Anda di halaman 1dari 19

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

(K3) PADA PENGELASAN

Dosen Pengampu :
Budi Nur Iman, S.Si, M.Kom

Penyusun :
Rian Adi Putra Pradono
NRP 1103121015

D3 ELEKTRONIKA
2015

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA


KAMPUS ITS KEPUTIH SUKOLILO SURABAYA 60111,INDONESIA
TELP. (031) 5947280, 5946114 FAX : (031) 5946114

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat ini teknik las telah dipergunakan secara luas dalam
penyambungan batang-batang logam terutama baja, pada kontruksi bangunan,
konstruksi jembatan, kontruksi mesin, dan lain-lain. Material dari bahan logam
memiliki kekuatan dan ketahanan yang lebih baik dari material lain seperti kayu
atau plastik. Mesin las dipilih untuk menyambungkan logam daripada mur baut,
atau lem besi. Luasnya penggunaan teknologi ini disebabkan karena bangunan
dan mesin yang dibuat dengan mempergunakan teknik penyambungan ini
menjadi lebih kuat dan proses pembuatannya juga lebih sederhana, sehingga
biaya keseluruhannya menjadi lebih murah.
Penggunaan las dalam pengerjaan konstruksi semakin luas, dari mulai
pengelasan pagar rumah, bodi mobil, pipa gas dan minyak, terlebih dalam
dunia perkapalan dan perkereta apian proses pengelasan sangat diperlukan pada
kontruksi suatu kapal dan kereta api karena sebagian besar bagian moda
transportasi tersebut terbuat dari besi dan baja. Pada proses pengelasan kita
harus mematuhi prosedur yang ditetapkan. Pada galangan kapal atau depo
kereta api kerap terlihat proses pengelasan pada pembuatan ataupun perbaikan
kapal atau kereta api. Tetapi akibat penggunaan pengelasan yang kurang baik,
struktur las dan hasil las banyak masalah-masalah yang dihadapi. Selain
masalah pada hasil las, masalah keselamatan dan kesehatan pada pekerja
pengelasan juga semakin mengancam.
Akhir-akhir ini kontruksi las banyak sekali digunakan, sehingga
pelaksanaan pekerjaan las juga menjadi makin besar namun sangat disayangkan
kecelakaan-kecelakaan yang berhubungan dengan pengelasan juga menjadi
semakin banyak. Kecelakaan-kecelakaan tersebut pada umumnya disebabkan
karena kurangnya kehati-hatian, cara memakai alat yang salah, dan pemakaian
pelindung yang kurang baik. Untuk menghindari kecelakaan-kecelakaan
tersebut, sebagai operator dalam mengoperasikan alat pengelasan dan

alat

keselamatan kerja dipergunakan dengan baik dan benar, memiliki penguasaan


cara cara pencegahan bahaya akibat proses las, perlunya aturan tegas
mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dari pihak pengusaha maupun
pemerintah. Untuk itu, diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai K3 bagi

masyarakat luas pada umumnya dan pekerja las pada khususnya.


1.2 Tujuan dan Manfaat
Tujuan utama dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Agar pembaca mengetahui kecelakaan kerja dalam bidang pengelasan.
2. Untuk memahami cara pencegahan-pencegahan kecelakaan tersebut.
3. Pembaca dapat mengerti bahaya-bahaya yang terkandung dalam unsur
pengelasan.
Manfaat yang dapat diharapkan sebagai hasil dari makalah ini antara lain:
1. Bagi Pekerja Pengelasan
Lebih memperhatikan K3 di bidang pengelasan.
Menerapkan K3 tentang pengelasan di saat melakukan
pengelasan.
2. Bagi IPTEK
Diharapkan menambah pengetahuan dan wawasan khususnya

dunia K3.
Dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya di bidang

K3.
Memajukan teknologi di bidang K3.

1.3 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah pada penysunan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Pengelasan dilakukan dengan alat yang standar bukan alat
experimental.
2. Pengelasan dilakukan di darat bukan di bawah laut atau di stasiun
ruang angkasa.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja
2.1.1.1 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Alat Pelindung Diri (APD) merupakan alat yang sangat penting untuk

menunjang Kesehatan dan Keselamatan Kerja bagi pekerja terutama untuk


yang bekerja di bagian lapangan atau pabrik.
Dampak dari mengabaikan pemakaian APD biasanya akan terasa dalam
waktu atau jangka panjang, dimana akumulasi dampak tersebut saat
karyawan sudah memulai masa non produktif atau saat umur karyawan
sudah menjelang pensiun. Untuk itu sangatlah penting untuk memakai APD
sejak dini.
Tujuan dari penggunaan APD adalah untuk melindungi tenaga kerja dan
juga merupakan salah satu upaya mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja oleh bahaya potensial pada suatu perusahaan yang
tidak dapat dihilangkan atau dikendalikan.
Untuk menghidari dampak buruk cahaya, gas, dan percikan saat
melakukan pengelasan adalah memakai kaca mata goggle, tameng muka,
dan perlenkapan penunjang lain.
2.1.1.2 Kaca Mata Las (Goggle)
Pelindung mata digunakan untuk menghindari pengaruh radiasi energi
seperti sinar ultra violet, inframerah dan lain-lain yang dapat merusak mata.
Pemaparan sinar ultra violet dengan intensitas tinggi dalam waktu singkat
atau pemaparan sinar ultra violet intensitas rendah dalam waktu cukup lama
akan merusak kornea mata.
Para pekerja yang kemungkinan dapat terkena bahaya dari sinar yang
menyilaukan, seperti sinar dari las potong dengan menggunakan gas dan
percikan dari las sinar yang memijar harus menggunakan pelindung mata
khusus. Pekerjaan pengelasan juga menghasilkan radiasi inframerah
tergantung pada temperatur lelah mental.
Jenis pelindung mata yang digunakan sebagai alat pelindung diri oleh
pekerja las karbit adalah kacamata las (goggle). Kacamata las (goggle)
sangat penting digunakan pada saat mengelas, untuk melindungi mata dari
radiasi sinar ultra violet, sinar tampak dan sinar inframerah. Goggle tersebut
harus mampu menurunkan kekuatan pancaran sinar tampak dan harus dapat
melindungi mata dari pancaran sinar ultra violet dan inframerah.
Untuk mendapatkan kacamata las dengan kaca gelap yang memiliki sifat
tidak tembus sinar-sinar berbahaya sulit didapatkan. Namun, biasanya
kacamata las hanya dapat menahan sekian persen dari sinar-sinar yang
berbahaya, sehingga dapat dicegah bahayanya bagi mata.
Lebih banyak sinar dari suatu panjang gelombang yang dipancarkan oleh

suatu sumber bahaya, maka lebih besar pula daya absorbsi untuk sinar itu
yang harus dipunyai kacamata las. Untuk keperluan ini maka kacamata las
harus mempunyai warna tranmisi tertentu, misalnya abu-abu, coklat atau
hijau.
Lensa kacamata tidak boleh terlalu gelap, karena tidak dapat melihat
benda kerja dengan jelas, tetapi juga tidak boleh terlalu terang, sebab akan
menyilaukan.
Bahan dari kacamata las (goggle) dapat terbuat dari plastik yang
transparan dengan lensa yang dilapisi kobalt untuk melindungi bahaya
radiasi gelombang elektromagnetik non ionisasi dan kesilauan atau lensa
yang terbuat dari kaca yang dilapisi timah hitam untuk melindungi dari
radiasi gelombang elektromagnetik dan mengion.
Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam memilih goggle adalah:
1) Harus mempunyai daya penerus yang tepat terhadap cahaya tampak.
2) Harus mampu menahan cahaya dan sinar yang berbahaya.
3) Harus mempunyai sifat-sifat yang tidak melelahkan mata.
4) Harus tahan lama dan mempunyai sifat yang tidak mudah berubah.
5) Harus memberikan rasa nyaman kepada pemakai.

Gambar 1. Kaca Mata Las (Goggle)


Dalam tahun-tahun terakhir ini pembuatan kacamata las telah
mengalami kemajuan, karena menggunakan bahan buatan. Gagang
kacamata las terbuat dari bahan yang tidak begitu keras, sehingga pada saat
kacamata dipakai sepanjang hari dan berkeringat, tidak membuat sakit pada
kulit muka. Karena lubang hawa yang kecil pada gagangnya dan karena
kaca mukanya bukan penghantar panas yang baik, maka kacamata itu tidak

akan menjadi buram karena penglihatan.


Bagian bundar dari kacamata dihubungkan dengan sebuah kawat baja,
yang berfungsi untuk mengikat kaca. Karena sifat lengkung dari kawat baja
tersebut, maka kacamata nyaman dipakai. Selain itu, pada bagian dalam
kaca yang sudah kuat tersebut masih bisa dilapisi dengan sebuah pelat
bening dari mika atau celon. Mika dan celon ini mencegah kaca menjadi
buram.
2.1.1.3 Pelindung Muka
Pelindung muka dipakai untuk melindungi seluruh muka terhadap
kebakaran kulit sebagai akibat dari cahaya busur, percikan dan lain-lain,
yang tidak dapat dilindungi dengan hanya memakai pelindung mata saja.

Gambar 2. Kedok Las


Bentuk dari pelindung muka bermacam-macam, dapat berbentuk helm
las (helmet welding) dan kedok las ( handshield welding ). Kedok las yang
dipegang dengan tangan, digunakan pada waktu mengelas di bawah tangan,
vertikal maupun horizontal. Helm las dipakai pada kepala sehingga kedua
tangan bisa bebas. Alat ini digunakan terutama pada waktu mengelas posisi
di atas kepala. Kedok las dan helm las dilengkapi dengan kaca penyaring
(filter) yang harus dipakai selama proses pengelasan.
Tujuan dari filter ini adalah untuk menghilangkan dan menyaring sinar
infra merah dan ultra violet. Filter dilapisi oleh kaca bening atau kaca
plastik yang ditempatkan di sebelah luar dan dalam, fungsinya untuk
melindungi filter dari percikanpercikan las.
2.1.1.4 Sarung Tangan
Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan
memegang pemegang elektroda. Pada waktu mengelas harus selalu dipakai
sepasang sarung tangan.

Gambar 3. Sarung Tangan Las


2.1.1.5 Baju Las
Baju las/Apron dibuat dari kulit atau dari asbes. Baju las yang lengkap
dapat melindungi badan dan sebagian kaki. Bila mengelas pada posisi diatas
kepala, harus memakai baju las yang lengkap. Pada pengelasan posisi
lainnya dapat dipakai apron.
2.1.1.6 Sepatu Las
Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api.
Sepatu tersebut terbuat dari bahan kulit yang tertutup sampai betis dan
memiliki sol karet yang tebal untuk mencegah grounding listrik melalui
tubuh. Bila tidak ada sepatu las, sepatu safety biasa yang tertutup
seluruhnya dapat juga dipakai.
2.1.2

Kecelakaan karena Cahaya dan Sinar


Dalam proses pengelasan tidak luput adanya cahaya dan sinar sewaktu

kita mengelas. Namun cahaya dan sinar ini dapat membahayakan juru las
dan pekerja lain sewaktu di sekitar pengelasan. Cahaya dan sinar las ini
meliputi:
Sinar Ultraviolet
Cahaya Tampak
Sinar Inframerah
Cahaya dan sinar ini cukup berbahaya jika mata menerima dengan berlebih.
2.1.3

Kecelakaan karena Listrik


Kecelakaan ini sangat rentan terjadi pada pekerja las yang melakukan

pekerjaan mengelas tidak pada tempat yang benar. Banyak juru las
menganggap kejutan listrik yang kecil merupakan hal sepele. Namun
kejutan listrik yang kecil tersebut bisa saja membuat para pekerja las
mengalami gangguan pada peredaran darah, bahkan mengalami kematian.

2.1.3.1 Pencegahan Bahaya Listrik


Listrik cukup berbahaya pada juru las, tetapi bahaya listrik ini dapat
dicegah dengan beberapa cara yaitu:
Penggunaan Wearpack atau perlengkapan yang sesuai untuk

2.1.4

pengelasan.
Penggunaan pemegang elektroda berisolator.
Penggunaan alat penurunan tegangan otomatik.
Penggunaan kabel pengelasan yang sesuai.

Bahaya Gas dalam Asap Las


Gas karbon monoksida ( CO )
Gas ini mempunyai afinitas yang tinggi terhadap haemoglobin ( Hb )
yang akan menurunkan daya penyerapannya terhadap oksigen .
Karbon dioksida (CO2)
Gas ini sendiri sebenarnya tidak berbahaya terhadap tubuh tetapi bila
konsentrasi CO2 terlalu tinggi dapat membahayakan operator
terutama bila ruangan tempat pengelasan tertutup.
Gas Nitrogen monoksida (NO)
Gas NO yang masuk ke dalam pernafasan tidak merangsang, tetapi
akan bereaksi dengan haemoglobin (Hb) seperti halnya gas CO.
Tetapi ikatan antara NO dan Hb jauh lebih kuat daripada CO dan Hb
maka gas NO tidak mudah lepas dari haemoglobin, bahkan mengikat
oksigen yang dibawa oleh haemoglobin. Hal ini menyebabkab
kekurangan oksigen yang dapat membahayakan sistem syaraf.
Gas nitrogen dioksida ( NO2)
Gas ini akan memberikan rangsangan yang kuat terhadap mata dan
lapisan pernafasan, bereaksi dengan haemoglobine ( Hb ) yang dapat
menyebabkan sakit mata dan batukbatuk pada operator . Keracunan
gas ini apabila dipakai untuk jangka waktu yang lama akan berakibat
operator menderita penyakit TBC atau paruparu.

2.1.4.1 Pencegahan Bahaya Gas dalam Asap Las


Ventilasi.
Ventilasi ini akan jalur keluarnya asap las yang mengandung gas
diatas tersebut, sehingga udara yang didalam ruangan dapat berganti.
Pelindung Pernapasan.
Selain ventilasi, pelindung pernapasan atau masker ini juga berperan
penting dari bahaya gas-gas berbahaya yang berada dalam las. Alat
pernapasan harus tetap memenuhi persyaratan yang ditentukan

dalam penggunaannya yaitu:


Mempunyai daya tampung yang tinggi.
Sesuai dengan bentuk muka.
Tidak mengganggu pernapasan.
Tidak mengganggu pekerjaan.
Kuat, ringan dan mudah dirawat.
2.1.5

Bahaya Percikan dan Terak Las


Percikan terjadi sewaktu berlangsungnya pengelasan, dan percikan ini

juga berbahaya jika terkena pada mata dan pada kulit. Biasanya kulit akan
mengalami luka bakar jika terkena percikan api las ini. Terak las juga
berbahaya jika terkena ke kulit dan mata. Ini terjadi sewaktu juru las
membersihkan hasil las maupun mengkikis terak las tersebut. Untuk
mencegah bahaya percikan dan terak las ini perlu yang dinamakan dengan
pelindung yaitu:
Pelindung Mata
Pelindung ini berfungsi menghindari percikan maupun pecahan
terak las masuk ke mata. Jika juru las sudah menggunakan
pelindung ini, percikan-percikan akan memantul ke pelindung mata
yang berbentuk kacamata maupun gogel yang berkaca bening.
Pelindung Kulit
Percikan las bila mengenai kulit akan menyebabkan luka bakar.
Karena itu juru las harus dilindungi terhadap hal ini terutama
apabila harus melakukan pengelasan tegak dan atas kepala. Untuk
itu juru las harus menggunakan sarung tangan yang terbuat dari kulit
dimana bagian dalam sarung tangan ini dilapisi sarung tangan yang
terbuat dari katun, agar menghindari bahaya listrik.
2.1.6 Bahaya Lainya
Bahaya Ledakan.
Bahaya ledakan yang sering terjadi pada proses pengelasan produk
yang berbentuk tangki atau bejana bekas tempat penyimpanan bahan
bahan yang mudah menyala atau terbakar . Pada proses pengelasan /
pemotongan ini diperlukan beberapa hal persiapan pendahuluan untuk
menghindari bahaya ledakan , seperti :
Pembersihan bejana atau tangki.
Sebelum proses pengelasan berlangsung maka bejana atau tangki
perlu dibersihakan dengan : Air untuk bahan yang mudah larut, uap
untuk bahan yang ,mudah menguap dan soda kostik untuk

membersihkan minyak , gemuk atau pelumas.


Pengisian bejana atau tangki.
Setelah proses pembersihan selesai isilah tangki atau bejana dengan
air sedikit di bawah bagian yang akan dilas/dipotong.
Kondisi tangki sewaktu proses pengelasan.
Selama proses pengelasan berlangsung kondisi tangki atau bejana
harus dalam keadaan terbuka agar gas yang menguap karena pada
proses pemanasan gas dapat keluar.
Penggunaan gas lain.
Apabila dalam proses pengisian tangki atau bejana dengan air
mengalami kesulitan maka sebagai gantinya dapat digunakan gas
CO2 atau gas N2 dengan konsentrasi minimum 50 % dalam udara.
Bahaya Jatuh.
Untuk pengerjaan konstruksi bejana, tangki pertamina atau konstruksi
bangunan lainnya yang membutuhkan tempat yang tinggi, bahaya yang
mungkin dapat terjadi adalah bahaya jatuh atau kejatuhan yang
berakibat fatal . Beberapa langkah yang perlu diambil oleh operator
untuk menghindari bahaya ini :
Menggunakan tali pengaman.
Menggunakan topi atau helm proyek pengaman untuk
mencegah terjadinya kejatuhan benda benda atau kena panas
matahari.
Bahaya Kebakaran.
Proses pengelasan selalu berhubungan dengan api sehingga bahaya
kebakaran sangat mungkin terjadi mengingat proses ini sangat
berhubungan erat dengan api dan gas yang mudah terbakar, untuk itu
operator perlu sekali mengambil langkah langkah pengamanan seperti
:
Ruangan atau areal pengelasan harus bebas dari kain, kertas,
kayu, bensin, solar, minyak atau bahan bahan lain yang mudah
terbakar atau meledakharus ditempatkan di tempat khusu yang
tidak akan terkena percikan las.
Jauhkan tabung tabung dan generator dari percikan api las, api
gerinda atau panas matahari.
Perbaikan pada sambungan sambungan pipa atau selang
selang terutama saluran Asetilen.
Penyediaan alat pemadam kebakaran di tempat yang mudah
dijangkau seperti bak air, pasir, hidrant.

Kabel yang ada didekat tempat pengelasan diisolasi dari karet


ban.
2.2 Data Pendukung
2.2.1 Resiko yang Muncul Saat Melakukan Pengelasan
Tabel 1. Resiko Pengelasan

2.2.2

Alat Pelindung Diri (APD) pada Pengelasan

Gambar 4. Perlengkapan Pekerja Pengelasan


2.2.3

Kode Nomor Warna Kaca Mata Las (goggle)


Pelindung mata tersebut harus mampu menurunkan kekuatan

cahaya tampak dan harus dapat menyerap atau melindungi mata dari
pancaran sinar ultraviolet dan inframerah. Untuk keperluan ini maka
pelindung mata harus mempunyai warna transmisi tertentu, misalnya
abu-abu, coklat atau hijau (Harsono, 1996). Pelindung mata atau
goggle yang mempunyai nomor warna dan penggunaan seperti di
tunjukkan pada tabel di bawah ini :
Tabel 2. Nomor warna penggunaan goggle
No.warna

Las busur listrik

Las gas

2,5

Untuk cahaya rendah

Untuk cahaya rendah

Untuk cahaya rendah

Untuk busur di bawah 30 A Untuk cahaya sedang

Untuk busur di bawah 30 A Untuk cahaya sedang

Untuk busur di antara 30

Untuk cahaya kuat

s.d. 70 A
8

Untuk busur di antara 30

Untuk cahaya kuat

s.d. 70 A
2.2.4

Kamar Las
Kamar Ias dibuat dari bahan tahan.api. Kamar las penting
agar orang yang ada disekitarnya tidak terganggu oleh cahaya
las.
Untuk mengeluarkan gas, sebaiknya kamar las dilengkapi
dangan sistim ventilasi: Didalam kamar las ditempatkan meja
Ias. Meja las harus bersih dari bahan-bahan yang mudah terbakar
agar terhindar dari kemungkinan terjadinya kebakaran oleh
percikan terak las dan bunga api.

Gambar 5. Kamar Las

Gambar 6. Las Listrik


Tabung gas acetylene dan oxigen harus ditempatkan di ruang
terbuka dan jauh dari api dan diberi rambu K3 bahwa bahan
tersebut mudah meledak.

Gambar 7. Las Listrik

Gambar 8. Pengelasan dalam Tangki


Apabila pengelasan dilakukan dalam tangki, harus ditemani dan
dipantau oleh rekan kerja yang berada di luar tangki. Di dalam
tangki harus tesedia ventilasi dan penerangan yang baik.
2.2.5 Peraturan dan Sertifikasi
2.2.5.1 Peraturan Pemerintah
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor
02/Men/1982 tentang Kualifikasi Juru Las di Tempat
Kerja, terdiri dari enam bab, dan 36 pasal. Menurut peraturan
ini, juru las digolongkan menjadi juru las kelas I, kelas II, dan
kelas III. Juru las dianggap terampil apabila telah menempuh
ujian las dengan hasil memuaskan,dan mempunyai sertifikat juru
las. Pengujian juru las terdiri dari ujian teori dan ujian praktek.
Ujian praktek harus dapat menunjukkan keterampilan mengelas
seperti yang ditentukan peraturan ini.
2.2.5.2 Sertifikasi
Juru Las atau Welder adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian
dan ketrampilan khusus pengelasan (welder) untuk ditempatkan
pada jabatan tenaga teknik khusus sesuai dengan bidang
keahliannya atau bidang ketrampilannya sebagai juru las.
Kualifikasi Juru Las:
Pada pekerjaan pengelasan ada beraneka ragam, tiap jenis
pekerjaan las dilakukan oleh juru las sesuai dengan jenis
pekerjaan las yang tercantum pada masing-masing sertifikat juru
las. Juru las (welder) digolongkan atas :
1. Welder Kelas I (satu)
Welder Kelas I (satu) boleh melakukan pekerjaan yang
dilakukan oleh welder kelas II (dua) dan kelas III (tiga).

2. Welder Kelas II (dua)


Welder Kelas II (dua) boleh melakukan pekerjaan yang
dilakukan oleh welder kelas III (tiga) tetapi dilarang
mengelas jenis pekerjaan yang boleh dilakukan oleh
welder kelas I (satu).
3. Welder Kelas III (tiga)
Welder Kelas III (tiga) dilarang melakukan pekerjaan
yang boleh dilakukan oleh welder kelas II (dua) dan kelas
I (satu).
Uraian Pekerjaan:
1. Welder Kelas I (satu) melakukan pekerjaan pengelasan
pada sambungan-sambungan pada bagian-bagian yang
mengalami tekanan (over druk-over druk) misalnya
badan silindris, front, dinding pipa-pipa sebagai penguat,
penguat-penguat dinding, plendes sambungan-sambungan
pipa dan pipa-pipa bertekanan.
2. Welder Kelas II (dua) melakukan pekerjaan pengelasan
pada tangan, penyangga, isolasi, bagian dari dapur
pengapian ketel uap.
3. Welder Kelas III (tiga) melakukan pekerjaan-pekerjaan
las yang tidak menderita tekanan salat-salat bagian luar.
2.3 Analisa Data
Kesehatan dan Keselamatn Kerja (K3) merupakan instrumen yang
memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat
sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut
merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. Pekerja dan
orang lain yang berada di lingkup perusahaan juga wajib menjalankan
aturan-aturan K3 yang sudah ditetepkan oleh perusahaan dan pemerintah
melalui Peraturan Perundang-undangan dan Peraturan Menteri mengenai
K3 maupun Sistem Manajemen K3.
Proses pengelasan sering dijupai dalam dunia industri terutama bidang
konstruksi logam. Terdapat dua sumber proses pengelasan yaitu las listik
dan gas. Pengelasan di industri dilakukan oleh juru las sesuai dengan
keahlian dan sertifikasinya. Selain membantu pekerjaan, pengelasan juga
menyimpan resiko kecelakaan yang cukup besar. Resiko tersebut antara lain
terjadinya keracunan gas, kerusakan mata akibat sinar las, tersengat listrik

bertegangan tinggi, kebakaran, bahkan ledakan.


Kecelakaan yang terjadi akibat pengelasan disebabkan oleh faktor
human error maupun alat las yang sudah tidak layak pakai. Pekerja yang
lelah, jenuh, dan kurang konsentrasi dapat membahayakan dirinya sendiri
maupun orang lain. Kurang hati-hati dalam menyiapkan dan menjalankan
alat las dapat menimbulkan kecelakaan kerja yang fatal bahkan dapat
menimbulkan korban jiwa. Karena alat las identik dengan api, hal yang
paling dikhawatirkan adalah kebakaran besar yang dapat menghanguskan
seluruh pabrik bahkan kawasan industri.
Untuk mengurangi resiko kecelakaan dalam pengelasan, para pekerja
terutama juru las wajib menjalankan aturan-aturan K3 tentang pengelasan
tanpa kompromi. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai
standart dapat mencegah pekerja mengalami luka dan cidera maupun
gangguan kesehatan jangka panjang. Perlengkapan untuk mengelas harus
tersedia ketika akan melakukan pengelasan seperti kaca mata las (goggle)
untuk menghindari kerusakan mata, tameng muka atau kedok las untuk
melindungi muka dari percikan las, sarung tangan agar tangan tidak
melepuh atau tengat listrik, apron atau celemek yang tidak mudah terbakar,
sepatu standar industri, dan perlengkapan lain yang diperlukan.
Di zaman yang semakin modern seperti saat ini, pengelasan secara
manual sudah mulai ditinggalkan dan digantikan dengan pengelasan oleh
lengan robot otomatis untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja dan
meningkatkan efisiensi produksi. Pengembangan teknologi saat ini juga
mengarah pada bagaiamana membuat alat yang aman bagi pengguna dan
juga ramah bagi lingkungan,
Namun lengan robot otomatis juga tidak begitu saja menghilangkan
resiko kecelakaan kerja, robot harus dipantau oleh seorang operator agar
tetap berada pada kondisi optimal dan dapat bekerja dengan baik. Peran
manusia juga sangat dibutuhkan untuk menangani pekerjaan pengelasan
tertentu yang tidak dapat dilakukan oleh robot.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah melakukan tinjauan pustaka dan melakukan analisa mengenai
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) tentang pengelasan, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
Pengelasan sangat bermanfaat terutama pada industri konstruksi dan
mekanik, namun juga menyimpan potensi kecelakaan kerja yang
cukup besar.
Aturan K3 tentang pengelasan wajib dilaksanakan oleh juru las pada
khususnya dan pekerja pada umumnya untuk menghindari
kecelakaan kerja.
Pada proses pengelasan juru las harus mengerti bahaya-bahaya apa
saja yang terdapat di dalamnya dan bagaimana cara untuk mencegah
ataupun mengatasinya.
3.2 Saran dan Rekomendasi
Pemberian penyuluhan kepada juru las tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dalam bidang pengelasan
Juru las dapat menjalani pekerjaan dengan baik, dan menghindari
kecelakaan-kecelakaan

kerja

dengan

cara

memahami

pencegahannya.
Penerapan lengan robot otomatis diperlukan untuk melakukan
pengelasan yang mudah dan kontinyu agar juru las tidak jenuh dan
mengurangi resiko kecelakaan kerja.

Daftar Pustaka
Harsono, Toshie, 1996, Teknologi Pengelasan Logam, Pradnya Paramita, Jakarta.
Sumakmur, P.,K., 1995, Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, Gunung
Agung, Jakarta.
http://dokter-las.blogspot.com/2013/04/k3-pengelasan-logam.html
http://www.bengkelbangun.com/2013/01/pakaian-pelindung-atau-pengamantukang.html
http://bambangpriambodo.blogspot.com/2012/01/mengelas-1.html
http://safelindo.blogspot.com/2008/12/peraturan-perundang-undangan-dibidang.html
https://aplikasiergonomi.wordpress.com/2014/06/20/berbagai-resiko-kecelakaan-padaproses-pengelasan/

Anda mungkin juga menyukai