Anda di halaman 1dari 8

STATUS PASIEN

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


RSUD UNDATA PALU

I.

II.

IDENTITAS PASIEN
1) Nama pasien
2) Umur
3) Jenis kelamin
4) Alamat
5) Agama
6) Pekerjaan
7) Tanggal Pemeriksaan

: Tn. D I
: 26 tahun
: laki-laki
: Jln. Anoa II
: islam
: Pegawai swasta
: 24 Agustus 2016

ANAMNESIS
1) Keluhan Utama

2) Riwayat Penyakit Sekarang

: Kebotakan

Seorang pasien laki-laki berumur 26 tahun datang ke poli kulit dan kelamin
RSUD Undata dengan keluhan kebotakan pada bagian kepala yang dialami sejak
kurang lebih 2 bulan yang lalu. Awalnya botak hanya berbentuk satu bulatan dan
berukuran kecil namun lama kelamaan membesar dan membentuk seperti dua
bulatan. Kebotakan tersebut berada disamping kanan dan tidak terdapat dibagian
lain. Pasien tidak merasakan gatal maupun nyeri pada bagian kebotakan tersebut.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
:
Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
:
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami penyakit serupa dengan pasien

III.

PEMERIKSAAN FISIK
1

Status Generalisata
1. Keadaan Umum
2. Status Gizi
3. Kesadaran

: Sakit ringan
: Baik
: Composmentis

Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah

: 110/80mmHg

Nadi

: 84 kali/menit

Respirasi

: 20 kali/menit

Suhu

: tidak dilakukan pemeriksaan

Status Dermatologis
Ujud Kelainan Kulit :
1. Kepala

: Pada region temporal dextra tampak 2 lesi, berbentuk bulat dan

lonjong berukuran plakat dan nummular dengan penyebaran yang sirkumskrip dan
permukaan tampak licin
2. Leher
: tidak terdapat ujud kelainan kulit
3. Mata
: tidak terdapat ujud kelainan kulit
4. Ketiak
: tidak terdapat ujud kelainan kulit
5. Dada
: tidak terdapat ujud kelainan kulit
6. Punggung
: tidak terdapat ujud kelainan kulit
7. Perut
: tidak terdapat ujud kelainan kulit
8. Selangkangan
: tidak terdapat ujud kelainan kulit
9. Ekstremitas Atas : tidak terdapat ujud kelainan kulit
10. Ekstremitas Bawah: tidak terdapat ujud kelainan kulit

IV.

GAMBAR

Gambar 1. Pada region temporal dextra tampak 2 lesi, berbentuk bulat dan lonjong
berukuran plakat dan nummular dengan penyebaran yang sirkumskrip dan permukaan
tampak licin

V.

RESUME

Seorang pasien laki-laki berumur 26 tahun datang ke poli kulit dan kelamin RSUD
Undata dengan keluhan kebotakan pada bagian kepala yang dialami sejak kurang lebih 2
bulan yang lalu. Awalnya botak hanya berbentuk satu bulatan dan berukuran kecil namun
lama kelamaan membesar dan membentuk seperti dua bulatan. Kebotakan tersebut
berada disamping kanan dan tidak terdapat dibagian lain. Pasien tidak merasakan gatal
maupun nyeri pada bagian kebotakan tersebut.
Pasien datang dengan keadaan umum sakit ringan, status gizi baik, dan kesadaran
komposmentis. Hasil pemeriksaan fisik Pada region temporal dextra tampak 2 lesi,
berbentuk bulat dan lonjong berukuran plakat dengan penyebaran yang sirkumskrip dan
VI.

permukaan tampak licin.


DIAGNOSIS KERJA

Alopesia Areata
VII.

DIAGNOSIS BANDING
Alopesia Androgenetik

VIII.

IX.

ANJURAN PEMERIKSAAN
Pemeriksaan histopatologik
Pemeriksaan KOH 10%
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

X.

PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
Hindari stress yang dapat mempengaruhi kerontokan rambut
Menjaga kebersihan rambut dan kulit kepala
Medikamentosa
Topikal
: Desoximetason 0,05 % + Fusinolon
Sistemik
: metilprednisolon 2x4 mg

XI.

PROGNOSIS
Quo ad vitam

: ad bonam

Quo ad fungtionam

: ad bonam

Quo ad cosmetikam

: dubia

Quo ad sanationam

: ad bonam

PEMBAHASAN
Seorang pasien laki-laki berumur 26 tahun datang ke poli kulit dan kelamin RSUD Undata
dengan keluhan kebotakan pada bagian kepala yang dialami sejak kurang lebih 2 bulan yang
lalu. Awalnya botak hanya berbentuk satu bulatan dan berukuran kecil namun lama kelamaan
membesar dan membentuk seperti dua bulatan. Kebotakan tersebut berada disamping kanan dan
tidak terdapat dibagian lain. Pasien tidak merasakan gatal maupun nyeri pada bagian kebotakan
tersebut.

Pasien datang dengan keadaan umum sakit ringan, status gizi baik, dan kesadaran
komposmentis. Hasil pemeriksaan fisik Pada region temporal dextra tampak 2 lesi, berbentuk
bulat dan lonjong berukuran plakat dan nummular dengan penyebaran yang sirkumskrip dan
permukaan tampak licin.
Alopesia areata adalah penyakit yang ditandai dengan rontoknya rambut akibat proses
inflamasi yang kronis dan berulang pada rambut terminal yang tidak disertai dengan
pembentukan jaringan parut (non sikatrikal), skuamasi, maupun tanda-tanda atropi yang dapat
terjadi pada pria, wanita, dan anak-anak. Penyakit ini biasanya bermanifestasi dengan
ditemukannya area-area tertentu yang kehilangan rambut (mengalami kerontokan total) pada
kulit kepala atau bagian tubuh yang berambut lainnya yang biasanya berbentuk bulat atau
lonjong dengan batas yang tegas. Pada kasus yang berat, alopesia areata dapat berkembang
menjadi kehilangan total seluruh rambut pada tubuh. Walaupun merupakan penyakit yang tidak
mengancam nyawa, alopesia areata merupakan penyakit yang serius karena dapat memberikan
efek yang negatif terhadap penderita, terutama secara psikologik, sosiologik dan kosmetik.
Perjalanan penyakit alopesia areata tidak dapat diprediksikan. Alopesia areata lebih sering
asimtomatis, tetapi dapat terjadi sensasi terbakar atau gatal di area kebotakan pada sekitar 14%
pasien. Pada pasien alopesia areata, 80% hanya memiliki satu lesi, 12,5% memiliki 2 lesi, dan
7,7% memiliki lebih dari 2 lesi. 7 Alopesia areata paling banyak mengenai kulit kepala (66,895%), akan tetapi dapat juga mengenai area berambut lainnya, seperti pada wajah/jambang
(28%, laki-laki), alis (3,8%), dan ekstremitas (1,3%). Penyakit ini dapat mengenai lebih dari 2
area pada waktu bersamaan.
Lesi alopesia areata stadium awal paling sering ditandai oleh bercak kebotakan yang bulat
atau lonjong dan berbatas tegas. Permukaan lesi tampak halus, licin, serta tanpa tanda sikatriks,
atrofi, maupun skuamasi. Pada tepi lesi terkadang terdapat exclamation-mark hairs yang mudah
dicabut. Exclamation-mark hairs jika dilihat menggunakan kaca pembesar akan nampak bagian
6

pangkal rambut yang lebih kecil dari ujung rambut, yang terlihat seperti tanda seru (exclamation
mark). Pada awalnya gambaran klinis alopesia areata berupa bercak atipikal kemudian menjadi
bercak berbentuk bulat atau lonjong yang terbentuk karena rontoknya rambut, dengan onset yang
cepat. Kulit kepala tampak berwarna merah muda mengkilat, licin dan halus, tanpa tanda
sikatriks, atrofi, maupun skuamasi. Kadang dapat disertai dengan eritema ringan dan edema.
Gejala lain yang terlihat adalah perubahan kuku, misalnya pitting (burik), onikilosis
(pelonggaran), splitting (terbelah), garis Beau (cekungan-cekungan transversal), koilonikia
(cekung), atau leukonikia (bercak putih di bawah kuku). Perubahan kuku ini dapat menjadi
indikator yang bagus untuk mendeteksi adanya penyakit imun. Kuku juga mengandung protein
keratin yang juga terdapat pada folikel rambut.
Berdasarkan jumlah lesi dan area yang terkena, alopesia areata dapat diklasifikasikan sebagai
berikut
1. Alopesia areata monokuler: Hanya terdapat satu lesi kebotakan pada kulit kepala
2. Alopesia areata multikuler: Terdapat banyak lesi pada kulit kepala
3. Alopesia areata total: Pasien mengalami kebotakan pada seluruh kulit kepala
4. Alopesia areata universalis: Lesi tidak hanya terdapat pada kulit kepala, tetapi juga bagian
tubuh yang lain, termasuk rambut pubis.
5. Alopesia areata barbae: Lesi hanya terdapat pada daerah jambang
6. Alopesia traksi: Kebotakan pada daerah frontal dan temporal, karena tekanan konstan
akibat seringnya mengikat rambut dengan kuat.
Sebab patogensis dari alopesia areata adalah kelainan imunologis. Oleh karena itu,bahan
imunomudulasi yang ditargetkan kepada sel T, sitokin, antigen yang lebih spesifik dianggap
mempunyai efek. Obat siklosporin dan takrolimus mempunyai efek penghambatan aktivitas sel T
tetapi jarang dipakai karena efek sampinnya. Pengobatan yang telah dipakai hanya menekan
proses Pencetus.
Steroid topical, intralesi , sistemik, atau intramuskulus.pemakaian steroid topical dengan

1. Krim fusinolon asetonid 0,2%, dioleskan 2x sehari, selama 6 bulan, pada anak-anak
keberhasilan mencapai 50-100%. Terutama bila alopesia areata diderita kurang dari 1
tahun.
2. Krim halsinonid 0,1 % dioleskan tiap hari dengan dosis maksimal 60 gr/bulan.
3. Krim betametason dipropionat 0,05% dipakai 2 kali sehari
Krim-krim ini steroid ini bekerja dengan cara menghambat proses autoimun local yang
menghalangi pertumbuhan rambut.

DAFTAR PUSTAKA

1. McElwee KJ, Freyschmidt-Paul P, Sundberg JP, Hoffmann R. 2003.


2. The pathogenesis of alopecia areata. J Investig Dermatol Symp Proc. 8(1):6-11.
3. Wasserman D. et.al. Alopecia Areata. International Journal of Dermatology. 2007; 46:121131.
4. Alexis A.F., Duddasubramanya R. and Sinha A.A. Alopecia Areata: Autoimmune Basis of
Hair Loss. Eur J Dermatol. 2004; 14: 364-70.
5. Randall V.A. and Botchkareva N.V. The Biology of Hair Growth. Centre of Skin Sciences,
School of Life Sciences, University of Bradford, Bradford, UK. William Andrew Inc. 2009;
6. Putra I.B. 2008. Alopesia Areata. Universitas Sumatera Utara. Hal. 1-30.
7. Soepardiman L. Kelainan Rambut. Dalam: Djuanda A., Hamzah M., dan Aisah S.(eds.).
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Keenam. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2010: hlm. 303-305.

Anda mungkin juga menyukai