Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
begitu banyak rizki dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat dan salam
selalu kita curahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, sebagai
Rahmatan lilalamin yang telah membawa umat manusia dari jalan kegelapan
menuju kehidupan yang mendapat sinar illahi seperti sekarang ini.
Alhamdulillah makalah yang berjudul Fisika Statistik ini dapat
diselesaikan semata-mata atas kehendak-Nya dan rahmat serta cinta kasih-Nya
yang berlimpah. Rasa syukur kami atas kemurahan-Nya karena telah diberi
kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu, secara khusus penulis ingin menyampaikan terima kasih
kepada bapak Drs. Imron Husaini, M.Pd selaku dosen pengasuh mata kuliah
Fisika Modern yang telah membimbing kami dalam mata kuliah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Dan semoga dengan terselesaikannya penyusunan makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Inderalaya, Desember 2012
(Penulis)
:
:
:
:
:
:
Fisika Modern
3 SKS
FKIP/PMIPA, Prodi Pendidikan Fisika
Ganjil 2012
Indralaya
Drs. Imron Husaini, M.Pd.
2.
3.
Standar Kompetensi
4.
Kompetensi Dasar
5.
Indikator
6.
Materi Pembelajaran
: Fisika Statistik
7.
9. Sumber belajar
10. Media
11.
Penilaian
12.
Sumber Pembelajaran :
Beiser, Arthur.1981.Konsep Fisika Modern. Jakarta: Erlangga.
Krane.k.s.1983. Fisika Modern .jakarta:ui-press
internet/buku elektronik
Mengetahui
Kajur MIPA
Hartono. M.Pd.
Dosen Pengasuh
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................1
SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)........................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................5
1.3 Tujuan ...............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Statistik Boltzman dan terapannya pada Gas..................................................6
2.2 Statistik Bose-Einstein dan penerapannya pada radiasi benda hitam........17
2.3 Soal-soal dan Jawabannya..................................................................................28
BAB I
4
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cabang fisika yang disebut mekanika statistik menunjukkan bagaimana sifat
makroskopik sistem banyak partikel berhubungan dengan sifat makroskopik partikel
itu sendiri. Dari namanya kita bisa mengetahui mekanika statistik tidak
mempersoalkan gerak sebenarnya atau interaksi antara partikel individual, melainkan
mempersoalkan kelakuan dengan peluang terbesar. Walaupun mekanika statistik tidak
dapat menolong kita untuk menentukan riwayat hidup suatu partikel dalam sistem,
mekanika statistik dapat memberi informasi mengenai peluang partikel itu memiliki
sejumlah energi tertentu pada suatu saat. Karena banyak gejala dalam dunia fisis
melibatkan sistem dengan banyak partikel, nilai tinggi dari pendekatan statistik jelas
terlihat. Karena cara penalaran yang dipakai sangat umum, mekanika statistik dapat
dipakai dengan kemudahan yang sama untuk sistem klasik (terutama molekul dan
gas) dan untuk sistem mekanika kuantum (terutama foton dalam rongga dan elektron
bebs dalam logam), dan merupakan alat yang sangat ampuh bagi fisikawan teoritis.
Makalah yang berjudul Fisika Statistik disusun sebagai tugas mata kuliah
fisika modern prodi pendidika Fisika angkatan 2010 semester V. Selain itu, makalah
ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu referensi untuk mata kuliah fisika
modern selanjutnya. Dalam makalah ini akan dibahas beberapa subpokok bahasan
yaitu, statistik Boltzman dan terapannya pada gas serta statistik Bose-Einstein dan
penerapannya pada radiasi benda hitam.
1.3 Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk :
a. Mengetahui statistik Boltzman dan terapannya pada gas?
b. Mengetahui statistik Bose-Einstein dan penerapannya pada radiasi benda hitam
BAB II
5
PEMBAHASAN
2.1 KESETIMBANGAN STATISTIK
Tinjau N buah partikel dal suatu sistem yang terisolasi.
Dengan N buah partikel, misalkan n1 buah berenergi E1, n2 buah berenergi E2,
dan seterusnya.
ni
Jadi : N = n1+n2+n3+......... atau N = i
n1, n2, n3........... disebut partisi atau distribusi
jika tidak ada interaksi antara partikel-partikel energi total sistem :
n i Ei
U = n1E1 + n2E2 + ............ atau U = i
Konstan karena terisolasi
1
n i Ei + 2 Eij
i
i j
W untuk jenis
dengan syarat
bahwa sistem itu terdiri dari sejumlah partikel tertentu (kecuali dalam sistem
foton atau ekuivalensi akustiknya fonon) dan bahwa sistem itu berenergi total
tertentu. Hasil dalm setiap kasus ialah rumusan n() , jumlah partike
berenergi yang bentuknya :
n ( )=g ( ) f ( )
dengan
= fungsi distribusi
= banyaknya partikel rata-rata utuk setiap keadaan berenergi
Harga A bergantung dari jumlah partikel dalam sistem dan disini memegang
peranan yang serupa dengan konstan normalisasi suatu fungsi gelombang.
Seperti biasa, k ialah konstan Boltzamann, yang besarnya ialah
k = 1,381 X 10-23 J/K
= 8, 617 X 10-5 eV/K
Penurunan persamaan diatas cukup rumit, dan untuk tujuan buku ini, tidak
begitu penting. Namun, tidak sukar untuk menunjukkan bahwa Persamaan
diatas ialah satu-satunya rumusan yang benar. Marilah kita tinjau dua partikel
yang energi gabungannya yang merupakan bagian dari sistem partikel
yang sejenis. Terdapat berbagai cara energi
partikel itu, tetapi sisa sistem itu tidak terpengaruh oleh pembagian itu karena
sisa sistem mempunyai energi sisa yang sama untuk dibagi diantara anggotanya.
Karena masing-masing cara pembagian diantara partikel 1 dan partikel 2
mempunyai peluang yang yang sama, peluang P ( 1,
pembagian menjadi
dan
) untuk
2
antara keduanya. Misalnya jika terdapat lima cara partikel itu dapat
membagi energi
, maka peluang P ( ,
1
,
1
) bahwa terjadi
2
, P ( ,
1
menuliskan :
'
). Peluang
uang logam untuk menghasilkan muka dua kali berurutan ialah X = . Ini
berarti bahwa P ( , ) untuk kedua keadaan terisi ialah perkalian
1
f ( 1 )
dan f
):
1
,
P(
2)=f ( 1 ) f ( 2)
f MB ( ) =A e/ kT
f ( 1 )
dan f
Ae
A e / kT = A2 e( + )/ kT
)
f ( 1)f ( 2 )=( 1 /kT )
/ kT
f ( )= A e
, yang arti fisisnya kabur karena ini berarti bahwa
diabaikan
Energi hanyalah kinetik saja
( )
( )
( )
p2
h2
=
k 2 ; k 2=m21+ m22 +m23
2
2m 8ma
Jelas bahwa untuk kubus yang besar, tingkat-tingkat energi sangat dekat yang
secara praktis membentuk speektrum energi kontinu.
Fungsi partisinya digunakan dalam bentuk integral
Z = eE /kT g ( E ) dE
0
1 4
8 mE
k3 = V
8 3
6
h2
3 /2
( )
8 V
(2 m3 )1/ 2 E3 /2 ; V =a3
3
3h
1
1
4 V ( 2 m3 ) 2
dN ( E )
g ( E )=
g ( E ) dE=dN ( E )=
=E 2 dE
3
dE
h
1
3 2
Fungsi partisi : Z =
4 V ( 2 m )
h3
E1 /2 eE /kT dE
0
Misalkan x = E1/2
10
Fungsi partisi :
Inilah fungsi partisi gas ideal monoatom sebagai fungsi suhu dan volume gas.
Energi rata-rata satu partikel gas :
11
Distribusi kecepatan
Gambar distribusi
kecepatan
12
dan +d
ditulis :
n ( ) =g ( ) d X f ( ) =Ag( )e / kT d
Tugas pertama adalah mencari g( d , banyaknya keadaan yang
mempunyai energi antara
Setiap kumpulan komponen momentum Px, Py, Pz seperti dalam gambar 4.1.
Banyaknya keadaan g(p) dp dengan momentum yang besarnya ada dianatara p
dan p+dp berbanding lurus dengan volume kulit bola dalam ruang momentum
2
yang berjejari p dan tabelnya dp, yaitu 4 p dp . Jadi
g ( p ) dp=B p 2 dp
Dengan B merupakan konstan. Karena setiap besar momentum p bersesuaian
dengan energi tunggal , banyaknya keadaan energi g( d antara
dan +d
md
2 m
Persamaan :
3
g ( ) d=2 m 2 B d
dan untuk jumlah molekul dengan energi antara dan d
/kT
n ( ) d =C e
N= n ( ) d=C e / kT d
0
x eax dx = 21a
0
C
(kT )3 /2
2
C=
2 N
e /kT d (distribusi energi molekular)
3/ 2
( kT )
Langkah terakhir ialah menghitung energi internal total sistem. Hal ini diperoleh
dengan mengalikan n( d dengan energi , dan kemudian diintegrasi
terhadapsemua energi dari 0 ke
E= n ( ) d =
0
2 N
3 /2 e /kT d
3/ 2
( kT ) 0
15
Kita peroleh
E=
2 N
3
3
X (kT )2 kT = NkT (energi total N molekul gas)
3/ 2
4
2
( kT )
Hasil ini benar, sehingga menyakinkan bentuk faktoe 1/kT dalam eksponen dari
fungsi distribusi Maxwell-Boltzmann betul menggambarkan kebergantungan n(
d terhadap T.
Energi rata-rata sebuah molekul gas ideal ialah E/N atau,
3
= kT
2
yang ternyata tak bergantung paa massa molekul; molekul ringan memiliki
kelajuan rata-rata yang lebih besar pada suatu temperatur tertentu daripada
molekul berat. Harga pada temperatur kamar ialah sekitar 0,04 eV atau
1/25 eV.
Distribusi kelajuan molekular dapat diperoleh dari persamaan distribusi energi
molekular dengan melakukan substitusi
1
= m v2
2
d =mv dv
3 /2
(kT )
16
3 kT
v rms = v 2=
(kelajuan Rms)
m
Karena
1
3
mv 2= kT . Kelajuan ini diberi lambang
2
2
v rms
3
v 1.09 v
8
Sehingga kelajuan rms ialah sekitr 9 persen lebih besar dari kelajuan rata-rata
aritmatis.
17
2 kT
(kelajuan berpeluangbes ar )
m
h / 2
Dari kacamata mekanika statistik perbedaan mendasar antara sistem boson dan
sistem klasik adalah bahwa dua buah boson identik dan tidak dapat dibedakan.
Dalam sistem klasik, pertukaran dua sistem akan menghasilkan susunan yang
berbeda, sedangkan dalam sistem boson tidak.
Perbedaan tersebut
tingkatan yang diskrit. Dalam kasus mekanika kuantum keadaan energi diskrit
tetap diperlukan dengan menganggap bahwa tiap keadaan yang tersedia
menempati volume tertentu dalam sebuah ruang fase.
2.6 Distribusi Statistika Bose-Einstein
Kita sudah kenal sistem elektron (fermion) yang memenuhi prinsip
eksklusi Pauli. Untuk sistem ini, fungsi keadaan yang menggambarkan sistem
partikel bersifat anti-simetrik terhadap pertukaran elektron. Ada sistem yang
mengandung partikel-partikel yang tak memenuhi prinsip eksklusi Pauli.
Artinya, jumlah partikel pada suatu keadaan kuantum tidak terbatas sehingga
fungsi keadaan yang menggambarkan sistem partikel adalah simetrik terhadap
pertukaran partikel. Partikel-partikel ini disebut boson. Contoh: semua partikel
dengan spin bulat seperti foton (s=0) dan inti helium (s=1). Sama halnya dengan
fermion, partikel-partikel boson itu identik dan tak dapat dibedakan. Peluang
menempati tingkat energi Ei adalah gi yakni derajat degenerasinya. Untuk
menentukan partisinya, mula-mula harus dievaluasi jumlah susunan tak
terbedakan dari ni buah partikel dalam gi buah keadaan dengan tingkat energi Ei,
yang menghasilkan fungsi-fungsi gelombang simetrik. Staistik Bose-Einstein
untuk partikel berspin s=0, 1. Partikel disebut boson; misalnya foton, inti
helium.
Metode perhitungan distribusi energi dengan peluang terbesar dalam
sebuah sistem untuk partikel identik seperti halnya boson sama dengan yang
telah dilakukan untuk sistem klasik. Konfigurasi assembly tetap ditandai dengan
pita energi s, mengandung gs keadaan dengan selang energi antara
19
dan
ns
, mengandung
ns
yang ditempatkan
s s
Sekarang yang akan hitung adalah jumlah susunan yang berbeda dari sistem
apabila disebar dalam tingkatan energi. Oleh karena sistemnya tidak dapat
dibedakan maka pertukaran dua sistem tidak akan menghasilkan susunan yang
baru.
gs
Misalkan
terdapat
ns
kotak. Sejumlah
gs
sistem dapat disusun atau disebar diatara
keadaan. Jika
pengisian dimulai dari kiri. Jika pada sisi paling kiri ditempatkan sebuah sistem,
g s 1
maka pada sisi selanjutnya terdapat
sistem adalah
g s 1 ns
ns
. Dan banyaknya cara menempatkan
g s 1
diantara
ns
banyaknya cara menempatkan
g s g s 1 ns
g s 1 ns
gs
sistem diantara
20
keadaan adalah
sistem
!. Jadi
Ingat bahwa
ws
berbeda
ws
g s g s 1 ns !
g s ! ns !
Penyusunan sistem dalam suatu pita tak bergantung pada penyusunan sistem
lain dalam pita yang lain. Tetapi kita dapat menyatukan susunan-susunan
tersebut untuk membentuk assembly, dengan bobot W yang konfiguarasinya
merupakan perkalian jumlah susunan berbeda dari masing-masing sistem. Jadi
W ws
s
g s 1 ns !
g s 1!ns !
ns
terbesar dapat ditentukan dengan mencari nilai
log W
s dns 0
ns
Oleh karena pada nilai maksimum persamaan di atas tetap berlaku untuk
dns
semua nilai
yang kecil, maka nilai yang ada dalam tanda kurung harus sama
. Jadi
log W
s 0
ns
21
gs !
Kita asumsikan bahwa nilia
ns !
dan
dapat ditulis
log W log ws
s
gs
Oleh karena
ns
dan
g n
log W
log s s
ns
ns
g s ns
s 0
ns
log
gs
s
e
1
ns
Jadi
ns
gs
exp s 1
22
1 / kT
boson. Seperti hasil yang diperoleh sebelumnya
benda
untuk
meradiasi
sangat
berdekatan
dengan
II.
II
23
Gambar 1. Permukaan I dan I identik satu sama lain dan berbeda dengan
pasangan permukaaan identik II dan II
Pada temperatur tertentu permukaan I dan I meradiasikan dengan laju
e 1 W /m2 , sedangkan II dan II meradiasikan dengan laju e 2. Permukaan I dan
I mengabsorpsi fraksi a1 dan radiasi yang datang padanya, sedangkan II dan II
mengabsorpsi fraksi a2. Jadi, I mengabsorpsi energi dari II dengan laju yang
berbanding lurus dengan a1e2, dan II mengabsorpsi dari I dengan laju yang
berbanding lurus dengan a2e1. Karena I dan II tetap berada pada temperatur
yang sama, haruslah berlaku bahwa
a1 e 2=a2 e 1
Dan
e 1 e2
=
a1 a2
Kemampuan benda untuk memancarkan radiasi berbanding lurus dengan
kemampuannya untuk mengabsorpsinya. Marilah kita anggap bahwa I dan I
benda hitam, sehingga a1 = 1 dan II dan II bukan, sehingga a2 < 1. Jadi :
e 1=
e2
a2
dan, karena a2 < 1, e1 > e2. Sebuah benda hitam pada temperatur tertentu
meradiasi energi dengan laju lebih besar dari benda yang lain.
Tujuan memperkenalkan benda hitam ideal alah agar kita tidak mengabaikan
bagaimana kelakuan yang tepat dari benda yang meradiasi, karena setiap benda
hitam kelakuannya identik. Setiap radiasi yang jatuh pada lubang itu, masuk
kedalam rongga dimana radiasi itu terperangkap oleh pemantulan bolak-balik
sehingga akhirnya terabsorpsi semuanya.
PENERAPAN
STATISTIKA
BENDA HITAM
24
BOSE-EINSTEIN
DALAM
RADIASI
4v
dv . karena semua
foton bergerak dengan laju cahaya, perhitungan ini tidak berlaku untuk gas
foton.
Perhitungan yang dilakukan adalah dengan meninjau energi yang diperkenankan
dari sebuah partikel yang terkukung dalam suatu daerah terbatas dimensi satu,
dua, atau tiga. Selanjutkan kita syaratkan bahwa
=0
elektrik E pada dinidng kotak itu adalah 0 dan himpunan bilangan disket yang
sama juga berlaku bagi gelombang elektromagnetik. Kuantitas ketiga bilangan
gelombang ini setara dengan kuantitas ketiga komponen momentum, karena px
= hkx py = hky pz = hkz. Dengan demikian :
p= p2 x + p2 y+ p 2 z
h
k 2 x + k 2 y +k 2 z
25
h 2
n x +n 2 y +n2 z
hc 2
n x +n2 y +n2 z
L
n2 x +n 2 y +n2 z
nilai energi yang diperkenanakan adalah seperdelapan dari volume ini, karena
nilai-nilai positif dari nx, ny, nz hanyalah menempati seperdelapan (oktan
pertama) dari ruang koordinat. Terakhir untuk setiap nilai n, terdapat dua
gelombang yang berbeda, yang berkaitan dengan dua derajat polarisasi
gelombang elektromagnetik. Dengan demikian, jumlah keadaan energi foton
yang diperkenankan adalah
1
g ( n ) dn=2 x x x 4 n 2 dn
8
Dan karena
E=
hc
n
L
g ( E ) dE= (
L
) E2 dE
hc
Jadi, jumlah foton yang memiliki energi dalam rentang E dan E+dE menurut
Distribusi Bose-Einstein adalah
p ( E ) dE=g(E) f BE dE
26
p ( E ) dE= (
L 2 2
1
) E E/ kT
dE
hc
e 1
Dengan demikian, energi radian total yang diambil foton berenergi E dan Ep(E)
dan kerapatan energi (energi persatuan volume) foton dalam rentang E hingga
E+dE adalah
u ( E )=
E p ( E ) dE
L3
8 hc
1
d
5
h c / kT
e
1
h / 2
dan spin foton adalah 1, maka secara alami berperilaku seperti boson dan
distribusi energinya mengikuti distribusi statistik Bose-Einstein. Jadi, dapat
disimpulkan beberapa hal yang perlu diperhatikan, sebagai berikut :
(i). Karena foton dapat dipancarkan dan diserap kembali oleh dinding di
sekitarnya, maka jumlah foton di dalam ruang tidak tetap (menentu).
dn
Pembatasan
atau
e 1
hv
sama
).
, dimana
itu lebih mudah kita nyatakan energi sebagai fungsi frekuensi atau panjang
gelombang foton. Jumlah modus gelombang yang independen dengan panjang
27
dan
4 / d
4
adalah
per satuan
volume dalam ruang. Oleh karena foton memiliki dua arah polarisasi, maka
modusnya dikali dua. Jadi jumlah keadaan yang diizinkan atau modus dalam
interval
g d
dan
adalah
8
d
4
g
persatuan volume dimana
fungsi panjang gelombang. Jadi jumlah foton dalam suatu pita energi pada
temperatur
ns
adalah
gs
exp hvs / kT 1
hv hc /
dan
g d
gs
diperoleh dengan jalan mensubstitusi
dengan
serta menyatakan
. Jadi
n d
8
1
d
4
exp hc / kT 1
E
Distribusi spektrum energi gas foton dapat dinyatakan dalam bentuk
28
E n ( )hv n ( hc / )
. Karena
, maka energi
E d
8 hcd
exp hc / kT 1
5
Persamaan di atas dikenal dengan Hukum Radiasi Planck untuk spektrum energi
E( )
radiasi dalam suatu ruang bertemperatur sekeliling T. Bentuk kurva
sebagai fungsi panjang gelombang ditunjukkan pada gambar:
E( )
Gambar 2. Kurva
29
dan E2 =
2 Tentukan harga maksimum dn/dE pada suatu suhu tertentu. Demikian juga harga
maksimum dn/dv.
Penyelesaian :
30
v ave
v rms
Penyelesaian :
n=
3
h (2 m)
3
2 0
1
2
kT
e 1
2
x 1/ 2 dx
3 /2
3 ( 2 mk T c ) x
h
0 e 1
Dimana integral
31
A=
0
1/ 2
x dx
=1,306
x
e 1
Sehingga
2
h
n
T c=
2 mk 2 A
2 /3
( )
BAB III
KESIMPULAN
3.1 KESIMPULAN
partikel berenergi
dan seterusnya.
h / 2
32
hv
d
independen dengan panjang gelombang berada diantara
dan
4 / d
4
adalah
per satuan volume dalam ruang. Oleh karena foton
memiliki dua arah polarisasi, maka modusnya dikali dua
DAFTAR PUSTAKA
33