Didirikan
5 Oktober 1945
TNI Angkatan Darat
TNI Angkatan Laut
Angkatan
TNI Angkatan
Udara
Markas besar
Jakarta
Hirarki militer
Panglima Tertinggi
Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono
Panglima Tentara
Nasional Indonesia
18
+476,000
Anggaran militer
Menteri Pertahanan
Anggaran tahunan
Persentase dalam APBN
Purnomo Yusgiantoro
IDR 72,5 triliun (2012)
[1]
0,05%
Industri militer
Pemasok lokal
Pemasok internasional
LAPAN, PT. DI
Perancis
Britania Raya
Rusia
Amerika Serikat
Jerman
Republik Rakyat
Cina
Republik Korea
Brasil
Spanyol
Kanada
Swedia
Belanda
Polandia
Artikel terkait
Sejarah militer
Perang Kemerdekaan
Indonesia
Pertempuran 10
November 1945
Operasi Trikora
Palagan Ambarawa
Bandung Lautan Api
Pertempuran Medan
Area
Pertempuran Margarana
Konfrontasi IndonesiaMalaysia
PRRI
Operasi Seroja
Operasi militer
Indonesia di Aceh 20032004
Kecabangan Militer
Sejarah TNI
Panglima TNI
Kepangkatan di TNI
Pangkat di TNI-AD
Pangkat di TNI-AL
Pangkat di TNI-AU
lihat
bicara
sunting
Tentara Nasional Indonesia (atau biasa disingkat TNI) adalah nama sebuah angkatan perang
dari negara Indonesia. Pada awal dibentuk bernama Tentara Keamanan Rakyat (TKR)
kemudian berganti nama menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI) dan kemudian diubah lagi
namanya menjadi seperti sekarang ini.
Tentara Nasional Indonesia (TNI) terdiri dari tiga angkatan bersenjata, yaitu TNI Angkatan
Darat, TNI Angkatan Laut, dan TNI Angkatan Udara. TNI dipimpin oleh seorang Panglima TNI,
sedangkan masing-masing angkatan dipimpin oleh seorang Kepala Staf Angkatan. Panglima TNI
saat ini adalah Jenderal TNI Moeldoko.
Dalam sejarahnya, TNI pernah digabungkan dengan POLRI. Gabungan ini disebut ABRI
(Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) yang menggunakan slogan "Catur Dharma Eka
Karma" disingkat "CADEK". Sesuai Ketetapan MPR nomor VI/MPR/2000 tentang pemisahan
TNI dan POLRI serta Ketetapan MPR nomor VII/MPR/2000 tentang Peran TNI dan peran
POLRI maka pada tanggal 30 September 2004 telah disahkan RUU TNI oleh DPR RI yang
selanjutnya ditandatangani oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada tanggal 19 Oktober
2004.
Seiring berjalannya era reformasi di Indonesia, TNI mengalami proses reformasi internal yang
signifikan. Di antaranya adalah perubahan doktrin "Catur" menjadi "Tri" setelah terpisahnya
POLRI dari ABRI. Berdasarkan Surat Keputusan Panglima TNI nomor Kep/21/I/2007, pada
tanggal 12 Januari 2007, doktrin TNI ditetapkan menjadi "Tri Dharma Eka Karma", disingkat
"TRIDEK".[2]
Tahun 2012, jumlah personel TNI adalah sebanyak 476.000 personel.
Daftar isi
1 Sejarah TNI
3 Tugas TNI
5 Anggaran
6 Lihat pula
7 Referensi
8 Pranala luar
Sejarah TNI
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah Tentara Nasional Indonesia
Negara Indonesia pada awal berdirinya sama sekali tidak mempunyai kesatuan tentara. Badan
Keamanan Rakyat yang dibentuk dalam sidang PPKI tanggal 22 Agustus 1945 dan diumumkan
oleh Presiden pada tanggal 23 Agustus 1945 bukanlah tentara sebagai suatu organisasi
kemiliteran yang resmi.
BKR baik di pusat maupun di daerah berada di bawah wewenang KNIP dan KNI Daerah dan
tidak berada di bawah perintah presiden sebagai panglima tertinggi angkatan perang. BKR juga
tidak berada di bawah koordinasi Menteri Pertahanan. BKR hanya disiapkan untuk memelihara
keamanan setempat agar tidak menimbulkan kesan bahwa Indonesia menyiapkan diri untuk
memulai peperangan menghadapi Sekutu.
Akhirnya, melalui Maklumat Pemerintah tanggal 5 Oktober 1945 (hingga saat ini diperingati
sebagai hari kelahiran TNI), BKR diubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Pada
tanggal 7 Januari 1946, Tentara Keamanan Rakyat berganti nama menjadi Tentara Keselamatan
Rakyat. Kemudian pada 24 Januari 1946, diubah lagi menjadi Tentara Republik Indonesia.
Karena saat itu di Indonesia terdapat barisan-barisan bersenjata lainnya di samping Tentara
Republik Indonesia, maka pada tanggal 5 Mei 1947, Presiden Soekarno mengeluarkan keputusan
untuk mempersatukan Tentara Republik Indonesia dengan barisan-barisan bersenjata tersebut
menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Penyatuan itu terjadi dan diresmikan pada tanggal
3 Juni 1947.
Tugas TNI
Sesuai UU TNI Pasal 7 ayat (1), Tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara,
mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 45, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia
dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. (2) Tugas pokok sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan:
1. operasi militer untuk perang
2. operasi militer selain perang, yaitu untuk:
1. mengatasi gerakan separatis bersenjata
2. mengatasi pemberontakan bersenjata
3. mengatasi aksi terorisme
4. mengamankan wilayah perbatasan
5. mengamankan obyek vital nasional yang bersifat strategis
6. melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik luar negeri
7. mengamankan Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya
8. memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara dini
sesuai dengan sistem pertahanan semesta
9. membantu tugas pemerintahan di daerah
10. membantu Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka tugas keamanan
dan ketertiban masyarakat yang diatur dalam undang-undang
11. membantu mengamankan tamu negara setingkat kepala negara dan perwakilan
pemerintah asing yang sedang berada di Indonesia
12. membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan pemberian
bantuan kemanusiaan
13. membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (bahasa Inggris: search
and rescue)
14. membantu pemerintah dalam pengamanan pelayaran dan penerbangan terhadap
pembajakan, perompakan, dan penyelundupan.
Kemudian ayat (3) berbunyi Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan
berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara.
Jumlah prajurit:
34.930
Kekuatan Terpusat
Skuadron Udara
Jumlah
18 batalion infrantri
16 batalion lain
Kapal Republik
Indonesia: 136
Pasukan Marinir: 2
Brigade Marinir: 1
Komando Latih
Marinir: 1
Kekuatan Kewilayahan
Kekuatan Kewilayahan
Batalion: 96
Armada Barat
Armada Timur
Pangkalan Utama
Angkatan Laut:
pesawat
tempur: 180
(target 2024)[3]
Skuadron
tempur: 7
Skuadron
angkut: 5
Skuadron
intai: 1
Skuadron
helikopter: 3
Skuadron
latih: 2
Pangkalan Udara
Pangkalan
udara: 41
o Kelas B: 24
Detasemen: 8
o Kelas C: 19
Pos angkatan
udara: 80
o Kelas A: 11
o Kelas khusus: 3
Pasukan Khas
3 wing
Satuan Radar
17 satuan
radar
pertahanan
udara
Anggaran
Anggaran (IDR)
Rp 21.97 trilyun
Rp 23.6 trilyun
Rp 32.6 trilyun
Rp 36.39 trilyun
Rp 33.6 trilyun
Rp 42.3 trilyun
Rp 47.5 trilyun
Rp 64.4 trilyun[4]
Rp 81.8 trilyun[5]
Anggaran (USD)
USD 2.5 milyar
USD 2.6 milyar
USD 3.4 milyar
USD 3.8 milyar
USD 3.3 milyar
USD 4.47 milyar
USD 5.2 milyar
USD 7.5 milyar
USD 8.44 milyar