Anda di halaman 1dari 9

Istana Bunga

Dahulu kala, hiduplah raja dan ratu yang kejam. Keduanya suka berfoya-foya dan
menindas rakyat miskin. Raja dan Ratu ini mempunyai putra dan putri yang baik hati.
Sifat mereka sangat berbeda dengan kedua orangtua mereka itu. Pangeran Aji Lesmana
dan Puteri Rauna selalu menolong rakyat yang kesusahan. Keduanya suka menolong
rakyatnya yang memerlukan bantuan.
Suatu hari, Pangeran Aji Lesmana marah pada ayah bundanya, "Ayah dan Ibu jahat.
Mengapa
menyusahkan
orang
miskin?!"
Raja dan Ratu sangat marah mendengar perkataan putra mereka itu.
"Jangan mengatur orangtua! Karena kau telah berbuat salah, aku akan menghukummu.
Pergilah
dari
istana
ini!"
usir
Raja.
Pangeran Aji Lesmana tidak terkejut. Justru Puteri Rauna yang tersentak, lalu menangis
memohon kepada ayah bundamya, "Jangan, usir Kakak! Jika Kakak harus pergi, saya pun
pergi!"

Raja dan Ratu sedang naik pitam. Mereka membiarkan Puteri Rauna pergi mengikuti
kakaknya. Mereka mengembara. Menyamar menjadi orang biasa. Mengubah nama
menjadi Kusmantoro dan Kusmantari. Mereka pun mencari guru untuk mendapat ilmu.
Mereka ingin menggunakan ilmu itu untuk menyadarkan kedua orangtua mereka.
Keduanya sampai di sebuah gubug. Rumah itu dihuni oleh seorang kakek yang sudah
sangat tua. Kakek sakti itu dulu pernah menjadi guru kakek mereka. Mereka mencoba
mengetuk
pintu.
"Silakan masuk, Anak Muda," sambut kakek renta yang sudah tahu kalau mereka adalah
cucu-cucu bekas muridnya. Namun kakek itu sengaja pura-pura tak tahu. Kusmantoro
mengutarakan maksudnya, "Kami, kakak beradik yatim piatu. Kami ingin berguru pada
Panembahan."
Kakek sakti bernama Panembahan Manraba itu tersenyum mendengar kebohongan
Kusmantoro. Namun karena kebijakannya, Panembahan Manraba menerima keduanya
menjadi
muridnya.
Panembahan Manraba menurunkan ilmu-ilmu kerohanian dan kanuragan pada
Kusmantoro dan Kusmantari. Keduanya ternyata cukup berbakat. Dengan cepat mereka
menguasai ilmu-ilmu yang diajarkan. Berbulan-bulan mereka digembleng guru bijaksana
dan sakti itu.

Suatu malam Panembahan memanggil mereka berdua. "Anakku, Kusmantoro dan


Kusmantari. Untuk sementara sudah cukup kalian berguru di sini. Ilmu-ilmu lainnya akan
kuberikan
setelah
kalian
melaksanakan
satu
amalan."
"Amalan
apa
itu,
Panembahan?"
tanya
Kusmantari.
"Besok pagi-pagi sekali, petiklah dua kuntum melati di samping kanan gubug ini. Lalu
berangkatlah menuju istana di sebelah Barat desa ini. Berikan dua kuntum bunga melati
itu kepada Pangeran Aji Lesmana dan Puteri Rauna. Mereka ingin menyadarkan Raja dan
Ratu, kedua orang tua mereka."

Kusmantoro dan Kusmantari terkejut. Namun keterkejutan mereka disimpan rapat-rapat.


Mereka
tak
ingin
penyamaran
mereka
terbuka.
"Dua kuntum melati itu berkhasiat menyadarkan Raja dan Ratu dari perbuatan buruk
mereka. Namun syaratnya, dua kuntum melati itu hanya berkhasiat jika disertai kejujuran
hati," pesan Panembahan Manraba.

Ketika menjelang tidur malam, Kusmantoro dan Kusmantari resah. Keduanya memikirkan
pesan Panembahan. Apakah mereka harus berterus terang kalau mereka adalah
Pangeran Aji Lesmana dan Puteri Rauna? Jika tidak berterus terang, berarti mereka
berbohong, tidak jujur. Padahal kuntum melati hanya berkhasiat bila disertai dengan
kejujuran.

Akhirnya,
pagi-pagi
sekali
mereka
menghadap
Panembahan.
"Kami berdua mohon maaf, Panembahan. Kami bersalah karena tidak jujur kepada
Panembahan
selama
ini."
Saya mengerti, Anak-anakku. Saya sudah tahu kalian berdua adalah Pangeran Aji
Lesmana dan Puteri Rauna. Pulanglah. Ayah Bundamu menunggu di istana."

Setelah mohon pamit dan doa restu, Pangeran Aji Lesmana dan Puteri Rauna berangkat
menuju ke istana. Setibanya di istana, ternyata Ayah Bunda mereka sedang sakit. Mereka
segera memeluk kedua orang tua mereka yang berbaring lemah itu.
Kakek sakti bernama Panembahan Manraba itu tersenyum mendengar kebohongan
Kusmantoro. Namun karena kebijakannya, Panembahan Manraba menerima keduanya
menjadi
muridnya.
Panembahan Manraba menurunkan ilmu-ilmu kerohanian dan kanuragan pada
Kusmantoro dan Kusmantari. Keduanya ternyata cukup berbakat. Dengan cepat mereka
menguasai ilmu-ilmu yang diajarkan. Berbulan-bulan mereka digembleng guru bijaksana
dan sakti itu.

Suatu malam Panembahan memanggil mereka berdua. "Anakku, Kusmantoro dan


Kusmantari. Untuk sementara sudah cukup kalian berguru di sini. Ilmu-ilmu lainnya akan
kuberikan
setelah
kalian
melaksanakan
satu
amalan."
"Amalan
apa
itu,
Panembahan?"
tanya
Kusmantari.
"Besok pagi-pagi sekali, petiklah dua kuntum melati di samping kanan gubug ini. Lalu
berangkatlah menuju istana di sebelah Barat desa ini. Berikan dua kuntum bunga melati
itu kepada Pangeran Aji Lesmana dan Puteri Rauna. Mereka ingin menyadarkan Raja dan
Ratu, kedua orang tua mereka."

Kusmantoro dan Kusmantari terkejut. Namun keterkejutan mereka disimpan rapat-rapat.


Mereka
tak
ingin
penyamaran
mereka
terbuka.
"Dua kuntum melati itu berkhasiat menyadarkan Raja dan Ratu dari perbuatan buruk
mereka. Namun syaratnya, dua kuntum melati itu hanya berkhasiat jika disertai kejujuran
hati," pesan Panembahan Manraba.

Ketika menjelang tidur malam, Kusmantoro dan Kusmantari resah. Keduanya memikirkan
pesan Panembahan. Apakah mereka harus berterus terang kalau mereka adalah
Pangeran Aji Lesmana dan Puteri Rauna? Jika tidak berterus terang, berarti mereka
berbohong, tidak jujur. Padahal kuntum melati hanya berkhasiat bila disertai dengan
kejujuran.

Akhirnya,
pagi-pagi
sekali
mereka
menghadap
Panembahan.
"Kami berdua mohon maaf, Panembahan. Kami bersalah karena tidak jujur kepada
Panembahan
selama
ini."
Saya mengerti, Anak-anakku. Saya sudah tahu kalian berdua adalah Pangeran Aji
Lesmana dan Puteri Rauna. Pulanglah. Ayah Bundamu menunggu di istana."

Setelah mohon pamit dan doa restu, Pangeran Aji Lesmana dan Puteri Rauna berangkat
menuju ke istana. Setibanya di istana, ternyata Ayah Bunda mereka sedang sakit. Mereka
segera memeluk kedua orang tua mereka yang berbaring lemah itu.
Puteri Rauna lalu meracik dua kuntum melati pemberian Panembahan. Kemudian
diberikan pada ayah ibu mereka. Ajaib! Seketika sembuhlah Raja dan Ratu. Sifat mereka
pun berubah. Pangeran dan Puteri Rauna sangat bahagia. Mereka meminta bibit melati
ajaib itu pada Panembahan. Dan menanamnya di taman mereka. Sehingga istana
mereka dikenal dengan nama Istana Bunga. Istana yang dipenuhi kelembutan hati dan
kebahagiaan.

Pulau Hantu

Tersebutlah dua orang jagoan yang selalu ingin menunjukkan dirinya lebih jago dari
yang lain. Pada suatu hari, mereka bertemu di perairan sebelah selatan Singapura.
Tanpa ba atau bu, mereka langsung saling menyerang. Mereka bertarung lama sekali
hingga tubuh mereka bersimbah darah. Karena sama-sama kuat, tak ada tandatanda siapa yang akan kalah.
Jin Laut tidak suka dengan pertarungan itu karena darah mereka mengotori laut. Jin
Laut lalu menjungkirbalikkan perahu mereka. Maksudnya agar mereka berhenti
bertarung. Ternyata, mereka tetap bertarung. Dengan kesaktiannya masing-masing,
mereka bertarung di atas air.
Hei, aku perintahkan kalian berhenti beratarung! Ini wilayah kekuasaanku. Kalau
tidak
Bukannya berhenti, kedua jagoan itu malah bertempur lebih seru. Dengan isyarat
tangan, mereka bahkan seperti mengejek Jin Laut.
Jin Laut marah. Dia menyemburkan air ke wajah kedua jagoan itu sehingga
pandangan mereka terhalang. Karena tak dapat melihat dengan jelas, kedua jagoan

itu bertempur secara membabi-buta. Mereka mengayunkan pedang ke sana-kemari


sekehendajk hati sampai akhirnya bersarang di tubuh lawan masing-masing. Kedua
jagoan itu pun menemui ajalnya.
Para dewa di kayangan mura karena Jin Laut turut campur urusan manusia. Mereka
memperingatkan Jin Laut untuk tidak lagi ikut campur urusan manusia. Jin Laut
mengaku salah dan mencoba menebus dosa dengan membuatkan tempat khusus
agar roh kedua jagoan itu dapat bersemayam dengan tenang. Jin Laut menyulap
sampan yang ditumpangi kedua jagoan itu menjadi pulau tempat bersemayam roh
mereka. Orang-orang kemudian menyebut pulau itu sebagai Pulau Hantu.
(Dari ASEAN Folk Literature, diceritakan kembali oleh Prih Suharto,
prih_suharto @yahoo. com)

Aladin dan lampu ajaib

Aladin adalah seorang laki-laki yang berasal dari Negara Persia. Dia tinggal berdua dengan
ibunya. Mereka hidup dalam kesederhanaan. Hingga pada suatu hari ada seorang laki-laki
yang datang kerumah Aladin. Laki-laki itu berkata kalau dia adalah saudara laki-laki
almarhum bapaknya yang sudah lama merantau ke Negara tetangga. Aladin dan ibunya
sangat senang sekali, karena ternyata mereka masih memiliki saudara.
Malang sekali nasibmu saudaraku, kata laki-laki itu kepada aladin dan ibunya. Yang
penting kita masih bisa makan,paman, jawab Aladin. Karena merasa prihatin dengan
keadaan saudaranya tersebut, maka laki-laki itu bermaksud untuk mengajak Aladin ke luar
kota. Dengan seijin ibunya,lalu Aladin mengikuti pamannya pergi ke luar kota.
Perjalanan yang mereka tempuh sangat jauh sekali, dan pamannya tidak mengijinkan Aladin
untuk beristirahat. Saat Aladin meminta pamannya untuk berhenti sejenak, pamannya
langsung memarahinya. Hingga akhirnya mereka sampai di suatu tempat di tengah hutan.
Aladin lalu diperintahkan pamannya untuk mencari kayu bakar. Nanti ya paman, Aladin mau
istirahat dulu, kata Aladin. Pamannya sangat marah setelah mendengar jawaban Aladin
tersebut. Berangkatlah sekarang, atau kusihir engkau menjadi katak, teriak pamannya.

Melihat pamannya sangat marah,lalu Aladin bergegas berangkat mencari kayu.


Setelah mendapatkan kayu, pamannya lalu membuat api dan mengucapkan mantera. Aladin
sangat terkejut sekali, karena setelah pamannya membacakan mantera, tiba-tiba tanah
menjadi retak dan membentuk lubang. Aladin mulai bertanya pada dirinya sendiri, Apakah
dia benar pamanku? Atau dia hanya seorang penyihir yang ingin memanfaatkan aku saja?
Aladin, turunlah kamu kelubang itu. Ambilkan aku lampu antic di dasar gua itu, suruh
pamannya. AKu takut paman, kata Aladin. Pamannya lalu memberikan cincin kepada
Aladin. Pakailah ini, cincin ini akan melindungimu, kata pamannya. Kemudian Aladin
mulai turun kebawah.
Setelah sampai di bawah, Aladin sangat takjub dengan apa yang dia lihat. Di dasar gua
tersebut Aladin menemukan pohon yang berbuahkan permata dan banyak sekali perhiasan.
Cepat kau bawa lampu antiknya padaku, Aladin. Jangan perdulikan yang lain, teriak
pamannya dari atas. Aladin lalu mengambil lampu antik itu, dan mulaimemanjat ke atas.
Tetapi setelah hamper sampai di atas, Aladin melihat pintu gua sudah tertutup dan hanya
terbuka sedikit. Aladin mulai berpikir kalau pamannya akan menjebaknya. Cepat Aladin,
lemparkan saja lampunya, teriak pamannya. Tidak, aku tidak akan memberikanlampu ini,
sebelum aku sampai di atas,jawab Aladin.
Setelah berdebat, paman Aladin menjadi tidak sabar dan akhirnya "Brak!" pintu lubang
ditutup, dan pamannya meninggalkan Aladin terkurung di dalam lubang bawah tanah. Aladin
menjadi sedih, dan duduk termenung. Kini dia tau kalau sebenarnya laki-laki tersebut
bukanlah pamannya, dan dia hanya diperalat oleh laki-laki itu. Aladin lalubmencari segala
cara supaya dapat keluar dari gua, tetapi usahanya selalu sia-sia. "Aku sangat lapar, dan ingin
bertemu ibuku, ya Tuhan, tolonglah hambamu ini !", ucap Aladin.
Sambil berdoa, Aladin mengusap-usap lampu antik dan berpikir kenapa laki-laki penyihir itu
ingin sekali memiliki lampu itu. Setelah digosok-gosok, tiba-tiba di sekelilingnya menjadi
merah dan asap membumbung. Bersamaan dengan itu muncul seorang raksasa. Aladin sangat
ketakutan. "Maafkan saya, karena telah mengagetkan Tuan", saya adalah Jin penunggu
lampu. Apa perintah tuan padaku?, kata raksasa "Oh, kalau begitu bawalah aku pulang
kerumah." "Baik Tuan, naiklah kepunggungku, kita akan segera pergi dari sini", kata Jin
lampu. Dalam waktu singkat, Aladin sudah sampai di depan rumahnya. "Kalau tuan
memerlukan saya, panggillah saya dengan menggosok lampu itu".
Aladin menceritakan semua hal yang di alaminya kepada ibunya.
"Mengapa penyihir itu menginginkan lampu kotor ini ya ?", kata Ibu
Aladin. Ini adalah lampu ajaib Bu!, jawab Aladin. Karena ibunya tidak
percaya, maka Aladin lalu menggosok lampu itu. Dan setelah Jin lampu
keluar, Aladin meminta untuk disiapkan makanan yang enak-enak.
Taklama kemudian ibunya terkejur,karena hidangan yang sangat lezat
sudah tersedia di depan mata.
Demikian hari, bulan, tahunpun berganti, Aladin hidup bahagia dengan ibunya. Aladin
sekarang sudah menjadi seorang pemuda. Suatu hari lewat seorang Putri Raja di depan
rumahnya. Ia sangat terpesona dan merasa jatuh cinta kepada Putri Cantik itu. Aladin lalu
menceritakan keinginannya kepada ibunya untuk memperistri putri raja. "Tenang Aladin, Ibu
akan mengusahakannya". Ibu pergi ke istana raja dengan membawa permata-permata
kepunyaan Aladin. "Baginda, ini adalah hadiah untuk Baginda dari anak laki-lakiku." Raja
amat senang. "Wah..., anakmu pasti seorang pangeran yang tampan, besok aku akan datang
ke Istana kalian dengan membawa serta putriku". Setelah tiba di rumah Ibu segera
menggosok lampu dan meminta Jin lampu untuk membawakan sebuah istana. Aladin dan
ibunya menunggu di atas bukit. Tak lama kemudian jin lampu datang dengan Istana megah di

punggungnya. "Tuan, ini Istananya". Esok hari sang Raja dan putrinya datang berkunjung ke
Istana Aladin yang sangat megah. "Maukah engkau menjadikan anakku sebagai istrimu ?",
Tanya sang Raja. Aladin sangat gembira mendengarnya. Lalu mereka berdua melaksanakan
pesta pernikahan.
Tidak disangka, ternyata si penyihir ternyata melihat semua kejadian itu melalui bola
kristalnya. Ia lalu pergi ke tempat Aladin dan pura-pura menjadi seorang penjual lampu di
depan Istana Aladin. Ia berteriak-teriak, "tukarkan lampu lama anda dengan lampu baru !".
Sang permaisuri yang melihat lampu ajaib Aladin yang usang segera keluar dan
menukarkannya dengan lampu baru. Segera si penyihir menggosok lampu itu dan
memerintahkan jin lampu memboyong istana beserta isinya dan istri Aladin ke rumahnya.
Ketika Aladin pulang dari berkeliling, ia sangat terkejut karena istananya hilang. Aladin lalu
teringat dengan cincin pemberian laki-laki penyihir. Digosoknya cincin tersebut, dan
keluarlah Jin cincin. Aladin bertanya kepada Jin cincin tentang apa yang sudah terjadi dengan
istananya. Jin Cincin kemudian menceritakan semuanya kepada Aladin. "Kalau begitu tolong
bawakan istana dan istriku kembali lagi kepadaku, seru Aladin. "Maaf Tuan, kekuatan saya
tidaklah sebesar Jin lampu," kata Jin cincin. "Kalau begitu, Tolong Antarkan aku ke tempat
penyihir itu. Aku akan ambil sendiri", seru Aladin. Sesampainya di Istana, Aladin menyelinap
masuk mencari kamar tempat sang Putri dikurung. Putri lalu bilang kalau penyihir itu sedang
tidur karena kebanyakan minum Bir. Setelah mengetahui kalau penyihir itu tidur, maka
Aladin menyelinap ke dalam kamar laki-laki penyihir tersebut.
Setelah berhasil masuk dalam kamar, Aladin lalu mengambil lampu ajaibnya yang penyihir
dan segera menggosoknya. "Singkirkan penjahat ini", seru Aladin kepada Jin lampu. Penyihir
terbangun, lalu menyerang Aladin. Tetapi Jin lampu langsung membanting penyihir itu dan
melemparkan ke luar istana. "Terima kasih Jin lampu, bawalah kami dan Istana ini kembali
ke tempatnya semula". Sesampainya di Persia Aladin hidup bahagia. Ia mempergunakan sihir
dari peri lampu untuk membantu orang-orang miskin dan kesusahan.
Dongeng "Aladin dan lampu ajaib" ini diceritakan kembali oleh kak Ghulam
Pramudiana
Puteri Tidur

Dahulu kala, ada sepasang Raja dan Ratu yang berbahagia, karena setelah bertahun-tahun
lamanya, akhirnya Ratu melahirkan seorang Puteri.
Raja dan Ratu mengundang tujuh peri untuk datang dan memberkati Puteri yang baru saja
lahir itu.
Dalam acara megah yang diselenggarakan sebagai penghormatan kepada para peri itu,
masing-masing peri memberikan berkat kepada sang Puteri.
Peri pertama mengatakan Kamu akan menjadi Puteri tercantik di dunia.Peri kedua
mengatakan Kamu akan menjadi seorang Puteri yang periang.Peri ketiga mengatakan
Kamu akan selalu mendapatkan banyak kasih sayang.Peri keempat mengatakan Kamu
akan dapat menari dengan sangat anggun.Peri kelima mengatakan Kamu akan dapat
bernyanyi dengan sangat merdu.
Peri keenam mengatakan Kamu akan sangat pintar memainkan alat musik.
Tiba2 datang peri tua ke tengah acara itu. Ia sangat marah karena tidak diundang. Semua

orang memang sudah lama tidak pernah melihat peri tua itu, dan mengira bahwa ia sudah
meninggal atau pergi dari kerajaan itu.
Peri tua yang marah itu mendekati sang Puteri dan mengutuknya Jarimu akan tertusuk jarum
pintal dan kamu akan mati! dan kemudian peri tua itu pun menghilang.
Semua orang sangat terkejut. Ratu pun mulai menangis.
Peri ketujuh mendekati sang Puteri dan memberikan berkatnya Aku tidak bisa membatalkan
kutukan, tapi aku dapat memberikan berkatku supaya Puteri tidak akan mati karena terkena
jarum pintal, melainkan hanya tertidur pulas selama seratus tahun. Setelah seratus tahun,
seorang Pangeran tampan akan datang untuk membangunkannya.
Raja dan Ratu merasa sedikit lega mendengarnya. Mereka lalu mengeluarkan peraturan baru
bahwa di kerajaan itu tidak boleh ada alat pintal satu pun. Mereka menyita dan
menghancurkan semua alat pintal yang ada di kerajaan itu demi selamatan sang Puteri. Pada
suatu hari disaat Puteri berusia 18 tahun, Raja dan Ratu pergi sepanjang hari.
Karena kesepian, sang Puteri berjalan-jalan menjelajahi istana dan sampai di sebuah loteng.
Disana ia menjumpai seorang wanita tua yang sedang memintal benang menggunakan alat
pintal. Karena belum pernah melihat alat pintal, sang Puteri sangat tertarik dan ingin
mencoba.
Wanita tua itu sebenarnya adalah peri tua jahat yang dulu mengutuknya. Saat sang Puteri
mencoba alat pintal itu, ia pun dengan sengaja menusukkan jarum pintal ke tangan sang
Puteri.
Sang Puteri jatuh tak sadarkan diri dan tertidur karena terkena kutukan. Peri tua jahat tertawa
puas dan menghilang dalam kegelapan.
Saat Raja dan Ratu kembali, mereka dan seluruh pegawai kerajaan kebingungan mencari
sang Puteri. Saat mereka menemukannya, Raja tersadar bahwa kutukan peri tua jahat telah
menjadi kenyataan. Sang Puteri lalu dibawa ke kamarnya dan dibaringkan di tempat tidurnya.
Raja lalu mengirimkan kabar mengenai peristiwa itu ke peri ketujuh yang baik hati.
Peri ketujuh yang baik hati lalu bergegas ke istana. Ia memutuskan untuk menidurkan semua
orang di kerajaan itu supaya kelak saat kutukan sang Puteri berakhir mereka semua akan
bangun bersama-sama.
Dalam waktu singkat pohon-pohon besar dan semak belukar yang lebat dan berduri tumbuh
di seluruh wilayah kerajaan, sehingga sangat sulit bagi siapapun untuk menerobosnya.
Bahkan puncak-puncak istana pun hanya dapat terlihat ujungnya saja. Karena menjadi sangat
tertutup, sang Puteri dan seluruh kerajaan menjadi aman, walaupun mereka semua tertidur.
Setelah masa seratus tahun berakhir, seorang Pangeran tampan yang kebetulan sedang
berburu di dekat wilayah kerajaan itu melihat pucuk-pucuk istana itu. Ia sudah banyak

mendengar cerita tentang kerajaan itu, antara lain tentang istana yang dianggap berhantu, para
penyihir, dan cerita-cerita lain yang sangat menyeramkan yang sebenarnya tidak benar.
Karena penasaran, saat kembali dari berburu sang Pangeran mencari orang tua yang paling
bijaksana dan pintar di kerajaan untuk menanyakan tentang kerajaan tetangga yang penuh
misteri itu.
Orang tua yang bijaksana itu lalu bercerita bahwa menurut leluhurnya, di dalam istana di
kerajaan yang misterius itu terbaring seorang Puteri yang paling cantik di dunia, yang tertidur
karena terkena kutukan dari peri tua jahat. Sang Puteri akan terus tidur hingga ada seorang
Pangeran yang datang untuk membangunkannya.
Pangeran tampan yang pemberani itu lalu bergegas berangkat menuju kerajaan misterius itu.
Ia berniat untuk menyelamatkan sang Puteri. Sang Pangeran berjuang menembus semak
belukar dan pepohonan untuk dapat mencapai kedalam wilayah kerajaan yang misterius itu.
Sesampainya disana, ia melihat banyak sekali orang dan hewan peliharaan yang terbaring
dimana-mana. Tetapi mereka tidak mati, sepertinya mereka hanya tertidur sangat
nyenyak. Pangeran lalu masuk ke dalam istana. Disana ia pun melihat seluruh pegawai
kerajaan yang tertidur pulas.

Setelah berjalan-jalan menjelajahi istana itu, sang Pangeran berhasil menemukan sang Puteri
di sebuah kamar. Sang Pangeran terpesona oleh kecantikan sang Puteri. Pangeran pun
berlutut dan memegang tangan sang Puteri. Saat itulah kutukan berakhir dan sang Puteri
membuka matanya. Ia menyambut sang Pangeran yang telah lama ia
tunggu dengan bahagia.

Dalam waktu yang bersamaan seluruh penghuni istana dan seluruh


kerajaan terbangun. Semak belukar dan pepohonan menghilang.
Semua orang kembali mengerjakan urusan mereka masing-masing.
Raja dan Ratu juga terbangun dan segera menyambut sang Pangeran
dari kerajaan tetangga itu.

Tak lama kemudian, sang Puteri dan sang Pangeran tampan menikah. Mereka lalu hidup
berbahagia selamanya.

Dongeng anak populer, "Puteri Tidur" (Sleeping Beauty), disadur dari berbagai sumber.

Anda mungkin juga menyukai