ROHDIANA (02140200049)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Leptospirosis ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai dampak yang
ditimbulkan dari kualitas udara dalam ruangan kerja. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................
A. Latar Belakang Masalah............................................................................................
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI.................................................................................................
A. Sejarah Leptospirosis...............................................................................................
B. Definisi Leptospirosis.................................................................................................
C. Etiologi Leptospirosis.................................................................................................
D. Patofisiologis Leptospirosis.......................................................................................
E. Cara Penularan Leptospirosis...................................................................................
F. Manifestasi Klinik Leptospirosis.................................................................................
G. Masa Inkubasi............................................................................................................
H. Komplikasi leptospirosis............................................................................................
I. Pencegahan Leptospirosis..........................................................................................
J. Pengobatan Leptospirosis..........................................................................................
BAB III PENUTUP...........................................................................................................
A. Simpulan..................................................................................................................
B. Saran........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
B.
Rumusan Masalah
C.
Tujuan Penulisan
Sesuai dengan masalah yang dirumuskan diatas maksud dan tujuan inipun
dirumuskan guna memperoleh suatu deskripsi tentang:
1. Apa itu penyakit leptospirosis dan bagaimana cara mengatasi, mengobati dan
mencegah tertularnya penyakit leptospirosis
2. Berfungsi sebagai literatur-literatur bagi pelajar yang ingin memperdalam
wawasan tentang masalah kesehatan Khususnya tentang penyakit
leptospirosis
3. Para pembaca dapat mengetahui lebih dalam tentang penyakit leptospirosis
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Sejarah Leptospirosis
B.
Definisi Leptospirosis
Leptospirosis adalah
suatu
zoonosis
yang
disebabkan
suatu
mikroorganisme yaitu leptospira tanpa memandang bentuk serotipenya. Penyakit
ini juga dikenal dengan nama seperti mud fever, slim fever, swamp fever,
autumnal fever, infectoius jaundice, field fever, cane cutler fever.
Leptospirosis merupakan penyakit hewan yang disebabkan oleh beberapa
bakteri dari golongan leptospira yang berbentuk spiral kecil disebut spirochaeta.
Bakteri ini dengan flagellanya dapat menembus kulit atau mukosa manusia
normal. Leptospira ini dapat hidup di air tawar selama lebih kurang 1 bulan.
Sistem klasifikasi tradisional didasarkan atas patogenitas yang membedakan
antara spesies patogen yaitu Leptospira interrogans dan spesies nonpatogen
yang hidup bebas, yaitu Leptospira biflexa. Leptospira berbentuk ulir yang rapat,
tipis dengan panjang 5-15 mm. Leptospira dapat hidup berminggu-minggu di
dalam air, khususnya pada pH basa. (Brooks, 2005)
C.
Etiologi Leptospirosis
D.
Patofisiologis Leptospirosis
Manusia bisa terinfeksi jika terjadi kontak pada kulit atau selaput lendir yang
luka/erosi dengan air, lumpur dan sebagainya yang telah tercemar oleh air kemih
binatang yang terinfeksi leptospira. Leptospira yang masuk melalui kulit maupun
selaput lendir yang luka/erosi akan menyebar ke organ-organ dan jaringan tubuh
melalui darah. Sistem imun tubuh akan merespon sehingga jumlah laptospira
akan berkurang, kecuali pada ginjal yaitu tubulus, dimanaakan terbentuk kolonikoloni pada dinding lumen yang mengeluarkan endotoksin dan kemudian dapat
masuk ke dalam kemih.
E.
Leptospira bisa keluar lewat urine/air seni hewan yang jatuh ke tanah. Ini
bisa berpotensi menginfeksi selama 6 48 jam. Pada urine yang mempunyai pH
netral atau basa, tidak terkontaminasi dengan deterjen dan suhu di atas 22
derajat C, leptospira dapat hidup sampai berminggu-minggu. Kita dapat
terinfeksi bila terjadi kontak dengan air, tanah dan lumpur yang terkena urine
binatang tersebut.
Leptospira akan masuk ke kulit atau selaput lendir lewat luka atau lecet
pada kulit. Bakteri masuk kedalam tubuh manusia melalui selaput lendir
5
(mukosa) mata, hidung, kulit yang lecet atau makanan yang terkontaminasi
olehurin hewan terinfeksi leptospirosa. Masa inkubasi dari bakteri ini adalah
selama 4 19 hari. Air yang menggenang atau mengalir lambat akan
memudahkan infeksi.
F.
Gejala ini sering dikaitkan dengan gejala awal meningitis. Delirium (tidak
waras, kegilaan) juga didapatkan pada tanda awal meningitis, Pada fase yang
lebih berat didapatkan gangguan mental berkepanjangan termasuk depresi,
kecemasan, psikosis dan dementia.
Gangguan anikterik dapat dijumpai meningitis aseptik adalah sindrom
manifestasi klinis yang paling penting didapatkan pada fase anikterik imun.
Gejala meningeal terjadi pada 50% penderita. Palsi saraf kranial, ensefalitis, dan
perubahan kesadaran jarang didapatkan.
Meningitis bisa terjadi apada beberapa hari awal, tapi biasanya terjadi pada
minggu pertama dan kedua. Kematian jarang terjadi pada kasus anikterik.
Gangguan ikterik : leptospirosis dapat diisolasi dari darah selama 24-48 jam
setelah timbul ikterik. Nyeri perut dengan diare dan konstipasi terjadi sekitar
30%, hepatosplenomegali, mual, muntah dan anoreksia.
Uveitis terjadi pada 2-10% kasus dapat terjadi pada awal atau akhir
penyakit, bahkan dilaporkan dapat terjadi sangat lambat sekitar 1 tahun setelah
gejala awal penyakit timbul. Iridosiklitis and korioretinitis adalah komplikasi
lambat yang akanan menetap selama setahun. Gejala pertama akan timbul saat
3 minggu hingga 1 bulan setelah paparan.
Perdarahan subkonjuntiva adalah komplikasi pada mata yang sering terjadi
pada 92% penderita leptospirosis. Gejala renal seperti azotemia, pyuria,
hematuria, proteinuria dan oliguria sering tampak pada 50% penderita. Kuman
leptospira juga dapat timbul di ginjal. Manifestasi paru terjadi pada 20-70%
penderita. Adenopati, rash, and nyeri otot juga dapat timbul.
Sindroma klinis tidak khas pada berbagai serotipe, tetapi beberapa
manifestasi sering tampak pada serotipe tertentu. Misalnya ikterus didapatkan
pada 83% penderita dengan infeksi L icterohaemorrhagiae and 30% pada L
pomona. Rash eritematous pretibial sering didaptkan pada infeksi L autumnalis.
Gangguan gastrointestinal pada infeksi dengan L grippotyphosa. Aseptic
meningitis seringkali terjadi pada infeksi L pomona atau L canicola.
Sindrom Weil adalah bentuk leptospirosis berat dengan ditandai ikterus,
disfungsi ginjal, nekrosis hati, disfungsi paru, dan diatesis perdarahan. Kondisi ini
terjadi pada akhir fase awal dan meningkat pada fase ke dua, tetapi keadaan
bisa memburuk setiap waktu. Kriteria keadaan masuk dalam penyakit Weil tidak
dapat didefinisikan dengan baik.
Manifestasi paru meliputi batuk, dispnu, nyeri dada, sputum darah, batuk
darah, dan gagal napas. Vaskular dan disfungsi ginjal dikaitkan dengan
timbulnya ikterus setelah 4-9 hari setelah gejala awal penyakit. Penderita dengan
ikterus berat lebih mudah terjadi gagal ginjal, perdarahan dan kolap
kardiovaskular.
Hepatomegali didapatkan pada kuadran kanan atas. Oliguri atau anuri pada
nekrosis tubular akut sering terjadi pada minggu ke dua sehingga terjadi
hipovolemi dan menurunya perfusi ginjal.
Sering juga didapatkan gagal multi-organ, rhabdomyolysis, sindrom gagal
napas, hemolisis, splenomegali, gagal jantung kongestif, miocarditis, dan
pericarditis. Sindrom Weil mengakibatkan 5-10%. Sebagian besar kasus berat
sindrom dengan gangguan hepatorenal dan ikterus mengakibatkan mortalitas
20-40%. Angka mortalitas juga akan meningkat pada usia lanjut usia.
Leptospirosis dapat terjadi makular atau rash makulopapular, nyeri perut
mirip apendisitis akut, pembesaran kelenjar limfoid mirip infeksi mononucleosis.
Juga dapat menimbulkan manifestasi aseptic meningitis, encephalitis, atau fever
of unknown origin. Leptospirosis dapat dicurigai bila didapatkan penderita
dengan flulike disease dengan aseptic meningitis atau disproporsi mialgia berat.
Pemeriksaan fisik yang didapatkan pada penderita berbeda tergantung
berat ringannya penyakit dan waktu dari onset timbulnya gejala. Tampilan klinis
secara umum dengan gejala pada beberapa spektrum mulai dari yang ringan
hingga pada keadaan toksis.
Pada fase awal pemeriksaan fisik yang sering didapatkan adalah demam
seringkali tinggi sekitar 40o C disertai takikardi. Subkonjuntival suffusion, injeksi
faring, splenomegali, hepatomegali, ikterus ringan, mild jaundice, kelemahan
otot, limfadenopati dan manifestasi kulit berbentuk makular, makulopapular,
eritematus, urticari, atau rash perdarahan juga didapatkan pada fase awal
penyakit.
Pada fase kedua manifestasi klinis yang ditemukan sesuai organ yang
terganggu. Gejala umum yang didaptkan adalah adenopathy, rash, demam,
perdarahan, tanda hipovolemia atau syok kardiogenik. Pada pemeriksaan fungsi
hati didapatkan ikterus, hepatomegali, tanda koagulopati. Gangguan paru
didapatkan batuk, batuk darah, dispneu, dan distres pernapasan.
Manifestasi neurologi didapatkan palsi saraf kranial, penurunan kesadaran,
delirium atau gangguan mental berkepanjangan seperti depresi, kecemasan,
iritabel, psikosis, dan demensia.
Pemeriksaan mata terdapat perdarahan subconjuntiva, uveitis, tanda
iridosiklitis atau korioretinitis. Gangguan hematologi yang ditemukan adalah
perdarahan, petekie, purpura, ekimosis dan splenomegali. Kelainan jantung
dijumpai tanda dari kongestif gagal jantung atau perikarditis.
G.
Masa Inkubasi
H.
Komplikasi leptospirosis
Pada hati : kekuningan yang terjadi pada hari ke 4 dan ke 6
Pada Ginjal : Gagal ginjal yang dapat menyebabkan kematian.
Pada Jantung : Berdebar tidak teratur, jantung membengkak dan gagal
jantung yang dapat menyebabkan kematian mendadak
Pada paru paru : Batuk darah, nyeri dada, sesak napas. Perdarahan
karena adanya kerusakan pembuluh darah dari saluran pernapasan,
saluran pencernaan, ginjal, saluran genitalia, dan mata ( konjungtiva )
Pada kehamilan : Keguguran, prematur, bayi lahir cacat dan lahir mati
I.
Pencegahan Leptospirosis
-
J.
Pengobatan Leptospirosis
10
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Leptospirosis adalah penyakit infeksi akut yang dapat menyerang manusia
maupun hewan yang disebabkan kuman leptospira pathogen dan digolongkan
sebagi zoonosis yaitu penyakit hewan yang bisa menjangkiti manusia.
Hewan yang paling banyak mengandung bakteri leptospira ini (resevoir)
adalah hewan pengerat dan tikus. Penyakit leptospirosis mungkin banyak
terdapat di Indonesia terutama di musim penghujan. Penularan dari hewan ke
manusia dapat terjadi secara langsung ataupun tidak langsung, sedangkan
penularan dari manusia ke manusia sangat jarang.
Pengobatan dengan antibiotik merupakan pilihan terbaik pada fase awal
ataupun fase lanjut (fase imunitas). Selain pengobatan antibiotik, perawatan
pasien tidak kalah pentingnya untuk menurunkan angka kematian.
Angka kematian pada pasien leptospirosis menjadi tinggi terutama pada usia
lanjut, pasien dengan ikterus yang parah, gagal ginjal akut, gagal pernafasan
akut.
B. Saran
1. Pada orang berisiko tinggi terutama yang bepergian ke daerah berawa-rawa
dianjurkan untuk menggunakan profilaksis dengan doxycycline.
2. Masyarakat terutama di daerah persawahan, atau pada saat banjir mungkin
ada baiknya diberi doxycycline untuk pencegahan.
3. Para klinisi diharapkan memberikan perhatian pada leptospirosis ini terutama
di daerah-daerah yang sering mengalami banjir.
4. Penerangan tentang penyakit leptospirosis sehingga masyarakat dapat
segera menghubungi sarana kesehatan
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Ernawati Kholis, 2008. Journal Leptospirosis Sebagai Penyakit Pasca Banjir
serta Pencegahannya. Tahun
25 Nomor 274 Juli 2008. Fakultas
Kedokteran Universitas Yarsi Jakarta.
2. Setiawan I Made, 2008. Journal Pemeriksaan Laboratorium untuk
Mendiagnosis Penyakit Leptospirosis.
Media Libtang Kesehatan XVIII
nomor 1 Tahun 2008.
3. Soeharsono (2007). Penyakit Zoonotik pada Anjing dan Kucing, Yogyakarta :
Kanisius
4. Soeripto, 2002. Journal Pendekatan Konsep Kesehatan Hewan Melalui
Vaksinasi. Tahun 2002
21(2).Balai Penelitian Veteriner Bogor.
5. http://www.medicinesia.com/kedokteran-klinis/infeksi-imunologi/leptospirosis/
6. http://belajarsukes.blogspot.com/2011/03/makalah-leptospirosis.html