Disusun Oleh:
Amanda Ricki
1102011023
Pembimbing:
dr. Hj. Nurvita Susanto, Sp.A
dr H. Budi Risjadi, Sp.A
I.
II.
Identitas Pasien
Nama
: An. A M
Umur
: 8 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pendidikan Terakhir : SD
Suku Bangsa
: Sunda
Agama
: Islam
Alamat
: Bojong Buah 1/2 Cilampeni Kec.Katapang Kab.Bandung
No. RM
: 562379
Tanggal Pemeriksaan : 02 Agustus 2016
Anamnesis
Autoanamnesis dan Alloanamnesis dengan orangtua pasien
Keluhan Utama : Demam 3 hari
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan demam tinggi mendadak sejak 3 hari smrs, demam
dirasakan terus menerus, disertai rasa menggigil, Pusing (+) Nyeri kepala (+), Pegalpegal (+), Nyeri daerah sekitar mata (+) dan Nyeri uluh hati (+), Demam diakui ibu
pasien lebih tinggi pada malam hari. Disertai keluhan seperti batuk sudah 3 hari,
kadang-kadang, tidak ada dahak. Pilek (-) Mual (-) Muntah (-) Mencret (-) disangkal
oleh pasien Ibu pasien mengatakan tidak terdapat adanya tanda perdarahan seperti
timbul bintik merah, mimisan, gusi berdarah, muntah darah atau BAB berdarah.
Pasien belum BAB sudah 2 hari, BAK normal. Ibu pasien menjelaskan bahwa
anaknya suka jajan makana diluar.
Pasien mengaku sebelumnya berobat di Klinik dan mendapat obat Paracetamol dan
antibiotik, demam sempat menurun namun timbul panas kembali tinggi sehingga
dibawa ke RS. Ibu pasien mengaku disekitar lingkungan tidak ada yang menderita
DBD.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit serupa disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit yang serupa dikeluarga disangkal
Riwayat Imunisasi
Riwayat imunisasi lengkap menurut orang tua pasien, di bidan.
Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi
1
III.
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
b. Kesadaran : Komposmentis
c. Tanda vital :
i.
Tekanan darah : 110/60 mmHg
ii.
Nadi
: 92x/menit
iii.
Respirasi
: 24x/menit
iv.
Suhu
: 37,8 0C
d. Berat Badan : 21 kg
e. Tinggi Badan : 125 cm
f. Status gizi
BB/U : < -1SD (Gizi Baik)
TB/U : < - 1 SD (Baik)
BMI/U : 13,4 (-2 SD) (Gizi Baik)
Status Generalis
Kepala
Normochepal, Deformitas (-) rambut hitam tidak mudah dicabut
Mata
Konjungtiva
: tidak anemis
Sklera
: tidak ikterik
Pupil bulat isokor
Refleks Cahaya Langsung : +/+ Refleks Cahaya Tidak Langsung +/+
Hidung
Sekret (-/-), PCH (-/-), Epistaksis (-/-).
Mulut
POC (-), Lidah kotor (+), Tremor (-), Pinggir Hiperemis (-), mukosa bibir kering,
Tonsil T1-T1, faring tidak hiperemis, arcus pharingeus simetris, uvula terletak di
tengah.
Leher
KGB tidak teraba membesar
Thorax
Bentuk dan gerak simetris statis dan dinamis.
COR
: Bunyi Jantung Murni Regular, Murmur (-) Gallop (-)
Pulmonal : Vesicular Breath Sound kanan = kiri, Rhonki -/- Wheezing -/Abdomen
Inspeski : Datar, tidak ada kelainan kulit
Palpasi
: Soepel, nyeri tekan (+) epigastrium, hepar/lien tidak teraba membesar
Perkusi : Timpani diseluruh lapang abdomen
Auskultasi : Bising Usus (+) Normal
Ekstremitas
Ekstremitas atas: akral hangat +/+, CRT <2, turgor baik, edema (-)
Ekstremitas bawah : akral hangat +/+, CRT <2, turgor baik, edema (-)
Petekia (-)
Rumple Leede : Negatif
IV.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (RSUD Soreang)
Tgl : 03/08/2016
Jenis Pemeriksaan
Darah Rutin
Hemoglobin
Hematocrit
Leukosit
Trombosit
Hasil
Nilai Normal
10,5 g/dL
11-14
36%
37-43
7.500/mm
6.000 15.000
98.000/mm
150.000 400.000
1/160
Negative
1/160
Negative
1/160
Negative
Negative
Negative
1/160
Negative
1/80
Negative
1/40
Negative
1/40
Negative
Widal Test
S. Typhi O
S. Typhi AO
S. Typhi BO
S. Typhi CO
S. Typhi H
S. Typhi AH
S. Typhi BH
S. Typhi CH
V.
Diagnosis Banding
DBD non Syok
Demam Tifoid
Malaria
VI.
Diagnosis Kerja
Demam Dengue non Syok + Demam Tifoid
VII.
Usulan Pemeriksaan
NS1
Uji Tubex
VIII. Penatalaksanaan
IGD
1. Infus RL 1520 cc/24 jam 20 gtt/menit (makro)
3
IX.
X.
2. Cefotaxime
3x525mg (iv)
3. Omepraazol
1x20 mg (iv)
4. Paracetamol Syr
3x1 cth (po)
Ruangan Kenanga
1. Infus RL 1550 cc/24 jam 20 gtt/menit (makro)
2. Cefotaxime
3x525mg (iv)
3. Omepraazol
1x20 mg (iv)
4. Paracetamol Syr
3x1 cth (po)
Prognosis
Quo ad Vitam
Quo ad Functionam
Quo ad Sanationam
: ad bonam
: ad bonam
: ad bonam
Follow Up
Tanggal : 03/08/2016
S/
O/
A/
R : 26x/menit
S : 37,8C
P/
1. Infus RL 1520
Dbd
Non
cc/24 jam 20 gtt
Syok
+
(makro)
Demam
2.
Paracetamol
Tifoid
syr 3x2 cth
3. Cefotaxime
3x525mg
(+),
saat
Lain-lain dbn
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Darah Rutin
Hb : 10,8 g/dL
4
Ht : 36%
Leukosit : 5.700/mm
Trombosit
87.000/mm
Tanggal : 04/08/2016
S/
O/
demam (-) tanda
perdarahan (-)batuk
(+) berkurang,nyeri
uluh
hati
(-)
mual(+) muntah (-)
lidah kotor (+)
malas
makan/makan
kurang (+) BAB (+)
1x normal, dan
BAK dbn
A/
N : 132x/menit
R : 36x/menit
S : 37,0C
Mata : CA (+/+)
P/
1. Infus
RL
1520cc/24 jam
20
gtt
(makro)
2. Paracetamol syr
3x2 cth
3. Cefotaxime
3x525mg
Mulut : Tifoid
tongue (+)
Abd : NTE Lain-lain dbn
PEMERIKSAA
N
PENUNJANG
Darah Rutin
Hb : 10,0 g/dL
Ht : 34%
Leukosit
8.500/mm
Trombosit
91.000/mm
Tanggal : 05/08/2016
S/
O/
demam (-) batuk (-)
nyeri uluh hati (-) Td : 110/70 mmHg
makan dan minum
mau (+), BAB dan N : 88x/menit
BAK dbn
R : 24x/menit
A/
P/
1. Infus
RL
1520 cc/24
jam 20
gtt (makro)
2. Paracetamol
syr 3x2 cth
3. Cefotaxime
3x525mg
S : 36,7C
Mulut
:
kotor(+)
lidah
Pemeriksaan
Penunjang :
Hb : 10,8 g/dl
Hematokrit : 37%
Leukosit
8500/mm2
Trombosit
99.000/mm2
Tanggal : 06/08/2016
S/
O/
demam (-), batuk
(-), sesak (-) mual(-) Td : 110/70 mmHg
muntah (-) makan
dan minum baik, N : 90x/menit
BAB dan BAK dbn
R : 22x/menit
A/
DBD non Syok +
Demam Tifoid
P/
1. Infus
RL
1520 cc/24
jam 20
gtt (makro)
2. Paracetamol
6
S : 36,5C
BLPL
ANALISA KASUS
1. Apakah diagnosis pada pasien ini sudah tepat?
Anamnesis :
Pasien datang dengan keluhan demam sudah 3 hari, demam timbul secara
mendadak namun naik turun. Demam diakui ibu pasien lebih dominan pada
malam hari.
Pasien juga mengeluh Pusing (+) Nyeri kepala (+), Pegal-pegal (+), Nyeri
tidak berdahak.
Pasien belum BAB sudah 2 hari, nyeri perut.
Ibu pasien mengatakan tidak terdapat adanya tanda perdarahan seperti timbul
bintik merah, mimisan, gusi berdarah, muntah darah atau BAB berdarah
Ibu pasien mengaku disekitar lingkungan tidak ada yang menderita DBD.
Ibu pasien mengaku juga memperbolehkan anaknya untuk jajan makanan
diluar rumah dan anaknya suka jajan diluar.
Pemeriksaan Fisik :
KU : Tampak sakit sedang
KS : Composmentis
N : 92x/menit ; R : 24x/menit ; S : 37,8 0C
Mulut
: lidah kotor (+), tremor (-), Tepi tidak hipermis
Rumple Leede : Negatif
Lain-lain dbn
Pemeriksaan Penunjang :
Laboratorium (RSUD Soreang)
Tgl : 02/08/2016
Jenis Pemeriksaan
Darah Rutin
Hemoglobin
Hematocrit
Leukosit
Trombosit
Hasil
Nilai Normal
10,5 g/dL
11-14
36%
37-43
7.500/mm
6.000 15.000
98.000/mm
150.000 400.000
1/160
Negative
1/160
Negative
1/160
Negative
Negative
Negative
1/160
Negative
1/180
Negative
1/40
Negative
1/40
Negative
Widal Test
S. Typhi O
S. Typhi AO
S. Typhi BO
S. Typhi CO
S. Typhi H
S. Typhi AH
S. Typhi BH
S. Typhi CH
Pada pasien ini ditemukan keluhan demam 3 hari memang menjadi salah satu kriteria
DHF. Pasien juga mengeluh pusing, nyeri kepala, pegal-pegal, nyeri daerah sekitar
mata, tekan pada epigastrium. Namun ketika dilakukan pemeriksaan rumple leede
hasil menunjukkan negative. Terdapat penurunan hematocrit, dan trombosit. Sehingga
diagnosis DBD non syok dapat ditegakkan. Sementara pada pasien ini diakui demam
yang dialami dominan pada malam hari, belum bab 2 hari, nyeri perut. Hal tersebut
diperkuat dengan adanya hasil widal yang menunjukkan positif ke arah demam tifoid.
Teori :
Gejala klasik dari demam dengue ialah gejala demam tinggi mendadak, kadangkadang bifasik (saddle back fever), nyeri kepala berat, nyeri belakang bola mata, nyeri
otot, tulang, atau sendi, mual, muntah, dan timbulnya ruam. Selain itu, dapat juga
ditemukan petekia. Hasil pemeriksaan darah menunjukkan leukopeni kadang-kadang
dijumpai trombositopeni. Sementara perubahan patofisiologis pada DBD adalah
kelainan hemostasis dan perembesan plasma. Kedua kelainan tersebut dapat diketahui
dengan adanya trombositopenia dan peningkatan hematokrit. Bentuk klasik dari DBD
ditandai dengan demam tinggi, mendadak 2-7 hari, disertai dengan muka kemerahan.
Keluhan seperti anoreksia, sakit kepala, nyeri otot, tulang, sendi, mual, dan muntah
sering ditemukan. Beberapa penderita mengeluh nyeri menelan dengan faring
hiperemis ditemukan pada pemeriksaan, namun jarang ditemukan batuk pilek.
Biasanya ditemukan juga nyeri perut dirasakan di epigastrium dan dibawah tulang iga.
Bentuk perdarahan yang paling sering adalah uji tourniquet (Rumple Leede) positif,
kulit mudah memar dan perdarahan pada bekas suntikan intravena atau pada bekas
pengambilan darah. Kebanyakan kasus, petekia halus ditemukan tersebar di daerah
ekstremitas, aksila, wajah, dan palatum mole, yang biasanya ditemukan pada fase
awal dari demam.
Gambar 1.
Skema kriteria diagnosis infeksi dengue menurut WHO 2011 Sumber:World Health
Organization-South East Asia Regional Office. Comprehensive Guidelines for Prevention and
Control of Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever. India: WHO; 2011 dengan modifikasi.
Manifestasi klinis menurut kriteria diagnosis WHO 2011, infeksi dengue dapat terjadi
asimtomatik dan simtomatik. Infeksi dengue simtomatik terbagi menjadi undifferentiated
fever (sindrom infeksi virus) dan demam dengue (DD) sebagai infeksi dengue ringan;
sedangkan infeksi dengue berat terdiri dari demam berdarah dengue (DBD) dan expanded
dengue syndrome atau isolated organopathy. Perembesan plasma sebagai akibat plasma
leakage merupakan tanda patognomonik DBD, sedangkan kelainan organ lain serta
manifestasi yang tidak lazim dikelompokkan ke dalam expanded dengue syndrome atau
isolated organopathy.
10
Perjalanan Penyakit Infeksi Dengue Dalam perjalanan penyakit infeksi dengue, terdapat
tiga fase perjalanan infeksi dengue, yaitu
1. Fase demam: viremia menyebabkan demam tinggi
2. Fase kritis/ perembesan plasma: onset mendadak adanya perembesan plasma dengan
derajat bervariasi pada efusi pleura dan asites
3. Fase recovery/ penyembuhan/ convalescence: perembesan plasma mendadak berhenti
disertai reabsorpsi cairan dan ekstravasasi plasma.
11
Gambar 2. Perjalanan penyakit infeksi dengue Sumber: Center for Disease Control and Prevention.
Clinicians case management. Dengue Clinical Guidance. Updated 2010.
Gambaran klinis
a. Undifferentiated fever (sindrom infeksi virus)
Pada undifferentiated fever, demam sederhana yang tidak dapat dibedakan dengan
penyebab virus lain. Demam disertai kemerahan berupa makulopapular, timbul saat
demam reda. Gejala dari saluran pernapasan dan saluran cerna sering dijumpai.
b. Demam dengue (DD)
Anamnesis: demam mendadak tinggi, disertai nyeri kepala, nyeri otot & sendi/tulang,
nyeri retro-orbital, photophobia, nyeri pada punggung, facial flushed, lesu, tidak mau
makan, konstipasi, nyeri perut, nyeri tenggorok, dan depresi umum.
Pemeriksaan fisik
Demam: 39-40C, berakhir 5-7 hari
Pada hari sakit ke 1-3 tampak flushing pada muka (muka kemerahan), leher, dan
dada
12
13
Hematuria (jarang)
Menorrhagia
o Hepatomegali teraba 2-4 cm di bawah arcus costae kanan dan kelainan fungsi hati
(transaminase) lebih sering ditemukan pada DBD. Berbeda dengan DD, pada DBD
terdapat hemostasis yang tidak normal, perembesan plasma (khususnya pada rongga
pleura dan rongga peritoneal), hipovolemia, dan syok, karena terjadi peningkatan
permeabilitas kapiler. Perembesan plasma yang mengakibatkan ekstravasasi cairan ke
dalam rongga pleura dan rongga peritoneal terjadi selama 24-48 jam.
Fase kritis
Fase kritis terjadi pada saat perembesan plasma yang berawal pada masa transisi dari
saat demam ke bebas demam (disebut fase time of fever defervescence) ditandai
dengan,
Peningkatan hematokrit 10%-20% di atas nilai dasar
Tanda perembesan plasma seperti efusi pleura dan asites, edema pada dinding
kandung empedu. Foto dada (dengan posisi right lateral decubitus = RLD) dan
ultrasonografi dapat mendeteksi perembesan plasma tersebut.
Terjadi penurunan kadar albumin >0.5g/dL dari nilai dasar / <3.5 g% yang
merupakan bukti tidak langsung dari tanda perembesan plasma
Tanda-tanda syok: anak gelisah sampai terjadi penurunan kesadaran, sianosis,
nafas cepat, nadi teraba lembut sampai tidak teraba. Hipotensi, tekanan nadi 20
mmHg, dengan peningkatan tekanan diastolik. Akral dingin, capillary refill time
memanjang (>3 detik). Diuresis menurun (< 1ml/kg berat badan/jam), sampai anuria.
Komplikasi berupa asidosis metabolik, hipoksia, ketidakseimbangan elektrolit,
kegagalan multipel organ, dan perdarahan hebat apabila syok tidak dapat segera
diatasi.
14
Kriteria klinis
Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus
selama 2-7 hari
Manifestasi perdarahan, termasuk uji bendung positif, petekie, purpura, ekimosis,
epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, dan/melena
Pembesaran hati
Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi (20 mmHg),
hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, dan pasien tampak gelisah.
Kriteria laboratorium
Trombositopenia (100.000/mikroliter)
Hemokonsentrasi, dilihat dari peningkatan hematokrit > 20% dari nilai dasar /
menurut standar umur dan jenis kelamin
15
Menurut teori, manifestasi klinis demam tifoid pada anak seringkali tidak khas dan
sangat bervariasi yang sesuai dengan patogenesis demam tifoid. Masa inkubasi ratarata 10 20 hari. Setelah masa inkubasi maka ditemukan gejala prodromal, yaitu
perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat. Demam
merupakan keluhan dan gejala klinis terpenting yang timbul pada semua penderita
demam tifoid. Tampilan demam pada kasus demam typhoid berpola step ladder
temperature chart yang ditandai dengan tampilan demam yang insidius, naik secara
bertahap tiap harinya dan mencapai titik tertinggi pada akhir minggu pertama, setelah
itu demam akan bertahan tinggi dan pada minggu ke-4 demam turun perlahan secara
lisis , kecuali apabila terjadi fokus infeksi, maka demam akan bertahan lama.
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecah-pecah
(ragaden). Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya
kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan perut
16
kembung (meteorismus). Hati dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan.
Biasanya didapatkan konstipasi, akan tetapi mungkin pula normal bahkan dapat
terjadi diare. Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam,
yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah.
Gejala sistemik lain yang menyertai timbulnya demam adalah nyeri kepala, malaise,
anoreksia, nausea, myalgia, nyeri perut dan radang tenggorokan. Pada kasus yang
berpenampilan klinis berat pada saat demam tinggi akan tampak toksik/sakit berat.
Bahkan dapat juga dijumpai penderita demam tifoid yang datang dengan syok
hipovolemik sebagai akibat kurang masukan cairan dan makanan. Rose spot, suatu
ruam makulopapular yang berwarna merah dengan ukuran 1-5mm, sering kali
dijumpai pada daerah abdomen, thorax, ekstremitas dan punggung pada orang kulit
putih, tidak pernah dilaporkan ditemukan pada anak Indonesia. Ruam ini muncul pada
hari ke-7-10 dan bertahan selama 2-3 hari.
Pemeriksaan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis demam tifoid
dibagi dalam empat kelompok, yaitu : (1) pemeriksaan darah tepi; (2) pemeriksaan
bakteriologis dengan isolasi dan biakan kuman; (3) uji serologis; dan (4) pemeriksaan
kuman secara molekuler
1. Pemeriksaan Darah Tepi
Pada penderita demam tifoid bisa didapatkan anemia, jumlah leukosit
normal,
bisa
menurun
atau
meningkat,
mungkin
didapatkan
Ruang Kenanga
18
(makro)
Cefotaxime
(makro)
Cefotaxime
Paracetamol Syr
Omeprazole
3x525mg
3x2 cth
1x20mg
Paracetamol Syr
Omeprazole
3x525mg
3x2 cth
1x20 mg
Jika pasien dengan diagnosis DBD Non Syok maka tatalaksana seharusnya :
19
J
alur triase kasus tersangka infeksi dengue (WHO 2011)
Namun karena pada pasien ini didiagnosis dengan tifoid dan widal yang positif, maka
pasien diindikasikan rawat. Pada pasien tifoid dapat diberikan Kloramfenikol sebagai
lini pertama dengan dosis yang diberikan 100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4x
pemberian selama 10-14 hari atau sampai 5-7 hari setelah demam turun.
Teori :
Sebagian besar demam tifoid dapat diobati dirumah dengan tirah baring, isolasi yang
memadai, pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi, serta pemberian antibiotic.
Sedangkan untuk kasus berat arus dirawat agar pemenuhan cairan, elektrolit serta
nutrisi disamping observasi kemungkinan timbul penyulit dapat dilakukan dengan
seksama. Pengobatan antibiotic merupakan pengobatan utama karena pada dasarnya
pathogenesis infeksi Salmonella typhii berhubungan dengan keadaan bakterimia.
Kloramfenikol masih merupakan pilihan pertama pada pengobatan penderita demam
tifoid. Dosis yang diberikan 100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4x pemberian selama 1014 hari atau sampai 5-7 hari setelah demam turun.
3. Apa komplikasi yang dapat timbul dari kasus ini?
Komplikasi yang DBD ;
a. Ensefalopati dengue dapat terjadi pada DBD dengan atau tanpa syok.
20
b. Kelainan ginjal akibat syok berkepanjangan dapat mengakibatkan gagal ginjal akut.
c. Edema paru dan/ atau gagal jantung seringkali terjadi akibat overloading pemberian
cairan pada masa perembesan plasma
d. Syok yang berkepanjangan mengakibatkan asidosis metabolik & perdarahan hebat
(DIC, kegagalan organ multipel)
e. Hipoglikemia / hiperglikemia,
hiponatremia,
hipokalsemia
akibat
syok
hemolitik,
trombositopenia,
koaguolasi
21
22
DAFTAR PUSTAKA
Centers for Disease Control and Prevention. Dengue Clinical Guidance. Updated 2010 sept 1.
Available from: http://www.cdc.gov/dengue/clinicallab/clinical.html
Dengue Hemorrhagic Fever. Diagnosis, treatment prevention and control. Edisi kedua. WHO,
Geneva, 1997
Prasetyo R & Ismoedijanto. 2013. Metode Diagnostik Demam Tifoid Pada Anak. Divisi
Tropik dan Penyakit Infeksi. Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNAIR/RSU Dr.
Soetomo Surabaya.
Pudijiadi, A, et al. 2009. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. IDAI.
http://www.idai.or.id/downloads/PPM/Buku-PPM.pdf
Rampengan, Novie. 2013. Antibiotik Terapi Demam Tifoid Tanpa Komplikasi Pada Anak.
Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi.
Manado. Sari Pediatri Vol.14, No.5. http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/14-5-1.pdf
Rezeki, S et al. 2012. Update Management of Infectious Diseases and Gastrointestnal
Disorders.Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Departemen Ilmu Kesehatan
Anak. Jakarta. http://fk.ui.ac.id/wp-content/uploads/2016/01/Buku-PKB-63.pdf
Soedarmo,S et al. 2012. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Edisi Kedua. Cetakan Ketiga.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Badan Penerbit IDAI. Jakarta.
Suhendro et al. 2006. Demam Berdarah Dengue Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III.
Edisi IV. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta.
World Health Organization-South East Asia Regional Office. Comprehensive Guidelines for
Prevention and Control of Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever. India: WHO;
2011.p.1-67
23