Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN
Perkembangaan teknologi saat ini yang begitu pesat, menuntut setiap lembaga
pendidikan untuk menyediakan wadah yang tepat bagi para mahasiswanya unutk
berkarya. Berbagai macam bentuk teknologi baru telah diadaptasi untuk menunjang
sektor pendidikan dan mahasiswa dituntut untuk dapat menggunakan dan
mengembangkan teknologi tersebut. Mahasiswa dituntut untuk tidak gagap dalam
teknologi.
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ( PENS ), sebagai salah satu lembaga
pendidikan tingkat tinggi yang berbasis teknologi, barupaya mengembangkan sumber
daya manusia dan ilmu pengetahuan serta teknologi guna menunjang pembangunan
industri. Selain itu, PENS memberikan kesempatan kepada mahasiswanya untuk
mengaplikasikan seluruh ilmu yang telah didapatkanya selama di bangku perkuliahan.
Lulusan dari PENS diharapkan mampu dan siap, baik secara mental maupun fisik untuk
dikembangkan ke bidang kerja yang sesuai dengan spesifikasinya.
Untuk menunjang upaya tersebut, PENS meningkatkan kerja sama dengan dunia
industri, dalam hal ini bisa dilakukan dengan study excursion, praktek kerja lapangan,
joint research dan lain sebagaianya. Karena itulah mengapa praktek kerja lapangan
merupakan salah satu mata kuliah wajib yang harus diikuti oleh mahasiswa sebagai
salah satu standart kelulusan.
Mengingat kebutuhan kerja menengah yang terampil di bidang industri
khususnya pada proses otomasi menggunakan komputer dan pelayanan kelistrikan di
industri, maka PENS membuka program studi Diploma III Teknik Elektronika yang
secara khusus mempelajari kinerja dari arus lemah kontrol.
Dengan adanya program studi Diploma III Teknik Elektronika ini, maka
diharapkan pembangunan dunia industri menjadi lebih terpacu.
1.1

LATAR BELAKANG

Elektronika merupakan salah satu bagian penting dari kehidupan bermasyarakat


saat ini, bisa dibilang jika hampir 80% masyarakat hidup dalam kesehariannya
menggunakan perangkat yang berhubungan dengan elektronika. Ini sama halnya dengan
dunia industri, dimana sebagian besar produksinya harus menggunakan hal berbau
elektronika. Fokus yang kami pelajari disini adalah elektronika arus lemah, dimana
elektronika arus lemah ini lebih banyak bermain pada kontrol maupun instrumentasi.
Kontrol dalam suatu sistem industri sangatlah penting karena tidak mungkin sebuah
sistem besar yang komplek harus diatur secara manual oleh seorang manusia, tentunya
ini akan sangat beresiko dan memakan banyak tenaga, untuk itu dipakailah suatu

kontrol sistemyang bisa diatur menggunakan sebuah kontrol yang memanfaatkan arus
lemah ini. Selain melakukan kontrol, pemanfaatan ilmu elektronika dalam industri juga
salah satunya monitoring, dimana fungsi monitoring ini adalah mengawasi jalannya
proses dari sebuah sistem yang berjalan, prinsipnya adalah monitoring secara real time.
Real time yang dimaksud disini adalah saat itu data berubah, saat itu juga data
ditampilkan. Ini bisa diatur oleh seorang user untuk mengatur jeda waktu pengambilan
data dalam monitoring.
PT. YTL Jawa Timur merupakan sebuah perusahaan swasta yang bergerak dalam
bidang pembangkit listrik berbahan dasar batu bara sebagai sumber utama dalam
membangkitkan listrik. Dimulai pada tahun 2004, PT. YTL Jawa Timur telah
mengoperasikan PLTU unti 5 dan unit 6 paiton ini menggantikan PT. PowerGen Jawa
Timur yang berasal dari negara Inggris. PT. YTL Jawa Timur merupakan anak
perusahaan dari PT. YTL Power Service dan merupakan perusahaan swasta
multinasional yang berasal dari negara Malaysia. PT. YTL Power Service bergerak pada
bidang operasi dan perawatan (O & M) pembangkit listrik dan telah banyak dipercaya
menangani proyek-proyek pembangkitan daya di Malaysia dan di daerah Asia.
1.2

RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang di atas, penulis ingin mengkaji lebih dalam mengenai prinsip
kerja dari sensor panas mulai dari pembacaan sampai pengaturan yang dilewatkan
melalui beberapa transmitter dan PLC sampai pada kontrol pusat.
1.3

TUJUAN KERJA PRAKTEK

Adapun tujuan kerja praktek yang penulis lakukan selama satu bulan ini adaah
untuk mengembangkan wawasan dan pengalaman di dunia industri serta kemampuan
penulis sebagai mahasiswa program studi teknik elektronika, yaitu :
1. Memenuhi persyaratan sebagai mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri
Surabaya jurusan Teknik Elektronika dengan melakukan Kerja Praktek.
2. Mengetahui secara umum proses kerja dari produksi listrik di PLTU Paiton
swasta Unit 5 dan 6.
3. Mengetahui prinsip kerja dari beberapa sensor yang digunakan dalam proses
produksi.
4. Mengetahui Sistem kerja dari PLC di Pembangkit.
5. Mengetahui kondisi sesungguhnya di lapangan, baik kondisi kerja dari karyawan
maupun proses produksi pada PLTU itu sendiri.

1.4

MANFAAT KERJA PRAKTEK

1.4.1

Bagi Mahasiswa Pelaksana

1. Terciptanya suatu hubungan yang sinergis, jelas, dan terarah antara dunia
perguruan tinggi dan dunia kerja sebagai pengguna outputnya.
2. Membuka wawasan mahasiswa agar dapat mengetahui dan memahami aplikasi
ilmunya di dunia industri pada umumnya dan mampu menyerap dan berasosiasi
dengan dunia kerja secara utuh.
3. Mahasiswa mengetahui dan memahami sistem kerja di dunia industri sekaligus
mampu mengadakan pendekatan masalah secara utuh.
4. Menumbuhkan dan menciptakan pola pikir yang konstruktif yang lebih
berwawasan bagi mahasiswa.
5. Memperdalam dan memperjelas peaksanaan teori dan praktik yang diperoleh
selama kuliah dalam dunia kerja yang sesungguhnya.
6. Memantapkan kemampuan praktek dalam penguasaan peralatan industri.
7. Mampu menyerap dan berasosiasi dengan dunia kerja secara utuh, sekaligus
dapat mengetahui dan memahami sistem kerja di dunia industri.

1.4.2

Bagi Perusahaan

1. Sebagai sarana untuk memberikan penilaian terhadap kriteria tenaga kerja yang
dibutuhka oleh perusahaan yang bersangkutan.
2. Sarana untuk mengetahui ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh mahasiswa.

1.4.3

Bagi Pembaca

1. Sebagai bahan kajian dan masukan sekaligus bahan referensi untuk pembaca
yang di kemudian hari akan melaksanakan kerja praktek di PT. YTL Jawa Timur
ini.

1.5

Batasan-Batasan

Adapun batasan masalah yang dibahas pada laporan ini adalah terbatas pada
pokok-pokok sebagai berikut :

1.6

Tinjauan secara umum proses produksi dibahas tiap tahap pemrosesan.


Pembahasan secara mendetail mengenai PLC.
Membahas tentang kontrol dan instrumentasi khususnya pada sensor suhu.

Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Praktek kerja ini dilakukan di PT. YTL Jawa Timur, Jl. raya Surabaya-Situbondo
km 141 Paiton, dengan waktu pelaksanaan mulai tanggal 22 Juli sampai dengan 23
Agustus 2014.

1.7

Metode Pengambilan Data

Dalam menyusun laporan ini, terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data-data


sebagai bahan laporan yang diperoleh selama melaksanakan kerja praktek. Penulis
menggunakan beberapa metode kerja antara lain :
1. Metode Interview atau Tanya Jawab
Yaitu pengumpulan data dengan menampung pendapat dari karyawan atau
pembimbing tentang data tersebut dengan melakukan tanya jawab secara
langsung sehingga diperoleh data yang diinginkan.
2. Metode Observasi
Yaitu pengumpulan data dengan pengamatan secara langsung pada objeknya
sehingga memungkinkan untuk mengamati secara bertahap disertai pencatatan
singkat dan jelas sehingga data yang diperoleh dapat dipercaya.
3. Metode Literatur
Yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mencatat atau
menggunakan data baik seluruh maupun sebagian dari data di industri, berupa
arsip-arsip, katalog. Pengumpulan data ini diperoleh dari document room yang
terdapat pada pabrik.
1.8

Sistematika Penulisan Laporan


Dalam penyusunan laporan ini, sistematika penyusunan yang digunakan adalah
sebagai berikut :
BAB I
: PENDAHULUAN
Dalam bab ini, mengulas mengenai latar belakang serta tujuan
dilakukanya praktek kerja lapangan
BAB II
: TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
Dalam bab ini, mengulas mengenai gambaran umum perusahaan
mulia dari tinjauan umum perusahaan serta fasilitas fasilitas
penunjang produksi
BAB III
: TINJAUAN LAPANGAN
Dalam bab ini, mengulas mengenai produksi listrik yang
meliputi awal proses produksi dari pengolahan batu bara hingga
tahap dihasilkanya energi listrik

BAB IV

: SENSOR DAN TRANSMITTER

BAB V

BAB VI

Berisi tentang penjelasan sensor dan transmitter yang ada pada


power plant beserta detailnya.
: PEMBAHASAN
: PENUTUP
Dalam bab ini, mengulas mengenai kesimpulan dan saran
sehubungan dengan pelaksaan praktek kerja lapangan hingga
akhir pembuatan laporanya.

BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
2.1

Sejarah

PLTU Paiton unit 5 dan 6 merupakan suatu proyek untuk mendukung PLN
dalam pengadaan supply listrik negara, terutama untuk wilayah Jawa Bali. Awal
mulanya PLTU Paiton Unit 5 dan 6 merupakan sebuah konsorsium yang terdiri atas
Siemens SPV ( Siemens Project Veneture ) yang berasal dari Jerman, PT. Powergen
yang berasal dari Inggris dan PT. Bumi Pertiwi yang berasal dari Indonesia. Ketiganya
memiliki jumlah saham yang berbeda atas kepemilikan unit 5 dan 6, yaitu :
Siemens

: 50 %

PT. Powergen

: 35 %

PT. Bumi Pertiwi

: 15 %

Ketiga pemegang saham tersebut membentuk PT. Jawa Power sebagai pemilik
unit 5 dan 6. Sedangkan PT. Powergen Jawa Timur yang merupakan anak perusahaan
dari Powergen Internasional bertugas untuk Operation and Maintenence ( O & M ).
Pada tanggal 4 Desember 2004, saham yang dimiliki oleh PT. Powergen atas
kepemilikan unit 5 dan 6 diakuisisi sepenuhnya oleh PT. YTL Power Service. PT. YTL
Power Service merupakan anak perusahaan dari YTL Corperation Berhad yang berasal
dari Malaysia. Selanjutnya PT. YTL Power Service membuat anak perusahaan baru
yaitu PT. YTL Jawa Timur yang bertugas sebagai Operation and Maintenence Company
bagi unit 5 dan 6 menggantikan posisi PT.Powergen Jawa Timur.
Sedangkan,operasi komersial penggunaan fasilitas unit 5 dan 6 ini dimulai pada
tanggal 26 Juli 1999 untuk unit 6 dan 26 Januari 2000 untuk unit 5. Kedua unit
pembangkit ini menggunakan sistem pembangkit uap yang memakai batu bara sebagai
bahan bakarnya. Batu bara yang digunakan disupply dari PT. Kideco dan PT. Berau dari
Kalimantan. Tiap unit yang dimiliki PT. YTL Jawa Timur memiliki kapasitas produksi
daya sekitar 610 MW sehingga apabila dua unit bekerja bersamaan maka akan
menghasilkan daya sebesar 1220 MW. Daya yang diproduksi nantinya akan dijual di
bawah PPA ( Power Purchase Agreement ) kepada PLN. Untuk saat ini, pengoperasian
fasiitas pembangkit listrik tenaga uap di Paiton meliputi unit 1 dan 2 yang dimiliki oleh
PT. PJB ( Pembangkit Jawa Bali ), unit 7 dan 8 milik PT. IPMOMI dan unit 5 dan 6
milik PT. YTL Jawa Timur. Semua unit ini menggunakan batubara sebagai bahan bakar
dan air laut sebagai media pendingin sistem.
Sebagai pusat pembangkit listrik tenaga uap, PT. YTL Jawa Timur dalam
operasionalnyamenekankan pada tiga faktorpenting yaitu :
1. Keselamatan ( Safety )
Keselamatan kerja memperoleh perhatian utama pada perusahaan ini terbukti
dengan diperolehnya sertifikat bendera emas untuk penerapan SMK3 Tahun
2010 dan penghargaan dari pemerintah sebagai perusahaan dengan kecelakaan

nol ( zero accident ) pada tahun yang sama. Komitmen terhadap K3 juga
tercantum dalam kebijakan perusahaan yang ditanda tangani oleh President
Director YTL Power untuk menerapkan standard manajemen Internasional
ISO 9001 ( quality ) & ISO 141001 ( lingkungan ). Arti penting K3 yaitu :
a) Tanggung jawab moral :
1) Karyawan adalah aset PT. YTL Jawa Timur yang terbesar
2) Semua cedera dan penyakit dapat dicegah
3) Duty of Care
b) Pemghematan :
1)
Ongkos sendiri pada individu :
a. Rasa sakit dan penderitaan
b. Kehilangan suatu kuaitas kehidupan
c. Kehilangan pendapatan
d. Kehilangan kenikmatan hidup sementara atau
permanen
e. Ongkos tambahan seperti perjalanan, obat, dll
f. Kekhawatiran atau kepeduliab keluarga
2)
Ongkos langsung meliputi cedera, penyakit dan kerusakan pada
plant
atau produk
3)
Ongkos tak langsung :
a. Kerusakan produk atau material
b. Penundaan produksi
c. Pengerjaan lembur
d. Waktu bagi investasi
e. Waktu bagi administrasi
f. Kehilangan kemampuan
Menurut UU No.1 tahun 1970 keselamatan kerja bagi seluruh karyawan dari
PT. YTL Jawa Timur sangat diperhatikan, adapun caranya melaui berbagai
platihan keselamatan ( safety training ) dan dengan memasukkan prosedur
keselatan kerja pertama kali dalam setiap pekerjaanya. Misalnya dalam sistem
pelaksanaan maintenence harus melewati prosedur keselamatan yang sangat
ketat dengan kendali keselamatan kerja langsung di bawah Presiden Direktur.
Dengan komitmen ini diharapkan akan tercipta kondisi kerja yang aman
sehingga masing - masing personil aman.
2. Berwawasan Lingkugan Hidup
Lingkungan hidup juga harus menjadi pioritas perusahaan, dibuktikan dengan
dibuatnya pernyataan kebijakan lingkungan yang menyebutkan bahwa PT.
YTL Jawa Timur mendukung pandangan bahwa lingkungan adalah bagian
integral dan fundamental dari strategi dan tujuan bisnis stasiun pembangkit
Paiton II. Pernyataan tersebut diaplikasikan dengan digunakanya fasilitas
plant yang ramah terhadap lingkungan misalnya Electronic Sirculation
Precipator ( ESP ) dan Water Waste Treatment PLANT ( WWTP ).

Pernyataan kebijakan lingkungan yang dikeluarkan oleh perusahaan


adalah sebagai berikut :
Sebagai pengakuan dari PT. Jawa Power dan YTL Power dalam pernyaan
kebijakanya, PT. YTL Jawa Timur mendukung panfangan bahwa lingkungan
adalah bagian integral dan fundamental dari strategi dan tujuan bisnis stasiun
pembangkit paiton II.
Sebagai operator dari stasiun pembangkit paiton II, kami mengkui bahwa
kegiatan kami berdampak pada ingkungan dan karena itu kami bertekat untuk
menerapkan perlindungan lingkungan sekitar dengan standart tinggi
danmeningkatkan kinerja pengelolaan lingkungan secara berkesinambungan.
Di Paiton, kami bertekat untuk meningkatkan kinerja pengelolaan
lingkungan dengan :
a. Mematuhi peraturan perundang undangan dan bila mungkin
mencapai unjuk kerja
b. Mempertahankansistem pengelolaan lingkungan yang efektif dan
efisien
c. Meminimalkan resikolingkungan dan mencegah polusi
d. Mendorong penggunaan transportasi yang efisien pada semua
kegiatan kami
e. Mengelola tanah dengan penuh kehati hatian serta
menegembangkan konservasi alam
Kami juga mengakui bahwa para pemilik saham berperan dan bertekat
untuk :
a. Mendidik dan melatih staf kami utnuk menjalankan kegiatan merka
secara bertanggung jawab pada ingkungan
b. Memberi informasu kepada para pemasok dan kontraktor kami
tentang standar lingkungan kami yang tinggi
c. Mendorong standar yang tinggi di sepanjang rantai pasokan kami
d. Mendorong semua pemilik saham kami untuk menggunakan energi
dan sumber daya secara efisien
Untuk mencapai tujuan tersebut kami telah merumuskan tujuan dan
target serta laporan tahunan atas perkembangan kami.
Sebagai perwujudan dari pernyataan tersebut di atas, perusahaan
membuktikanya dengan dioperasikannya berbagai fasilitas dalam plant yang
bertujuan untuk mengloa setiap hasi buangan sehingga benar benar ramah
lingkungan.
3. Lingkungan Sosial
PT. YTL Jawa Timur sebagai bagian dari masyarakat memberikan perhatian
pada lingkuan sosial yang diwujudkan dengan pemberian bantuan ke sekolah
sekolah sekitar, pondok pesantren dan sumbangan sosial lainya. Dengan

adanya program tersebut, PT. YTL Jawa Timur telah berhasil mendapatkan
penghargaan dari pemerintah dengan predikat Hijau / Green pada tahun 2009.
2.2

Lokasi Perusahaan

PLTU Paiton terletak di desa Binor, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo,


Propinsi Jawa Timur. Lokasi PLTU tepatnya 52 km dari kota Probolinggo atau 141 km
dari kota Surabaya, lokasi ini sangat strategis dan memberikan banyak keuntungan
dikarenakan PLTU Paiton ini terletak pada jalur utama yaitu jalur pantura sehingga
akses untuk mencapau PLTU Paiton sangat mudah dibandingkan dengan banyak
pembangkit lain yang didirikan di tempat tempat terpencil dan akses untuk menuju
tempat tersebut susah. Selain itu, PLTU Paiton juga terletak di pesisir pantai utara Jawa.
Dengan kedalaman laut 16 km, kapal laut besar memungkinkan untuk merapat sehingga
pengiriman baru bara akan mudah karena akan langsung diterima di dermaga PLTU
Paiton.
2.3

Visi dan Misi


2.3.1

Visi :
a. Menjadi perusahaan utama di bidang pengoperasian dan pemeliharaan
pembangkat listrik yang memberikan pelayanan kelas dunia kepada
PT. Jawa Power di Indonesia.
b. Menjadi dikenal di Indonesia sebagai perusahaan yang paling maju
dan terkemuka.

2.3.2

Misi :
a. Berkomitmen untuk teras menerus memberikan pelayanan sempurna
yang menguntungkan dalam mencapai sasaran bisnis dengan
melampaui harapan para pemilik dan pemegang saham serta peduli
terhadap karyawan.
b. Menjadi terkemuka dan unggul dalam manajemen kualitas,
operasional, keselamatan kerja, kesehatan dan lingkungan.
BAB III
TINJAUAN LAPANGAN

3.1

Proses Dasar PLTU Paiton unit 5 dan 6

Prinsip dasar dari pembangkit ini menggunakan sikus rankine dimana air
dipanaskan sehingga berbentuk uap dan digunakan untuk memutar turbin. Turbin ini
akan berotasi dan tenaga rotasi ini akan menghasilkan tenaga listrik dari kumparan
medan magnet di generator. Sistem kerja dari pembangkit ini meggunakan sistem loop

tertutup dimana air yang digunakan pada setiap proses adalah air yang sama. Mungkin
hanya sedikit ditambahkan air dari luar jika memang kondisi air berkurang dikarenakan
rugi-rugi yang terjadi pada proses. Air yang digunakan untuk diambil uapnya ini
ditampung pada wadah yang dinamakan steam drum, dimana dalam steam drum telah
diatur titik air standar, jika air kurang dari set point standar maka akan ditambah, jika
kelebihan maka akan dibuang. Kerja dari ssitem dimulai dari melakukan pemurnian air,
setelah pemurnian selesai air akan masuk ke dalam steam drum. Dari dalam steam drum
ini air akan masuk ke pipa yang terdapat dalam boiler sehingga akan dihasilkan uap
utama yang digunakan untuk memutar High Pressure (HP) Turbine. Setelah keluar dari
HP turbin, uap akan kembali dipanaskan lagi sehingga mencapai suhu yang ditentukan
yang kemudian masuk ke dalam Intermediate Pressure (IP) turbin. Setelah keluar dari
IP turbin, maka uap akan dimasukkan ke dalam Low Pressure (LP) Turbine. Uap yang
keluar dari LP turbin sudah tidak bisa lagi dipakai untuk memutar turbin, sehingga uap
itu akan masuk ke kondensor sehingga berubah lagi menjadi air yang kemudian
dimasukkan ke dalam steam drum. Dari proses ini akan berlangsung secara
berkelanjutan sehingga disebut close loop.

Steam
Drum

Boiler

Ke
Generator

HP
Turbin

Uap dipanaskan
lagi

IP Turbin
LP Turbin

Kondens
er

Gambar 1. Diagram proses close loop

3.2

Siklus Uap Air

Siklus uap air adalah sebuah siklus close loop yang digunakan untuk
pemindahan kalor. Perjalanan uap air dimulai dari steam drum lalu ke boiler, dimana
preheated water mengalir melewati pipa-pipa yang berada di dalam boiler dimana kirakira 1/3 dari air diubah menjadi uap. Uap ini terpisah di dalam drum tadi akan melewati
pipa superheater yang ada di dalam boiler dan akan menuju ke HP turbine. Pada saat di
turbin tersebut, uap air akan kehilangan sebagian energi sehingga uap akan
dikembalikan dalam boiler untuk dipanaskan ulang. Suhu yang ditetapkan agar bisa
digunakan adalah sekitar 5100C dengan tekanan sebesar 165 bar. Jika suhu sudah
memenuhi kriteria dan uap dirasa sudah memiliki daya lagi untuk memutar turbin, maka

uap hasil pengolahan kedua ini akan masuk ke dalam IP turbine. Setelah uap keluar dari
IP turbin, uap akan langsung masuk ke dalam LP turbin, ini dikarenakan efisiensi daya
dari uap yang sudah lemah. Keluar dari LP turbin, uap akan diolah pada tahap
selanjutnya yaitu kondenser.

Gambar 2. Skema Siklus Air


Untuk mendinginkan uap sehingga bisa menjadi air lagi, maka suhu kondensor
harus berada dibawah suhu setimbang uap-air. Untuk itu digunakan air laut dingin yang
disaring pada stasiun pembersihan dan dipompa ke dalam kondenser sebelum
dikembalikan ke dalam laut. Untuk efisiensi, kondenser harus bekerja dalam tekanan
yang sangat rendah. Sebagian dari air pendingin di kondenser akan digunakan pada
desulfurisasi gas buangan. Proses ini berguna untuk mengurangi potensi terjadinya
hujan asam akibat gas buang yang masih mengandung sulfur. Uap yang didinginkan
pada kondenser akan dipompa melewati beberapa low pressure preheater. Di bagian
tersebut, uap yang telah digunakan di turbin akan digunakan untuk memanaskanair
sebelum masuk ke dalam steam drum. Uap hasil pendinginan akan disimpan di dalam
feedwater tank yang kemudian hasil kondensasi ini disebut feedwater. dari feedwater
tank, feedwater akan dipompa melalui beberapa high pressure preheater yang juga
dipanaskan oleh uap yang diekstraksi dari turbin. Proses pemanasan akhir dilakukan
pada suatu unit di boiler dengan menggunakan panas dari gas buang. Unit ini disebut

economizer. Air hasil pemanasan dari economizer kemusian akan berhembus ke boiler
drum untuk memulai proses dari awal lagi.
Proses ini melewati banyak struktur, beberapa struktur yang digunakan adalah :
a) Economizer
Berfungsi untuk meningkatkan suhu air sebelum masuk ke dalam boiler untuk
selanjutnya dialirkan ke steam drum.
b) Steam Drum
Berfungsi untuk menyimpan air dalam volume yang besar dan untuk
memisahkan uap air setelah proses pemanasan terjadi di dalam boiler.
c) Circulating Pump
Pada operasi normal, biasanya hanya 2 dari 3 circulating pump yang digunakan
dalam boiler. Fungsinya untuk mendukung sirkulasi natural yang terjadi karena
adanya perbedaan suhu di dalam boiler.
d) Super Heater
Merupakan kumpulan pipa boiler yang terletak di jalur aliran gas panas hasil
pembakaran. Panas dari gas ini dipindahkan ke uap jenuh yang ada di dalam
pipa superheater, sehingga berubah menjadi super heated steam.
e) Reheater
Digunakan untuk memanaskan kembali super heated steam yang tekanan dan
temperaturnya turun saat memberikan putaran pada HP turbin, reheater
merupakan kumpulan pipa boiler seperti superheater.

Turbin

Superheat
er
Reheater

3.3

Kondense

Deaerato

Steam

feedwater

Economiz

Gambar 3. Diagram Alir Siklus Air

Siklus Bahan Bakar Batu Bara

Batu bara merupakan bahan bakar utama dari PLTU paiton unit 5 dan unit 6.
Batu bara yang digunakan adalah batu bara kideco, berau. Pengiriman batu bara ke plant
dilakukan menggunakan kapa laut yang berkapasitas sekitar 40.000 ton yang kemudian
akan ditampung di coal pile dengan kapasitas 670.000 ton. Sebelum digunakan menjadi
bahan bakar, batu bara akan melalui beberapa proses yaitu penimbunanm pengambilan
dan persiapan. Tetapi penanganan batu bara hanya akan melaksanakan proses
penimbunan dan pengambilan, sedangkan untuk persiapan masuk ke dalam

pengoperasian boiler. Persiapan merupakan tahap penanganan batu bara dari silo hingga
siap digunakan di boiler.
a) Penimbunan ( Stacking )
Penimbunan merupakan proses pemindahan batu bara dari kapal laut ke coal
pile. Beberapa element dalam stacking yaitu :
Jetty
Jetty merupakan dermaga atau tempat dimana kapal laut pengangkut batu
bara merapat di site PLTU Paiton
Belt Conveyor
Belt Conveyor beerbentuk semacam sabuk besar terbuat dari karet yang
bergerak melewati Head Pulley dan Tail Pulley, keduanya berfungsi
sebagai penggerak conveyor. Untuk menyangga Belt Conveyor beserta
bobot batubara yang diangkut, dipasang Idler pada jarak tertentu diantara
Head Pulley dan Tail Pulley. Idler merupakan bantalan berputar yang
dilewati Belt Conveyor. Batu bara yang diangkat oleh conveyor
dituangkan dari sebuah bak peluncur / Chute di ujung Tail Pulley,
kemudian bergerak menuju ke awah Head Pulley. Biasanya muatan batu
bara akan jatuh ke dalam bak peluncur lain yang terletak di bawah Head
Pulley untuk diteruskan ke Conveyor lain atau masuk ke bak penyimpan.
Disetiap belokan antar conveyor satu dengan yang lain dihubungkan
dengan Transfer House, selain itu ada Belt Conveyor ditambahkan juga
beberapa aksesoris yang bertujuan meningkatkan fleksibilitasnya,
diantaranya adalah :
Belt Scale
Berfungsi sebagai pengukur jumlah baru bara yang diangkut oleh
belt conveyor
Dust Surpression
Berfungsi menyemprotkan air ke batu bara agar tidak terjadi
percikan api akibat self combustion pada batu bara. Dengan
kondisi batu bara yang basah maka batu bara tidak menjadi debu
yang mudah beterbangan, sehingga dapat menghemat batu bara
Metal Detector
Berfungsi sebagai pendeteksi kandungan logam dalam batu bara
yang tercampur selama proses pengiriman
Magnetic Separator
Berfungsi memisahkan logam logamyang tercamour batu bara
b) Pengambilan ( Reclaiming )
Pengambilan adalah proses pengambilan batu bara dari coal pile dan
menyalurkannya ke coal silo. Di coal pile, proses penimbunan dan pengambilan
batu bara dilakukan dengan alat yang disebut stacker/reclaimer. Alat ini
merupakan sebuah pengeruk dengan dilengkapi conveeyor yang kompleks dan
terpasang pada sebuah struktur yang dapat bergerak pada lintasanya dan
memiliki dua fungsi yaitu sebagai penimbun dan pengambil. Pada proses

penimbunan, stacker menyalrkan batubara mealui sebuah engan yang dapat


diatur agar selalu diam di tempat sehingga batu bara yang tumpah melalui
lengan tersebut akan membentuk timbunan yang tinggi dan apabila lengan
bergerak maju mundur maka akan dihasilkan timbunan yang memanjang dan
rapi.

Gambar 4. Skema Distribusi Batu Bara


Proses dimulai dari pengambilan batu bara dari kapal oleh ship unloader yang
berda di jetty. Batu bara akan disalurkan menuju sampling station dengan menggunakan
conveyor. Pada sampling station akan diseleksi dari kualitas batu bara yang layak atau
tidak. Stacker/reclaimer akan meletakkan batu bara pada stock pile untuk ditampung,
hal ini disebut stacking. Batu bara akan disalurkan ke coal silo dipindahkan oleh
stacker/reclaimer, proses ini disebut reclaiming. Sebelum masuk ke coal silo, terlebih
dahulu dihancurrkan dan disaring pada crushing and screening. Setelah itu batu bara
akan masuk pada boiler untuk diproses sebagai bahan utama pembakaran dalam
pembangkitan listrik. Pada coal plant menangani proses penanganan batu bara dari awal
batu bara diambildari kapal hingga akan diproses ke boiler, yang biasa disebut coal
handling. Pada proses ini melibatkan beberapa komponen utama diantaranya :
1) Ship Unloader
Ship unloader merupakan sebuah sistem menyediakan mekanisme pengangkutan
batu bara dari kapal ke conveyor untuk kemudian ditransfer ke stock pile atau

2)

3)

4)

5)

6)

langsung menuju ke coal silo. Ship unloader tempatnya berada di jetty PT. YTL
Jawa Timur memiliki 2 buah ship unloader.
Belt Conveyor
Belt conveyor merupakan suatu mekanisme pengangkutan batu bara dari kapal
ke stock pile/stock yard dan kemudian diangkut ke boiler yang berada pada main
plant.
Stock Yard
Stock yard merupakan tempat penampungan batu bara yang telah diambil dari
kapal. Kapasitas dari stock yard sekitar 670.000 ton.
Stacker/Reclaimer
Stacker/Reclaimer merupakan suatu mekanisme penimbunan batu bara dan
pengambilan pengambilan batu bara yang berada di stock yard.
Stacker/Reclaimer dilengkapi pengeruk dan conveyor terpasang pada sebuah
struktur yang dapat bergerak. Stacker/reclaimer memiliki fungsi menimbun batu
bara dari kapal ke stock pile, hal ini disebut proses stacking dan juga
pengambilan batu bara dari coal pile menuju coal silo (bunker), hal ini disebut
proses reclaiming. PT. YTL Jawa Timur memiliki 2 buah stacker/Reclaimer.
Dust Suspension
Merupakan alat yang digunakan untuk menyemprotkan air serta kandungan
kimia ke batu bara. Dust Suspension berfungsi untuk meredam debu yang
diakibatkan dari perpindahan batu bara melalui satu conveyor ke conveyor lain
atau pada proses stacking/reclaiming. Dust suspension juga berfungsi untuk
mengurangi panas dari batu bara untuk menghindari kebakaran. Dust suspension
terdapat pada ship unloader dan transfer tower.
Transfer Tower
Transfer tower adalah tempat yang menghubungkan conveyor satu dengan yang
lain. Pada PT. YTL Jawa Timur memiliki 4 buah transfer town yakni :

a. Transfer Tower 1 (00 UEF 01)


b. Transfer Tower 2 (00 UEF 02)
c. Transfer Tower 3 (00 UEF 03)
d. Transfer Tower 4 (00 UEF 04)
7) Sampling
Sampling adalah proses dimana untuk mengetahui ukuran dan kualitas batu bara
yang digunakan untuk proses pembakaran.
8) Screen and Crushing Building
Screen and Crushing Building merupakan suatu mekanisme penyaringan batu
bara sesuai dengan ketentuan batu bara dalam coal processing.
9) Metal Detector
Meta detector merupakan alat untuk mendeteksi bahan ysng bersifat magnetik
dan non magnetik. Untuk bahan yang bersifat magnetik akan dideteksi dengan
menggunakan sensor elektromagnetik dan discharge belt. Bahan yang bersifat
non magnetik akan dideteksi dengan menggunakan sinya yang mana bila
terdeteksi, belt conveyor akan berhenti secara otomatis.
10) Magnet Separator

Magnet separator merupakan alat yang digunakan untuk mendeteksi bahan yang
bersifat metal. Bahan yang bersifat metal akan terangkat/tertarik secara
magnetik.
3.4

Siklus Udara pada Pembakaran di Boiler


Udara yang digunakan untuk pembakaran di furnace atau boiler di suppy
dari dua tempat yaitu Primary Air Fan dan Force Difuse Fan, kemudian batu
bara sisa pembakaran di transfer ke tahap selanjutnya oleh Induce Draf Fan.
PA Fan

FD Fan

Batu Bara

Boiler

ID Fan
Gambar 5. Gambar Umum Pembakaran

1.

Primary Air Fan ( PA Fan )


Primary Air Fan berfungsi sebagai penggerak udara untuk mendorong batubara
masuk ke dalam urnace atau boiler, namun udara akhirnya ikut terbakar di dalam
furnace. Selain fungsinya sebagai pendorong batubara, udara dari PA Fan juga berfungsi
sebagai pengering batubara sebelum masuk ke furnace. Oleh karena itu
udara
dari
PA Fan sebelum masuk ke pulverizer, dipanaskan terlebih dahulu di Air Heater. Udara
yang digunakan oleh PA Fan berasal dari atmosphere. PA Fan sendiri jumlahnya ada dua
dalam setiap unit pembangkit.
2.
Force Difuse Fan ( FD Fan )
Udara yang dihasilkan oeh FD Fan adalah udara yang memang digunakan
khusus untuk pembakaran, sehingga udara yang dihasilkan oleh FD Fan langsung
menuju ke tempat pembakaran batubara. Untuk mngatur banyak sedikitnya udara yang
keluar dari Fan ini, digunakan blade blade yang mempunyai eevasi tertentu. Blade
blade tersebut akan menyesuaikan sudut kemiringan dengan kebutuhan udara pada
ruang pembakaran. Blade tersebut digerakkan dengan alat yang menggunakan sistem
hidrolis yang bergabug dengan sistem pelumas motor fan. Jadi selain sebagai pelumas,
minyak pelumas pada motor berfungsi pula sebagai pengisi mesin hidrolis
3.

Induce Draf Fan ( ID Fan )


ID Fan merupakan fan yang paling besar jika dibandingkan dengan fan yang
lain. ID Fan digunakan untuk mengambil sisa sisa pembakaran di dalam furnace,
berupa abu dan gas buang. Sisa pembakaran dari furnace tersebut langsung di transferke

ESP ( Electro Static Precipitator ) dengan menggunakan ID Fan ini. ID Fan juga
digunakan sebagai oengurang tekanan daam furnace sehingga tekanan dalam furncae
mendekai nol. Hal ini bertujuan agar pembakaran dapat berlangsung dengan baik dan
api mudah dikendalikan. Dan untuk setiap unit Power Plant terdapat dua buah ID Fan,
yaitu ID Fan A dan B.

Gambar 6. Skema Fungsi Fan


Perangkat Penting Dalam Produksi
Selain beberapa siklus yang telah dijelaskan diatas, masih ada beberapa
perangkat pada plant yang memiliki peran penting pada proses dalam produksi PLTU.
Berikut adalah perangkat tersebut :
3.7

A. Feeder
Feeder adalah alat pengatur debit batubara yang masuk ke pulverizie. Di dalam
feeder terdapat belt yang berfungsi untuk mengetahui berat batubara yang
melewati feeder. Beltyang lebar dan elastis berputar terus dengan kecepatan
yang diinginkan oelh pengontrol. Kontrol sendiri membaca debit batu bara yang
masuk ke pulverizer dengan cara membaca berat batu bara yang melewati belt
tersebut.
Berat batubara terdeteksi melalui selisih ketinggian belt dengan keadaan
normal dengan ketinggian belt setelah ada batubara yang ada diatas belt tersebut.
Setelah berat tersebut dapat ditemukan kemudian dikalikan dengan kecepatan
belt maka akan diketahi debit batu bara yang melewati feeder.
Feeder merupakan alat yang sangat penting unutk proses pengaturan
bahan bakar. Dalam melakukan tugasnya feeder dikontrol oleh tiga hal, yaitu :

beban dari generator,kecepatan pemanasan steam dan kualitas batu bara. Beban
dari generator mengontrol kecepatan feeder dengan cara mengirim sinyal ke
feeder, apabila beban uang dibutuhkan oleh generator besar maka feeder juga
akan mempercepat laju batu bara yang masuk ke pulverizer. Begitu pula
sebaliknya bila beban dari generator kecil feeder juga akan memperlambat laju
batu bara yang masuk ke pulverizer.
Beban generatorsendiri dipengaruhi oleh kebutuhan daya dari PLN. Atau
dipengaruhi oleh besar kecilnlya kebutuhan listrik. Ada 6 feeder dengan 1 feeder
dalam keadaan stand by, semuanya dijalankan degan motor listrik. Untuk
memproteksi feeder apabia terjadi kebakaran digunakan deluge water. Yaitu
dengan cara menyemprotkan air ke feeder bila terjadi kebakaran. dan untuk
melindungi feeder dari batubara yang menempel terdapat seal air yang berasal
dari cool air. Udara ini dispraykan ke dinding dinding feeder agar batu bara
yang menempel terlepas. Belt juga memiliki proteksi, yaitu dengan cara
digetarkan. Karena getaran itulah maka akan sulit bagi batu bara untuk
menempel pada belt.
B. Pulverizer
Bongkahan bongkahan batu bara harus dihancurkan menjadi butiran
butiran halus agar batu bara mudah tercampur dengan udara. Untuk
menyeimbangkan udara agar tidak terlalu banyak oksigen maka dibuat kalur
inert steam yang fungsiny menyupplay inert steam. Inert steam bekerja secara
otomatis bila kandungan oksigen di dalam pulverizer terlalu besar.
C. Air Heater
Kebutuha udara yang masuk ke tempat pembakaran ( furnace ) sebelumnya
dikeringkan terlebih dahulu di air heater. Sistem kerja dari air heater sendiri
memanfaatkan udara panas yang berasal dari furnace. Dari tiga saluran yang
dimiliki air heater salah satunya adalah saluran udara panas dari furnace.
Sedangkan dua saluran yang lain berasal dari PA Fan dan FD Fan.
Yang mendapat peringatan oertama kali adala udara yang berasal dari PA
Fam, karena udara yang berasal dari PA Fan figunakan untuk mendorong
sekaligus mengeringkan batu bara yang akan masuk ke furnace. Sehingga
memerlukan panas yang cukup agar batu bara yang dikeringkan bisa benar
nebar kering, sehingga pembakaran di dalam furnace bisa berlangsung dengan
baik. Tetapi dalam pengeringan juga harus dikontrok agar udara
pengeringantidak terlalu panas, karena bilaudara terlalu panas maka batu bara
dapat terbakar sebelum masuk ke furnace. Sedangkan udar yang digunakan
untuk pembakaran langsung di furnace dikeringkan juga di air heater. Namun
pengeringanya bukan yang pertama karena udarauntuk pembakaran tidak
membutuhkan terlalu banyak panas, jadi setelah mengerinkan udara dari FD Fan
air heater baru mengeringkan udara yang berasal dari PA Fan. Dalam

mentransfer panasdari udara panas ke udara dingin, air heater menggunakan


lempengan lempengan tipis yang berputar melewati tiga jalur udara tersebut.
Bagian yang telah melewati jair udara yang panas akan ikut panas dan kemudian
berputar dan melepas panas pada jalur udara yang beim panas. Sehingga panas
yang ada pada lempengan tersebut diserap oleh udara dingin.
D. Ignitor
Panas yagn diperlukan untuk pembakarn disediakan olej ignitor. Begitu
pembakaran dimulai, bahan bakar yang terbakar akan memasok panas yang
cukup untuk menyalakan bahan bakar yang baru memasuki boiler sehingga
ignitor dapat dimatikan.
E. Boiler
Boiler merupakan suatu perangkat pada power plant yang merubah sebuah
bejana tertutup yang secara efisien mampu mengubah air menjadi steam (uap
panas). Boiler dapat dikategorikan berdasarkan konstruksinya, yaitu boiler pipa
api dan boiler pipa air. Jenis boiler yang digunakan di unit 5 dan 6 PLTU Paiton
adalah boiler pipa air dimana fluida airnya berada dalam pipa sedangkan api atau
gas hasil pembakaran berada di luar pipa.
Bahan bakar utama yang digunakan boiler adalah batu bara, sedangkan
solar hanya digunakan untuk pembkaran awal ketika start up dan apabila telah
memenuhi temperatur yang dikehendaki maka diganti dengan batu bara. Udara
pembakaran yang diberikan oleh FD Fan setelah sebelumnya dipanaskan di Air
Heater, sedangkan ID Fan digunakan untuk mengisap dan mensirkulasi gas
buang dari furnace hingga menuju ke stack sehingga tekanan dalam boiler
adalah negatif. Pipa penguap air daam boiler dipasang sedemikian rupa sehingga
tersusun bervariasi pada sepanjang pia dan menerima panas secara radiasi.
Boiler ini dikengkapi dengan steam drum yang ditempatkan di luar
furnace. Air pengisi pipa pipa dalam furnace diperoleh dengan cara dipompa
oleh Boiler Feed Pump ( BFP ) dimana sebelumnya telah dipanaskan oelh High
Pressure Heater dan Economizer. Pada high Pressure Heater, air dipanaskan olh
uap ekstrasi turbin tekanan sedang ( IP Turbine ). Boiler Water Circularing
Pump( BWCP )memompa air dari steam drum menuju evaporator sehingga
menjadi uap dan masuk ke dalam steam drum kembai. Dari steam drum air
dipisahkan dari uapnya, air yang telah dipisahkan akan disalurkan melalui
lowering header yang ada di bawah tungku yang akan membagi air masuk ke
pipa penguap ( riser ) yang tersusun di sekililing dinding furnace. Pipa penguap
yang ada pada dinding di bawah drum akan langsung bermuara pada steam
drum, sementara yang ada pada dinding lainya akan bermuara pada steam header
( tabung pengumpulanuap ).
Dari steam header, uap basah yang terbentuk akan masuk ke superheater,
sedangkan yang masih berupa air akan disalurkan kembali melalui down omer
dengan bantuan pipa. Uap uang dihasilkan setelah superheater adalah uap kering

yang disebut juga dengan main steam. Main setam inilah yang merupakan uap
yang siap digunakan untuk menggerakan HP Turbinr. Karena turbin mengalami
ekspansi maka terperature dan tekananya menurun sehingga pada keluaran HP
Turbine terbentuk uap jenuh yang disebut Cold Steam.Uap jenuh ni tidak
langsung disalurkan ke IP Turbine, melainkan akan dipanaskan kembai di
reheater, baru kemudian digunakan untuk menggerakkan IP Turbine.Uap
keluaran dari IP Turbine dialirkan ke P Turbine 1 dan 2.
Bagian utama dari boiler adalah sebagai berikut :
Economizer
Berfungsi meningkatkan temperatur awal sebelum masuk ke boiler, yang
selanjutnya dialirkan ke steam drum. Temperature air yang keluar dari
economizer harus di bawah temperatur jenuhnya untuk mencegah
terjadinya boiling dalam economizer. Karena perpindahan panas pada
economizer merupakan konveksi, maka menaikkan luas permukaan akan
mempermudah perpindahan panas ke air. Inilah mengapa desain pipa
economizer dibuat bersaf saf.
Keuntungan :
Meningkatkan efisiensi unit karena dengan memanfaatkan kalor
flue gas unutk memanaskan air,dapat mengurangi kebutuhan
kalor yang besar untuk pemanasan air sampai terbentuk uap
kering pada superheater
Biaya operasi lebih ekonomis karena jumah bahan bakar unutk
pemanasan pada superheater lebih sedikit
Maintenence cost dapat dihemat karena adanya economizer,
thermal shock pada pipa boiler dapat dihindari
Kerugian :
Desain pipa yang bersaf saf menimbulkan masalh abu, terutama
bila batu bara yang digunakan kadar abunya tinggi
Steam Drum
Merupakan sebuah bejana untuk menampung air yang telah dipanaskan
di economizer. Fungsi utamanya memisahkan uap dari campuran uap
dengan air.
Lower Water Wall Inlet Drum
Berfungsi sebagai saringan untuk menjaga puing-puing dari orifice
masuk sehingga terjadi penyumbatan.
Furnace Wall Tube Circuit
Berfungsi sebagai penghubung dari Lower Front Drum dengan furnace
upper front wall outlet header.
Riser Tubes
Berfungsi sebagai penghubung dari furnace uupper front wall outlet
header ke steam drum.

SuperHeater
Memiliki fungsi utama untuk memanaskan uap dari steam drum menjadi
panas lanjut ( Super Heated Steam / Main Steam). Main steam digunakan
untuk melakukan kerja dengan ekspansi dalam turbin. Superheater
memiliki lima bagian utama yaitu :
Superheater ( SH ) Vertical Platens
Superheater Division Panel
Low Temperature SH Pendant
Low Temperature SH Horizontal
Back Pass and Roof
Reheater
Berfungsi memanaskan kembali uap yang telah mengalami ekspansi
dalam turbin. Uap keluaran turbin berupa uap dingin sehingga perlu
dipanaskan kembali dan dimasukan kembai ke dalam boiler melalui Rear
Heater kemudian memasuki Front Reheater dan keluar elalui Reheater
Vertival Spaced Front Outlet Header menuju IP Turbine. Tiga bagian
dalam reheater adalah :
Reheater ( RH ) Vertical Spaced
RD Radiant Wall Front
RH Wall Side
Main Steam Drum
Merupakan sebuah bejana untuk menampung air yang telah dipanaskan
sebelumnya di ecomizer, dan merupakan tempat pemisahan uap jenuh
dan air mendidih. Uap berada pada bagian atas bejana dan air pada
bagian bawah.
Down Comer
Merupakan saluran air dari steam drum ke header ( pengaman ) yang
berada di bawah ruang bakar dimana dari header butir air panas akan
dipanaskan melalui pipa pipa yang tersusun di dinding furnace. Pada
Down Comer bagian bawah terdapat pompa yang disebut Boiler Water
Circulating Pump ( BWCP ) yang digunakan untuk mengatur sirkulasi air
yang akan dipanaskan atau diuapkan.
Blow Down
Merupakan ruang bakar yang pada dinding dindingya tersusun pipa
pipa
Furnace
Ada empat syarat pembakaran yaitu bahan bakar,oksigen, panas dan
reaksi kimia. Akan tetapi untuk pembakaran di boiler perlu adanya syarat
tambahan agar pembakaran di daam boiler bekerja dengan efisien yaitu
turbulensi dan waktu. Waktu yang cukupharus diupayakan agar
camouran yang mudah terbakar dapat terbakar seluruhnya. Aliran bahan
bakar dalam boiler harus cukp mabat untuk memberikan cukupwaktu
untuk pembakaran sempurna, kalau tidak bahan yang mudah terbakar

akan terkumpul daam ketel atau cerobong dan menimbulkan bahaya


ledakan. Bahaya ledakan dicegah dengan dengan perancangan boler yang
tepat, boiler haruslah cukup besar untuk memperlambat aliran udara,
sehingga sebelum meninggalkan boiler, bahan bakar dapat terbakar
dengan sempurna. Awal mula pembakaran dimulai dengan bahan nakar
berupa solar. Bahan bakar tersebut dimasukkan ke furnace dari setiap
corner. Bahan bakar solar dihentikan ketika api sudah besar dan panas
mencukupi walau tanpa bahan bakarsolar dan bahan bakar yang
digunakan hanya batu bara saja, kecuali batu bara yang digunakan
kualitasnya kurang bagus. batu bara yang diterbangkan dari mill masuk
ke dalam furnace dari setiap corner. Untuk setiap elevasi ketinggian
tertentu terdapat pipa batu bara
padasetiap
corner.
Hal
itu
dimaksutkan agar batu bara berjalan seimbang
sehingga api tepat
berada di tengah furnace.
Api yang dihasilkan seperti bola yang berputar putar, hal itu
dikarenakan bahan bakar yang dimasukkan tidak secara angsung
diarahkan ke tengah akan tetapi diarahkan melalui samping samping
furnace sehingga bahan bakar terbakar dan mengelilingi furnace. Karena
adanya putaran itulah mengapa api tidak meyebar ke sisi furnace
melainkan berkumpul di tengah mebentuk bola api yang sangat besar.
Batu bara yang akan masuk ke furnace diatur sudut masuknya
dengan CCOFA atau Close Coupled Overfire Air Compartment. CCOFA
bekerja engatur sudut masuk batu bara agar api yang dihasilkan tepat
pada posisi yang diinginka. CCOFA ditempstksn pada masing masing
elevasi pada setiap corner.
Selain CCOFA juga ada SOFA ( Separated Overfire Air
Register ). SOFA berfungsi untuk mengatur sudut elevasi udara masuk
sehingga api yang dihasilkan bisa dinaikan dan diturunkan. Sehingga
pembakaran bisa berlangung sempurna karena supply udara diberikan
pada tempat yang tepat.
F. Gas Air Heater
Berfngsi untuk memanaskan udara melalui sebuah elemen yang berputar atau
dengan memanfaatkan panas dari gas buang sehingga lebih efisien.
G. Soot Blower
Berfungsi untuk membersihkan debu hasil pembakaran ( slag ) yang menempul
pada dinding furnace atau wall tubes. Pembersihan ini bertujuan agar panas
dapat diserap secara maksimal baik oleh dinding maupun pipa pipa yang
masuk Stem Drum Sudah berupa uap dan setelah melalui superheater maka uap
yang terbentuk benar benar kering. Terdapat tiga alasan utama mengapa bagian
bagian boiler harus dibersihkan :
Agar proses heat transfer menjadi maksimal
Menghilangkan loses yang ditimbulkan oleh slag

Mencegah terjadinya korosi pada boiler

Adapun tipe tipe Soot Blower yang digunakan di boiler unit 5 dan 6 PLTU
Paiton, adalah :
Long Rectractabel Soot Blower
Berfungsi membersihkan slag yang menempel pada pipa pipa
superheater dan reheater.
Half Retractable Soot Blower
Berfungsi menempelkan slag yang menempel pada pipa economizer.
Wall Soot Blower
Berfungsi membersihkan slag yang menempel pada dinding furnace
Air Heater Soot Blower
Berfungsi membersihkan kotoran dari flue gas yang melewati Air Heater
Thermoprobes
Berfungsi sebagai pengukur temperature di dalam boiler atau furnace
dengan tujuan untuk mencegah pemanasan yang berlebih dan mengamati
temperature pada saat pembakaran
H. Sealing Air Fan
Berfungsi sebagai protector / seal mechanical part dari debu batu bara dan juga
pembersih komponen komponen pendukung boiler. Udara yang digunakan
oleh sealing air fan disupply dari PA Fan
I. Pompa
Pompa merupakan alat untuk memberikan energi ke aliran fluida yang
melewatinya sehingga head-nya bertambah dan dapat dialrikan ke tempat lainya
yang diingkan melalui pipa. Adapun komponen penting pompa adalah :
Bearing
Thrust Bearing melawan gaya dorong yang dihasilkan dari tekanan balik
impeller dan gaya berat dari peralatan pompa itu sendiri
Impeller
Komponen berputar yang berfunsi membangkitkan gaya sentrifugal
Stuffing Bos ( Rumah Packing )
Dipakai pada kontruksi pompa dimana peuncur poros masih
menggunakan packing geiger untuk menjaga tekanan pompa keluar
glanf, tersedia saluran untuk keseimbangan di sisi bawah gland
Unit 5 dan 6 Paiton memakai pompa yang disesuaikan dengan jenis fluida dan
tujuanya, diantaranya adalah :
Demin Water Pump ( DWP )
Berfungsi memompa air dari Demin Storage Tank menuju Kondenser
bila kondenser membutuhkan ai. Jumlahnya ada dua buah
Condenser Extration Pump ( CEP )
Berfyngsi memompa air dari kondenser menuju deaerator setelah melalui
proses pemanasan di LP Turbine. Jumlah pompa ada tiga buah, dikontrol
secara otomatis untuk berkerja secara bergantian, dua pompa berjalan
dan satu pompa standby

Feedwater Pump ( FWP )


Berfungsi memompa air dari Feedwater Storage Tank melalui HP Heater
menuju Economizer
Boiler Water Circulating Pump ( BWCP )
Berfungsi memompa dan mensirkulasi air dari steam Drum menuju Wall
Tubes atau Eveporator yang disalurkan melalui Down Comer dan
ditampung di owering Header

J. Turbin
Turbin merupakan media steam untuk mengubah energi panas menjadi energi
mekanik. Pembakaran bahan bakar yang terjadi di dalam boiler meciptakan
energi panas. Energi kinetik yang terjadi ketika steam masuk ke turbin. Steam
yang masuk memiliki energi untuk memutar kincir-kincir pada turbin sehingga
terjadi putaran yang akan ditransmisikan ke poros generator. Berikut adalah
tingkatan turbin yang dipakai dalam proses pembangkitan listrik :
High Pressure Turbine
Merupakan turbin bertekanan tinggi yang mengekspansikan uap utama
yang dihasilkan oleh super heater dengan tekanan 167 bar dan dengan
temperatur 538oC untuk beban 100%. HP turbin memiliki satu saluran
(single flow).
Intermediate Pressure Turbine
Merupakan turbin bertekanan sedang yang mengekspansikan Hot Reheat
Steam yang dihasilkan oleh reheater pada boiler. IP Turbin memiliki dua
saluran (double flow). Steam yang keluar dari IP turbin akan langsung
didistribusikan ke LP Turbin tanpa adanya pemanasan ulang.
Low Pressure Turbine
Merupakan turbin bertekanan rendah yang mengekspansikan uap
keluaran dari IP Turbin. LP turbin memiliki 2 saluran. Saluran keluar
masuk ke kondensor untuk nantinya diubah menjadi air lagi dengan air
laut sebagai media pendinginnya.
Turbin ini terdiri dari bebrapa bagian bagian yang saling mendukung antara
satu dengan yang lain. Gafian utama yang menyusun turbin adalah :
Rotor ( Poros )
Bagian turbin yang berputar
Inner Casing
Merupakan rangkaian sudu yang tetap, berfungsi sengai nozzle untuk
mengubah energi panas uap menjadi energi kinetik
Sudu Gerak ( Moving Blade )
Merupakan sudu sudu yang dipasang di sekeliling rotor sehingga saat
rotor bergerak, sudu ikut bercampur
Sudu Tetap ( Fixed Blade )
Merupakan sudu sudu yang dipasang di bagian dalam casing
Bantalan
Berfungsi sebgai penyangga rotor sehingga rotor dapat berputar dengan
stabil

Casing
Merupakan sebuah tabung dimana rotor ditempatkan dan juga berfungsi
sebgai pembatas yang memungkinkan uap mengalir melewati sudu
turbin. Casing biasanya teriri dari bagian yang terpisah secara horizontal
yaitu casing atas dan bawah yang ditangkupkan untuk selanjutnya diikat
dengan baut oengikat. Konstruksi ini akan mempermudah pemasangan
awal serta pembongkaran untuk kepentingan maintenence
Adapun komponen pendukung yang digunakan untuk membantu kerja turbin
sehingga menjadi maksimal. Komponen pendukungnya adalah :
Shaft Seal
Berfungsi untuk mencegah kebocoran uap dari celah antara poros dengan
casing, sehingga uap yang masuk dapat dimanfaatkan dengan baik.
Tujuan ini berlau pada HP Turbine dan IP Turbine. Sedangkan pada LP
Turbine, Shaft Seal berfungsi agar udara luar tidak masuk ke dalam
turbin
Regulator
Berfungsi untuk mempertahankan tekanan turbin agar tetap konstan pada
putaran nominalnya pada saat beban berubah
Control Valve
Berfungsi untuk mengatur main steam yang akan masuk ke turbin.
Kontrolnya dibuat secara otomatis, apabila uap yang dibutuhkan sedikit
maka valve ini akan mengurangi pembukaanya, dan sebaliknya akan
menambah pembukaanya bial membutuhkan uap yang banyak
Main Stop Valve / ESV Emergency
Berfungsi untuk menghentikan steam mass flow yang masuk ke dalam
turbin bersama dengan control valve. Stop valve dirancang akan
menutup dengan cepat apabila terjadi bahaya
Turning Device
Berfungsi memutar poros dengan outaran rendah pada saat sebelum start
up maupun setelah shutdown dengan tujuan untuk menghindari
ununiform temperature dan agar tidak terjadi defleksi pada poros
Emergency Oil Pump
Berfungsi untuk memompa minyak pelumas pada bearing pada saat
terjadi shutdown, menggantikan tugas pompa utama
Main Oil Pump
Berfungsi unutk memompa minyak yang dipakain untuk menyuplai
bearing system. Pompa beroperasi pada saat putaran telah encapai 500
rpm. Tenaga penggerak dari putaran sedangkan supply oil diambilkan
dari Main Oil Tank
Lifting Oil Pump
Berfungsi untuk memompa minyak pelumas dari bawah menuju ke
rumahbantalan dimana digunakan untuk mencegah adanya persentuhan
langsung antara shaft turbin dengan bantalanya pada saat putaran turbin
rendah

Governor ( Control Valve )


Putaran turbin pada power plant harus selalu dijaga agar tetap konstan
pada segala kondisi beban. Pengaturan kecepatan putaran turbin
dilakukan oleh alat yang disebut governer. Unit 5 dan 6 PLTU Paiton
menggunakan governor tipe elektrik hidrolik

K. Generator
Generator merupakan sumber utama dari semua energi listrik. Generator
merupakan alat untuk membangkitkan listrik. Generator menggunakan magnet
untuk mengubah energi mekanik menjadi energi listrik. Prinsip kerjanya dari
generator yakni menggunakan tegangan yang diinduksikan pada konduktor
(rotor) dan apabila konduktor tersebut digerakkan di dalam magnet maka akan
memotong garis gaya magnet tersebut. Sedangkan stator bars di daam sebuah
generator membawa arus hubungan output pembangkit. Arus Direct Current
( DC ) dialirkan melalui Brush Gear yang langusng bersenuhan dengan slip ring
yang dipasang jadi satu dengan rotor sehingga akan timbul medan magnet atau
flux. Jika rotor berputar, medan magnet ersebut memotong kumparan di stator
sehingga pada ujung ujung kumparan stator timbul tegangan listrik. Untuk
oenyediaan arus listrik generator diambilkan arus DC dari luar. Setelah sesaat
generator timbul tegangan, sehuingga melalui exitasi transformer arus AC
disearahkan oleh rectifier dan arus DC akan kembai ke generator. Proses ini
disebut denan Self Exitation. Dalam sistem tenaga disamping generator
menyuplai listrik ke jaringan extra tinggi 500 kV. Juga dipakai unutk pemakaian
sendiri dimana tegangan output generator diturunkan melalui transformer sesuai
dengan kebutuhan. Untuk kebutuhan saat start diambilkan dari 150 kV line.
Untuk sistem teganan ekstra tinggi tenaga listrik yang dihasilkan oleh power
pant disupply ke jaringan sebesar 500 kV dan selanjutnya oleh beberapa
transformer teganganya duturungkan sesuai dengan kebutuhan.
L. Kondenser
Kondenser berfungsi menerima uap air dari LP Turbine dimana uap air ini sudah
tidak bisa dimanfaatkan lagi sehingga akan diubah menjadi air lagi. Kondenser
ada 2 yaitu, Kondenser A dan Kondenser B yang terletak di bawah LP Turbine.
Proses kondensasi terjadi selama uap air bersentuhan langsung dengan pipa yang
di dalamnya dialiri air laut. Kondensasi ini mengubah uap menjadi air yang
kemudian akan ditampung di wadah air hasil kondensasi. Air laut selain menjadi
media pertukaran panas juga berfungsi untuk mendinginkan kondenser. Sistem
ini mendinginkan berbagai peralatan yang berada pada power plant seperti
kompressor udara, pompa dan juga yang lainnya.
M. Polisher

Dari condensate water, air kan dipompa oleh condensate pump menuju
polisher. Condensate pump ada tiga, dua bekerja secara aktid dan satunya stand
by dengan kapasitas tiap pompa sebesar 50 %. Di polisher terdapat reksin ktion
dan anion, resin ini berfungsi sebagai :

Resin Kation : mengikat ion negatif penyebab korosi


Resin Anion : mengikat ion positif penyebab kerak atau scale

Ion- ion tersebut diikat oelh resin dalam polisher untuk memurnika air
yang masuk ke boiler. Parameter ion ion itu dapat diukur dengan melihat nilai
counuctivity-nya yang bila dalam keadaan normal sebesar 0.2 conductivity
tinggi nisa berarti dua hal :
Terdapat kebocoran airlaut di dalam polisher, tereteksi dengan leak
detector
Resin telah jenus dan hars diregenerasi.
Dari Polisher, air dipanaskan di feed water heater 2, 3 dan 4 dengan
sebelumnya diinjeksi amonia untuk meningkatkan pH agar sodium dari air hiang
karena sodium akan mengakibatkan kerusakan pada material boiler. Setelah itu
baru ke feed water heater di dearator
N. Deaerator
Berfungsi untuk menyerap atau menghilangakan gas gas yang
mengandung air pengisi boiler. Terutama gas O2 dan CO2, karena gas ini akan
menimbukan korosi. Gas- gas yang lain yang cukup berbahaya adalah CO2. Gas
O2 dan CO2 akan beraksi dengan material boiler dan menimbujan korosi yang
sangat merugikan. Prinsip kerjanya air yang masih mengandung O2 dan Co2
disemprotkan ke steam deaerator, sehingga gas gas tersebut diserap secara
thermis dan dikeluarkan melalui valve memungkinkan pemberian suction heat
yang cukup untuk feed water pump. Suatu pompa yang tenaganya dari extraction
IP Turbin disebut Turbin Driver Pump dan suatu pompa yang digerakkan oleh
motor disebut motor Drivern Pump, dimana kapasitas tiap pompa100 % menuju
feed water heater 6, 7, 8, A B dan akan menuju ke economizer lalu menuju ke
steam drum.

O. ESP ( Electro Static Precipitator )


Udara sisa pembakaran yang berasal dari furnace tidak boleh langsung
dibuang ke udara bebas kerana masih mengandung banyak debu dan gas gas
beracun. Disamping itu udara yang berasa dari furnace suhunya masih terlalu
tinggi untuk dibuang ke alam bebas. ESP berfungsi untuk menangkap debu yang
berada pada udara sisa hasil pembakaran di furnace.
Dalam ESP terdapatlempengan lempengan yang mengandung muatan
positif, sehingga debu yang mengandung muatan negatif akan menempel pada
lempengan tersebut. Setelah debu yang menempel pada lempengan tersebut
cukup banyak maka lempengantersebut akan diketuk dengan alat pemukul yaitu

Collecting Plate Rapper yang berfungsi untuk melepas debu dari lempengan
tersebut. Debu debu Fly Ash yang sudah terlepas daru lempengan ESP kan
ditampung di bagian bawah ESP. Debu debu tersebut akan dikumpulkan dan
didorong dengan udara menuju ash disposal dengan pipa. Di dalam ESP juga
terdapat Hopper Heater yang berfungis untuk menjaga agar fly ash tetap
sehingga mudah untuk diterbangkan ke ash disposal.
P. FGD ( Flue Gas Desulphurisation )
Udara yang akan dibuang ke alam beas harus ramah lingkungam. Oleh
karena itu udara yang akan dibuang ke alam bebas haruslah dikurangi suhunya
sgar tidak terlalu panas. Gas heater berfungsi mengurangi suhu udara dari
furnace sehingga dapat diterima di alam bebas. Udara yang berasal dari Gas Gas
Heater yang masih panas didinginkan pada absorber. Pada absorber udara
tersebut dispray dengan air laut.
Air laut tersebut dusupply dengan empat pompa absorber pump yang
memiliki head dan kapasitas yang besar, tujuanya agar mterjadi ionisasi dan
pendinginan udara. Karena udara tersebut dispry, maka udara tersebut akan
menjadi dingin. Udara yang telah menjadi dingin ini selanjutnya dipanaskan
sebeum di buang ke alam bebas.
FGD memiliki beberapa komponen penting yaitu :
Absorber Pump
Pump station yang terdiri dari tiga absorber feed pump untuk mempompa
air laut dan dua absorber sump pump. Absorber pump adalah tipe pompa
sentrifugal.
Absortion Zone Absorber
Absortion Zone dilengkapi dengan sistem nozzle yang terdiri dari tiga
level, air aut dispray melewati nozzle secara current.
Absorber Sump
Air bekas spray dari absortion zone dikumpulkan di absorber sump. Di
absorber sump dilakukan reaksi oksidasi melewati sebuah sistem
distribusi udara, selain itu juga ditambahkan air laut untuk contoh pH.
Air Drayer
Air drayer berfungsi untuk memberikan spray air yang merata pada
absorber. Air drayer terletak di sekeliling dinding absorber. Hal ini
bertujuan agar tidak ada uang bagi udara untuk melepaskan diri ari spray
air laut sehingga spray air laut bisa merata ke seluruh bagian ruangan
absorber.
HP Plushing Pump
Merupakan pompa yang memiliki head paling tinggi, pompa ini
berfungisi untuk menambah pH air laut yang dispraikan pada absorber.
Oksidasi Blower
Udara yang telah bersih dan sesuai dengan standart lingkungan hidup
dibuang ke alam bebas melalui stack.

Q. Stack
Suatu cerobong yang digunakan sebagai saluran terhadapseuruh
pembuangan gas hasil pembakaran yang telah diproses di FGD. Di sini terdapat
alat ukur temperature airan gas yang akan dibuang ke atmosfer.

BAB IV
SENSOR DAN TRANSMITTER
Dalam melakukan semua proses produksi listrik, PLTU Paiton ini memerlukan
mulai dari alatyang berukuran sangat besar hingga berukuran kecil. Untuk alat yang
berukuran besar sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, pada bab ini akan membahas
tentang senso dan transmitter. Sensor adalah sebuah alat yang berfungsi merubah
besaran fisik menjadi besaran listrik, sedangkan transmitter adalah sebuah alat yang
mampu mengirimkan sinyal ke pusat dimana sinyal bersala dari sensor yang
dikonversikan sesuai data yang diperlukan oleh pengguna menuju komputer pusat.
Berikut adalah gambaran umum dalam pemrosesan data.

Gambar 7. Alur Pemrosesan Data


Dari gambaran di atas bisa dilihat bahwa ada pemrosesan data yang melibatkan
aktuator. Aktuatir sendiri adalah perangkat yang berfungsi untuk merubah kondisi dari
aat itu, bisa kondisi ON/OFF, atau BUKA/TUTUP. Data tidak langsung bisa terbaca
dari sensor, data harus di konversi dahulu menggunakan PLC lokal seperti Siemens 7.
Dari berbaga macam sensor dan transmitter yang dipakai pada PLTU ini, penulis dapat
mengambil beberapa sample dari sensor dan transmitter yang dipakai. Penulis akan
menjelaskan cara kerja dari pengaplikasiannya pada power plant.

4.1

SENSOR FLOW
Flow bisa diukur menggunakan flow rate dan flow volume :

Flow Rate adalah integral kecepatan dari individual stream line yang
membentuk kecepatan total yang lemewati penampang
Flow Volume adalah voume total dari suatu fluida yang melewati
penampang dalam jangka waktu yang diberikan

Alat ukur fungsi ganda biasanya menggunakan flow rate dengan menghasilkan
output yang linier, dengan error yang kecil pada suatu transmisi. Lebar range fluida
yang berlebih membuat pengukuran yang akurat pada volume flow. Jenis alat ukur flow

antara lain vortex, ultrasonik meter dan lain-lain. Dalam mengukur flow, bisa dilakukan
dengan menggunakan beberapa metode, yaitu :
A. Pressure Differential Flowmeter
Metode ini tergantung dari perubahan energi tekan ketika fluida mengalir
melaului penampang yang memiliki luas berbeda. Hukum Bernoulli
memberikan hubungan yang jelas antara energi tekan dan flow. Hal ini
disebabkan karena adanya konversi dari sebagian energi tekanmenjadi energi
kinetik ketika fluida melakukan percepatan ketika melului throuttling divice.
Sistem differential pressure terdiri dari :
1) Elemen Primer yang membentuk pembatas di dalam suatu penampang.
2) Impuls Pipework dan katup iring yang terhubung pada titik percabangan.
3) Sebuah alat untuk mengukur perbedaan ketinggian yang dihasilkan melewati
batas.
Secara teoritis perhitungan masa aliran ideal bisa dilihat pada rumus
dibawah.
A2
M=
x 2 g p
A2
(1
)
A1
M = Masa flow rate
A2 = area cross section pembatas (m2)
A1 = area cross section pipeline upstream (m2)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
p = Berat jenis fluid upstream(kg/m2)

Gambar 8. Gambaran Flow


Dalam sistem ini, memiliki keuntungan dan juga kerugian.
Keuntungan :
Sederhana, memiliki komponen pasif
Dapat digunakan daam range yang besar
Cocok untuk digunakan pada banyak jenis gas dan cairan
Memiliki reapebilita yang baik
memiliki stabilitas jangka panjang
Kerugian :

Sistem ini memiliki hubungan antara head/flow berupa square root


Batas flow ini terbatas hanya 1:4
Akurasinya terpengaruh pada rapat masa dan tipe aliran
Adanya tekanan yang hiang akibat halangan
instalasi yang rumit dan lama

B. Ultrasonik Flowmeter
Ultrasonik flowmeter mengukur kecepatan aliran fluida dengan
menggunakan interaksi antara gelombang suara dan fluida dan mendeteksi
getaran yang dibangkitkan oleh aliran. Kebanyakan ultrasonik flowmeter
menggunakan piezoelektrik kristal yang menghasilkan gelombang suara
frekuensi tinggi. Ada 2 cara mengukur yaitu dengan Dopler Shift dan Timer of
Light.
Dropler shift mentrasnmisikan gelombang suara dan memonitor
gelombang suara yang kembali. Pergeseran frekuensi yang terjadi sebanding
dengan kecepatan fluida.
Time of Light memproyeksikan cahaya ultrasonik dari trasmitter
melewati pipa dengan sudut yang biasanya antara 200 - 600. Receiver menangkap
diujung berlawanan pipa, waktu yang dibutuhkan sebanding dengan laju dari
fluida.
Keuntungan menggunakan metode ultrasonik :
Tidak ada bagian yang terpengaruh medium yang diukur.
Pemasangan tidak terlalu rumit
Kerugian menggunakan metode ultrasonik :
Dalam pengukuran droppler harus menggunakan medan yang
memantulkan gelombang suara.
Posisi partikel, jenis fluida, ukuran partikel dan kecepatan rata-rata fluida
semua mempengaruhi keluaran droppler meter
Maksimal suhu kerja untuk transducer mencapai 1200
4.3

SENSOR PRESSURE
Pada Teorinya, pengukuran pressure dibedakan menjadi 4, yaitu Gauge pressure,

Vakuum Pressure, Abolute Pressure dan Differential pressure. Untuk mengukur tekanan,
ada beberapa alat yang dipakai. Alat yang digunakan tergantung dari medium yang
diukur, pengukuran setempat atau jarak jauh. Adapun beberapa alat yang digunakan
untuk mengukur antara lain Tabung bourdon, Diaprhagma, Bellows.

BAB V
PEMBAHASAN
ELECTRO STATIC PRECIPITATOR (ESP)
5.1 Gambaran umum ESP
Pembakaran batu bara pada PLTU menghasilkan limbah berupa abu. Abu batu
bara tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu: abu dasar (bottom ash) dan
abu terbang (fly ash). Bottom ash merupakan bagian yang lebih kasar da memiliki warna
gelap. Setelah melalui proses pembakaran, bottom ash akan jatuh dan terkumpul di

dasar tungku pembakaran (furnace). Fly ash merupakan fraksi yang halus dan memiliki
warna lebih terang serta memiliki butiran yang lebih halus dibandingkan dengan
bottom ash. Setelah proses pembakaran, fly ash akan turut terbawa flue gas yaitu gas
yang dibuang ke udara.
Fly ash yang terbawa oleh flue gas berdampak buruk bagi lingkungan. Pada unit
5 & 6 ini cara yang digunakan untuk mengurangi limbah yang mencemari udara adalah
melalui Bag-filter dan Electrostatic Precipitator. Bag-filter adalah alat yang berfungsi
untuk memisahkan partikel padat dari gas. Di dalam Bag-filter, aliran gas yang kotor
akan masuk ke dalam beberapa filter (cloth bag) yang tersusun secara paralel dan
meninggalkan abu pada filter tersebut. Sedangkan Electrostatic Precipitator merupakan
alat yang berfungsi untuk mengurangi kadar fly ash hasil pembakaran di Boiler
menggunakan prinsip elektrostatis sehingga emisi gas yang dibuang ramah lingkungan
dan tidak menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat sekitar dan juga bagi
perusahaan.

5.2 Prinsip kerja ESP


Electrostatic Precipitator (ESP) adalah salah satu alternatif penangkap debu
dengan efisiensi tinggi bahkan sampai di atas 90% dan rentang partikel yang diperoleh
cukup besar. Dengan menggunakan ESP ini, jumlah limbah debu yang keluar dari
cerobong unit 5 & 6 diharapkan hanya sekitar 0,16% (efektivitas penangkapan debu
mencapai 99,84%)
Secara garis besar prinsip kerja ESP terdiri dari 6 tahap yaitu:
1. Ionization
Proses perubahan debu yang bermuatan netral menjadi bermuatan
negatif. Debu yang masuk ke ESP diionisasikan sehingga bermuatan negatif
dengan cara menggunakan Discharge Electrode.
2. Migration
Proses perpindahan debu yang bermuatan negatif menuju Collecting
Plate. Debu yang bermuatan negatif ini berpindah ke Collecting Plate karena
pada Collecting Plate muatannya lebih positif (umumnya di-ground-kan).
3. Collection
Proses menempelnya debu-debu bermuatan negatif ke Collecting plate
yang bermuatan lebih positif.
4. Discharge Dissipation
Proses pelepasan elektron debu yang bermuatan negatif ke Collecting
Plate. Debu yang menempel di Collecting Plate lama-lama akan menjadi netral
kerena terjadi perpindahan muatan negatif elektron dari debu ke Collecting
Plate.
5. Particle Dislodging

Proses pemukulan dinding ESP dengan menggunakan Rapping System


sehingga deu-debu yang sudah tidak bermuatan (netral) jatuh ke dalam Hopper.
6. Particle Removal
Proses jatuhnya debu-debu ke dalam Hopper akibat rapping. Debu-debu
yang terkumpul akan disalurkan melalui pipa-pipa dengan cara divakum atau
dihembuskan untuk ditampung ke dalam sebuah tangki.

5.3 Peralatan ESP


5.3.1 Sistem Mekanik
1. Casing
Semua casing ESP terbuat dari konstruksi yang dilas menggunakan panel plat.
Casing tersebut didesain untuk tahan terhadap tekanan, seismik, angin, beban langsung,
dan beban debu. Bagian plat atau panel-panel dilas bersama untuk membentuk sebuah
konstruksi tunggal.

2. Hopper
Berfungsi sebagai penampung abu yang jauh dari Collecting Plate dan elektroda
setelah proses rapping. Hopper ini juga dilengkapi dengan valve yang akan membuka
secara otomatis jika level abu di Hopper sudah pada level tertentu untuk selanjutnya
diolah menjadi campuran oleh industri semen. Mekanisme valve ada 2, yaitu secara
motorized dan counter weight.

3. Heater ESP Hopper


Heater ESP Hopper berfungsi untuk memanaskan abu yang ada pada Hopper
agar tidak terjadi gumpalan sehingga tidak terjadi block pada Hopper. Debu yang
dipanaskan akan lebih kering sehinggan lebih mudah disalurkan melalui pipa oleh
tekanan udara fan. Jumlah Heater ESP Hopper disesuaikan dengan kapasitas Hopper.
4. Level Switch ESP Hopper
Level switch ESP Hopper berfungsi untuk memberikan sinyal off pada ESP
apabila Hopper penuh. Kegagalan Level Switch ESP Hopper akan mengakibatkan
gangguan internal pada ESP. Perbaikan internal ini tidak bisa dilaksanakan secara
langsung melainkan harus menunggu Shut Down unit.
5. Vibrator
Vibrator berfungsi untuk menjatuhkan abu yang menmpel pada dinding-dinding
Hopper sehingga tidak menempel. Prinsip kerjanya dengan memberikan getaran pada
dinding Hopper.
6. Sistem Kontrol Aliran Flue Gas

Digunan untuk mencegah area dari kecepatan gas yang tinggi dalam ESP yang
dilengkapi dengan sebuah pengaturan distribusi gas. Pengaturan ini terdiri dari 3 baris
terpsah dari plat-plat yang berlubang. Plat-plat ini terbuat dari besi ringan, berada pada
intel casing.
Distribusi kecepatan pada casing ESP akan diperiksa terlebih dahulu oleh
ABBES untuk start-up selama tes distribusi gas ini. Adapun perubahan penting untuk
bentuk aliran akan dibuat oleh instalai dari dinding plat horizontal tertutup area yang
dibutuhkan dari layar distribusi gas. Distribusi gas akan menemukan kriteria spesifik
dan akan diukur dengan Publication No. EP-7 melalui penggunaan dari rotating vane
atau hot wire anemometer.
7. Bagian Isolasi
Masing-masing bagian bus elektrik d-support 4 isolasi yang berada pada
insulator compartments. Compartment ini terbuat dari besi dan tersedia dengan bolted
covers utuk memungkinkan isolasi-isolasi untuk inspeksi dan perawatan.
Sebuah screen tube terpasang di bawah isolasi pendukung. Screen tube
menurunkan aliran gas dan membantu dalam perawatan kebersihan dari isolasi
pendukung.
5.3.2 Sistem Elektrik
Berikut ini merupakan beberapa peralatan sistem elektrik ESP:
1. Discharge Electrode (DE)
Discharge Electrode (DE) adalah elektroda yang dicatu tegangn tinggi
arus DC negatif sehingga mengasilkan medan listrik negatif. Karena DE adalah
elektroda yang mendapat suplai energi listirk, maka daerah sekitar DE
merupakan daerah dengan medan listrik kuat. Semakin jauh dari DE, maka
medan listrik negatif semakin lemah.
Discharge electrode yang digunakan oleh PT.YTL Jawa Timur berbentuk
spiral karena memiliki permukaan yang lebih luas dan lebih efektif untuk
mengemisikan elektron.

2. Discharge Elecrode Rapper Motor


Berfungsi untuk memukul/me-rapping Electrode Wire secara periodik
agar abu yang menempel pada Electrode Wire jatuh ke Hopper. Apabila
Electrode Wire bersih maka konstribus arus yang diberikan oleh Electrode Wire
pada Collecting Plate akan menjadi lebih baik.
3. Collecting Plate (CP)
Plat baja yang dipasang sejajar berfungsi untuk menangkap abu ringan.
Plat baja ini bermuatan netral agar bisa menangkap debu yang bermuatan
negatif. Plat ini ditanahkan sehingga. Bermuatan netral.
4. Collecting Plate Rapper Motor
Berfungsi untuk memukul Collecting Plate secara periodik agar abu
yang menempel pada Collecting Plate jatuh ke Hopper. Apabila Collecting
Plate bersih maka proses penangkapan abu di dalam ESP akan menjadi lebih
baik.
5. Rapper System
Sistem rapper ini terdiri dari sebuah hammer, motor penggerak, serta
sistem gear box sederhana yang dapat mengatur gerakan memukul agar teradi
secara periodik. Sistem rapper tidak hanya terpasang pada sisi CP, tetapi juga
pada DE. Hal ini dikarenakan ada sebagian kecil dari abu yang akan bermuatan
positif karena ter-charging oleh DE yang bermuatan positif.
Motor elektirk yang memiliki nilai nominal 1/3 hp, 400 volt, 3 fasa, 50
Hz, 1800 terintegrasi dengan reducer. Kecepatan keluaran akhir dari reducer ini
adalah 1 rpm untuk CE dan GD rappers, dan 5,5 rpm untuk perangkat DE
rapper. Masing-masing bagian bus memiliki 1 motor reducer untuk emiter
rappernya. Pengaturan untuk rapper system adalah dari kontroller EPIC-II.
6. Transformers/Rectifier

Adalah perangkat utama ESP yang berfungsi untuk mencatu daya ESP
sehingga ESP dapat bekerja. Tegangan input adalah 400 V AC (L-L), sedangkn
tegangan output sebesar 40-70 kV DC.
Perangkat Transformer/Rectifier:
1 trafo step up tegangan tinggi yang didesain secara spesifik mampu
menghadapi temperatur tinggi.
1 jembatan penyearah gelombang penuh 1 fasa.
1 80 M rangkaian pembagi tegangan untuk pengaturan dan indikator.
1 air core inductor yang didesain untuk menekan RF Discharge.
1 bushing tegangan tinggi untuk feeder berpolaritas negatif.
Konektor tegangan rendah dalam sebuah weather-tight conduit box yang
dilas di samping tangki. Bushing mencapai 5/8 akan diteruskan ke tiang
hingga 25 ft.lb.torque. semua koneksi umpan balik arus dan tegangan
dilengkapi dengan surge arrestors untuk proteksi personal.
Trafo dilengkapi dengan katup yang berfungsi untuk mengambil sampel
minyak isolasi.
Sebuah Temperature gauge bertipe dial dengan integrasi kontak N.O
yang dihubungkan kembali ke terminal dengan LV Junction Box.
Pressure vacum gauge dan relief valve.
Liquid level gauge bertipe magnetik.
Grounding lug.
Masing-masing tangki Transformer/Rectifier diisi dengan minyak trafo.
Tangki tersebut dilengkapi dengan radiator-radiator eksternal utuk
pendinginan isolasi minyak trafo. Sebuah twin-position ground switch
(Key Interlock) disediakan untuk keselamatan persoanal pada saat
perawatan trafo.
Kumparan-kumparan trafo terlindungi secara elektrik untuk memproteksi
jika terjadi tegangan surja atau sambaran petir secara tiba-tiba selama
ESP beroperasi. Pelindung ini jaga mencegah induksi merugikan ke
kumparan primer dari kumparan sekunder. Trafo terproteksi dengan
sebuah reaktor pembatas arus line. Unit ini dapat beroperasi pada arus
sekunder nominal, rating sisi primer tidak boleh melebihi nilai nominal.
Dioda penyearah silikon yang digunakan adalah diode khusus yang
didesain untuk operasi tegangan tinggi. Proteksi yang dibolehkan untuk
penyearah cukup untuk distribusi tegangan misalnya variasi tegangan
yang cepat selama terjadi sparking pada ESP dan selama operasi
switcing.
Impedansi dengan rugi kecil yang baik dibutuhkan untuk membatasi arus
peluaran kapasitansi untuk memberikan nilai pada rating penyearah.
Transformer/Rectifier diproteksi dari gejala transient yang berulang,
misal dari spark over, short circuit, tegangan lebih, tegangan kurang,
temparatur lebih pada trafo, dan switching on-off.
7. Reaktor Pembatas Arus

Reaktor pembatas arus menyediakan 35% impedansi system. CLR


terletak setelah T/R pada cold roof.
8. Grounding Rod Portable
Grounding rod portable digunakan untuk koneksi insulator housings,
emitting system, dan bagian-bagian lain dari ESP yang dapat memungkinkan
untuk terakses personil. Ketika diguanakan, portable rods ini dihubungkan
secara baik ke penjepit yang dilas ke stuktur-struktur metal. Portable rods ini
dilindungi dari cuaca ketika tidak digunakan untuk meyakinkan keefektifannya
ketika diguanakan.
9. Sistem Key Interlock
Internal ground switch tegangan tinggi dari Transformer/Rectifier, line
masukan dari circuit breaker dari kontroller Transformer/Rectifier, dan all
hinged doors (kecuali cold roof doors) dari ESP yang menyediakan akses untuk
peralatan dan koneksi tegangan tinggi dilengkapi dengan sebuah sistem key
interlock yang tidak termasuk akses personal. Sistem didesain untuk mencegah
akses berbagi ruang ESP ketika bus sectionnya bermuatan, berdasarkan operasi
normal dan ketaatan pada prosedur yang benar dari penggunaan ESP.
10. Sistem Air Flushing
Fungsi dari Air Flushing adalah untuk memberikan undara panas yang
dialirkan ke compartment agar kondisi di dalamnya tidak lembab. Masingmasing hanger isolator dan isolasi DE rapper dipanaskan oleh sistem air
flushing yang menyediakan udara panas. Masing-masing sistem air flushing (dua
setiap ESP) memiliki 3 pemanas dengan daya 42 kW untuk mencegah
kondensasi dalam isolasi. Ada dua blower, namun yang beroperasi hanya satu
dan yang satu lagi sebagi cadangan.
5.4 Sisem ESP di PLTU Paiton Unit 5 & 6
5.4.1 Unit ESP
Di PT. YTL Jawa Timur Unit 5 & 6 terdapat dua buah Electrostatic Precipitator
(ESP). Satu buah ESP memiliki 20 zona. Pada saluran keluaran, gas buang dibagi
menjadi 2 saluran, satu saluran untuk kolom A dan B, sedangkan yang lain untuk kolom
C dan D. Setiap kolom terdapat 5 baris. Gabungan antar kolom dan baris adalah 1 zona.
Setiap zona terdiri dari Collecting Plate, Discharge Electrode, Rapper, Distribution
Plate, Hopper, Heater, dan Vibrator. ESP pada setiap zona berfungsi untk memastikan
bahwa flue gas yang keluar dari cerobong tidak melampai 150 mg/Nm 3. ESP ini
didesain untuk mencapai efisiensi hingga 99%.
5.4.2 Proses Kerja Sistem Elektrik pada ESP
Pada kondisi normal, suplai daya berasal daei daya yang diberikan generator
(21/10 kV). Aliran daya generato terdistribusi menjadi dua, dinaikkan menjadi 500 kV
dan ditunkan menjadi 10 kV. Tegangan 500 kV digunakan untuk menyalurkan daya ke

sistem transmisi. Sedangkan tegangan 10 kV digunakan untuk menggerakkan bebanbeban di PLTU Paiton Unit 5 & 6 termasuk ESP. Tegangan 10 kV tersebut diturunkan
lagi menjadi 400 V untuk tegangan masukan ESP. Switch gear 400 V terdistribusi lagi
untuk menyuplai 20 zona dan menyplai beban-beban pendukung sistem ESP (Motor
Control System). Masing-masing zona memiliki aliran daya yang sama persis. Oleh
karena itu, dalm laporan ini akan dijelaskan aliran daya dalam 1 zona ESP.
ESP menerima suplai daya dari switch gear 400 V. Suplai daya tersebut tidak
secara langsung diterima oleh ESP. Pertama, suplai daya masuk ke kontaktor yang
berfungsi sebagai pengaman ketika terjadi hubung singkat atau arus berlebih.
Kemudian, suplai daya masuk ke SCR anti paralel. SCR adalah thyristor yang aktif
ketika dua kondisi terpenuhi, yaitu tegangan anoda lebih besar dari tegangan katoda,
dan adanya sinyal trigger di kaki gate SCR tesebut. Sinyal trigger tersebut dapat
dikontrol sehingga tegangan keluaran sesuai dengan kebutuhan. Pengontrolan sinyal
picu dilakukan oleh EPIC yang memiliki sensor tegangan dan arus sebagai feedback
dari sistem ESP.
Sebelum suplai daya masuk ke Transformer/Rectifier (TR/C), arus dibatasi oleh
CLR (Current Limit Reactor). Transformer/Rectifier (TR/C) terdiri dari transformer
step up, CLR, rectifier, dan switches. Transformer step up berfungsi mentransformasi
tegangan rendah AC menjadi tegangan tinggi AC yang dibutuhkan sistem ESP.
Sedangkan rectifier berfungsi sebagai konverter AC-DC dengan mengguanakan
penyearah gelombang penuh satu fasa. Dengan demikian, suplai daya yang dibutuhkan
oleh sistem ESP adalah berupa tegangan tinggi DC (HVDC).
Efisiensi dari ESP berhubungan langsung dari level tegangan yang ingin dicapai
oleh ESP. Tegangan yang melewati Discharge Electrode dan Collecting Plate dari ESP
harus dijaga pada nilai maksimum tanpa menghasilkan bebertapa sparking. Ketika
terjadi sparking di ESP, kontroller harus berpindah untuk membatasi arus surge, menkan
busur, dan memulihkan korona dengan cepat. Kontroller berfungsi untuk mengatur daya
input sehingga tegangan rata-rata dapat dijaga pada sebuah level tinggi dan tidak akan
terjadi pengurangan dalam efisiensi pengoperasian ESP. Jika dalam beberapa alasan
terjadi short di ESP, maka arus harus dibatasi untuk tingkat keamanan oleh unit kontrol
hingga short selesai diatasi.
Pengaturan daya dari sisi primer trafo tegangan tinggi dibuat dengan mengatur
sudut penyalaan thyristor yang terkontrol yang dihubungkan anti paralel dengan satu
line primer. Gate dari thyristor dipicu oleh sebuah sinyal elektrik yang menerima arus
dari ESP dan menyediakan perintah sesuai dengan Gate untuk menaikkan atau
menurunkan tegangan dan/atau atus yang melewati sisi primer trafo dan arusnya dijaga
konstan dalam ESP. Selama terjadi busur, ketika mengalir arus berlebih karena short
circuit pada ESP, unti kontrol Gate meurunkan tegangan/arus dari sisi primer menjadi

nol untuk menurunkan aliran arus dan memadamkan busur. Setelah busur menghilang,
tegangan atau arus secara otomatis bertambah.
5.4.3 Proses Pembentukan Medan Listrik
Secara praktis, cara kerja dari Electrostatic Prepitator (ESP) adalah:
1. Terdapat dua jenis Electrode, yaitu Discharge Electrode yang bermuatan negatif
dan Collector Plate Electrode yang bermuatan positif.
2. Discharge Electrode diletakkan di antara Collector Plate pada jarak tertentu
(memiliki jarak antara Discharge Electrode dengan Collector Plate).
3. Discharge Electrode di-energize listik arus searah (DC) dengan muatan minus
pada level tegangan antara 55-75 kV DC (sumber listrik awalnya adalah 400 V
AC, kemudian dinaikkan oleh transformer menjadi sekita 55-75 kV dan diubah
menjadi listrik DC oleh rectifier, diambil hanya potensial negatifnya saja).
4. Collecting Plate ditanahkan (di-groundkan) agar bermuatan lebih positif dari
Collecting Plate.
5. Dengan demikian, pada saat Discharge Electrode diberi arus DC maka medan
listrik terbentuk pada ruang yang berisi tirai-tirai electrode tersebut.
6. Flue gas yang mengandung butiran debu pada awalnya bermuatan netral dan
pada saat melewati medan listrik, partikel debu tersebut akan terionisasi
sehingga partikel debu tersebut menjadi bermuatan negatif.
7. Partikel debu yang sekarang bermuatan negatif kemudian menempel pada
Collector plate, lihat gambar bawah. Kemudian, secara periodik rapping system
akan bekerja agar fly ash tersebut terkumpul di hopper dan dipindahkan ke fly
ash silo dengan cara dihembuskan.
5.4.4 Karakteristik ESP

Pada ESP, proses penangkapan debu yang terbanyak terdapat pada awal
masukan. Dapat dilihat dari gambar di atas, persentase penangkapan debu dari awal
sampai akhir semakin berkurang. Di awal dapat menangkap sebesar 80%, kedua sebesar
16%, ketiga sebesar 3,2%, dan terakhir sebesar 0,64%.
5.4.5 Proses yang Mempengaruhi Keandalan ESP
1. Gas flow rate

Kecepatan debu memasuki ESP. Kecepatan yang baik adalah sebesar 3.5-5.5
ft/sec. Jika kecepatan lebih dari 5.5 ft/sec maka debu hasil pembakaran di boiler
tidak sempat terionisasi sehingga debu akan lolos dai ESP.
2. Particle size and gas distribution
a. Particle size
Ukuran partikel ini berpengaruh terhadap proses ionisasi. Jika ukuran
partikel besar, maka akan sangat sulit diionisasi karena hanya terionisasi di
permukaannya saja. Namun, jika terlalu kecil juga tidak baik karena debu
yang terionisasi tadi akan cepat melepaskan elektron sehingga belum sampai
di Collecting plate debu sudah kehilangan elektron dan kembali terbang
menuju cerobong akibat disedot oleh ID Fan
b. Gas distribution
Distribusi gas akan mempengaruhi kinerja ESP. Distribusi gas harus
merata agar ESP bekerja optimal dan mencegah terjadinya overload di satu
zona.
3. Particle resistivity
Resistivity adalah ketahanan terhadap konduksi listrik. Semakin tinggi
resistivitasnya, semakin sulit partikel untuk mentransfer muatan listiknya.
Tahanan dipengaruhi oleh komposisi listrik dari aliran gas, partikel suhu dan
temperatur gas. Tahan harus dijaga dalam kisaran 108-1010 ohm-cm.
Resistivitas yang tinggi dapat mengurangi kinerja precipitator. Misalnya, dalam
proses pembakaran, meningkatkan pembakaran batu bara dikurangi resistivitas
belerang dan mengurangi efisiensi pengumpulan precipitator tersebut. Natrium
dan oksida besi dalam fly ash dapat mengurangi tahanan dan meningkatkan
kinerja, terutama pada temperatur operasi yang lebih tinggi.
Di sisi lain, resistivitas rendah juga dapat menjadi masalah. Misalnya, dalam
proses pembakaran, karbon yang tidak terbakar mengurangi kinerja precipitator
karena sangat konduktif dan kehilangan muatan listrik yang begitu cepat sehingga
tidak sempat terperangkap di Collecting plate. Selain itu, resistivitas juga
kebanyakan dipengaruhi oleh kualitas coal.
4. Gas temperature
Pengaruh suhu gas di efisiensi collecting precipitator, mengingat pengaruhnya
terhadap resistivitas partikel sangat signifikan.
5.4.6 Pengontrolan ESP
EPIC mengatur suplai daya tergantung dari pembebanan atau jumlah partikel
debu pada setiap zona. Setiap EPIC akan berkoordinasi satu dengan yang lainnya
melalui RTU (Remote Terminal Unit).
Gambar 4.19 adalah pengontrolan ESP yang di-interface-kan di CCR (Central
Control Room). Baris 1 merupakan tempat yang paling banyak menangkap debu dan
semakin ke belakang semakin sedikit debu yang ditangkap.
Data yang dapat diambil dari gambar di atas antara lain:

a. Arus
Dalam satu row (1A ke 5A, 1B ke 5B, 1C ke 5C, 1D ke 5D), secara
relatif, arus mengalami penurunan karena jumlah debu semakin sedikit. Ini
adalah dampak dari jumlah debu yang menurun sehingga resisitansi antara dua
mode meningkat, akibatnya arus menurun.
b. Tegangan
Dalam satu row (1A ke 5A, 1B ke 5B, 1C ke 5C, 1D ke 5D), secara
relatif, tegangan mengalami kenaikan. Semakin ke belakang, jumlah debunya
semakin sedikit. Di sisi lain, semua zona disetting dengan nilai set point
discharge-current yang sama. Akibatnya EPIC II akan memerintahkan SCR
untuk menurunkan sudut penyalaan agar tegangan keluaran meningkat dan set
point arus dipenuhi. Pada zona paling belakang (5A,5B,5C,5D), biasanya arus
set point jarang dicapai karena jumlah debu sangat sedikit, meskipun tegangan
keluaran mencapai limit maksimum.
c. Mode
Terdapat beberapa mode yang bekerja pada ESP. Mode-mode tersebut antara
lain:
i.
Mode start up
Mode ini bekerja ketika ESP akan bekerja untuk pertama kali. Setelah
batu bara dari mill munuju furnace maka pada saat itu pula ESP bekerja
karena pembakaran sudah berjalan. Setting arus pada mode ini sebesar
400 mA karena saat pertama kali dijalankan debu yang dihasilkan masih
sedikit sehingga arus yang dibutuhkan tidak terlalu besar.
ii.
Mode normal 3
Mode ini bekerja ketika debu yang dihasilkan oleh pembakaran mulai
banyak dan mode start up sudah tidak bisa lagi menangkap debu. Setting
arus pada mode ini adalah sebesar 650 mA.
iii.
Mode normal 2
Mode ini bekerja ketika debu yang dihasilkan oleh pembakaran semakin
banyak dan mode normal 3 sudah tidak bisa lagi menangkap debu.
Setting arus pada mode ini adalah sebesar 800 mA.
iv. Mode normal 1
Mode ini bekerja ketika debu yang dihasilkan oleh pembakaran seamkin
banyak lagi dan mode normal 2 sudah tidak bisa lagi menangkap debu.
Setting arus pada mode ini adalah sebesar 975 mA.
v. Mode sootblow
Mode ini bekerja ketika plant bekerja secara normal. Setting arus pada
mode ini adalah sebesar 1300 mA karena debu yang dihasilkan sangat
banyak sehingga arus yang dibutuhkan juga sangat besar.
Tanda hijau pada bagian 3B (pada gambar 4.19) berarti sedang dilakukan
rapping.
Rapping ini berfungsi untuk menjatuhkan debu yang menempel pada Discharge
Electrode dan Collecting Plate agar jatuh pada Hopper. Rapping ini di-setting dengan

menggunakan Timer sehingga bekerja secara otomatis. Waktu yang digunakan untuk
me-rapping ESP selama 1 menit, namun periode untuk setiap baris memiliki interval
tertentu dan tidak bersamaan. Untuk baris-baris awal lebih sering dilakukan rapping
karena faktor debu yang menempel pada Collecting Plate cukup banyak. Sedangkan
untuk baris-baris akhir memiliki jeda waktu yang lama untuk dilakukan rapping karena
debu yang menempel lebih lama terkumpul.

Gambar 4.20 adalah tata letak dimana ESP, Discharge Electrode berada di antara
dua buah Collecting Plate. Di dalamnya juga terdapat beberapa komponen pendukung
pada ESP, yaitu Tumbling Hammer, Rapping Mechanism, dan lain-lain.

BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, dapat diambil beberapa
kesimpulan dari kegiatan PKL ini yaitu:
1. Eelctrostatic Precipitator (ESP) adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengurangi flue gas (fraksi padat), yakni dengan cara mengurangi kadar
debu dan abu yang keluar melalu stack (cerobong) dengan efisiensi yang
tinggi.
2. Eelctrostatic Precipitator (ESP) terdiri dari 20 zona, masing-masing zona
memiliki komponen anatara lain: Collecting plate (bermuatan positif),
Discharge electrode (bermuatan positif), Transformer/Rectifier, EPIC
( sebagai PLC), Rapper, Distribution plate, Hopper, Heater, dan Vibrator.
3. Secara garis besar, prinsip kerja ESP terdiri dari 6 tahapan yaitu Ionization,
Migration, Collection, Discharge dissipation, Partical dislodging, Partical
removal.
4. Keandalan sistem ESP dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu gas flow rate,
particle size and size distribution, particle resistivity, dan gas temperature.
5. Tegangan keluaran dari Transformer/Rectifier berkisar 70-80 kV DC
(potensial antara DE dan CP), sedangkan arus keluaran dari
Transformer/Rectifier berkisar antara 0-130 mA DC.
6. EPIC mengatur suplai daya tergantung dari pembebanan atau jumlah partikel
debu pada setiap zona. Setiap EPIC akan berkoordinasi satu dengan yang
lain melalui RTU (Remove Terminal Unit).

6.2 Saran
Peningkatan kualitas ESP sebaiknya dilakukan dengan perawatan dan
pembersihan total pada bagian bagian ESP termasuk perangkat yang berada di
dalam casing ESP secara rutin. Dengan alat yang masih bersih, memungkinkan
ESP dapat menagkap debu dengan jumlah yang besar. Penggantian plat-plat
yang sudah keropos dan berkarat dengan plat yang lebih tahan korosi untuk
menjaga agar debu tidak keluar melalui lubang-lubang akibat karat.

Anda mungkin juga menyukai