Anda di halaman 1dari 11

RANGKAIAN SETARA THEVENIN-NORTON

Sari Wahyuni *), Ayunita Alfiani, Yola Ivonny Harianto


Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi
2016
LATAR BELAKANG
Pada era globalisasi sekarang ini dikenal dengan istilah era elektronik karena semuanya
serba elektronika. Ada banyak macam alat elektronika yang sangat maju dan bahkan dapat
membantu kehidupan manusia dalam bidang impormasi dan lain-lain. Seperti TV, Hp, pesawat
radio dan lain-lain. Namun dari sekian banyak alat-alat elektronik yang telah ada, kemungkinan
besar mayoritas dari kita semua sebagai pengguna tidak mengetahui secara pasti bagaiamana
alat-alat tersebut bekerja sebagaiaman fungsinya masing-masing, seperti telpon dalam
menerima suara yang keras (kuat) siaran radio yang jelas dan terang, kita juga dapat mengubah
frekuensi radio itu dan bias mendengarkan program yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan
masing-masing program tersebut mempunyai frekuansi tertentu.
Ada alat yang menggunakan frekuensi rendah dan ada yang menggunakan frekuensi
tinggi. Untuk memisahkan atau menyeleksi frekuensi tersebut maka digunakanlah rangkaian
filter RC. Rangkaian filter (rangkaian penyaring) merupakan rangkaian yang di desain hanya
untuk memperbolehkan suatu frekuensi pada rentang tertentu memiliki nilai redam yang kecil
atau di sebut sebagai Pass Band sedangkan pada rentang frekuensi lainnya memiliki nilai
redam yang sangat besar disebut Stop Band.
Dalam sistem komunikasi, filter digunakan untuk meloloskan frekuensi tertentu yang
mengandung informasi rahasia dan meloloskan frekuensi yang lain. Dalam sistem stereo, filter
dapat digunakan untuk mengisolasi rentang frekuensi tertentu berdasarkan tingkat nadanya,
tinggi, sedang atau rendah.
Dari sini kita dapat berpendapat bahwa Rangkaian Filter RC sengant berguna dalam
kinerja perangkat elektronika, terutama dalam masalah yang berkaitan dengan frekuensi. Dan
Dengan memperhatikan hal tersebut maka, dilakukanlah percobaan mengenai Rangkaian Filter
RC yang bertujuan untuk membedakan jenis rangkaian RC tapis lolos rendah dan tinggi,
menentukan frekuensi cut off rangkaian tapis RC lolos rendah dan lolos tinggi berdasarkan
bode plot, dan merancang suatu sistem rangkaian tapis RC tingkat satu.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara membedakan jenis rangkaian RC tapis lolos rendah dan tinggi ?
2. Bagaimana cara menentukan frekuensi cut-off rangkaian tapis RC lolos rendah dan
lolos tinggi berdasarkan bode-plot ?
3. Bagaimana cara merancang suatu sistem rangkaian tapis RC tingkat satu.
TUJUAN PERCOBAAN
1. Membedakan jenis rangkaian RC tapis lolos rendah dan tinggi.
2. Menentukan frekuensi cut-off rangkaian tapis RC lolos rendah dan lolos tinggi
berdasarkan bode-plot.
3. Merancang suatu sistem rangkaian tapis RC tingkat satu.

TEORI SINGKAT
Perkenalan rangkaian RC telah dibahas pada percobaan sebelumnya. Tetapi kali ini, akan
dikaji sifat RC sebagai penapis frekuensi. Artinya rangkaian RC ada yang bersifat meloloskan
frekuensi rendah, tetapi menahan frekuensi tinggi, dan begitu pula sebaliknya. (Tim Elektronika
Dasar. 2015).
Riak (ripple) merupakan sesuatu yang tidak diinginkan, karenanya harus diusahakan
untuk direduksi sekecil mungkin. Salah satu metode yang biasa digunakan untuk mereduksi
suatu amplitudo riak keluaran dari sebuah catu daya yaitu dengan memperbesar konstanta waktu
pelepasan muatannya. Hal ini dapat dilakukan dengan memperbesar nilai C 1 atau memperbesar
nilai resistansi RL. (Bakri. 2016).
Dasar pemahaman tentang proses tanggapan frekuensi ini, maka kita hanya akan
mengkaji pada sifat RC yang bisa meloloskan frekuensi rendah dan tinggi dan sebagai alat
pengubah (converter) gelombang persegi-ke-segitiga dan persegi-ke-pulsa dengan, masingmasing, mengintegrasikan dan mendiferensialkan gelombang inputnya dan rangkaiannya
sendiri masing-masing disebut rangkaian integrator dan rangkaian diferensiator orde 1,
yang hanya terdiri dari sebuah resistor yang seri dengan sebuah kapasitor yang ditunjukkan
oleh gambar berikut. (Sutrisno, 1989)

Gambar 3.1. Model Rangkaian (a) Integrator dan (b) Differensiator


Tapis Lolos Rendah RC
Untuk tapis lolos rendah yang dihasilkan oleh pengintegralan RC, sinyal keluaran rangkaian
merupakan integral dari sinyal masukan yang dinyatakan oleh :
t

Vo

1
Vin dt
RC 0

[3.1]
Di mana rasio Vo/Vi atau faktor penguatan tegangan (AV) dari rangkaian pada Gambar 3.1 (a)
ditentukan dengan :

[3.2]

Untuk frekuensi khusus di mana XC = R, amplitudo menjadi :

Dan menghasilkan frekuensi kritis atau frekuensi cut-off sebesar :


[3.3]
Plot ternormalisasi antara faktor penguatan tegangan AV terhadap frekuensi f menghasilkan
kurva seperti pada gambar berikut.

Gambar 3.2. Plot ternormalisasi dari rangkaian pada Gambar 3.1 (a).
Tapis Lolos Tinggi RC
Untuk tapis lolos tinggi yang dihasilkan oleh rangkaian differensiator RC, sinyal keluaran
rangkaian merupakan diferensial dari sinyal masukan yang dinyatakan oleh :

Vo RC

dVin
dt
[3.4]

Dengan rasio Vo/Vi atau faktor penguatan tegangan (AV) dari rangkaian pada Gambar 3.1 (b)
ditentukan dengan :

[3.5]
Untuk frekuensi khusus di mana XC = R, amplitudo menjadi :

[3.6]

Dan menghasilkan frekuensi kritis atau frekuensi cut-off sebesar :


[3.7]

Plot ternormalisasi antara faktor penguatan tegangan AV terhadap frekuensi f menghasilkan


kurva seperti pada gambar berikut.

Gambar 3.3. Plot ternormalisasi dari Gambar 3.1(b)


METODOLOGI PERCOBAAN
Alat dan Bahan
1. Osiloskop Sinar Katoda + Probe, 1 set
2.
Audio Function Generator, 1 buah
3.
Resistor, 1 buah
4.
Kapasitor, 1 buah
5.
Kabel Penghubung.
Identifikasi Variabel
Kegiatan I : Filter RC Lolos Rendah (Integrator)
a. Variabel manipulasi
: Frekuensi (f) dengan satuan (Hz).
b. Variabel respon
: Tegangan keluaran (Vout) dengan satuan Volt (V)
c. Variabel kontrol
: Resistansi (R) dengan satuan ohm (), kapasitansi (C) dengan
satuan (F), dan Tegangan input (Vin) dengan satuan Volt (V)
Kegiatan II. Filter RC Lolos Tinggi (Diferensiator)
a. Variabel manipulasi
: Frekuensi (f) dengan satuan (Hz)
b. Variabel respon
: Tegangan keluaran (Vout) dengan satuan Volt (V)
c. Variabel kontrol
: Resistansi (R) dengan satuan ohm (), kapasitansi (C) dengan
satuan (F) dan tegangan sumber (Vin) dengan satuan Volt (V)
Definisi Operasional Variabel
a. Frekuensi (f) adalah sebagai variabel manipulasi yang akan menunjukkan bagaimana
tanggapan rangkaian terhadap besarnya frekuensi yang diberikan dengan satuan Hz.
Frekuensi ini yang terbaca pada Audio Function Generator (AFG).
b. Tegangan Keluaran (Vout) adalah besarnya tegangan keluaran yang merespon besar
frekuensi yang dimanipulasi, dimana tegangan keluaran akan membentuk gelombang
yang terlihat pada osiloskop. Satuan tegangan keluaran yaitu volt.
c. Resistansi (R) adalah hambatan yang disimpan pada komutator dan satuannya adalah
ohm().
d. Kapasitansi (C) adalah penyaring frekuensi pada muatan listrik, dan satuannya adalah
Farad (F).

e. Tegangan input (Vin) adalah tegangan yang besarnya terbaca pada Audio Function Gener
ator (AFG) yang satuannya adalah Volt (V).
Prosedur Kerja
a. Filter RC Lolos Rendah(Integrator).
Membuat rangkaian seperti yang ditunjukkan oleh gambar berikut di atas papan kit.
R

In p u t

O u tp u t

Kemudian sebelum melakukan pengamatan terhadap outputnya, maka terlebih dahulu harus
mencatat dan mengukur nilai / harga komponen C dan R. Memperkirakan berapa besar frekuensi
potong (Cut-Off) rangkaian yang anda buat dengan menggunakan Pers. (3.3). Mengukur
tegangan puncak Vi (maksimum) audio generator untuk gelombang persegi. Mempelajari dengan
seksama kalibrasi untuk basis waktu dan basis tegangan pada Osiloskop. Setelah itu lakukan
pengamatan dan pengukuran untuk tegangan output Vo dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Setelah tampilan output tampak pada layar monitor osiloskop dan anda sudah memastikan bahwa
sistem rangkaian sudah berfungsi dengan baik, maka lakukan langkah berikutnya dengan
memutar tombol/pemutar frekuensi pada angka penunjukan 30 Hz. mengukur tegangan puncak
yang tampak pada layar monitor dan sekaligus gambar model gelombang keluarannya.
melakukan langkah (2) dan langkah (3) untuk frekuensi 60Hz, 90 Hz, 120 Hz, 150 Hz, .. dan
seterusnya. Dan terakhir mencatat hasil pengamatan anda pada lembar.
b. Filter RC Lolos Tinggi (Diferensiator).
Selanjutnya untuk percobaan ini bentuk rangkaiannya sama dengan bentuk rangkaian pada
gambar rangkaian integrator, hanya yang menjadi output adalah R (resistor). Dan proses
pengamatan dan pengambilan data sama prosesnya dengan rangkaian tapis RC lolos rendah.
Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar rangkaian diferensiator berikut.
C
In p u t

O u tp u t

HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS DATA


Hasil Pengamatan
R
= (220 20 %)
C
= 22. 10-9 F
Vin
= 1,5 V
Kegiatan 1. Integrator
Tabel 1. Hubungan antara frekuensi (f) terhadap faktor penguat tegangan (Av) pada
integrator.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

f(Hz)
30
40
50
60
70
80
90
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
10000
20000
30000
40000
50000

Vout (volt)
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.4
1.3
1.2
1.1
1.1
1
0.9
0.7
0.4
0.3
0.3

Av
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0.933333333
0.866666667
0.8
0.733333333
0.733333333
0.666666667
0.6
0.466666667
0.266666667
0.2
0.2

20logAv
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
-0.599264468
-1.242958135
-1.93820026
-2.693971478
-2.693971478
-3.521825181
-4.436974992
-6.619864381
-11.48062535
-13.97940009
-13.97940009

31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44

60000
70000
80000
90000
100000
200000
300000
400000
500000
600000
700000
800000
900000
1000000

0.3
0.2
0.2
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.05
0.05
0.05
0
0
0

0.2
0.133333333
0.133333333
0.066666667
0.066666667
0.066666667
0.066666667
0.066666667
0.033333333
0.033333333
0.033333333
0
0
0

-13.97940009
-17.50122527
-17.50122527
-23.52182518
-23.52182518
-23.52182518
-23.52182518
-23.52182518
-29.54242509
-29.54242509
-29.54242509

Kegiatan 2. Diferensiator
Tabel 2. Hubungan antara frekuensi (f) terhadap faktor penguat tegangan (Av) pada
diferensiator.
No
f (Hz)
Vout (Volt)
Av
20logAv
1
300
0.02
0.013333333
-37.50122527
2
400
0.03
0.02
-33.97940009
3
500
0.03
0.02
-33.97940009
4
600
0.03
0.02
-33.97940009
5
700
0.03
0.02
-33.97940009
6
800
0.03
0.02
-33.97940009
7
900
0.04
0.026666667
-31.48062535
8
1000
0.04
0.026666667
-31.48062535
9
2000
0.07
0.046666667
-26.61986438
10
3000
0.1
0.066666667
-23.52182518
11
4000
0.12
0.08
-21.93820026
12
5000
0.15
0.1
-20
13
6000
0.16
0.106666667
-19.43942553
14
7000
0.18
0.12
-18.41637508
15
8000
0.19
0.126666667
-17.94675316
16
9000
0.21
0.14
-17.07743929
17
10000
0.21
0.14
-17.07743929
18
20000
0.24
0.16
-15.91760035
19
30000
0.24
0.16
-15.91760035
20
40000
0.24
0.16
-15.91760035
21
50000
0.24
0.16
-15.91760035
22
60000
0.24
0.16
-15.91760035
23
70000
0.24
0.16
-15.91760035
24
80000
0.24
0.16
-15.91760035
25
90000
0.24
0.16
-15.91760035

26

100000

0.24

0.16

Analisis Perhitungan
1. Rangkaian RC lolos rendah
a. Secara teori

f C=

1
2 RC

1
2 (220 )(22109 F)
1

30395,2 109
109

30395,2
32899,9 Hz
1
=
RC
1

( 220 ) (22 109 F)


206611,372 rad/s

b. Secara praktikum

f c =8000 Hz
=2 f C
2 8000 Hz
50240
f f
diff = teori prak 100
f teori + f prak
2
32899,9 Hz8000 Hz
100
=
32899,9+ 8000
2

24899,9
|20449,95
|100

121,76
prak
diff = teori
100
teori + prak
2

156371,372
|128425,686
|100

206611,37250240
100
206611,372+50240
2

-15.91760035

121,76
2. Rangkaian RC lolos tinggi
a. Secara teori

f C=

1
2 RC

1
9
2 (220 )(2210 F)
1

30395,2 109
109

30395,2
32899,9 Hz
1
=
RC
1

( 220 ) (22 109 F)


206611,372 rad/s

b. Secara praktikum

f c =10000 Hz
=2 f C
2 10000 Hz
62800 rad /s

diff =

f teorif prak
100
f teori +f prak
2

32899,9 Hz10000 Hz
100
32899,+ 10000
2

22899,9
|21449,95
|100

106,75
prak
diff = teori
100
teori + prak
2

206611,37262800
100
206611,372+62800
2

143811,372
|134705,686
|100

106,75

PEMBAHASAN
Rangkaian filter RC adalah rangkaian kombinasi induktor dan kapasitor yang khusus
dirancang untuk meloloskan atau menolak suatu rentang frekuensi tertentu. Filter RC terdiri atas
dua yaitu tapis lolos rendah RC dan tapis lolos tinggi RC. Tapis lolos rendah RC atau integrator
mengubah gelombang persegi menjadi segi tiga, menahan frekuensi tinggi dan meloloskan
frekuensi rendah, dan kapasitor bertindak sebagai outputnya sedang inputnya adalah resistor.
Adapun filter RC lolos tinggi atau diferensiator menahan frekuensi rendah dan meloloskan
frekuensi tinggi, mengubah gelombang pulsa menjadi gelombang persegi, dan yang bertindak
sebagai inputnya adalah kapasitor sedang resistor sebagai outputnya.
Pada praktikum ini kita akan menentukan frekuensi cut off, baik pada integrator maupun
diferensiator. Frekuensi cut off atau frekuensi potong adalah frekuensi yang menjadi
perpotongan atau batas antara frekuensi yang diloloskan dengan frekuensi yang ditahan, atau
Secara teori, frekuensi cut off dapat dihitung menggunakan persamaan

f c=

1
.
2 RC

Berdasarkan praktikum, frekuensi cut off dapat ditentukan berdasarkan kurva plot frekuensi
terhadap 20 log Av, yaitu dengan menarik garis lurus sejajar sumbu x dari -3 dB pada integrator
dan 3 dB pada diferensiator hingga berpotongan dengan kurva, dan dari titik potong tersebut
tarik garis menuju sumbu x. Penunjukan frekuensi pada sumbu x itulah frekuensi cut offnya.
Secara teori diperoleh f c =32899,9 Hz untuk integrator dan juga diferensiator.
Diperoleh frekuensi cut off yang sama karena resistor dan kapasitor yang digunakan pada
intergrator dan diferensiator adalah sama, di mana secara teori faktor yang mempengaruhi
frekuensi cut off adalah resistansi resistor (R) dan kapasitansi kapasitor (C).
Berdasarkan grafik 1. plot frekuensi (Hz) terhadap 20 log AV pada integrator diperoleh
f c =8000 Hz dan diff =121,76 . Artinya terdapat perbedaan sekitar 121,76 % antara
frekuensi cut off yang diperoleh secara teori dengan frekuensi cut off hasil praktikum. Pada
diferensiator diperoleh f c =10000 Hz dan diff =106,75 yang berarti beda frekuensi
cut off secara teori dengan hasil praktikum adalah 106,75%. Perbedaan yang besar ini
diakibatkan karena ketidaktelitian praktikan dalam membaca skala di osiloskop dan mungkin
juga disebabkan karena alat yang digunakan sensitif.

Secara teori, kutub tapis ( c dapat dihitung menggunakan persamaan

c=

1
RC

Dengan menggunakan persamaan tersebut diperoleh c =206611,372 rad /s untuk


integrator dan diferensiator.
Secara praktik, c dapat dihitung menggunakan persamaan c =2 f c , di mana

f c yang digunakan adalah f c hasil praktikum. Untuk integrator diperoleh


c =50240rad /s dan diff =121,76 . Perbedaan yang diperoleh antara nilai teori dan
nilai praktikum sangat besar yang diakibatkan karena ketidaktelitian praktikan pada saat
melakukan praktikum dan mungkin juga disebabkan karena alat yang digunakan sensitif. Untuk
diferensiator diperoleh c =62800 rad /s rad /s dan diff =106,75 . Baik integrator
maupun diferensiator memiliki %diff sekitar 100% lebih yang berarti terdapat perbedaan sekitar
100% lebih antara c hasil praktikum dengan teori. Perbedaan yang besar ini disebakan
oleh human error.
Berdasarkan grafik 1, dapat kita lihat bahwa daerah yang berada di sebelah kiri f c adalah
daerah yang frekuensinya diloloskan dan yang di sebelah kanan f c adalah daerah yang
frekuensinya ditahan. Adapun berdasarkan grafik 2, daerah di sebelah kiri f c adalah daerah yang
frekuensinya ditahan, sedangkan di sebelah kanan fc adalah daerah dimana frekuensi tersebut
diloloskan.
KESIMPULAN
1. Filter RC lolos rendah mengubah gelombang persegi menjadi segi tiga, menahan
frekuensi tinggi dan meloloskan frekuensi rendah. Adapun filter RC lolos tinggi atau
diferensiator menahan frekuensi rendah dan meloloskan frekuensi tinggi, mengubah
gelombang pulsa menjadi gelombang persegi.
2. Berdasarkan grafik, frekuensi cut off (fc) dapat diperoleh dengan cara menarik garis
lurus sejajar sumbu x dari -3 dB pada integrator dan 3 dB pada diferensiator hingga
berpotongan dengan kurva, dan dari titik potong tersebut tarik garis menuju sumbu x.
Penunjukan frekuensi pada sumbu x itulah frekuensi cut offnya. Frekuensi cut-off

pada integrator yaitu 8000 Hz dan pada diferensiator yaitu sebesar 10000 Hz.
3. Rangkaian filter RC orde satu artinya rangkaian filter yang terdiri atas sebuah kapasitor
dan sebuah resistor yang disusun secara seri.
DAFTAR PUSTAKA
Bakri, Abd.Haris. 2016. Dasar-Dasar Elektronika. Edukasi Mitra Grafika: Sulawesi Tengah.
Sutrisno. 1998. Elektronika, Teori dan Penerapannya, Jilid 1. Bandung: Penerbit ITB.
Tim Elektronika Dasar, 2016. Penuntun Praktikum Elektronika Dasar 1. Makassar:
Laboratorium Unit Elektronika dan Instrumentasi Jurusan Fisika FMIPA UNM.

Anda mungkin juga menyukai