Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KEGIATAN ELEKTIF

OBSERVASI PELAKSANAAN KEGIATAN LABORATORIUM


PUSKESMAS MUNTILAN II KABUPATEN MAGELANG
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh:
Huda Rahmana (10711051)
Pembimbing Universitas :
dr. Luthfi Ghazali M.Kes

Pembimbing Lapangan:
Dr. Martha Kumala Sari

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2016

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat,
hidayah dan izinNya penulis dapat menyelesaikan tugas stase Ilmu Kesehatan
Masyarakat tentang observasi pelaksanaan kegiatan laboratorium di puskesmas
Muntilan II Kabupaten Magelang. Tugas ini merupakan salah satu syarat
kepaniteraan klinik stase Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Indonesia.
Dalam penugasan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. dr. Didik selaku Kepala Puskesmas Muntilan II, yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk belajar tentang Ilmu Kesehatan
Masyarakat di Puskesmas Muntilan II, serta telah meluangkan waktunya
untuk membimbing penulis.
2. dr. Martha selaku dokter pembimbing lapangan yang telah meluangkan
waktu dan tenaga untuk membimbing penulis.
3. dr. Luthfi Ghazali Selaku dokter pembimbing fakultas yang telah
meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing penulis.
4. Mbak Nurul Isna selaku petugas laboratorium yang telah menerima
penulis dengan baik dan banyak meluangkan waktunya.
5. Seluruh staf Puskesmas Muntilan II yang telah membantu penulis
selama menjalani state Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Penulis berusaha membuat makalah dan pelaporan ini kami buat dengan
baik, namun sebagai manusia dalam makalah laporan ini pasti masih terdapat
kesalahan dimana mana, oleh karena itu penulis mohon kritik dan saran dari
para pembaca untuk memberikan masukan untuk perbaikan dari penulisan
pelaporan ini. Semoga laporan ini bukan saja hanya sebagai pengajuan syarat
proses pembelajaran stase Ilmu Kesehatan Masyarakat tetapi juga dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.

Wassalamualaikum Wr. Wb
Muntilan, Januari 2016

Huda Rahmana

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Puskesmas merupakan falisitas kesehatan yang berfungsi sebagai pintu
gerbang dan ujung tombak bagi masyarakat dalam membangun kesehatan
masyarakat sesuai dengan tujuan puskesmas. Oleh karena itu, kelengkapan suatu
puskesmas sangatlah penting karena puskesmas merupakan kesatuan dari berbagai
bagian yang tidak dapat dipisahkan salah satunya adalah keberadaan laboratorium.
Laboratorium Kesehatan yang terdapat di tingkat Puskesmas adalah satu
dari bagian tersebut yang merupakan bagian pelayanan utama yang berfungsi
sebagai

penunjang

kegiatan

pelayanan

Puskesmas.

Dengan

semakin

berkembangnya dunia kesehatan, peran dari Laboratorium di Puskesmas sangat


lah penting dan patut diperhitungkan keberadaanya karena dalam menegakkan
diagnosis suatu penyakit yang ada di puskesmas, banyak data diambil dari
pemeriksaan di laboratorium.
Dasar dari pengelolaan laboratorium di puskesmas sendiri berdasarkan pada
Menteri Kesehatan (PMK) Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012.
Berdasarkan Peraturan menteri kesehatan tersebut, yang dimaksud dengan
Laboratorium Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan di Puskesmas yang
melaksanakan pengukuran, penetapan, dan pengujian terhadap bahan yang berasal
dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebaran penyakit, kondisi
kesehatan, atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan
masyarakat.
Pelaksanaan laboratorium di Puskesmas diaplikasikan sesuai dengan
kondisi ataupun masalah kesehatan yang ada di masyarakat setempat dengan tetap
sesuai

prinsip

memberikan

pelayanan

yang

holistik

atau

menyeluruh,

komprehensif, dan terpadu untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat.


Sedangkan untuk pengelolaan laboratorium sendiri telah diatur dalam Peraturan

Menteri Kesehatan RI Nomor 37 tahhun 2012 adalah

ketenagaan, sarana,

prasarana, perlengkapan dan peralatan, kegiatan pemeriksaan, kesehatan dan


keselamatan kerja, dan mutu.
Kegiatan laboratorium termasuk kegiatan dengan resiko yang besar berasal
dari faktor kimia, fisik, ergonomi dan psikososial. Bukan itu saja, namun dari
ukuran, tipe, variasi, dan kelengkapan laboratorium sangat mempengaruhi resiko
kesehatan dan keselamatan kerja. Apalagi dengan penyakit menular yang saat ini
semakin beragam, maka semakin meningkat pula resiko yang dihadapi oleh
petugas laboratorium.
Petugas laboratorium adalah orang pertama dan yang paling sering
mendapat pajanan bahan-bahan kimia dimana bahan-bahan tersebut adalah bahan
toxic, korosif, mudah terbakar dan meledak serta bahan biologi. Selain itu, pada
saat bekerja petugas lab sering mempergunkan alat alat yang mudah untuk
pecah, berionisasi dan radiasi serta alat-alat elektronik dengan bahaya listrik
dengan voltase yang mematikan, Oleh karena itu penerapan budaya aman dan
sehat dalam bekerja hendaknya dilaksanakan oleh semua petugas yang turut
andil dalam semua kegiatan di Laboratorium.
Bekerja di laboratorium memang memiliki resiko yang besar mendapat
paparan bahan-bahan kimia dan bahan-bahan infeksius. Resiko tersebut suatu
ketika dapat terjadi kapan saja apabila ada kelalaian atau sebab-sebab lain diluar
kemampuan manusia. Oleh karena itu, menyadari dan mempelajari kemungkinan
adanya bahaya yang ada dalam lingkungan pekerjaan mereka adalah menjadi
tanggung jawab bersama-sama terutama bagi petugas laboratorium itu sendiri,
agar selanjutnya bahaya dapat dihindari dan resiko dapat dikendalikan sekecilkecilnya.
Selain itu, kenyamanan dan keamanan petugas juga berpengaruh terhadap
kinerja saat melakukan tugas di laboratorium. Kenyamanan dan keamanan
tersebut menjadi penting karena resiko kecelakaan selalu ada, termasuk sakit
maupun gangguan kesehatan akibat bekerja di dalam laboratorium. Petugas akan

bekerja produktif dan efisien jika rasa khawatir dari hal-hal yang beresiko tersebut
minimal. Tetapi, keadaan laboratorium yang sehat dan aman juga bergantung
kepada petugas laboratorium itu sendiri dengan kesadaran dan kemauan untuk
menjaga dan melindungi diri. Petugas laboratorium juga dituntut untuk
bertanggung jawab secara profesional dan secara moral akan tugas yang diberikan
karena hal tersebut membawa andil besar dalam keselamatan kerja petugas dan
demi pelayanan pasien yang terbaik. (Imamkhasani, 1990)
Berdasarkan latar belakang dan uraian yang sudah disampaikan di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa peneliti merasa keberadaan laboratorium
sangatlah vital bagi puskesmas karena sangat menunjang untuk diagnosis penyakit
pasien di puskesmas, sehingga semua aspek yang berkaitan dengan laborarium
harus diperhatikan dengan seksama. Di Puskesmas Muntilan II, pemeriksaan yang
di lakukan di laboratorium relatif tidak banyak, sehingga beberapa hal yang
berkaitan dengan labopratorium rentan untuk tidak terperhatikan. Oleh karena itu,
peneliti merasa tertarik untuk mengobservasi laboratorium puskesmas Muntilan
II.

II. METODE
a. Observasi
Dalam kegiatan ini, metode yang digunakan adalah observasi. Yaitu dengan
dokter muda langsung terjun ke lapangan dan mengikuti aktivitas yang dilakukan
di laboratorium Puskesmas Muntilan II. Sehingga tujuan yang ingin dicapai dari
kegiatan ini adalah untuk mengamati aktivitas di laboratorium mulai dari
pelayanan, sarana prasarana, sistem pelayanannya, dan lain-lain. Apabila
ditemukan suatu tindakan yang kurang sesuai, maka tugas dari dokter muda
adalah semampunya untuk membetulkannya.
b. Metode Wawancara
Metode kedua adalah dengan wawancara. Wawancara dilakukan kepada kepala
puskesmas, dokter puskesmas dan petugas laboratorium itu sendiri yang dilakukan
selama kegiatan elektif ini berlangsung. Wawancara ini memiliki tujuan untuk
mengetahui permasalahan apa saja yang sering muncul di Laboratorium
Puskesmas Muntilan II sehingga apabila ditemukan suatu permasalahan maka
semampunya tugas dokter muda untuk dapat membenahi permasalahan tersebut.
Selain untuk mengetahui permasalahannya, kegiatan wawancara juga bisa
digunakan untuk mengetahui hal menarik yang ada di Laboratorium Puskesmas
Muntilan II.

III. HASIL DAN OBSERVASI


Dari hasil observasi di Puskesmas Muntilan II, Magelang, petugas
laboratorium Puskesmas Muntilan II hanya berjumlah 1 orang, yaitu Mbak Nurul
Isna. Beliau sendiri yang melakukan semua pemeriksaan dan hal-hal yang
berkaitan dengan laboratorium di Puskesmas Muntilan II meskipun terkadang
digantikan posisinya oleh perawat yang lain saat beliau sedang berhalangan hadir..
Meskipun bekerja sendiri, beliau tetap semangat dan tidak merasa keberatan. Ibu
Nurul Isna sendiri merupakan lulusan D3 Analis kesehatan dan beliau bekerja di
laboratorium Puskesmas Muntilan II sejak Tahun 2010.
Jam kerja Laboratorium sendiri mengikuti jam kerja dari loket pendaftaran
Puskesmas Muntilan II, yaitu jam 07.00 pagi 13.00 siang pada hari senin-kamis,
jam 11.00 pada hari jumat dan jam 12.00 pada hari sabtu. Semua pasien yang
datang merupakan pasien kiriman dari Bp umum Puskesmas Muntilan II. Tetapi
terkadang juga ada pasien kiriman dari dokter keluarga.
Pelaksanaan laboratorium di Puskesmas Muntilan II sendiri untuk jumlah
pengunjung yang datang ke laboratorium terus meningkat jumlahnya. Tetapi,
pemeriksaan yang bisa dilakukan di laboratorium masih sangat sedikit dan
cenderung hanya yang sederhana. Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain :
1. Asam urat
2. Cholesterol
3. Trigliserida
4. Gula darah
5. HB
6. Gol darah
7. Protein urin
8. Pp test
9. BTA
10. Urine rutin
11. HbsAg

Gambar
1. Wawancara dengan petugas
Pasien laboratorium yang datang rata-rata berjumlah 5-10 pasien per hari,
berdasarkan data pada periode 2015 yang lalu, peringkat 5 besar pemeriksaan
paling banyak dilakukan pada periode tahun 2015 adalah :
1.
2.
3.
4.
5.

Pemeriksaan GDS (486)


Asam urat (162)
Kolesterol (174)
Golongan darah (122)
HB (114)
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang sudah dilakukan sejak

18 Januari 2016 23 januari 2016 dalam tugas elektif yang dilakukan selama
kegiatan magang 6 hari di Laboratorium Puskesmas Muntilan II, ditemukan
beberapa masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan, yaitu:
1.

Belum lengkapnya sarana dan prasarana yang memadai di Laboratorium.

2.

Kurangnya Inform consent yang diberikan oleh

petugas laboratorium

3.

kepada pasien yang datang ke laboratorium.


Masih ditemukannya beberapa tindakan pemeriksaan yang kurang sesuai

4.

dengan prosedur.
Kurangnya kesadaran petugas Laboratorium akan pentingnya kesehatan
dan keselamatan diri saat bekerja.
Kelengkapan di laboratorium meliputi sarana dan prasaran yang memadai

merupakan hal yang harus didukung dan ditingkatkan dalam rangka memberikan
pelayanan yang terbaik bagi masyarakat. Untuk sarana, sebagian besar sudah baik,
tetapi masih ada yang kondisinya rusak atau kurang baik. Berdasarkan Inventaris
laboratorium, barang-barang yang ada di laboratorium antara lain sebagai berikut :
N

Nama Barang

Jumla

Keadaan Barang

h
Baik

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Meja kantor
Lemari kaca
Kursi kerja
Kulkas
Kurden
Mikroskop
Sentrifuge
Rak pengering
HB sahli test
Ose
Botol spiritus
Rak tabung
Tabung reaksi
Termometer
Tabuing westergen
Kotak samper BTA
Rotator
Tempat mikroskop

1
1
3
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
3
1
1

Kurang baik

Rusak berat

V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V

Tabel 1. Barang di laboratorium


Prasarana laboratorium merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan
fisik bangunan/ruangan laboratorium itu sendiri Untuk fisik ruangan di

laboratorium Puskesmas Muntilan II sebenarnya sudah cukup baik dengan ukuran


ruangan laboratorium 3m x 3,5m. Tetapi masih belum sesuai dengan standar
dimana seharusnya ukuran ruang minimal adalah 3m x 4m. Langit-langit
laboratorium dari asbes dengan cat warna putih, dinding berbahan beton,
kemudian pintu hanya terdiri dari satu daun pintu dimana untuk sesuai standar
seharusnya ada dua daun pintu, tidak ada celah langsung bagi pasien yang ingin
menyerahkan sampel dahak, pada bak cuci/westafel tidak terdapat pembatas
antara bak dan tempat sekitarnya sehingga air bekas cucian membasahi sekitar bak
jika sedang digunakan untuk mencuci. Permasalahan yang lain yaitu, tempat
pemeriksaan yang berhadapan langsung dengan cahaya matahari sehingga
dikhawatirkan dapat merusak reagen.

Gambar 2. Pemeriksaan menghadap matahari langsung


Kemudian dari segi pencahayaan, pencahayaan di labaroratorium cukup
menerangi setiap sudut ruangan karena jendelanya yang lebar, ventilasi diatas
jendela juga cukup memadai dan terdapat satu buah kipas angin untuk sirkulasi
udara dalam laboratrium tetapi tidak tersedia exhaust fan. Di laboratorium hanya
terdapat satu buah tempat sampah terbuka tanpa alas plastik yang dipakai
bersamaan antara sampah non medis dengan sampah medisaa.Untuk limbah cair
hasil pemeriksaan, langsung dialirkan dari bak pencucian ke selokan. Puskesmas

Muntilan II sendiri tidak memiliki instalasi pengolahan limbah cair begitu juga
dengan incenerator untuk limbah infeksius yang kini rusak dan tidak pernah
dipakai lagi. Jika mengacu pada PERMENKES (peraturan menteri kesehatan
Republik Indonesia) nomor 37 tahun 2012 sarana dan prasarana, Laboratorium
Puskesmas Muntilan II masih banyak yang perlu
Permasalahn berikutnya adalah terkait inform consent yang jarang
diberikan kepada pasien sebelum pemeriksaan dan setelah pemeriksaan. Padahal,
seharusnya pasien berhak tau tujuan dan manfaat pemeriksaan yang dilakukan
kepadanya. Akibat ketidaktahuan tersebut, akhirnya lagi-lagi pasien yang
dirugikan. Contohnya adalah, pada saat datang pasien suspek TB, pasien sudah
lama menderita batuk, tetapi pasien tersebut tidak pernah dapat diperiksa karena
tidak dapat mengeluarkan dahaknya, sehingga sampai berbulan-bulan pasien
tersebut tidak mendapatkan terapi atau tindakan apapun karena kurangnya
informasi tentang bagaimana cara mengeluarkan dahak yang baik dan benar.
Dengan memberikan informasi tersebut meskipun terkadang dianggap hal kecil
dan sepele, pada akhirnya akan bermanfaat karena akan didapatkan dahak yang
sesuai untuk dilakukan pemeriksaan TB.
Untuk pemeriksaan yang dilakukan, masih ditemukan prosedur yang
kurang sesuai. Hal tersebut tentu dapat mengganggu hasil pemeriksaan bahkan
merubah hasil secara signfikan. Contohnya adalah pada saat pemeriksaan sputum
BTA. Pada saat pemeriksaan sputum BTA, seharusnya ada 3 sediaan yang
diperiksa, tetapi pasien hanya membawa dua gelas saja yang berisi dahak untuk
diperiksa. Kemudian petugas hanya mengambil dari satu gelas untuk dijadikan
tiga sediaan dengan alasan dahak dari gelas yang lain dianggap bukan dahak
karena tidak kental. Hal tersebut pada akhirnya akan memberikan hasil yang
berbeda karena jika hasilya positif, maka ketiganya akan positif, begitu juga
sebaliknya jika hasilnya negatif, maka ketiganya akan negatif. Pada akhirnya,
tindakan yang tidak sesuai dengan prosedur tersebut akan merugikan pasien. Halhal kecil lain yang tidak sesuai prosedur juga masih banyak ditemukan. Bahkan

untuk sekedar mencuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan saja tidak
dilakukan.
Untuk kurangnya kesadaran petugas Laboratorium akan kesehatan dan
keselamatan diri saat bekerja di Laboratorium, beberapa hal yang yang harus
diperbaiki adalah kebiasaan petugas yang bekerja tanpa menggunakan alat
pelindung diri. Misalnya saat melakukan pengambilan darah, petugas tidak
menggunakan handscoon. Padahal darah merupakan media untuk penularan
banyak penyakit termasuk penyakit yang berbahaya seperti hepatitis dan
HIV/AIDS. Alat pelindung diri yang dipakai petugas hanyalah masker yang hanya
dipakai saat melakukan pemeriksaan dahak, itupun lepas pasang dengan dilapisi
tissue saat dipakai.

Gambar 3. Petugas tidak memakai sarung tangan

Terkadang petugas juga makan dan minum didalam laboratorium dan


terbukti saat kulkas yang digunakan untuk menyimpan reagen dan spesimen
dibuka, ditemukan minuman yakult. Tentu makanan tersebut dapat berbahaya jika
dikonsumsi karena disimpan bersamaan dengan reagen dan spesimen.

Ada beberapa poin yang harus diperhatikan dalam kesehatan dan


keselamatan kerja di Laboratorium puskesmas yang didasarkan pada Peraturan
Menteri Kesehatan (PMK) Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012 yaitu
Desain Tempat Kerja, Sanitasi Lingkungan, Proses Kerja, Bahan dan Peralatan
Kerja. Laboratorium Puskesmas Muntilan II merupakan bangunan permanen
berukuran 3 x 3,5 M dengan dinding beton. Laboratorium mempunyai satu pintu
dengan dua jendela, terdapat ventilasi, pencahayaan cukup, didalam laboratorium
terdiri dari satu meja yang dipakai untuk menulis, merekap dan melakukan
pemeriksaan.
Untuk sanitasi lingkungan, lingkungan laboratorium kurang terjaga
kebersihan dan kerapiannya. Tata dokumen dan file masih terlihat kurang tertata
dan berdebu. Didalam ruangan hanya tersedia 1 kotak sampah yang kecil yang
dalamnya tidak ada kantong plastik dan tidak ada tutup, tersedia satu westafel
untuk cuci tangan sekaligus cuci alat-alat laboratorium.
Untuk keamanan diri petugas Laboratorium, di laboratorium telah tersedia
masker, jas lab, sarung tangan dan alas kaki tertutup namun petugas hanya
memakai masker, itu pun kadang dilepas dan dipasang, Petugas mengaku bahwa
beliau akan memakai alat keamanan lengkap jika ada pemeriksaan Tuberkulosis
selain itu hanya memakai masker seadanya. Untuk mencuci tangan sebelum
melakukan pemeriksaan tidak dilakukan dan untuk sesudah pemeriksaan hanya
terkadang saja dilakukan itupun mencuci dengan seadanya bukan dengan 7
langkah WHO.
Pengelolaan limbah cair akan di buang dan dialirkan melalui westafel
laboratorium. Dan untuk pengelolaan limbah sampah laboratorium semua di
masukkan ke kotak sampah di belakang puskesmas, dan khusus sampah atau
peralatan bekas pemakaian pemeriksaaan akan langsung dibakar mandiri sendiri
dibelakang puskesmas dan sebagian lagi ditimbun. Tentu hal ini juga berbahaya
bagi kesehatan lingkungan sekitar jika tidak benar-benar diperhatikan dan tidak
sesuai dengan prosedur pengolahan limbah.

Gambar 4. Wastafel untuk membuang limbah

IV. INTERVENSI DAN HASIL


4.1. Intervensi
Dari hasil yang sudah didapat, maka intervensi yang dilakukan berupa

1. Memberikan himbauan kepada kepala puskesmas untuk meningkatkan


sarana dan prasarana yang masih kurang dan tidak sesuai dengan standar,
dan himbauan untuk sering memberikan pembinaan untuk meningkatkan
kedisiplinan kerja petugas laboratorium.
2. Memberikan edukasi kepada petugas laboratorium untuk melakukan
pemeriksaan sesuai dengan prosedur.
3. Memberikan edukasi kepada petugas laboratorium tentang pentingnya
kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium terutama dalam hal
penggunaan alat pelindung diri.
4. Pembuatan poster tentang langkah pemeriksaan BTA.
5. Pembuatan poster tentang alur diagnosis TB.
6. Pembuatan leaflet tentang TB yang di dalamnya juga terdapat materi
tentang waktu pengambilan dahak metode SPS dan cara mengeluarkan
dahak yang akan diberikan ke petugas.
7. Edukasi tentang pentingnya cuci tangan

sebelum

dan

sesudah

pemeriksaan dan mengajari cara 7 langkah cuci tangan WHO.


8. Pemberian tempat sampah medis tertutup.
9. Penataan laboratorium agar lebih rapi
4.2. Hasil
Hasil dari himbauan kepada kepala puskesmas mengenai peningkatan
sarana prasarana dan kedisiplinan kerja, kepala puskesmas akan mengusahakan
untuk meningkatkan sarana prasarana di laboratorium serta akan sering
melakukan sidak dan memberikan pembinaan kepada petugas. Mengenai edukasi
tentang kesehatan dan keselamatan kerja dan edukasi tentang pemeriksaan yang
sesuai prosedur, petugas lebih menyadari betapa pentingnya kesehatan dan
keselamatan kerja di Laboratorium, dan untuk kedepannya petugas akan
mengusahakan untuk selalu memakai peralatan lengkap dan melakukan tindakan
sesuai prosedur apalagi dengan adanya poster tentang pemeriksaan BTA yang
nantinya dapat digunakan sebagai panduan pada saat pemeriksaan.
Untuk leaflet tentang TB, dengan adanya leaflet tersebut, petugas merasa
terbantu karena menjadi lebih mudah dalam menerangkan tentang TB kepada
pasien dan apalagi didalamnya terdapat materi tentang waktu pengambilan dahak
dengan metode SPS dan cara mengeluarkan dahak sehingga akan sangat

membantu karena diharapkan berpengaruh pada kualitas sputum yang lebih baik
dari pasien.
Untuk edukasi cuci tangan petugas menjadi lebih menyadari pentingnya
cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan sehingga lebih bersih dan bebas
dari kuman. Apalagi setelah laboratorium dibersihkan dan terdapat tempat sampah
medis tertutup, petugas merasa sangat berterima kasih dan untuk kedepannya akan
dimanfaatkan sebaik-baiknya. Selain itu, petugas jadi lebih bersemangat dalam
menjaga kebersihan diri dan lingkungan laboratorium.

V. PEMBAHASAN
Laboratorium Kesehatan di tingkat Puskesmas merupakan salah satu
bagian pelayanan utama yang dapat menunjang kegiatan pelayanan kesehatan di
setiap Puskesmas. Seiring dengan perkembangan dunia kesehatan peranan
Laboratorium di Pusat kesehatan masyarakat saat ini telah menjadi bagian yang
patut diperhitungkan, dikarenakan penegakan diagnosa penyakit ditingkat
puskesmas telah banyak membutuhkan data hasil dari pemeriksaan laboratorium.

Pengelolaan laboratorium kesehatan puskesmas didasarkan pada Peraturan


Menteri Kesehatan (PMK) Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012. Menurut
Peraturan menteri kesehatan ini, yang dimaksud dengan Laboratorium Puskesmas
adalah sarana pelayanan kesehatan di Puskesmas yang melaksanakan pengukuran,
penetapan, dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia untuk
penentuan jenis penyakit, penyebaran penyakit, kondisi kesehatan, atau faktor
yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan masyarakat.
Beberapa permasalahan ditemukan beberapa kekurangan seperti belum
lengkapnya sarana dan prasarana yang memadai di Laboratorium, kurangnya
Inform consent yang diberikan oleh petugas laboratorium kepada pasien yang
datang ke laboratorium, masih ditemukannya beberapa tindakan pemeriksaan
yang kurang sesuai dengan prosedur, dan kurangnya kesadaran petugas
Laboratorium akan pentingnya kesehatan dan keselamatan diri saat bekerja.
Intervensi yang dilakukan adalah dalam upaya untuk meningkatkan
kesadaran untuk melakukan pemeriksaan sesuai prosedur dan meningkatkan taraf
kesehatan dan keselamatan kerja petugas dan pasien laboratorium Puskesmas
Muntilan II dengan apa yang penulis mampu. Telah terbentuk kesadaran dari
petugas laboratorium terbukti dengan saat itu juga petugas setelah mulai
membiasakan diri mencuci tangan sebelum dan sesudah pemerikasaan dan
menggunakan 7 langkah cuci tangan WHO.

VI. LAMPIRAN
a. Diary Kegiatan.
HARI

JAM
07.15 07.30
07.30 08.00

KEGIATAN
Mengikuti

HASIL
kegiatan

apel Dokter

muda

mengetahui

pagi di Puskesmas
kondisi lingkungan kerja, dan
Perkenalan dengan petugas
pelayanan apa saja yang ada
Laboratorium
Puskesmas
dibagian
Laboratorium
Muntilan II, memberikan

Senin,

18

penjelasan mengenai tugas Puskesmas Muntilan II

Januari 2015

elektif berupa magang dan


orientasi di Puskesmas
Membantu pelayanan dan
08.00 12.00

12.00 12. 30

observasi lingkungan kerja


laboratorium

Puskesmas

Muntilan II
Ishoma
Wawancara dengan petugas

12.30 13.00

Laboratorium

Puskesmas

Muntilan II

07.15 07.30

Mengikuti

kegiatan

apel

pagi di Puskesmas

1. Dokter muda mengetahui


kendala

atau

pelayanan
Membantu pelayanan dan

07.30 -12.00

masalah

laboratorium

pemeriksaan Laboratorium

puskesmas Muntilan II.


2. Dokter muda mengetahui

Puskesmas Muntilan II dan

hambatan yang dirasakan

melakukan

oleh petugas.

wawancara

mengenai pelayanan di selaSelasa,

sela kegiatan pelayanan

19

Januari 2015

12.00 12.30

Ishoma
Observasi Laboratorium

12.30- 13.00

Puskesmas Muntilan II
sambil Menanyakan terkait
hambatan yang ada

07.15 07.30

Mengikuti

kegiatan

apel Dokter

pagi di kantor kacamatan

muda

mengetahui

kendala atau masalah sarana,

Membantu pelayanan
07.30 11.20

dan

pemeriksaan

di

laboratorium

Puskesmas

Muntilan II.
Wawancara dengan kepala

Rabu, 20
Januari 2015
11.20 -12.00

12.00 12.30

puskesmas tentang
Laboratorium Puskesmas

prasarana, perlengkapan dan

Muntilan II
Ishoma

peralatan

Laboratorium

Puskesmas Muntilan II.

Mengamati

sarana,

prasarana,
12.30-13.00

di

perlengkapan,

dan peralatan yang terdapat


di Laboratorium Puskesmas
Muntilan II

07.15 07.30

Mengikuti

kegiatan

pagi di Puskesmas
Wawancara dan

apel Dokter

Kamis,

21

Januari 2015

diskusi

tentang hasil observasi dan


wawancara serta pelayanan
Laboratorium

Puskesmas

Muntilan II
Membantu pelayanan dan
pemeriksaan Laboratorium
Puskesmas
11.00 12.00

Muntilan

II

konseling dan melakukan


wawancara

mengenai

hambatan, pelayanan dan


pelatihan
12.00 12.30

mengetahui

kendala atau masalah sarana,

dengan dokter puskesmas


07.30 09.00

muda

di

kegiatan pelayanan
Ishoma

sela-sela

prasarana, perlengkapan dan


peralatan

di

Laboratorium

puskesmas Muntilan II

Membantu pelayanan dan


12.30 13.00

pemeriksaan Laboratorium
Puskesmas Muntilan II

07.15 07.30

Jumat,

22 07.30 09.30

Januari 2015

Mengikuti

kegiatan

apel

pagi di Puskesmas

Dokter

muda

mengetahui

kendala atau masalah standar


pelayanan

di

Membantu

pelayanan

dan

pemeriksaan

Membantu pelayanan dan Laboratorium


pemeriksaan Laboratorium
Muntilan II

Puskesmas

Puskesmas Muntilan II.


Wawancara

dan

diskusi

dengan dokter puskesmas


tentang hasil observasi dan
09.30-11.00

wawancara serta pelayanan


Laboratorium

Puskesmas

Muntilan II dan rencana

07.15 07.30

intervensi
Mengikuti

kegiatan

apel Dokter

pagi di Puskesmas

muda

mengetahui

kendala atau masalah standar


pelayanan

di

Laboratorium

Membantu pelayanan dan Puskesmas Muntilan II


07.30 10.00

pemeriksaan Laboratorium
Puskesmas Muntilan II.

Sabtu,

23

Januari 2015

10.00 12.00

Penyuluhan

tentang

pemeriksaan
prosedur,

yang

kesehatan

keselamatan
laboratorium,

kerja

sesuai
dan
di
dan

pentingnya cuci tangan serta

pelatihan 7 langkah cuci


12.00 12.30

tangan dari WHO.


Ishoma
Evaluasi mengenai kegiatan

12.30 13.00

magang, penyerahan produk


elektif dan pamitan

PRODUK
Produk yang dihasilkan dari kegiatan elektif ini adalah :
1. Poster tentang alur diagnosis TB
Poster ini berisi tentang alur bagaimana mendiagnosis TB. Dengan adanya
alur diagnosis tersebut, diharapkan dapat menambah informasi bagi petugas dan
pasien sehingga petugas laboratorium akan lebih mudah pada saat menjelaskan
kepada pasien tentang diagnosis TB
2. Poster tentang pemeriksaan basil tahan asam (BTA)
Poster ini berisi tentang cara pemeriksaan basil tahan asam (BTA) beserta
interpretasinya. Dengan adanya poster pemeriksaan tersebut, diharapkan dapat
menjadi pedoman untuk melakukan pemeriksaan BTA agar kemungkinan adanya
pemeriksaan yang tidak sesuai prosedur dapat dikurangi
3. Pemberian media leaflet tentang TB yang didalamnya terdapat metode SPS dan
cara mengeluarkan dahak

Leaflet diberikan terutama untuk pasien TB yang didalamnya terdapat


informasi tentang TB, metode SPS, dan cara mengeluarkan dahak sehingga dapat
digunakan untuk panduan bagi pasien TB
4. Pemberian tempat sampah medis tertutup
Berdasarkan hasil dari observasi didapatkan bahwa laboratorium
Puskesmas muntilan II hanya memiliki satu tempat sampah terbuka dan itu tidak
sesuai dengan kriteria kotak sampah laboratorium Puskesmas yang tertera di
PERMENKES. Hal itu ditakutkan dapat membahayakan petugas laboratorium dan
orang sekitarnya seperti pasien atau pegawai puskesmas lainnya. Oleh karena
adanya tempat sampah tertutup sangatlah diperlukan

DAFTAR PUSTAKA
Imam Khasani, Soemanto. 1990. Keselamatan Kerja dalam Laboratorium Kimia.
Jakarta : Gramedia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 37 tahun 2012 tentangPenyelenggaraan
Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta, 2012.

LAMPIRAN

Penyerahan tempat sampah medis

Penyerahan alur diagnosis TB dan pemeriksaan BTA

Penyerahan Leaflet TB

Anda mungkin juga menyukai