pH
alkalis
alkalis /asam
sedikit asam
sedikit asam
PENCOKLATAN ENZIMATIS
Pencoklatan enzimatis contohnya kentang, apel, pisang yang setelah
dipotong/dikupas warnanya berubah menjadi gelap. Enzim yang berperanan pada
pencoklatan enzimatis adalah enzim polifenol oksidase/fenol oksidase,
fenolase/polifenolase. Pencoklatan enzimatis tersaji pada Gambar 1.
1.
1.
1.
1.
1.
1.
ini lebih sering dikenal dengan polifenol oksidase (PPO). Substrat untuk PPO dalam tanaman
biasanya asam amino tirosin dan komponen polifenolik. Tirosin yang merupakan monofenol,
pertama kali dihidroksilasi menjadi 3,4-dihidroksifenilalanin dan kemudian dioksidasi menjadi
quinon yang akan membentuk warna coklat. Dengan adanya oksigen di udara, enzim dapat
mengkatalisis langkah pertama dalam konversi biokimia fenolat menjadi quinon, yang
selanjutnya menyebabkan polimerisasi yang menghasilkan warna gelap, yaitu poplimer tak larut
yang dikenal sebagai melanin. PPO mengkatalisis dua reaksi dasar: hidroksiasi dan oksidasi.
Dalam praktikum ini dilakukan percobaan dan pengamatan pada buah, yaitu pisang, kentang,
pear, apel granny, apel fuji, dan salak.
Pisang
Pada pisang dibutuhkan waktu 2 menit saja untuk mengalami perubahan warna permukaan
akibat reaksi pencoklatan enzimatis pada kondisi tanpa perlakuan, direndam dengan As. Sitrat ,
dan direndam dengan Sulfit yang d potong menggunakan pisau besi. Perubahan warna terjadi
semakin banyak hingga menit ke-23 di semua perlakuan. Namun, bahan yang dipotong
menggunakan pisau stainless memerlukan waktu yang lebih lama untuk mengalami perubahan
pencoklatan.
Kentang
Waktu yang diperlukan kentang yang di iris menggunakan pisau besi cenderung lebih cepat
dibandingkan dengan yang di iris menggunakan pisau stainless. Namun, tingkatan perubahan
berdasarkan jenis perlakuan cenderung sama, yaitu didiamkan diudara>direndam dalam
air>direndam dalam larutan Sulfat>direndam dalam larutan sitrat.
Pear
Pada 10 menit pertama dilakuakan perlakuan percobaan, didapat hasil yang sama seperti pada
buah pisang dan kentang. Begitu pula pada perlakuan 10 menit selanjtnya, baik yang di iris
menggunakan pisau besi maupun pisau stainless.
Apel granny
Pada percobaan yang dilakukan pada apel granny , dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk
mengalami perubahan warna menjadi cokalat dengan pengirisan menggunakan pisau stainles.
Tingkat perubahan pencoklatan dari yang paling cepat ke paling lambat. Suhu ruang>Rendaman
air>Rendaman As.Sitrat>Rendaman As.Sulfit.
Apel fuji
Dalam kurun waktu 6 menit, perubahan pencoklatan dengan perlakuan didimkan di udara
terbuka lebih cepat dibandingkan sulfit, sitrat, dan air yang di iris menggunakan pisau besi.
Namun pada saat menggunakan pisau stainless, diperlukan waktu yang lebih cepat dibandingkan
dengan menggunakan pisau besi.
Salak
Pada pengirisan menggunakan pisau stenlis memerlukan waktu pencoklatan yang lebih lama
dibandingkan dengan menggunakan pisau besi. Namun apabila dilihat tingkat kecepatan
perubahan berdasarkan perlakuan, didapatkan hasil dengan urutan yang sama, yaitu didiamkan
diudara>direndam air>direndam sitrat>direndam sulfit.
Dalam praktikum ini dilakukan beberapa macam pengujian, yaitu menguji pengaruh jenis pisau
yang dipakai, pengaruh perendaman mengunakan air biasa, larutan As.Sulfat, dan asam sulfit,
sera didiamkan dalam udara ruang.
Pisau Besi
Data hasil pengamatan menunjukkna bahwa pemotongan yang menggunakan pisau besi akan
mempengaruhi perubahan warna pada buah. Warna buah yang menggunakan pisau besi
berwarna lebih coklat. Hal ini disebabkan pisau besi mengandung ion Fe, mudah berkarat
(oksidasi). Hal ini karena enzim polifenolase akan bereaksi dengan besi dan mempercepat warna
coklat.
Pisau Stainless
Sampel yang diiris dengan pisau stainles lebih lama pencoklatannya bila dibandingkan dengan
pisau besi. Hal ini disebabkan karena stainless tidak bereaksi dengan oksigen diudara bebas
sehingga tidak terjadi proses oksidasi.
Didiamkan Di udara Terbuka
Pada udara terbuka, enzim bereksi dengan oksigen yang terdapat di udara terbuka yang
menyebabkan reaksi oksidasi yang dikatalis oleh enzim fenolase, polifenol oksidase, tirosinase,
atau katekolase. Reaksi tersebut karena hidroksilasi skunder o-quinon/kelebihan o-difenol.
Kemudian senyawa terhidroksi benzena berinteraksi dengan o-quion membentuk hidroksiquinon.
Selanjutnya mengalamki polimerisasi dan dengan cepat dikonversi menjadi polimer berwarna
merah/merah coklat, dan akhirnya menjadi melanin berwarna coklat.
Direndam Dengan Air
Perendaman dengan air dapat mencegah terjadinya proses pencoklatan enzimatis karena
menghindari kontak dengan oksigen.
Direnam Dengan Sulfit
Larutan sulfit bertujuan untuk mencegah terjadinya browning secara enzimatis maupun non
enzimatis. Sulfit berperan sebagai pencegah timbulnya warna coklat. Pada browning non
enzimatis, sulfit dapat berinteraksi dengan gugus karbonil yang mungkin ada pada bahan. Hasil
reaksi tersebut akan mengikat melanoidin sehingga mencegah timbulnya warna coklat.
Sedangkan pada browning enzimatis, sulfit akan mereduksi ikatan disulfida pada enzim,
sehingga enzim tidak dapat mengkatalis oksidasi senyawa fenolik penyebab browning.
Direndam Dengan Sulfat
.Asam sitrat (yang banyak terdapat dalam lemon) sangat mudah teroksidasi dan dapat digunakan
sebagai pengikat oksigen untuk mencegah buah berubah menjadi berwarna coklat.
PENCOKLATAN NON-ENZIMATIS
Pencoklatan non-enzimatis merupakan sebuah proses kimia yang menghasilkan
warna coklat pada makanan tanpa aktivitas enzim. Reaksi pencoklatan non-enzimatis
yaitu karamelisasi, reaksi Maillard, dan pencoklatan akibat vitamin C.
a. Karamelisasi
Bila suatu larutan sukrosa diuapkan maka konsentrasinya akan
meningkat, demikian juga titik didihnya. Keadaan ini akan terus berlangsung
sehingga seluruh air menguap semua. Bila keadaan tersebut telah tercapai dan
pemanasan diteruskan, maka cairan yang ada bukan lagi terdiri dari air tetapi
cairan sukrosa yang lebur. Titik lebur sukrosa adalah 1600C. Bila gula yang telah
mencair tersebut dipanaskan terus sehingga suhunya melampaui titik leburnya,
misalnya pada suhu 1700C, maka mulailah terjadi karamelisasi sukrosa.