bahan baku menjadi produk yang diinginkan. Salah satu proses industri kimia
adalah unit operasi yang mengaplikasikan perpindahan momentum, panas, dan
massa. Cakupan unit operasi antara lain adalah pemisahan secara fisik, pemisahan
senyawa kimia (sintetis), dan pencampuran. Salah satu dari pemisahan itu adalah
proses absorbsi. Proses absorbsi gas dapat didefinisikan sebagai satuan operasi
penghilangan satu atau lebih komponen-komponen gas melalui kontak dengan
suatu cairan. Hal ini sering digunakan di industri kimia untuk menyerap sejumlah
gas dari campuran gas-gas atau sering pula digunakan untuk menghilangkan
komponen-komponen berbahaya seperti hidrogen sulfida atau belerang dioksida
dari gas-gas yang berasal dari cerobong keluaran (flue gases).
Definisi lain mengenai proses absorbsi adalah operasi penyerapan
komponen-komponen yang terdapat di dalam gas dengan menggunakan cairan
sehingga tingkat absorbsi gas akan sebanding dengan daya kelarutan gas tersebut
dalam cairan. Proses ini melibatkan difusi molekuler dan turbulen atau
perpindahan massa solute A melalui gas B diam menembus cairan C diam.
Peristiwa ini mengikuti prinsip kecenderungan kelarutan solute A di dalam cairan
(pelarut). Tujuan dari proses absorbsi adalah : (1) mendapatkan senyawa yang
bernilai tinggi dari campuran gas atau uap; (2) mengeluarkan senyawa yang tidak
diinginkan dari produk; (3) pembentukan persenyawaan kimia dari absorben
dengan salah satu senyawa dalam campuran gas.
Bila gas dikontakkan dengan zat cair maka sejumlah molekul gas akan
meresap dalam zat cair dan juga terjadi sebaliknya, sejumlah molekul gas
pelepasan gas. Keadaan ini disebut keadaan setimbang. Tekanan yang diukur pada
Absorbsi dapat berlangsung dalam dua macam proses, yaitu absorbsi fisik
Absorbsi gas H2S dengan air, metanol, atau propilen karbonat merupakan salah
satu contoh dari absorbsi fisik yang sering dijumpai di industri. Penyerapan gas
oleh pelarut terjadi karena adanya interaksi fisik. Absorbsi kimia merupakan
absorbsi yang terjadi apabila gas terlarut dalam larutan penyerap disertai dengan
reaksi kimia. Absorbsi gas CO2 oleh larutan penyerap alkanolamin, NaOH, dan
K2CO3 merupakan salah satu contoh absorbsi kimia.
Zat cair yang masuk dapat berupa pelarut murni atau larutan encer zat
terlarut di dalam pelarut didistribusikan di atas isian dengan distributor sehingga
pada operasi yang ideal akan membasahi permukaan isian secara seragam.
Beberapa hal yang mempengaruhi absorbsi gas ke dalam cairan :
1) temperatur operasi;
2) tekanan operasi;
3) konsentrasi komponen di dalam cairan;
4) konsentrasi komponen di dalam aliran gas;
5) luas bidang kontak; dan
6) lama waktu kontak.
Oleh sebab itu, dalam operasi absorbsi harus dipilih kondisi yang tepat sehingga
dapat diperoleh hasil optimum.
Bermacam-macam teknologi telah banyak dikembangkan untuk pemisahan
CO2 dari aliran gas asam; absorbsi reaktif (absorbsi disertai reaksi kimia)
merupakan metode yang paling banyak digunakan dan paling efektif
(Yunita,dkk.,2008). Proses absorbsi tersebut terjadi secara fisik karena adanya
driving force antara konsentrasi CO2 dalam fasa gas dan CO2 dalam amine dan
secara kimia karena adanya reaksi asam-basa, dimana CO2 dalam air bersifat asam
Simulasi dan Studi Optimasi Unit CO2 Removal Stasiun Pengumpul Gas (SPG) Merbau
PT PERTAMINA EP Region Sumatera Field Prabumulih
lemah dan MDEA bersifat basa lemah. Proses absorbsi reaktif CO2 umumnya
berlangsung pada tekanan tinggi dan temperatur sedang, menyebabkan terlarutnya
beberapa komponen lain disamping CO2. Pada proses tersebut terjadi reaksi kimia
antara fasa gas dan fasa cair. Disamping pada perbedaan konsentrasi dan luas
rendah), tekanan (peningkatan kelarutan pada tekanan yang lebih tinggi), dan
viskositas (pada absorbsi kimia, kelarutan hanya dipengaruhi sedikit oleh suhu
adalah proses absorbsi gas CO2 dalam gas alam oleh pelarut aMDEA dan proses
regenerasi aMDEA.
2.2.1
Proses Absorbsi Gas CO2 dalam Gas Alam oleh Pelarut aMDEA
Berdasarkan penjelasan PT TRACON Industri (2011), proses penghilangan
gas CO2 ini bermula dari masuknya raw/acid gas ke dalam unit CO2 Absorber.
Kolom CO2 Absorber merupakan packing column dengan ketinggian lapisan
packing 7 meter dan diameter 2.530 mm dengan jenis random packing. Random
packing ini diperlukan untuk membatu penyerapan CO2 dan mengurangi jumlah
cairan hidrokarbon yang terikut ke larutan amine solvent (activated-MDEA) yaitu
membantu penguapan cairan hidrokarbon kembali terikut aliran feed gas keluar
absorber. Pada unit CO2 Absorber ini digunakan pelarut aMDEA (Activated
Methyl Di-Ethanol Amine) yang dapat melarutkan gas CO2 dalam raw gas.
Simulasi dan Studi Optimasi Unit CO2 Removal Stasiun Pengumpul Gas (SPG) Merbau
PT PERTAMINA EP Region Sumatera Field Prabumulih
Raw gas dengan tekanan 650 psig, temperatur 83,21 oF, dan laju alir 85,04
MMSCFD masuk dari bawah absorber sementara lean amine (amine yang belum
mengikat gas CO2) masuk dari atas kolom dengan tekanan 648,55 psig,
temperatur 122 oF, dan laju alir 322 m3/jam . Di dalam packing absorber terjadi
proses kontak antara raw gas dan lean amine secara counter current. Adanya
kontak antara lean amine dan raw gas akan menyebabkan gas CO2 dalam raw gas
menjadi larut ke dalam lean amine, sehingga menyebabkan konsentrasi CO2
dalam gas akan menurun dari 21 %mol menjadi kurang dari sama dengan 5 %mol.
Raw gas yang telah mengalami proses absorbsi disebut juga sweet gas dan keluar
melalui bagian atas kolom absorber menuju ke Air Fan Cooler. Pendinginan ini
bertujuan untuk menurunkan temperatur gas yang kemungkinan membawa lean
amine yang ikut terlarut dalam sweet gas. Dengan adanya pendinginan tersebut,
lean amine akan menjadi terkondensasi.
Setelah melewati Air Fan Cooler, selanjutnya gas akan melewati Sweet KO
Drum untuk dipisahkan antara sweet gas dan lean amine yang telah terkondensasi
dan keluar di bagian dasar Sweet KO Drum.
Simulasi dan Studi Optimasi Unit CO2 Removal Stasiun Pengumpul Gas (SPG) Merbau
PT PERTAMINA EP Region Sumatera Field Prabumulih
2.2.2
akan keluar dari dasar kolom absorber dan masuk ke dalam HP Flash Drum.
Selain itu, amine yang yang terkondensasi di Sweet KO Drum juga dialirkan ke
dalam HP Flash tersebut. Tekanan operasi pada HP Flash Drum yaitu 58 psig dan
temperatur 167oF. Alat ini berfungsi untuk melepaskan sebagian CO2 dan seluruh
hidrokarbon yang terserap oleh amine untuk selanjutnya dikirim ke CO2 Vent
Stack dengan ketinggian 20 meter. Rancangan alat HP Flash Drum ini sama
F, sementara lean amine masuk dengan temperatur 250 oF dan keluar dengan
temperatur 189oF. Pemanfaatan panas untuk rich amine sebelum masuk ke dalam
Amine Regenerator akan mengurangi beban kerja dari reboiler.
Selanjutnya rich amine yang keluar dari Heat Exchanger akan masuk ke
dalam Amine Regenerator lewat bagian atas kolom. Kolom Regenerator terdiri
atas lapisan packing jenis Pall Ring Metal (PRM-50) dengan tinggi 7 meter dan
diameter 2.790 milimeter. Rich amine yang masuk ke dalam kolom akan terbagi
menjadi dua fasa. Fasa gas dalam rich amine akan naik ke atas kolom, sedangkan
fasa liquid-nya akan turun ke bawah dan berkontak dengan gas panas yang berasal
dari reboiler di dalam packing. Dengan demikian, rich amine yang turun tersebut
akan terus terpanaskan oleh uap panas, sehingga gas CO2 dapat lepas dan keluar
menuju Amine Regenerator Cooler. Sementara itu, liquid yang sudah melewati
Simulasi dan Studi Optimasi Unit CO2 Removal Stasiun Pengumpul Gas (SPG) Merbau
PT PERTAMINA EP Region Sumatera Field Prabumulih
10
packing akan masuk ke dalam reboiler untuk dipanaskan kembali. Kondisi operasi
bottom regenerator coloumn adalah 250 oF dan tekanan 15,04 psig, sedangkan
temperatur hot oil yang masuk ke reboiler adalah 350 oF dan yang keluar adalah
300 oF. Amine yang keluar dari bottom kolom disebut lean amine karena sudah
Gas yang keluar dari Amine Regenerator akan didinginkan dengan Amine
Regenerator Cooler sampai 122 oF, sehingga lean amine yang ikut ke dalam
aliran gas akan tekondensasi. Amine Regenerator Cooler ini memiliki konstruksi
yang sama dengan Air Fan Cooler.
Amine yang terkondensasi akan dipisahkan dengan fasa gasnya di dalam alat
Amine Regenerator Overhead Separator yang memiliki konstruksi yang sama
dengan Sweet Gas KO Drum. Amine yang terkondensasi tersebut akan direfluks
dengan menggunakan Amine Reflux Pump menuju ke Amine Regenerator.
Sementara itu gas dengan kandungan 99,99% CO2 yang keluar dari Amine
Regenerator Overhead Separator akan dibuang ke CO2 Vent Stack. Pada aliran
Lean Amine Reflux diinjeksikan demineralized water untuk menjaga konsentrasi
amine. Konsentrasi amine harus dijaga karena konsentrasi amine yang terlalu
Simulasi dan Studi Optimasi Unit CO2 Removal Stasiun Pengumpul Gas (SPG) Merbau
PT PERTAMINA EP Region Sumatera Field Prabumulih
11
Lean amine yang keluar dari bottom kolom Amine Regenerator kemudian
dimanfaatkan panasnya untuk memanaskan rich amine yang keluar dari HP Flash
Drum di dalam Amine Heat Exchanger. Selanjutnya lean amine yang keluar dari
Amine HE dinaikkan tekanannya sampai 82 psig dengan menggunakan Lean
Amine Pump. Temperatur lean amine selanjutnya didinginkan dari 189 oF menjadi
Sekitar 15% laju alir dari lean amine yang telah didinginkan dimasukkan ke
dalam sistem filtrasi untuk dihilangkan partikel dan padatan yang terkandung
dalam larutan yang bisa mengakibatkan foaming. Sistem filtrasi terdiri dari Amine
Mechanical Filter, Amine Carbon Filter, dan Amine Carbon After Filter. Amine
Mechanical Filter berfungsi untuk menghindari adanya plugging pada carbon
filter yang diakibatkan adanya padatan yang terbawa oleh amine dan untuk
menjaga partikel-partikel karbon keluar dari sistem. Amine Carbon Filter
(charcoal bed) berfungsi untuk menghilangkan hidrokarbon, produk-produk
kontaminasi yang dapat menyebabkan permasalahan dalam operasi. Konstruksi
dari alat ini sangat sederhana yang di dalamnya terdapat material utama yaitu
karbon aktif. Amine Carbon After Filter berfungsi untuk menjaga adanya karbon
yang terbawa oleh larutan amine filtrasi dalam carbon filter. Amine Regenerator
mempunyai inventori amine yang cukup banyak sebagai cadangan apabila terjadi
perubahan flow dari sirkulasi larutan amine.
Lean amine yang telah melewati sistem filtrasi selanjutnya disimpan di
dalam Amine Surge Tank dan dikembalikan lagi ke dalam aliran lean amine yang
keluar dari Amine HE. Pada Amine Surge Tank terdapat fasilitas amine make up
untuk menjaga kapasitas amine yang terikut pada sweet gas atau pun terbuang
bersama gas CO2 ke Vent Stack. Sementara itu, 85% aliran yang telah didinginkan
diinjeksikan antifoam untuk mencegah terjadinya foaming di alat CO2 Absorber.
Sebelum masuk ke dalam CO2 Absorber, lean amine dinaikkan tekanannya
menjadi 60 psig dengan menggunakan Lean Amine Pump. Kemudian lean amine
Simulasi dan Studi Optimasi Unit CO2 Removal Stasiun Pengumpul Gas (SPG) Merbau
PT PERTAMINA EP Region Sumatera Field Prabumulih
12
tersebut masuk kembali ke dalam kolom absorber bagian atas untuk menyerap
kembali gas CO2 yang terkandung dalam raw gas.
masalah dibawah ini dapat mengakibatkan CO2 hasil atas keluaran CO2 Absorber
Removal :
1) Foaming
Foaming disebabkan karena adanya pengotor di dalam lean amine. Pengotor yang
yang
terlalu
rendah
pada
lean
amine
mengakibatkan
Simulasi dan Studi Optimasi Unit CO2 Removal Stasiun Pengumpul Gas (SPG) Merbau
PT PERTAMINA EP Region Sumatera Field Prabumulih
13
dalam lean amine harus selalu dijaga pada konsentrasi yang stabil sesuai dengan
dalam sistem.
karena penyerapan CO2 oleh lean amine lebih kecil sehingga komposisi gas CO2
keluaran masih di atas 5%. Sebaliknya, jika laju alir lean amine terlalu tinggi
maka
komposisi
CO2
keluaran
semakin
rendah
karena
kemampuan
Karakteristik pelarut
Pelarut merupakan bahan kimia yang digunakan sebagai media untuk
14
menjadi amine yang bebas dari gas asam dan dapat digunakan kembali. Amine
adalah senyawa nitrogen hidrokarbon (N-HC) yang dapat dikategorikan menjadi
tiga jenis antara lain amine primer, amine sekunder, dan amine tersier yang
tergantung dari jumlah kelompok hidrokarbon yang terikat dengan atom nitrogen.
Kelompok hidrokarbon akan bervariasi tergantung dari jenis amine-nya, seperti
etanol, glikol, isopropanol, metildietanol, dan sebagainya. Jenis amine yang paling
sering digunakan adalah :
Monoethanolamine (MEA) : adalah amine primer yang memiliki 2 atom
hidrogen dan satu kelompok hidrokarbon yang terikat pada atom nitrogen.
Diethanolamine (DEA) : adalah amine sekunder yang memiliki satu atom
hidrogen dan 2 kelompok hidrokarbon yang terikat pada atom nitrogen.
Triethanolamine (TEA) dan Methyldiethanolamine (MDEA) : adalah amine
tersier yang memiliki tiga kelompok hidrokarbon dan tidak mengandung atom
hidrogen yang terikat pada atom nitrogen.
(a)
(b)
Simulasi dan Studi Optimasi Unit CO2 Removal Stasiun Pengumpul Gas (SPG) Merbau
PT PERTAMINA EP Region Sumatera Field Prabumulih
15
Gambar 2.3 (a) Struktur kimia senyawa MDEA. (b) Struktur kimia senyawa
aktivator piperazine
Proses aMDEA yang disarankan oleh BASF (Badishe Anilud Soda Fabric)
bereaksi lambat dengan CO2 dan memiliki kemampuan penyerapan yang lebih
tersebut membutuhkan input energi yang lebih kecil dan dapat mencapai kapasitas
plant
yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh adanya komposisi zat aktivator
piperazine 18 %berat di dalam pelarut aMDEA yang dicampur dengan
promotor mempunyai panas dan laju reaksi yang tinggi serta daya serap CO2 yang
tinggi bila dibandingkan dengan K2CO3 dan amine. Selain itu, MDEA dipilih
sebagai absorben karena mempunyai beberapa keuntungan yaitu : tekanan uap
rendah, tidak mudah terdegradrasi, sedikit korosif, panas reaksi rendah,
selektivitas yang tinggi terhadap H2S, dan lebih atraktif.
Reaksi absorbsi CO2 dengan menggunakan aMDEA adalah sebagai berikut:
a + MDEA + H2O(l) + CO2(g)
MDEAH+ + HCO3
Simulasi dan Studi Optimasi Unit CO2 Removal Stasiun Pengumpul Gas (SPG) Merbau
PT PERTAMINA EP Region Sumatera Field Prabumulih
16
Gambar 2.4 Mekanisme penyerapan gas CO2 oleh MDEA tanpa aktivator dan dengan
aktivator (BASF, The Chemical Company)
2H2O
K11
H3O+ + OH-
(11)
Gambar 2.5 Mekanisme reaksi absorbsi gas CO2 oleh MDEA dan aktivator piperazine
(Bishnoi dan Rochelle, tanpa tahun)
17
amine sekunder (DIPA) dengan acid gas lebih tinggi dibandingkan dengan amine
utilities cost yang dikeluarkan. Jika dibandingkan dengan amine primer dan amine
sekunder (termasuk didalamnya DIPA), amine tersier (MDEA) mempunyai
losses. Pada konsentrasi yang sama, DIPA memiliki viskositas yang lebih tinggi
: cair
2) Warna
3) Bau
: seperti amine
4) Titik didih
: 246-248oC
5) Titik nyala
: 126 oC
6) Titik beku
: -21 oC
7) Tekanan uap
8) Specific Grafity
: 1,041 pada 20 oC
9) pH
10) Kelarutan
Simulasi dan Studi Optimasi Unit CO2 Removal Stasiun Pengumpul Gas (SPG) Merbau
PT PERTAMINA EP Region Sumatera Field Prabumulih
18
terjadi pendarahan.
14) Pertolongan
: C4H10N2
Berat molekul
: 86,2
Kelarutan
Simulasi dan Studi Optimasi Unit CO2 Removal Stasiun Pengumpul Gas (SPG) Merbau
PT PERTAMINA EP Region Sumatera Field Prabumulih
19
sebagai berikut:
Umumnya MEA digunakan pada konsentrasi 15 -20 %berat dalam air. Acid
gas loading terbatas 0,3 0,35 mol acid gas per mol amine. Dibandingkan
dengan jenis amine lainnya, MEA lebih korosif, terlebih lagi jika
Simulasi dan Studi Optimasi Unit CO2 Removal Stasiun Pengumpul Gas (SPG) Merbau
PT PERTAMINA EP Region Sumatera Field Prabumulih
20
TEA merupakan amine tersier dan larutan amine yang pertama kali
DIPA digunakan pada proses ADIP dan Sulfinol (keduanya lisensi Shell
International Petroleum Company-SIPM). DIPA tidak bisa menghasilkan
produk gas dengan kandungan H2S rendah dan sekarang SIPM sudah tidak
lagi menggunakan larutan DIPA, dan menggantinya dengan MDEA.
Simulasi dan Studi Optimasi Unit CO2 Removal Stasiun Pengumpul Gas (SPG) Merbau
PT PERTAMINA EP Region Sumatera Field Prabumulih
21
rendah media pemanas seperti tekanan steam yang rendah pada desain reboiler.
Temperatur reboiler tersebut sebaiknya di bawah 260oF.
2.4.1
Simulasi
Simulasi adalah suatu prosedur kuantitatif, yang menggambarkan sebuah
melakukan
sederetan uji coba untuk memperkirakan perilaku sistem pada kurun
waktu
tertentu (Handoko, 1994). Simulasi merupakan suatu teknik meniru
operasi-operasi atau proses- proses yang terjadi dalam suatu sistem dengan
bantuan perangkat komputer dan dilandasi oleh beberapa asumsi tertentu sehingga
sistem tersebut bisa dipelajari secara ilmiah (Law dan Kelton, 1991).
Simulasi dapat didefinisikan sebagai pengimitasian proses dan kejadian ril.
Imitasi dalam rangka penelitian, penyelidikan ataupun pengujian bersifat terbatas
dan terfokus pada suatu aktivitas atau operasi tertentu dengan maksud untuk
mengetahui karakteristik, keadaan dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan
kehadiran dan keberadaan dari aktivitas dan peristiwa dalam bentuk ril.
Menurut pendefinisian pada berbagai kamus, kata simulasi diartikan sebagai
cara mereproduksi kondisi dari suatu keberadaan dengan menggunakan model
dalam rangka studi pengenalan atau pengujian atau pelatihan dan yang sejenis
lainnya. Software simulasi proses dibuat berdasarkan teori - teori atau konsep konsep yang telah ada seperti konsep (teori) tentang pepindahan panas dan
kesetimbangan uap cair, kemudian diselesaikan dengan menggunakan komputasi
atau perhitungan numerik. Agar dapat mensimulasikan proses yang dikehendaki,
maka dibutuhkan data sebagai berikut :
Alur proses (dibuat dari atau terdiri dari kumpulan dari unit unit operasi
maupun unit reaksi), atau setidaknya sebuah stream atau aliran.
Simulasi dan Studi Optimasi Unit CO2 Removal Stasiun Pengumpul Gas (SPG) Merbau
PT PERTAMINA EP Region Sumatera Field Prabumulih
22
terutama industri minyak dan gas. HYSYS juga memiliki model steady state dan
untuk mensimulasikan suatu unit proses atau multi unit processes yang
Conceptual analysis.
Process design.
Project design.
Operability and safety.
Automation.
Asset utilization.
Manfaat simulator HYSYS dalam aplikasinya di industri kimia diantaranya
adalah sebagai berikut:
1) Kemudahan dalam mencari sifat fisika suatu senyawa. Beberapa sifat
senyawa-senyawa yang tidak tercantum dalam literatur dapat ditemukan pada
software simulasi karena memiliki kelengkapan data base senyawa dan
keakuratan data.
2) Dapat memahami pengaruh kondisi operasi terhadap suatu sistem proses.
3) Dapat melakukan optimasi dengan lebih cepat.
4) Memperoleh gambaran kondisi operasi yang cocok serta alur proses yang
terlibat. Estimasi ekonomi pabrik juga dapat dilakukan dengan software
tertentu dalam perancangan pabrik.
5) Memonitor kemampuan dari industri kimia yang telah exist.
6) Melacak permasalahan process yang terjadi di industri kimia.
7) Kemungkinan peningkatan kapasitas produksi dari plant.
Simulasi dan Studi Optimasi Unit CO2 Removal Stasiun Pengumpul Gas (SPG) Merbau
PT PERTAMINA EP Region Sumatera Field Prabumulih
23
kinerja produksi minyak dan gas, pengolahan gas, pemurnian minyak bumi, dan
industri pemisahan udara. Aspen HYSYS tersebut merupakan elemen inti dari
Technology,Inc, 1994):
mudah digunakan dan mudah untuk dilatih (easy to use and easy to train)
Simulasi dan Studi Optimasi Unit CO2 Removal Stasiun Pengumpul Gas (SPG) Merbau
PT PERTAMINA EP Region Sumatera Field Prabumulih
24
Aspen HYSYS berintegrasi dengan software Aspen PIMS dan Aspen Refinery
Scheduler (Aspen HYSYS is integrated with Aspen PIMS and Aspen Refinery
Scheduler software)
solvent larutan aMDEA, sehingga proses tersebut bersifat eksotermis, steady state,
dan menghasilkan reaksi kesetimbangan reversibel di dalam kolom CO2 Absorber.
Penggunaan amine sebagai pelarut pada proses sweetening gas telah dilakukan
dengan menggunakan software program simulasi Aspen HYSYS. Fluid package
yang digunakan yaitu COM Thermo DBR Amine Package dengan model
termodinamika Kent-Eisenberg untuk larutan aqueous . Pemilihan model tersebut
berdasarkan komposisi zat aktivator piperazine yang terkandung di dalam solvent
larutan aMDEA sehingga hasil simulasi akan lebih optimal.
Banyak penelitian yang telah dilakukan, seperti Rinker, et al. (1995)
mempelajari kinetika dan modeling dari absorbsi CO2 dalam larutan N-MDEA,
Pacheco, et al. (1998) menyatakan bahwa absorbsi CO2 menggunakan
Methyldiethanolamine (MDEA) dalam packed column jumlah gas yang diserap
dikendalikan oleh difusi reaksi cepat dan tidak dipengaruhi oleh tahanan gas-film.
Pada penelitian sebelumnya Lin, dkk (1999) menyatakan penggunaan packed
column mempunyai efisiensi perpindahan massa yang lebih tinggi dari pada
menggunakan tray column tanpa memperhatikan transfer energi yang dibutuhkan.
Kent-Eisenberg
mengembangkan
model
yang
sederhana
untuk
25
Methyl
diethanolamine (MDEA).
Reaksi kimia yang terjadi di dalam sistem amine-CO2-H2S adalah sebagai
berikut :
H+ + RR'NH
1) RR'NH2+
RR'NH + HCO3-
2) RR'NCOO + H2O
K1
K2
HCO3- + H+
3) CO2 + H2O
K3
4) HCO3-
CO3-- + H+
K4
5) H2S
HS- + H+
K5
--
K6
6) HS
7) H2O
S +H
H+ + OH-
K7
Konstanta Henry :
=
2.4.4 Validasi
Setelah model konvergen maka dilakukan validasi hasil simulasi. Validasi
dilakukan dengan membandingkan data hasil simulasi dengan data plant test.
Simulasi dan Studi Optimasi Unit CO2 Removal Stasiun Pengumpul Gas (SPG) Merbau
PT PERTAMINA EP Region Sumatera Field Prabumulih
26
model simulasi ditunjukkan oleh validasi model. Validasi adalah proses penentuan
merupakan perwakilan yang sah dari realitas yang dikaji yang dapat menghasilkan
kesimpulan yang meyakinkan. Validasi adalah suatu proses iteratif yang berupa