sasaran dan
terkontaminasinya hasil pertanian oleh
berbagai residu pestisida. Bahkan ada akibat
yang
lebih
tragis
yaitu
hilangnya
independensi para praktisi pertanian, yaitu
petani menjadi sangat tergantung pada high
input technologies.
Praktek
pertanian
inilah
yang
berlangsung di kalangan petani tanpa adanya
usaha yang serius untuk menguranginya
bahkan menghentikannya. Padahal cara
bertani seperti ini berdampak negatif terhadap
lingkungan.
Di sisi lain, dalam kurun waktu dua
puluh lima tahun mendatang kebutuhan
pangan akan semakin meningkat sejalan
dengan meningkatnya jumlah penduduk

Indonesia. Dengan demikian kebutuhan


masukan teknologi tinggi berupa pupuk
makin meningkat, demikian juga kebutuhan
pestisida akan lebih besar daripada yang
diperlukan sekarang ini sehingga akan lebih
mempercepat kerusakan lingkungan.
Oleh karena itu, untuk mengatasi
permasalahan tersebut perlu terus didorong
upaya perkembangan pertanian alternatif yang
bertujuan untuk merehabilitasi kondisi tanah
yang semakin tandus dan kekurangan bahan
organik, dengan penerapan sistem pertanian
alternatif yang berwawasan lingkungan dan
menguntungkan secara ekonomi. Praktekpraktek semacam ini dapat disebut pertanian
organik atau pertanian yang berkelanjutan.
Salah satu kunci untuk mendorong
perkembangan pertanian organik ini adalah
mengubah sistem pertanian konvensional
yang sangat tergantung pada masukan energi
dari luar usaha tani.
Sampai saat ini masih berkembang
pemahaman yang keliru tentang pertanian
1

Sikap petani pada pertanian organik

organik, seperti pertanian organik adalah


sistem yang : 1) memerlukan biaya mahal, 2)
memerlukan banyak tenaga kerja, 3) kembali
pada sistem pertanian tradisional, serta 4)
produksi rendah. Keempat faktor inilah yang
menjadi kendala dalam menerapkan praktek
pertanian organik (Rachman Sutanto,
2002:195).
Pertanian organik sebagai bagian
pertanian akrab lingkungan perlu terus
dipromosikan untuk mengatasi makin
banyaknya
dampak
negatif
terhadap
lingkungan yang terjadi akibat penerapan
teknologi intensifikasi yang mengandalkan
bahan kimia pertanian.
Sebelum proses adopsi sistem
pertanian organik dilakukan, maka perlu
diperhatikan faktor-faktor yang diduga
berpengaruh terhadap adopsi sistem pertanian
organik, antara lain sikap petani pada sistem
pertanian ini.
Sementara itu, pendekatan penyuluhan
di Indonesia masih lebih banyak dilakukan
dari atas ke bawah (top down) daripada dari
bawah ke atas (bottom up), sehingga belum
banyak menyentuh kebutuhan petani (Monika
Fischer, 1997:104). Hal ini tampak dari masih
rendahnya tingkat adopsi inovasi teknologi
pada
petani.
Sebagai
contoh,
bila
menggunakan
konsep
Block
maka
penyuluhan pertanian yang seperti itu
dikatakan kurang memiliki sikap melayani
karena penyuluhan pertanian yang ideal
berorientasi pada petani (Peter Block,
1999:56). Kurangnya sikap melayani para
penyuluh pertanian mengakibatkan gagalnya
pemasaran jasa penyuluhan pertanian pada
petani.
Pendapat bahwa penyuluhan pertanian
seharusnya
berorientasi
pada
petani
didasarkan pada filosofi penyuluhan pertanian
yaitu membantu petani agar mereka dapat
membantu dirinya sendiri. Penyuluhan
pertanian yang berorientasi pada petani
sejalan dengan prinsip-prinsip penyuluhan
pertanian, yaitu : (a) penyuluhan pertanian
seharusnya ditujukan kepada kepentingan dan
kebutuhan sasaran; (b) penyuluhan pertanian
seyogyanya
diselenggarakan
menurut
keadaan-keadaan yang nyata; (c) penyuluhan

pertanian ditujukan kepada seluruh anggota


keluarga tani; (d) penyuluhan pertanian
adalah pendidikan untuk demokrasi; (e)
penyuluhan
pertanian
mengharuskan
kerjasama yang erat antara penyuluhan,
penelitian, pendidikan, dan pelayanan; (f)
rencana kerja penyuluhan pertanian sebaiknya
disusun oleh petani dan penyuluh; (g)
penyuluhan pertanian bersifat luwes dan dapat
menyesuaikan diri dengan perubahanperubahan; dan (h) penilaian penyuluhan
pertanian didasarkan atas perubahanperubahan yang terjadi pada sasaran
(Soekandar Wiriatmadja, 1990:32).
Pertanian organik atau pertanian yang
ramah lingkungan antara lain bertujuan untuk
merehabilitasi kondisi tanah yang rusak,
karena tanah merupakan salah satu modal dan
faktor yang sangat penting dan menentukan
sukses tidaknya pembangunan pertanian yang
berkelanjutan. Tanah berfungsi sebagai
tempat berpijaknya akar tanaman dan
sekaligus sebagai penyedia unsur hara dan air
yang diperlukan tanaman. Tanah akan
berkurang fungsinya untuk tanaman apabila
terjadi kerusakan, salah satunya adalah akibat
penggunaan pupuk kimia atan pupuk
anorganik secara terus-menerus dan dalam
jangka waktu yang lama.
Bila para petani mengetahui betapa
kegiatan pertanian yang selama ini mereka
lakukan dengan cara intensifikasi atau
penggunaan input dari luar seperti pupuk
kimia, pestisida secara terus-menerus dan
berlebihan akan mengakibatkan keadaan
tanah menjadi semakin tandus, miskin bahan
organik, dan sangat tergantung pasokan pupuk
kimia, maka petani akan sangat tertarik
dengan pertanian organik.
Penelitian ini telah mencoba metode
penyuluhan berupa metode diskusi kelompok
dan metode demonstrasi untuk dilihat
pengaruhnya terhadap sikap petani pada
pertanian organik di kabupaten Bogor.

Sikap petani pada pertanian organik

Berdasarkan informasi dan permasalahan


tersebut di atas, maka penelitian ini bertujuan
untuk :
1. Mengetahui perbedaan sikap petani
terhadap pertanian organik diantara
petani yang mendapatkan penyuluhan
dengan diskusi kelompok dan yang
mendapatkan
penyuluhan
dengan
demonstrasi.
2. Mengetahui perbedaan sikap petani
terhadap
pertanian organik diantara
petani yang mempunyai pengetahuan
tentang lingkungan yang tinggi, yang
mendapatkan penyuluhan dengan diskusi
kelompok
dan yang mendapatkan
penyuluhan dengan demonstrasi
3. Mengetahui perbedaan sikap petani
terhadap pertanian organik diantara petani
yang mempunyai pengetahuan tentang
lingkungan
yang
rendah,
yang
mendapatkan penyuluhan dengan diskusi
kelompok
dan yang mendapatkan
penyuluhan dengan demonstrasi.
4. Mengetahui adanya interaksi antara
metode penyuluhan dengan pengetahuan
tentang lingkungan terhadap sikap petani
pada pertanian organik.
Kerangka Teori dan Batasan Konsep
Sikap
Sikap adalah menyukai atau menolak
suatu objek psikologis (Daniel J.Muelier,
1986: 3). Sedangkan menurut Ajzen sikap
adalah disposisi atau kecenderungan untuk
merespon senang atau tidak senang terhadap
suatu objek, seseorang, lembaga, peristiwa (I.
Ajzen, 1988: 24).
Sikap
diartikan
sebagai
kecenderungan individu untuk menanggapi
dengan cara tertentu terhadap situasi, benda,
ide, orang dan isu (James B. Lau and A.B
(Rami) Shani, 1992: 98). Sedangkan menurut
Robbins sikap adalah pernyataan evaluatif
baik yang bersifat menyukai ataupun tidak
menyukai terhadap objek, manusia atau suatu
kejadian (Stephen P. Robbins, 1996: 180).
Sikap adalah suatu kecenderungan
untuk menanggapi secara positif atau negatif
terhadap seseorang atau sesuatu dalam

lingkungan tertentu. Sikap menunjukkan


perasaan positif atau negatif tentang berbagai
aspek yang berkenaan dengan pekerjaan dan
atau lingkungan kerja mereka. Komponen
sikap terdiri dari tiga macam, yaitu :
1. Komponen
kognitif,
merupakan
keyakinan
dan
nilai
yang
menggambarkan informasi dan observasi
berkenaan
dengan
objek
yang
diperhatikan seseorang.
2. Komponen afektif, merupakan suatu
perasaan khusus berkenaan dengan
pengaruh personal terhadap kondisi
anteseden (sebelumnya). Ini adalah sikap
aktual (sebenarnya) dalam rangka
menanggapi objek sikap.
3. Komponen konasi, merupakan suatu
maksud untuk menunjukkan reaksi
dengan cara tertentu guna merespon
terhadap perasaaan yang ada. Ini
merupakan suatu hasil dari sikap, yakni
berupa kecenderungan berbuat melalui
cara tertentu (John R. Schermerhorn,
James G. Hunt, and Richard N. Osborn,
1991: 115).
Sikap terdiri dari tiga komponen, yaitu
komponen kognitif, afektif dan konasi.
Komponen kognitif menunjukkan bagaimana
seseorang mengetahui tentang suatu objek,
kejadian, situasi, pemikiran, keyakinan dan
ide mengenai sesuatu. Komponen afektif
berupa perasaan dan emosi terhadap objek
aktual, kejadian atau situasi yang berkaitan.
Komponen
konasi
menunjukkan
kecenderungan untuk bertindak (Zanden,
1984: 161).
Oleh karena itu, secara umum sikap
adalah kecenderungan untuk menanggapi,
baik secara positif maupun negatif yang
ditinjau dari komponen kognisi, afeksi, dan
konasi terhadap suatu objek.
Pertanian Organik
Menurut
Technical
Advisory
Committee of the CGIAR, pertanian
berkelanjutan adalah pengelolaan sumberdaya
yang berhasil untuk usaha pertanian guna
membantu kebutuhan manusia yang berubah
sekaligus
mempertahankan
atau
meningkatkan kualitas lingkungan dan
3

Sikap petani pada pertanian organik

melestarikan sumber daya alam (Coen


Reijntjes, Bertus Haverkort, and Ann WatersBayer, 1992: 4).
Definisi pertanian organik adalah
kegiatan menanami tanah dengan tanaman
(bercocok
tanam)
yang
nantinya
menghasilkan sesuatu yang dapat dipanen
dengan campur tangan manusia lebih intensif
untuk memanfaatkan lahan dan berusaha
untuk meningkatkan hasil berdasarkan prinsip
daur ulang yang dilaksanakan sesuai dengan
kondisi setempat (Rachman Sutanto, 2002:
19).
Menurut Blake, pertanian organik
adalah sistem pertanian yang selaras dengan
alam dan seminimal mungkin penggunaan
input yang non renewable seperti pupuk kimia
atau pestisida kimia (Francis Blake, 1994:
10).
Menurut Erin Hynes, pertanian
organik adalah suatu sistem pertanian yang
menggunakan teknik-teknik sehat berbasis
lingkungan untuk meningkatkan hasil panen
tanaman maupun ternak yang bebas dari
pestisida sintetik, hormon pertumbuhan, dan
antibiotik (Erin Hynes, 2004: 1).
Inti dari pertanian organik adalah
sistem pertanian yang bertujuan untuk
meningkatkan hasil berdasarkan prinsip daur
ulang. Campur tangan petani yang lebih
intensif dalam pengelolaan tanah meliputi
pengolahan tanah, pemupukan (peningkatan
kesehatan dan kesuburan tanah bergantung
pada pupuk yang berasal dari sisa-sisa
tumbuhan, kotoran hewan dan mineral),
pergiliran
tanaman
dan
perlindungan
tanaman. Dalam pertanian organik harus
diusahakan seminimal mungkin penggunaan
pupuk pabrik dan pestisida yang merusak
lingkungan. Pada dasarnya metode yang
digunakan dalam pertanian organik bertujuan
untuk meningkatkan kesuburan tanah,
menjaga keseimbangan populasi serangga,
dan mengurangi polusi udara, tanah dan air.
Dengan
demikian,
pengertian
pertanian organik adalah kegiatan bercocok
tanam yang mendorong kesuburan tanah dan
tanaman melalui berbagai praktek pendaurulangan unsur hara dari bahan-bahan organik,
rotasi tanaman, pengolahan tanah yang tepat

serta menghindarkan penggunaan pupuk dan


pestisida kimia.
Sikap Petani terhadap Pertanian Organik
Menurut Harjadi, prinsip bertanam
secara organik adalah penggunaan bahanbahan
organik
dan
mengusahakan
keseimbangan alami tanah, hewan dan
mikroorganisme serta waktu tanam (S
Harjadi, 1989: 32). Aspek yang dipandang
penting dari sistem ini adalah : (1) Persiapan
dan pengolahan tanah yang meliputi
pembuatan bedengan yang tinggi untuk
mendapatkan tanah yang gembur dengan
membiarkan udara masuk, penggalian ganda
untuk menggemburkan tanah di bawah
lapisan olah, memperbaiki drainase dan
pembusukan akar; (2) Pengadaan benih dan
persemaian; (3) Penanaman, pemupukan dan
pemeliharaan tanaman; (4) Pengendalian
hama dan penyakit yang meliputi cara
bertanam dengan rotasi tanaman atau
pergiliran tanaman dan tanaman kawan atau
tumpang sari serta saat tanam yang tepat.
Dengan demikian, pengertian sikap
petani pada pertanian organik adalah
kecenderungan untuk menanggapi, baik
secara positif maupun negatif yang ditinjau
dari komponen kognisi, afeksi, dan konasi
terhadap pertanian organik. Aspek pertanian
organik meliputi: (1) Persiapan dan
pengolahan tanah yang meliputi pembuatan
bedengan yang tinggi untuk mendapatkan
tanah yang gembur dengan membiarkan udara
masuk,
penggalian
ganda
untuk
menggemburkan tanah di bawah lapisan olah,
memperbaiki drainase dan pembusukan akar;
(2) Pengadaan benih dan persemaian; (3)
Penanaman, pemupukan dan pemeliharaan
tanaman; (4) Pengendalian hama dan penyakit
yang meliputi cara bertanam dengan rotasi
tanaman atau pergiliran tanaman dan tanaman
kawan atau tumpang sari serta saat tanam
yang tepat.
Pengetahuan
Pengetahuan pada dasarnya adalah
keseluruhan keterangan dan ide yang
terkandung dalam pernyataan-pernyataan
yang dibuat mengenai suatu gejala/peristiwa
4

Sikap petani pada pertanian organik

baik yang bersifat alamiah sosial maupun


manusia (The Liang Gie, 1991: 120).
Menurut Bloom, pengetahuan adalah uji
situasi yang menekankan pada mengingat
kembali, menyebut ulang atau mengenali
tentang ide materi atau fenomena (knowledge
define test situation which emphasize the
remembering, either by recognition or recall
of ideas, material, or phenomena).
Selanjutnya
Bloom
mengelompokkan
menjadi tiga pengetahuan yaitu:
1).
Pengetahuan
spesifik
(knowledge of
spesifics) yang terdiri dari (a) pengetahuan
tentang
terminologi,
(b) pengetahuan
tentang
fakta spesifik. 2). Pengetahuan
transisional spesifik yang terdiri dari (a)
konvensi, (b) kecenderungan dan sekuen, (c)
klasifikasi dan kategori, (d) kriteria, (e)
metodologi. 3). Pengetahuan universal dan
abstrak yang dibagi dalam (a) prinsip dan
generalisasi, (b) teori dan struktur (David R.
Krathwohl, 1981: 62).
Pada konsep awal taksonomi Bloom
terdiri dari pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi,
kemudian direvisi menjadi pengetahuan,
mengingat, mengerti, aplikasi, analisis,
evaluasi dan kreasi.
Selanjutnya teori Bloom direvisi
kembali oleh Krathwohl bersama Lorin
Anderson pada tahun 2001 berdasarkan dua
pertimbangan yaitu adanya perkembangan
pengetahuan dan diperlukannya refocus bagi
pendidik. Secara ringkas revisi tersebut dapat
dilihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Tipe Major dan Subtipe dari
Demensi Pengetahuan.
Tipe Major
Subtipe
A. Pengetahuan
1. Pengetahuan
Faktual adalah
tentang
pengetahuan
terminologi
elemen dasar
2. Pengetahuan
untuk
tentang detail
memecahkan
spesifik dan
masalah
mendasar
B. Pengetahuan
1. Pengetahuan
Konseptual
klasifikasi dan
adalah keterkaitan
kategori
antar elemen
2. Pengetahuan

dasar dalam suatu


struktur

prinsip dan
generalisasi
3. Pengetahuan
teori, model dan
struktur
C. Pengetahuan
1. Pengetahuan
Prosedural adalah
kecakapan khusus
cara melakukan
2. Pengetahuan
sesuatu, termasuk
teknik-metode
metode, dan
khusus
teknik dan
3. Pengetahuan
kecakapan (skill)
kriteria untuk
menentukan
D. Pengetahuan
1. Pengetahuan
Metakognitif
strategi
adalah
2. Pengetahuan
pengetahuan dari
kontekstual dan
kognisi secara
kondisional
umum
3. Pengetahuan diri
sendiri (self
knowledge)
Sumber: Lorin W. Anderson and David R.
Krathwohl. 2001. hal. 29.
Tabel 1 menjelaskan bahwa dimensi
pengetahuan dibagi menjadi empat tipe mayor
yaitu: 1. Pengetahuan faktual adalah
pengetahuan elemen dasar yang harus
diketahui untuk memecahkan masalah, 2.
Pengetahuan konseptual yaitu pengetahuan
hubungan atau keterkaitan antara elemen
dasar di dalam struktur yang lebih luas, atau
lebih
general/umum,
3.
Pengetahuan
prosedural yaitu pengetahuan tentang cara
melakukan sesuatu, termasuk metode dan
teknik dan kecakapan (skill), dan 4.
Pengetahuan
metakognitif
adalah
pengetahuan dari kondisi secara umum.
Masing-masing tipe major dari dimensi
pengetahuan di atas dirinci lagi menjadi
subtipe, yaitu: 1). Pengetahuan faktual terdiri
dari terminologi dan detail spesifik; 2).
Pengetahuan konseptual terdiri dari klasifikasi
& kategori, prinsip & generalisasi, teorimodel-struktur; 3). Pengetahuan prosedural
terdiri dari kecakapan khusus, teknik-metode
khusus dan kriteria; 4). Pengetahuan
metakognitif terdiri dari pengetahuan strategi,
pengetahuan kontekstual & kondisional, dan
pengetahuan diri sendiri (Lorin Anderson and
5

Sikap petani pada pertanian organik

Krathwohl, 2001: 29).


Berdasarkan
beberapa
teori
pengetahuan yang telah dipaparkan maka
yang dimaksud dengan pengetahuan adalah
segala sesuatu (informasi) yang diketahui
meliputi dimensi fakta, konsep dan prosedur .
Lingkungan
Lingkungan menurut Emil Salim
adalah segala benda, daya, kondisi, keadaan
dan pengaruh yang terdapat dalam ruang yang
kita tempati dan mempengaruhi hal-hal yang
hidup termasuk kehidupan manusia (Emil
Salim, 1985: 16). Sedangkan Chiras
menyatakan bahwa lingkungan adalah segala
sesuatu yang ada di sekitar kita yang terdiri
dari lingkungan abiotik meliputi air, udara,
tanah dan lingkungan biotik meliputi
tumbuhan, hewan dan mikroorganisme yang
mendiami tanah tersebut (Daniel D. Chiras,
1991: 3).
Lingkungan yang dimaksud di sini
adalah lingkungan hidup yaitu sistem yang
merupakan kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan dan makhluk hidup,
termasuk didalamnya manusia dengan
perilakunya,
yang
mempengaruhi
kelangsungan
perikehidupan
dan
kesejahteraan manusia seta makhluk hidup
lainnya (Mohamad Soerjani, 1997:83).
Sedangkan menurut Soemarwoto lingkungan
hidup adalah ruang yang ditempati suatu
makhluk hidup bersama dengan benda hidup
dan tali hidup yang ada di dalamnya (Otto
Soemarwoto, 1989:51). Dari beberapa teori di
atas yang dimaksud dengan pengetahuan
tentang lingkungan adalah segala sesuatu
(informasi) yang diketahui petani tentang
suatu objek meliputi fakta, konsep, dan
prosedur tentang lingkungan yaitu kesatuan
ruang yang ada di sekitar makhluk hidup dan
merupakan suatu sistem yang saling
mempengaruhi meliputi tanah, udara, air,
tumbuhan, hewan dan mikroorganisme.
Penyuluhan
Penyuluhan menurut Van den Ban
merupakan keterlibatan seseorang untuk
melakukan kominikasi informasi secara sadar
dengan tujuan membantu sesamanya mem

berikan pendapat sehingga bisa membuat


keputusan yang benar (A.W Van den Ban, and
H.S Hawkins, 1999: 26).
Kartasapoetra berpendapat bahwa
penyuluhan adalah suatu upaya untuk
mengubah perilaku petani, agar mereka
mengetahui dan mempunyai kemauan serta
mampu memecahkan masalahnya sendiri
dalam
usaha
atau
kegiatan-kegiatan
meningkatkan hasil usahanya dan tingkat
kehidupannya (A.G. Kartasapoetra, 1994: 3).
Sedangkan penyuluhan pertanian menurut
Adams adalah memberikan saran serta
bantuan bagi para petani untuk membantu
mengembangkan metode produksinya dan
pemasarannya (M.E Adams, 1991: 12).
Sri Utami dalam mengutip Hapgood
mengemukakan bahwa penyuluhan pertanian
adalah merupakan usaha meningkatkan
produktivitas usaha tani, . baik dalam jangka
pendek maupun jangka panjang, melalui suatu
proses pendidikan di luar sekolah yang sesuai
bagi masyarakat pedesaan dari segala umur
untuk meningkatkan keterampilannya guna
memecahkan persoalan yang mereka hadapi
(Totok Mardikanto dan Sri Utami, 1991: 8).
Sependapat dengan definisi di atas,
Totok
Mardikanto
memberikan
arti
penyuluhan
pertanian
adalah
proses
penyebarluasan informasi yang berkaitan
dengan upaya perbaikan cara-cara bertani dan
berusaha tani demi tercapainya penigkatan
produktivitas,
pendapatan
petani
dan
perbaikan kesejahteraan keluarga atau
masyarakat yang diupayakan melalui kegiatan
pembangunan pertanian (Totok Mardikanto,
1991: 12).
Metode Penyuluhan
Metode penyuluhan pertanian menurut
Suriatna adalah sebagai cara penyampaian
materi penyuluhan melaui media komunikasi
oleh penyuluh kepada petani beserta
keluarganya agar bisa dan membiasakan diri
menggunakan teknologi baru (Sumardi
Suriatna, 1988: 3).
Dengan demikian yang dimaksud
dengan metode penyuluhan pertanian adalah
cara penyampain materi penyuluhan melalui
pendidikan di luar sekolah (non formal) untuk
6

Sikap petani pada pertanian organik

para petani dan keluarganya yang cara, bahan,


sarana dan waktunya disesuaikan dengan
keadaan dan kebutuhan petani.
Metode diskusi adalah suatu metode
latihan dengan tidak menjelaskan bahan
belajar secara penuh, tetapi memberikan
keleluasaan kepada orang-orang yang diajar
untuk membahas dan mengemukakan
pendapatnya (Santoso, 2000:84).
Diskusi kelompok adalah merupakan
kelompok diskusi yang terdiri atas peserta
dengan jumlah 5-15 orang, yang dipimpin
oleh seorang pemimpin kelompok dengan
dibantu oleh seorang peserta yang merangkap
sebagai pencatatnya (Mardikanto, 1991: 378).
Cara pelaksanaan diskusi kelompok
adalah sebagai berikut: 1) Pembentukan
kelompok peserta. 2) Pengajar mula-mula
memberikan topik yang harus dibicarakan
bersama dan menentukan waktu diskusi. 3)
Penentuan ketua dan sekretaris kelompok
diskusi. 4) Peserta melaksanakan diskusi. 5)
Hasil diskusi dibuat secara tertulis. 6)
Pengajar mengadakan pengamatan dan
pengawasan serta penambahan penjelasan
yang diperlukan selama diskusi berlangsung
(Santoso, 2000: 85).
Metode ini sangat efektif untuk saling
menukar informasi dan menggali pengetahuan
serta pengalaman yang dimiliki oleh masingmasing peserta. Oleh karena itu sangat efektif
untuk meningkatkan pengetahuan dan
pembentukan sikap.
Berdasarkan uraian tentang hakekat
yang terkandung dalam metode diskusi diatas,
dapat dikemukakan karakteristik metode
diskusi yang perlu dipertimbangkan oleh para
penyuluh dalam merencanakan metode
diskusi, antara lain: 1) merangsang kreativitas
berfikir peserta diskusi dan meningkatkan
kemapuan berfikir kritis dan sistematis, 2)
peserta diskusi berlatih mengeluarkan
pendapat, sikap dan aspirasinya secara bebas,
dan membantu mereka memperbaharui
pandangan-pandangannya, 3) peserta diskusi
bersikap
toleran
terhadap
anggota
kelompoknya,
mengembangkan
sikap
demokratis dan dapat menghargai pendapat
orang lain, 4) dapat menumbuhkan partisipasi
aktif dikalangan peserta, 5) menggunakan

waktu yang cukup banyak dan 6) membantu


peserta diskusi dalam proses alih teknologi
dari ahlinya kepada kelompok.
Dari uraian berbagai teori yang telah
dipaparkan di atas dapat dikemukakan bahwa
metode diskusi adalah percakapan ilmiah
yang
responsif
berisikan
pertukaran
pendapat/ide yang dijalin dengan pertanyaanpertanyaan
problematis
yang
dapat
memunculkan
ide/pendapat,
tanggapantanggapan terhadap ide-ide yang diarahkan
untuk memperoleh suatu kesepakatan yang
terbaik yang dapat digunakan untuk
memecahkan permasalahan yang dihadapi.
Oleh karena itu dalam diskusi semua anggota
kelompok turut berfikir dan menyumbangkan
buah pikirannya.
Metode
demonstrasi
merupakan
metode mengajar yang sangat efektif, sebab
membantu para pembelajar untuk mencari
jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan
fakta dan data yang benar (Sudjana, 2001:
144). Demonstrasi adalah cara yang
digunakan untuk membelajarkan peserta didik
terhadap suatu bahan belajar dengan cara
memperhatikan,
menceritakan
dan
memperagakan bahan belajar (Sudjana, 2001:
144). Demonstrasi dalam penyuluhan
pertanian merupakan salah satu cara atau
metode pada pendekatan kelompok yang
digunakan untuk menyampaikan materi
penyuluhan kepada petani, melalui peragaan
terhadap proses-proses atau cara-cara suatu
kegiatan tertentu. Dapat juga dikatakan
sebagai suatu percontohan.
Secara lebih spesifik demonstrasi juga
merupakan suatu bentuk penyajian yang
disiapkan secara cermat, yang menunjukan
bagaimana
menggunakan
prosedur,
melakukan suatu kegiatan, menjelaskan dan
menggunakan alat - alat tertentu (Samsudin,
2000: 29).
Demonstrasi
dalam
penyuluhan
pertanian
mempunyai
tujuan:
1)
memperkenalkan tentang teknologi baru atau
cara-cara baru di lapangan, 2) menarik
bantuan dan perhatian tokoh masyarakat tani
setempat, 3) mengikutsertakan petani dalam
kegiatan nyata, membawa kebaikan kepada
mereka sesuai dengan tujuan penyuluhan, dan
7

Sikap petani pada pertanian organik

4) mempertunjukkan bahwa praktek baru


dapat tumbuh atau dapat
dilaksanakan di
daerah di mana demonstrasi dilaksanakan
(Suwandi, 2000: 29).
Keuntungan
demonstrasi
adalah
kesanggupan suatu metode baru yang
dituangkan dalam bentuk praktek. Tidak
diperlukan adanya saling mempercayai yang
tinggi antara petani dan penyuluh, karena
petani dapat melihat sendiri segala sesuatunya
dengan jelas. Penyuluh juga tidak perlu terlalu
melibatkan diri pada penguraian pesan yang
kemungkinan
bisa
keliru
diartikan.
Demonstrasi sangat berguna bagi orang yang
tidak bisa berpikir secara abstrak.
Dari beberapa teori di atas, dapat
diambil kesimpulan bahwa demonstrasi
adalah metode mengajar dimana dalam
penyampaian materi penyuluhan, penyuluh
menunjukkan
benda-benda
yang
didemonstrasikan sesuai variasi substansi
serta sesuatu hal bisa terjadi kepada petani
dan diakhiri dengan tanya jawab.
Hipotesis
Berdasarkan kerangka teori yang
telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan
hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Secara keseluruhan, sikap petani pada
pertanian organik yang mendapatkan
penyuluhan dengan diskusi kelompok
lebih positif daripada petani yang
mendapatkan
penyuluhan
dengan
demonstrasi.
2. Pada petani yang pengetahuan tentang
lingkungannya tinggi, sikap petani pada
pertanian organik yang mendapatkan
penyuluhan dengan diskusi kelompok
lebih positif dari pada petani yang
mendapatkan
penyuluhan
dengan
demonstrasi.
3. Pada petani yang pengetahuan tentang
lingkungannya rendah, sikap petani pada
pertanian organik yang mendapatkan
penyuluhan dengan demonstrasi lebih
positif
dari
pada
petani
yang
mendapatkan penyuluhan dengan diskusi
kelompok.
4. Terdapat
interaksi
antara
metode
penyuluhan dan pengetahuan tentang

lingkungan terhadap sikap petani pada


pertanian organik.
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian yang digunakan
adalah Metode Eksperimen dengan desain
faktorial 2 x 2. Sebagai variabel terikatnya
adalah sikap petani pada pertanian organik,
sedangkan variabel bebas perlakuan adalah
metode penyuluhan dan variabel bebas atribut
adalah pengetahuan tentang lingkungan.
Variabel atribut diklasifikasikan menjadi dua
yaitu : pengetahuan tentang lingkungan yang
tinggi dan pengetahuan tentang lingkungan
yang rendah.
Lokasi penelitian ini ditentukan secara
purposif dengan alasan bahwa sebagian besar
petaninya adalah petani sayuran yang masih
menggunakan pupuk kandang yaitu di Desa
Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang,
Kabupaten Bogor dan dilaksanakan pada
bulan Januari dan Februari 2009.
Sebagai populasi adalah seluruh petani
sayuran di desa tersebut dan jumlah sampel
sebanyak 80 petani dipilih secara acak.
Desain atau rancangan penelitian
eksperimen faktorial 2x2 secara lengkap
disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rancangan Penelitian Eksperimen
Faktorial 2x2
Variabel perlakuan
(A)
Variabel atribut
(B)
Pengeta
huan
tentang
lingku
ngan
(B)

Metode Penyuluhan
(A)
Diskusi
Kelompok
( A1 )

Demon
strasi
( A2 )

Tinggi
( B1 )

A1B1

A2B1

Rendah
( B2 )

A1B2

A2B2

Keterangan :
A1B1
= Kelompok
petani
yang
mempunyai
pengetahuan
tentang lingkungan yang tinggi
8

Sikap petani pada pertanian organik

dan
diberikan
penyuluhan
dengan diskusi kelompok
= Kelompok
petani
yang
mempunyai
pengetahuan
tentang lingkungan yang tinggi
dan
diberikan
penyuluhan
dengan demonstrasi
= Kelompok
petani
yang
mempunyai
pengetahuan
tentang lingkungan yang rendah
dan
diberikan
penyuluhan
dengan diskusi kelompok
= Kelompok
petani
yang
mempunyai
pengetahuan
tentang lingkungan yang rendah
dan
diberikan
penyuluhan
dengan demonstrasi

A2B1

A1B2

A2B2

mengenai skor hasil perlakuan dalam


penelitian yang disajikan dalam bentuk
distribusi frekuensi dan ukuran pemusatan
data. Deskripsi data ditampilkan dalam
perhitungan rata-rata, median dan modus.
Distribusi frekuensi digambarkan dalam
bentuk grafik.
Skor hasil penelitian mengenai sikap
petani pada pertanian organik diperoleh
dengan memberikan instrumen non tes, yang
dilakukan setelah kegiatan penyuluhan
selesai. Berdasarkan skala pengukuran, skor
maksimal dengan menggunakan 27 butir
instrumen sikap petani pada pertanian organik
adalah 123 dan skor minimal 60. Rangkuman
skor sikap petani pada pertanian organik
dapat dilihat pada Tabel 3 berikut

HASIL DAN PEMBAHASAN


Deskripsi data hasil penelitian ini
bertujuan untuk memberikan gambaran
Tabel 3. Deskripsi Data Sikap Petani pada Pertanian Organik
Pengetahuan
Metode Penyuluhan
Tentang
KETERANGAN
Lingkungan
Diskusi
Demonstrasi

TINGGI
RENDAH
TOTAL

TOTAL

13 (30%)
1,444
111.08
6.95
48.24
160,974
13 (30%)
963
74.08
11.74
137.74
72,989
26
2,407
92.58
21.10

13 (30%)
1,102
84.77
6.04
36.53
93,854
13 (30%)
1,151
88.54
8.67
75.10
102,809
26
2,253
86.65
7.57

26
2,546
97.92
14.85
220.63
254,828
26
2,114
81.31
12.51
156.54
175,798
52
4,660
87.92
20.05

Varians =

445.21

57.28

401.88

Jml Kuadrat =

233,963

196,663

430,626

n=
Jumlah =
Rerata =
St Deviasi =
Varians =
Jml Kuadrat =
n=
Jumlah =
Rerata =
St Deviasi =
Varians =
Jml Kuadrat =
n=
Jumlah =
Rerata =
St Deviasi =

Sikap petani pada pertanian organik

Keterangan : n = 30% dari 40 responden untuk masing-masing kelas diskusi dan demonstrasi
diambil dari yang tinggi dan yang rendah pengetahuan tentang lingkungannya.
Hasil Pengujian Hipotesis
Hasil perhitungan analisis data dengan ANAVA dua jalur dari Sikap petani pada pertanian
organik dapat diikhtisarkan seperti pada Tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. ANAVA Dua Jalur untuk Sikap petani pada Pertanian Organik
F table
d
F
Sumber Varians
JK
RJK
k
hitung
=0.05 =0.01
9,446.
3,14
42
Antar kelompok
3
**
92
8.97
.32
2.798
4.218
3,571.
74
Dalam kelompok 48
38
.40
A (Kolom)

B (Baris)

AxB

Jumlah

51

456.08

456.08

3,588.92

3,588.92

5,401.92

5,401.92

6.13 *
48.24 **

4.030

7.160

72.60 **

13,018.31

Keterangan:
dk = derajat kebebasan
JK = Jumlah Kuadrat
RJK = Rata-rata Jumlah Kuadrat
*) = Berbeda nyata pada taraf signifikansi
5%
**) = Berbeda sangat nyata pada taraf
signifikansi 1%
Hasil analisis ANAVA menunjukkan
bahwa secara keseluruhan, sikap petani pada
pertanian organik yang mendapatkan metode
penyuluhan diskusi kelompok lebih positif
dibandingkan dengan yang mendapatkan
metode penyuluhan demonstrasi. Hal tersebut
ditunjukan dari hasil analisis F hitung lebih
besar dari F tabel ( 6,13 > 4,03 pada 0,05).
Bagi
petani
yang
mempunyai
pengetahuan tentang lingkungan yang tinggi
dan diberikan penyuluhan dengan metode
diskusi kelompok ternyata sikap petani pada
pertanian organik lebih positif dibandingkan
dengan yang diberikan penyuluhan dengan
metode demonstrasi. Hal ini ditunjukan dari
hasil analisis varians F hitung lebih besar dari

F tabel (48,24 > 4,03 pada 0,05 dan > 7,16


pada 0,01).
Bagi
petani
yang
mempunyai
pengetahuan tentang lingkungan yang rendah
dan diberikan penyuluhan dengan metode
demonstrasi ternyata sikap petani pada
pertanian organik lebih positif dibandingkan
dengan yang diberikan penyuluhan dengan
metode diskusi kelompok. Hal ini ditunjukan
dari hasil analisis varians F hitung lebih besar
dari F tabel (48,24 > 4,03 pada 0,05 dan >
7,16 pada 0,01).
Terdapat interaksi antara metode
penyuluhan
dan pengetahuan tentang
lingkungan terhadap sikap petani pada
pertanian organik. Hal ini berdasarkan hasil
analisis varians diperoleh F hitung lebih besar
dari F tabel ( 72, 60 > 44,03 pada 0,05 dan >
7,16 pada 0,01)
Hasil uji Tukey pada petani yang
memiliki pengetahuan tinggi dan rendah
terhadap lingkungan berturut-turut disajikan
pada Tabel 5 dan Tabel 6. Uji Tukey pada
petani dengan pengetahuan tinggi terhadap
lingkungan menghasilkan Q hitung sebesar
10

Sikap petani pada pertanian organik

11,00, sedangkan Q tabel untuk taraf


kepercayaan 99% besarnya 4,817 (Tabel 5).
Ternyata Q hitung lebih besar dari Q tabel
,sehingga Ho ditolak dan H1 diterima. Artinya
bagi kelompok petani yang memiliki
pengetahuan tentang lingkungan yang tinggi
mengikuti penyuluhan dengan metode

Diskusi memiliki sikap tentang pertanian


organik yang lebih tinggi daripada kelompok
petani yang mengikuti penyuluhan dengan
menerapkan metode demonstrasi.
Agar
tampak lebih jelas maka hasil perhitungan uji
Tukey dapat dilihat seperti pada Tabel 4-3
berikut:

Tabel 5. Perbedaan Sikap Petani pada Pertanian Organik pada Petani dengan Pengetahuan tentang
Lingkungan yang Tinggi, yang diberikan Penyuluhan dengan Metode Siskusi dan
Demonstrasi
Keterangan

Metode Penyuluhan
Diskusi
111,08

Demonstrasi
84,77

Q hitung

Q table
=0,05
3,049

Rata-rata
11,00**
Rata-rata Kuadrat
24,42
Dalam
Dk
14
** Sangat signifikan Q hitung (11,007) > Q tabel (4,817) pada = 0,01
Pada uji Tukey diperoleh Q hitung
sebesar 6,04 sedangkan Q tabel untuk taraf
kepercayaan 99% besarnya 4,817 (Tabel 6).
Ternyata Q hitung lebih besar dari Q tabel,
sehingga Ho ditolak dan H1 diterima. Artinya
bagi kelompok petani yang memiliki
pengetahuan tentang lingkungan yang rendah,

=0,01
4,817

mengikuti penyuluhan dengan metode


demonstrasi menunjukkan adanya perbedaan
yang sangat signifikan dengan kelompok
petani yang mengikuti penyuluhan dengan
menerapkan metode diskusi.

Tabel 6. Perbedaan Sikap Petani pada Pertanian Organik pada Petani dengan Pengetahuan tentang
Lingkungan yang Rendah, yang Diberikan Penyuluhan dengan Metode Diskusi dan
Demonstrasi
Keterangan
Rata-rata
Rata-rata Kuadrat
Dalam
dk

Metode Penyuluhan
Diskusi
74,08

Demonstrasi
88,54

Q hitung
6,04**

Q table
=0,05
3,049

=0,01
4,817

24,42
14

** sangat signifikan, karena Q hitung (6,04) > Q tabel (4,817) pada = 0,01

KESIMPULAN DAN SARAN

11

Sikap petani pada pertanian organik

Kesimpulan
Penelitian ini menggunakan metode
eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui
perbedaan sikap petani pada pertanian organik
yang mendapatkan metode penyuluhan
diskusi kelompok dan metode penyuluhan
demonstrasi, dengan mempertimbangkan
faktor pengetahuan tentang lingkungan petani.
Penelitian dilakukan terhadap 80 orang petani
yang dipilih secara acak pada desa Ciaruteun
Ilir, Kecamatan Cibungbulang Kabupaten
Bogor.
Data skor sikap petani dianalisis
menggunakan
analisi-analisi
varians
(ANAVA) 2 X 2 dan dilanjutkan dengan uji
Tuckey (I) untuk melihat kebermaknaan
interaksi yang terjadi antara variable
penelitian. Berdasarkan hasil pengujian
hipotesis maka diperoleh temuan sebagai
berikut:
1) Secara keseluruhan sikap petani pada
pertanian organik yang mendapatkan metode
penyuluhan diskusi kelompok lebih positif
dibandingkan dengan yang mendapatkan
metode penyuluhan demonstrasi. Hal tersebut
ditunjukan dari hasil analisis F hitung lebih
besar dari F tabel ( 6,13 > 4,03 pada 0,0S)
2) Bagi petani yang mempunyai pengetahuan
tentang lingkungan yang tinggi dan diberikan
penyuluhan dengan metode diskusi kelompok
ternyata sikap petani pada pertanian organik
lebih positif dibandingkan dengan yang
diberikan penyuluhan dengan metode
demonstrasi. Hal ini ditunjukan dari hasil
analisis varians F hitung lebih besar dari F
tabel (48,24 > 4,03 pada 0,05 dan > 7,16
pada 0,01)
3) Bagi petani yang mempunyai pengetahuan
tentang lingkungan yang rendah dan diberikan
penyuluhan dengan metode demonstrasi
ternyata sikap petani pada pertanian organik
lebih positif dibandingkan dengan yang
diberikan penyuluhan dengan metode diskusi
kelompok. Hal ini ditunjukan dari hasil
analisis varians F hitung lebih besar dari F
tabel (48,24 > 4,03 pada 0,05 dan > 7,16
pada 0,01)
4) Terdapat interaksi antara metode
penyuluhan dan pengetahuan
tentang
lingkungan terhadap sikap petani pada

pertanian organik. Hal ini berdasarkan hasil


analisis varians diperoleh F hitung lebih besar
dari F tabel ( 72, 60 > 44,03 pada 0,05 dan >
7,16 pada 0,01)
Saran
Berdasarkan kesimpulan dan hasil penelitian
yang telah dibahas sebelumnya maka
dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
Kepada Para Petani
Perlu
adanya
upaya
secara
berkelanjutan
untuk
meningkatkan
pengetahuan petani agar lebih cepat terbentuk
sikap dan kesadaran untuk menjaga
kelestarian
lingkungan.
Dengan
bertambahnya pengetahuan petani tentang
cara-cara
bertani
yang
berwawasan
lingkungan dan berkelanjutan yang juga
dinamakan pertanian organik serta diberikan
penyuluhan yang berkesinambungan maka
akan terbentuk sikap yang positif terhadap
pertanian organik, sehingga diharapkan akan
mempercepat
petani
dalam
mempraktekannya.
Perlu adanya program penyuluhan
yang jelas dan terarah dari penyuluh agar
mampu mendorong motivasi petani untuk
lebih cepat terbentuk sikap positif dan
kesadaran terhadap pentingnya pertanian
organik.
Penyuluh
juga
dituntut
untuk
meningkatkan keahlian dalam wirausaha
sehingga dapat mengarahkan dan bersamasama petani jeli melihat peluang-peluang
usaha dibidang pertanian organik sehingga
dapat memberikan keuntungan yang lebih
besar.
Kepada Pemerintah
Dalam hal ini Departemen Pertanian
untuk mengarahkan dan memberikan
dukungan kepada lembaga penelitian dan
perguruan tinggi untuk mengembangkan
penelitian-penelitian di bidang pertanian
organik.
Selama ini pemerintah memberikan
subsidi kepada petani berupa pengurangan
harga pupuk kimia, maka sudah saatnya
memberikan
subsidi
yaitu
dengan
12

Sikap petani pada pertanian organik

memberikan bantuan dana untuk pembuatan


pupuk organik dan sekaligus memberdayakan
masyarakat tani untuk pengadaan bibit agar
tidak perlu mengimpor bibit-bibit tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Ajzen, I. Attitudes, Personality and Behavior,
Chicago : Dorsey, 1988.
Anderson, L. W., Krathwohl, David R, (Eds).,
A Taxonomy for Learning, Teaching,
and Assessing: A Revision of Blooms
Taxonomy of Educational Objective,
New York: Addison Wesley Longman,
2001.
Blake, F. Organik Farming and Growing,
Wiltshire U.K.: The Crowod Press
Ltd, 1994.
Chiras D.Daniel . Enviromental Science
Action for a Sustainable Future,
California: The Benjamin/ Cumming
Pub. Company. Inc. 3rd Ed, 1991.
David R Krathwohl, Benyamin S Bloom and
Betram B Masia, Taxonomy
of
Educational Objectives. Book 1
Cognitive Domain, London: Longman
Inc, 1981.
Fischer, Monika. et all., Indonesian
Agricultural Extension Planning at a
Crossroads, Centre for Advanced
Training in Agricutural and Rural
Development:
Humboldt
University,1997.
Harjadi, S. Dasar-dasar Hortikultura,Jurusan
Budidaya
Pertanian,
Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor,
1989.
H.D.

Sudjana , Metode dan Teknik


Pembelajaran Partisipatif , Bandung :
Falah Production , 2001.

Behaviour in Organization: An
Experiential Approach Homewood:
Richard Irwin Inc., 1992.
John R. Schermerhorn, James G. Hunt dan
Richard N. Osborn, Managing
Organizational Behavior, New York:
John Willey & Sons, Inc., 1991.
Kartasapoetra, A. G., Teknologi Penyuluhan
Pertanian, Jakarta: PT. Bina Aksara,
1994.
Lucie

Setiana, Teknik Penyuluhan dan


Pemberdayaan Masyarakat, Bogor:
Ghalia Indonesia, 2005.

M.E. Adams ,Agricultural Extension in


Developing Countries , Singapore :
English Language Book Society /
Longman , 1988.
Mohamad Soerjani, Pembangunan dan
Lingkungan : Meniti Gagasan dan
Pelaksanaan Sustainable Devlopment,
Jakarta : Institut Pendidikan dan
Pengembangan Lingkungan, 1997.
Reijntjes Coen, at. al., Farming for the
Future An Introduction for LowExternal-Input
and
Sustainable
Agriculture, London: the Macmillan
Press Ltd, London and Basingstoke,
1992.
Saifudin Azwar, Sikap Manusia: Teori dan
Pengukurannya, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2003.
Santoso, Soegeng. Problematika Pendidikan
dan Cara Pemecahannya, Jakarta :
Kreasi Pena Gading, 2000.
Stephen
P.
Robbins,
Organizational
Behavior: Concepts, Controversies,
Applications, London: Prentice-Hall
International Inc., 1996.

James B. Lau dan A.B (Rami) Shani,


13

Sikap petani pada pertanian organik

Suriatna Sumardi , Metode Penyuluhan


Pertanian , Jakarta : PT. Melton
Putra , 1988.
Sutanto, R. Pertanian Organik, Menuju
Pertanian
Alternatif
dan
Berkelanjutan Yogyakarta : Kanisius,
2002.
Totok

Mardikanto
,
Penyuluhan
Pembangunan Pertanian , Surakarta :
Sebelas Maret University Press, 1991.

Totok Mardikanto dan Sri Utami, Pengantar


Penyuluhan Pertanian, Surakarta:
Hapsara, 1982.
Van den Ban, A.W dan H.S. Hawkins,
Agricultural Extention, terjemahan
Agnes Dwina Herdiyasti, Yogyakarta :
Kanisius , 1999.
Zanden, James W. Vander, Social
Psychology, New York: Random
House, 1984

14

Anda mungkin juga menyukai