Anda di halaman 1dari 33

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
begitu banyak rizki dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat dan salam
selalu kita curahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, sebagai
Rahmatan lilalamin yang telah membawa umat manusia dari jalan kegelapan
menuju kehidupan yang mendapat sinar illahi seperti sekarang ini.
Alhamdulillah makalah yang berjudul Fisika Statistik ini dapat
diselesaikan semata-mata atas kehendak-Nya dan rahmat serta cinta kasih-Nya
yang berlimpah. Rasa syukur kami atas kemurahan-Nya karena telah diberi
kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu, secara khusus penulis ingin menyampaikan terima kasih
kepada bapak Drs. Imron Husaini, M.Pd selaku dosen pengasuh mata kuliah
Fisika Modern yang telah membimbing kami dalam mata kuliah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Dan semoga dengan terselesaikannya penyusunan makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Inderalaya, Desember 2012

(Penulis)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)


1.

Identitas Mata Kuliah


Mata Kuliah
Kode Mata Kuliah/Sks
Fakultas/Jurusan,Prodi
Semester
Tempat,
Dosen Pengasuh

:
:
:
:
:
:

Fisika Modern
3 SKS
FKIP/PMIPA, Prodi Pendidikan Fisika
Ganjil 2012
Indralaya
Drs. Imron Husaini, M.Pd.

2.

Tujuan Mata Kuliah

: Membekali mahasiswa bahwa pemahaman dan


pembehasan fenomena fisika dapat dipahami
dalam konteks fakta, deduktif, induktif dan
konteks pemikiran rasional dan logika.

3.

Standar Kompetensi

4.

Kompetensi Dasar

: Mahasiswa dapat memahami, fakta, konsep,


prinsip, prosedur, mekanis, interaksi partikel
dalam fisika modern.
: Mahasiswa dapat menjelaskan mekanisme
peluang makro dan mikro pada sistem partikel

5.

Indikator

: Menjelaskan sebaran partikel kelajuan

6.

Materi Pembelajaran

: Fisika Statistik

7.

Kegiatan Pembelajaran : Pertemuan ke- 12 (2 x 50 menit)

Kegiatan awal (10 menit)


1
2
3
4

Salam pembuka, mengecek kehadiran mahasiswa.


Dosen melakukan tanya jawab mengenai tugas yang diberikan, kelompok
yang presentasi harus duduk didepan.
Dosen menyampaikan indikator yang harus dicapai mahasiswa.
Dosen memberikan arahan tentang tata tertib dalam bertanya dan disikusi

Kegiatan inti (75 menit)


1 Presentasi Kelompok 9
2 Penjelasan F.1 Statistik Boltzman dan terapannya pada gas
3 Penjelasan F.2 Statistik Bose-Einstein dan penerapannya pada radiasi benda
hitam
4 Tanya jawab, diskusi dan contoh-contoh soal.

Penutup (15 menit)


1 Dosen menyampaikan intisari dari isi materi ajaryang dipresentasi.
2 Dosen memberikan catatan perbaikan pada materi ajar dan untuk dijillid.
Penilaian
1 Penilaian penampilan kelomok 9.
2 Penulisan tugas (lembar kriteria tugas).
3 Penilaian Kognitif , tanya jawab antar kelompok dan antar individu
4 Penilaian Afektif (lembar pengamatan)
5 Penilaian Psikomotorik (lembar pengamatan)
8. Alat Yang Digunakan

: Laptop, papan tulis dan alat-alat tulis

9. Sumber belajar

: Buku-buku fisika, mahasiswa, internet

10. Media

: Pemrograman materi ajar dengan program


Power Point dan Microsoft Word

11.

Penilaian

: Teknik Penyajian (lembar pengamatan)


Penguasaan Materi (lembar pengamatan)
Penilaian Kognitif (tes tertulis, tes lisan)
Penilaian Afektif (lembar pengamatan)
Penilaian Psikomotorik (lembapengamatan)

12.

Sumber Pembelajaran :
Beiser, Arthur.1981.Konsep Fisika Modern. Jakarta: Erlangga.
Krane.k.s.1983. Fisika Modern .jakarta:ui-press
internet/buku elektronik

Inderalaya, November 2012


Mengetahui
Ketua prodi

Taufik, S.Pd., M.Pd.

Mengetahui
Kajur MIPA

Hartono. M.Pd.

Dosen Pengasuh

Drs. Imron Husaini, M.Pd

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................1
SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)........................................................2

DAFTAR ISI ........................................................................................................4

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................5
1.3 Tujuan ...............................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Statistik Boltzman dan terapannya pada Gas..................................................6
2.2 Statistik Bose-Einstein dan penerapannya pada radiasi benda hitam........17
2.3 Soal-soal dan Jawabannya..................................................................................28

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan .......................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................31

BAB I
4

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cabang fisika yang disebut mekanika statistik menunjukkan bagaimana sifat
makroskopik sistem banyak partikel berhubungan dengan sifat makroskopik partikel
itu sendiri. Dari namanya kita bisa mengetahui mekanika statistik tidak
mempersoalkan gerak sebenarnya atau interaksi antara partikel individual, melainkan
mempersoalkan kelakuan dengan peluang terbesar. Walaupun mekanika statistik tidak
dapat menolong kita untuk menentukan riwayat hidup suatu partikel dalam sistem,
mekanika statistik dapat memberi informasi mengenai peluang partikel itu memiliki
sejumlah energi tertentu pada suatu saat. Karena banyak gejala dalam dunia fisis
melibatkan sistem dengan banyak partikel, nilai tinggi dari pendekatan statistik jelas
terlihat. Karena cara penalaran yang dipakai sangat umum, mekanika statistik dapat
dipakai dengan kemudahan yang sama untuk sistem klasik (terutama molekul dan
gas) dan untuk sistem mekanika kuantum (terutama foton dalam rongga dan elektron
bebs dalam logam), dan merupakan alat yang sangat ampuh bagi fisikawan teoritis.
Makalah yang berjudul Fisika Statistik disusun sebagai tugas mata kuliah
fisika modern prodi pendidika Fisika angkatan 2010 semester V. Selain itu, makalah
ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu referensi untuk mata kuliah fisika
modern selanjutnya. Dalam makalah ini akan dibahas beberapa subpokok bahasan
yaitu, statistik Boltzman dan terapannya pada gas serta statistik Bose-Einstein dan
penerapannya pada radiasi benda hitam.

1.2 Rumusan masalah


a. Bagaimanakah statistik Boltzman dan terapan pada gas?
b. Bagaimanakah statistik Bose-Einstein dan penerapannya pada radiasi benda hitam?

1.3 Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk :
a. Mengetahui statistik Boltzman dan terapannya pada gas?
b. Mengetahui statistik Bose-Einstein dan penerapannya pada radiasi benda hitam

BAB II
5

PEMBAHASAN
2.1 KESETIMBANGAN STATISTIK
Tinjau N buah partikel dal suatu sistem yang terisolasi.
Dengan N buah partikel, misalkan n1 buah berenergi E1, n2 buah berenergi E2,
dan seterusnya.
ni
Jadi : N = n1+n2+n3+......... atau N = i
n1, n2, n3........... disebut partisi atau distribusi
jika tidak ada interaksi antara partikel-partikel energi total sistem :
n i Ei
U = n1E1 + n2E2 + ............ atau U = i
Konstan karena terisolasi
1

Jika ada interaksi U =

n i Ei + 2 Eij
i

i j

Karena interaksi antara partikel-partikel atau tumbukan antara partikel-partikel


partisi bisa berubah.Dapat diasumsikan adanya suatu partisi yang lebih baik
daripada partisi-partisi lain.Secara fisis pada suatu sistem yang memiliki
sejumlah partikel dengan tota; energi tertentu, terdapat suatu partisi paling
mungkin (most probable partition). Jika partisi itu tercapai, sistem itu disebut
setimbang secara statistik.
2.2 STATISTIKA MAXWELL-BOLTZMANN
Fisika statistik merupakan penentuan peluang terbesar bagaimana
sejumlah energi tertentu terdistribusi diantara anggota sistem partikel dalam
kesetimbangan termal pada temperatur mutlak T; ini berarti berapa banyak
partikel berpeluang berenergi , berapa banyak partikel berenergi
1

dan seterusnya. Partikel-partikelnya dianggap berinteraksi satu sama lain dan


dengan dinding wadahnya sedemikian sehingga cukup untuk menimbulkan
kesetimbangan termal, tetapi tidak terlalu besar sehingga geraknya terkorelasi
secara kuat. Lebih dari satu keadaan partikel bersesuaian dengan energi
tertentu, dan jika partikel itu tidak memenuhi prinsip eksklusi, lebih dari satu
partikel boleh berada pada suatu keadaan tertentu. Anggapan dasar mekanika
statistika ialah terdapatnya banyak cara W partikel dapat diatur diantara
keadaan yang bisa diperoleh sehingga menghasilkan distribusi energi tertentu
untuk distribusi yang berpeluang terbesar. Disini dianggap bahwa masingmasing keadaan dengan energi tertentu berpeluang sama untuk diisi, suatu
6

anggapan yang mungkin, namun orang akhirnya harus membuktikannya (seperti


kasus persamaan Schrodinger) bahwa kesimpulan yang ditarik berdasarkan hal
itu cocok dengan eksperimen.
Prosedurnya ialah mendapatkan rumusan umum untuk
partikel yang sedang ditinjau, kemudian memaksimumkan

W untuk jenis
dengan syarat

bahwa sistem itu terdiri dari sejumlah partikel tertentu (kecuali dalam sistem
foton atau ekuivalensi akustiknya fonon) dan bahwa sistem itu berenergi total
tertentu. Hasil dalm setiap kasus ialah rumusan n() , jumlah partike
berenergi yang bentuknya :
n ( )=g ( ) f ( )
dengan

g ( ) = banyaknya keadaan berenergi


= bobot statistik yang bersesuaian dengan energi
f ( )

= fungsi distribusi
= banyaknya partikel rata-rata utuk setiap keadaan berenergi

= peluang terisinya setiap keadaan berenergi


Jika yang terlibat ialah distribusi malar (kontinu) alih-alih distribusi
g ( ) diganti dengan
g ( ) d yang menyatakan
diskrit dari energi,
banyaknya keadaan dengan energi antara dan + d .
Mula-mual kita kan meninjau sistem partikel identik yang jaraknay cukup
berjauhan sehingga satu sama lainnya dapat dibedakan (menurut istilah
kauntum, fungsi gelombang partikel yang saling bertumpangan dapat
diabaikan). Partikel-partikel ini berkelakuan klasik, dan spinyya tak relevan.
Molekul gas merupakan partikel sejenis ini, dan fungsi distribusi MaxwellBoltzmann berlaku untuknya :
f MB ( ) =A e/ kT
Fungsi distribusi MaxwellBoltzmann
7

Harga A bergantung dari jumlah partikel dalam sistem dan disini memegang
peranan yang serupa dengan konstan normalisasi suatu fungsi gelombang.
Seperti biasa, k ialah konstan Boltzamann, yang besarnya ialah
k = 1,381 X 10-23 J/K
= 8, 617 X 10-5 eV/K
Penurunan persamaan diatas cukup rumit, dan untuk tujuan buku ini, tidak
begitu penting. Namun, tidak sukar untuk menunjukkan bahwa Persamaan
diatas ialah satu-satunya rumusan yang benar. Marilah kita tinjau dua partikel
yang energi gabungannya yang merupakan bagian dari sistem partikel
yang sejenis. Terdapat berbagai cara energi

dapat dibagi antara kedua

partikel itu, tetapi sisa sistem itu tidak terpengaruh oleh pembagian itu karena
sisa sistem mempunyai energi sisa yang sama untuk dibagi diantara anggotanya.
Karena masing-masing cara pembagian diantara partikel 1 dan partikel 2
mempunyai peluang yang yang sama, peluang P ( 1,
pembagian menjadi

dan

) untuk
2

yang tertentu harus berbanding lurus

dengan peluang P( bahwa kedua partikel memiliki energi total


+

antara keduanya. Misalnya jika terdapat lima cara partikel itu dapat

membagi energi

, maka peluang P ( ,
1

pembagian energi tertentu

,
1

merupakan fungsi dari

) bahwa terjadi
2

terjadi ialah 1/5 P( . Karena P(

, P ( ,
1

) juga, sehingga kita bisa


2

menuliskan :

P( 1 , 2)=P ( )=P ( {} rsub {1} , {} rsub {2} )

'

Terdapat hubungan lain yang harus dipenuhi oleh P ( 1,


f ( 1 )

). Peluang

untuk mendapatkan sebuah partikel dalam sistem berada dalam

keadaan dengan energi

bebas dari peluang

berada dalam keadaan dengan energi

) bahwa partikel lain

. Peluang supaya kedua kejadian


2

bebas terjadi sama dengan perkalian peluang masing-masing; peluang lemparan


8

uang logam untuk menghasilkan muka dua kali berurutan ialah X = . Ini
berarti bahwa P ( , ) untuk kedua keadaan terisi ialah perkalian
1

f ( 1 )

dan f

):

1
,

P(
2)=f ( 1 ) f ( 2)

Jadi harus dipenuhi

f ( 1)f ( 2 )=P ( {} rsub {1} + {} rsub {2} )

Kita lihat bahwa persamaan

f MB ( ) =A e/ kT

karena dengan memakai bentuk

f ( 1 )

dan f

memenuhi spesifikasi ini,


) kita dapatkan

Ae
A e / kT = A2 e( + )/ kT
)
f ( 1)f ( 2 )=( 1 /kT )

Yang merupakan fungsi dari

seperti yang diperlukan. Hanya

eksponensial saja yang berkelakuan seperti ini, walaupun secara matematis


eksponen bisa positif seperti juga negatif. Akan tetapi eksponen positif akan
memberikan

/ kT
f ( )= A e
, yang arti fisisnya kabur karena ini berarti bahwa

partikel berpeluang tak berhingga untuk berenergi tak berhingga.

2.3 APLIKASI PADA GAS IDEAL


Gas ideal dipandang sebagai :
9

Molekul-molekul monoatom energi rotasi dan vibrasi diabaikan

Jarak antar molekul cukup renggang

diabaikan
Energi hanyalah kinetik saja

energi potensial antar molekul

Sebuah partikel gas dalam kubus bersisi a mempunyai komponeen-komponen


momentum :
h
h
h
px =m1
; p y =m2
; p z =m3
;
2a
2a
2a

( )

( )

( )

Dimana m1,m2,m3 adalah bilangan-bilangan bulat positif.


Energi kinetik :
E=

p2
h2
=
k 2 ; k 2=m21+ m22 +m23
2
2m 8ma

Jelas bahwa untuk kubus yang besar, tingkat-tingkat energi sangat dekat yang
secara praktis membentuk speektrum energi kontinu.
Fungsi partisinya digunakan dalam bentuk integral

Z = eE /kT g ( E ) dE
0

g(E) dE menyatakan jumlah keadaan molekul dalam daerah energi E dan E +


dE.
Tinjaulah sebuah bola dengan jari-jari k, jumlah keadaan dengan energi antara 0
dan E untuk suatu oktan (m1, m2, m3 selalu positif) adalah :
N ( E )=

1 4

8 mE
k3 = V
8 3
6
h2

3 /2

( )

8 V
(2 m3 )1/ 2 E3 /2 ; V =a3
3
3h
1
1

4 V ( 2 m3 ) 2
dN ( E )
g ( E )=
g ( E ) dE=dN ( E )=
=E 2 dE
3
dE
h
1
3 2

Fungsi partisi : Z =

4 V ( 2 m )
h3

E1 /2 eE /kT dE
0

Misalkan x = E1/2
10

Fungsi partisi :

Inilah fungsi partisi gas ideal monoatom sebagai fungsi suhu dan volume gas.
Energi rata-rata satu partikel gas :

Ingat bilangan Avogadro : NA = 6,0225 x 1023/mole, maka n = NA adalah jumlah


mole dari gas, dan

Ingat hukum partisi (distribusi) Maxwell-Boltzmann :

Untuk kasus kontinu, gi diganti dengan

Maka jumlah molekul dengan energi di antara E dan E+dE, adalah

11

Rumus Maxwell-Boltzmann untuk distribusi energi dari molekul dalam suatu


gas ideal.

Gambar distribusi energi dari molekul dalam


suatu gas ideal

Distribusi kecepatan

Gambar distribusi
kecepatan

12

2.4 ENERGI MOLEKULAR DALAM GAS IDEAL


Faktor 1/kT dalam eksponen jelas mungkin, karena peluang bahwa
sebuah partikel memiliki energi tinggi harus bertambah dengan bertambahnya
energi, tetapi ini bukan satu-satunya faktor yang memiliki sifat seperti itu. Test
yang lebih menyakinkan ialah penggunaan persamaan fungsi distribusi
Maxwell-Boltzmann untuk menghitung energi internal total E dari sebuah sistem
partikel yang harga E-nya diketahui dan melihatnya apakah cocok. Sistem yang
sesuai untuk diperiksa ialah sampel gas ideal yang terdiri dari N molekul. Teori
kinetik elementer dari gas menunjukkan bahwa hanya jika energi kinetik
molekular rata-ratanya 3/2 kT hukum gas ideal mempunyai bentuk yang benar
pV = NkT, sehingga energi molekular total haruslah E = 3/2 NkT.
Kuantitasi energi dalam gerak translasional molekul gas tidak begitu nyata, dan
jumlah molekul total N dalam sampel biasanya sangat besar, jadi cukup nalar
untuk memakai distribusi malar dari energi molekul alih-alih kumpulan diskrit
, , , ........... jika n( d menyatakan banyaknya molekul
1

yang energinya terletak antara

dan +d

sehingga persamaan dapat

ditulis :
n ( ) =g ( ) d X f ( ) =Ag( )e / kT d
Tugas pertama adalah mencari g( d , banyaknya keadaan yang
mempunyai energi antara

dan +d . Sebuah molekul berenergi

memiliki momentum p yang besarnya ialah :


p= 2 m= p 2x + p2y + p2z

Setiap kumpulan komponen momentum Px, Py, Pz seperti dalam gambar 4.1.
Banyaknya keadaan g(p) dp dengan momentum yang besarnya ada dianatara p
dan p+dp berbanding lurus dengan volume kulit bola dalam ruang momentum
2
yang berjejari p dan tabelnya dp, yaitu 4 p dp . Jadi

g ( p ) dp=B p 2 dp
Dengan B merupakan konstan. Karena setiap besar momentum p bersesuaian
dengan energi tunggal , banyaknya keadaan energi g( d antara
dan +d

sama dengan banyaknya keadaa momentum g(p) dp antara p

dan p+dp, sehingga :


g ( ) d=B p2 dp
Karena,
13

p2=2 m dan dp=

md
2 m

Gambar 4.1 koordinat dalam ruang momentum ialah


Px, Py, Pz.. banyaknya keadaan momentum yang bisa
dimiliki partikel dengan momentum yang besarnya
antara p dan p+dp berbanding-lurus dengan volume
kuli bola dalam ruang momentum yang berjejari p
dan tebal dp.

Persamaan :
3

g ( ) d=2 m 2 B d
dan untuk jumlah molekul dengan energi antara dan d
/kT

n ( ) d =C e

dengan C = 2m3/2 AB merupakan konstan yang harus dicari.


Untuk mencari C kita pakai syarat normalisasi bahwa jumlah molekulnya N,
sehingga :

N= n ( ) d=C e / kT d
0

Dari tabel untuk integral tertentu kita dapatkan


14

x eax dx = 21a
0

Disini a=1/kT, dan hasilnya ialah


N=

C
(kT )3 /2
2

C=

2 N
e /kT d (distribusi energi molekular)
3/ 2
( kT )

Rumus ini memberikan banyaknya molekul dengan energi antara


dan +d dalam sampel gas ideal yang berisi N molekul dan temperatur
mutlaknya T.

Gambar 4.2 Distribusi energi Maxwell-Boltzmann


untuk molekul gas ideal

Langkah terakhir ialah menghitung energi internal total sistem. Hal ini diperoleh
dengan mengalikan n( d dengan energi , dan kemudian diintegrasi
terhadapsemua energi dari 0 ke

E= n ( ) d =
0

2 N
3 /2 e /kT d
3/ 2
( kT ) 0
15

Dengan memakai integral tertentu yang baku (standard)

x 3/ 2 eax dx= 43a 2


0

Kita peroleh
E=

2 N
3
3
X (kT )2 kT = NkT (energi total N molekul gas)
3/ 2
4
2
( kT )

Hasil ini benar, sehingga menyakinkan bentuk faktoe 1/kT dalam eksponen dari
fungsi distribusi Maxwell-Boltzmann betul menggambarkan kebergantungan n(
d terhadap T.
Energi rata-rata sebuah molekul gas ideal ialah E/N atau,
3
= kT
2
yang ternyata tak bergantung paa massa molekul; molekul ringan memiliki
kelajuan rata-rata yang lebih besar pada suatu temperatur tertentu daripada

molekul berat. Harga pada temperatur kamar ialah sekitar 0,04 eV atau
1/25 eV.
Distribusi kelajuan molekular dapat diperoleh dari persamaan distribusi energi
molekular dengan melakukan substitusi
1
= m v2
2
d =mv dv

Hasil untuk sejumlah molekul dengan kelajuan antara v dan v + dv ialah


3

2 N m 2 v 2 em v / 2 kT dv (distribusi kelajuan molekular)


n ( v ) dv=
2

3 /2

(kT )

16

Gambar 4.3 distribusi kelajuan MaxwellBoltzmann

Kelajuan sebuah molekul dengan energi rata-rata 3/2 kT ialah

3 kT
v rms = v 2=
(kelajuan Rms)
m

Karena

1
3
mv 2= kT . Kelajuan ini diberi lambang
2
2

v rms

karena akar rata-

rata kelajuan molekular kuadrat the root-mean-square speed tidak sama


v rms
dengan rata-rata aritmatik sederhana v . Hubungan antara v dan
bergantung dari hukum distribusi yang berlaku untuk kelajuan molekular dalam
sistem tertentu.
Untuk distribusi Maxwell-Boltzmann,
v rms =

3
v 1.09 v
8

Sehingga kelajuan rms ialah sekitr 9 persen lebih besar dari kelajuan rata-rata
aritmatis.

17

Gambar 4.4 distribusi kelajuan molekular dalam oksigen pada


73 K, dalam oksigen 273 K dan dalam hidrogen 273 K.

Karena distribusi kelajuan tidak simetris, kelajuan berpeluang terbesar v p lebih


v atau v rms .
kecil dari
Untuk mendapatkan vp kita samakan turunan n(v)
terhadap v dengan nol dan pecahkan persamaan yang timbul. Hasilnya ialah
v p=

2 kT
(kelajuan berpeluangbes ar )
m

2.5 STATISTIK BOSE EINSTEIN


Pada awal 1920-an Satyendra Nath Bose, seorang profesor Universitas
Dhaka di British India tertarik oleh teori einstein mengenai gelombang cahaya
yang diumpamakan sebagai partikel yang disebut foton. Menggunakan gambar
partikel Einstein, Bose mampu menurunkan rumus radiasi dengan sistematis
mengembangkan statistik partikel tak bermassa tanpa kendala konservasi
partikel angka. Penemuan Bose berasal dari Hukum Radiasi Planck oleh
mengusulkan keadaan-keadaan yang berbeda untuk foton. Daripada kebebasan
statistik partikel, partikel Bose dimasukkan ke dalam sel dan menggambarkan
kemandirian statistik sel ruang fase. Sistem tersebut memungkinkan dua
polarisasi keadaan, dan menunjukkan benar-benar simetris fungsi gelombang .
Ia mengembangkan hukum statistik yang mengatur pola perilaku foton cukup
berhasil. Namun, ia tidak bisa menerbitkan karyanya, tidak ada jurnal di Eropa
akan menerima makalahnya, karena tidak dapat memahaminya. Bose
mengirimkan papernya kepada Einstein, yang melihat pentingnya dan
menggunakan pengaruhnya untuk mendapatkannya diterbitkan.
Pembahasan ini mengenai partikel yang tak berinteraksi satu sama lain
dan tunduk pada aturan kuantum. Kita akan menurunkan distribusi statistik
untuk boson, suatu sistem yang momentum sudutnya merupakan kelipatan
bilangan bulat dari

h / 2

dan juga tidak memenuhi larangan Pauli.


18

Dari kacamata mekanika statistik perbedaan mendasar antara sistem boson dan
sistem klasik adalah bahwa dua buah boson identik dan tidak dapat dibedakan.
Dalam sistem klasik, pertukaran dua sistem akan menghasilkan susunan yang
berbeda, sedangkan dalam sistem boson tidak.

Perbedaan tersebut

menyebabkan adanya hasil yang berbeda dalam perhitungan distribusi energi


dengan peluang terbesar dalam sistem.
Perbedaan lain antara sistem kuantum dengan sistem klasik adalah sifat diskrit
keadaan energi yang tersedia.

Dalam statistik klasik, energi dibagi dalam

tingkatan yang diskrit. Dalam kasus mekanika kuantum keadaan energi diskrit
tetap diperlukan dengan menganggap bahwa tiap keadaan yang tersedia
menempati volume tertentu dalam sebuah ruang fase.
2.6 Distribusi Statistika Bose-Einstein
Kita sudah kenal sistem elektron (fermion) yang memenuhi prinsip
eksklusi Pauli. Untuk sistem ini, fungsi keadaan yang menggambarkan sistem
partikel bersifat anti-simetrik terhadap pertukaran elektron. Ada sistem yang
mengandung partikel-partikel yang tak memenuhi prinsip eksklusi Pauli.
Artinya, jumlah partikel pada suatu keadaan kuantum tidak terbatas sehingga
fungsi keadaan yang menggambarkan sistem partikel adalah simetrik terhadap
pertukaran partikel. Partikel-partikel ini disebut boson. Contoh: semua partikel
dengan spin bulat seperti foton (s=0) dan inti helium (s=1). Sama halnya dengan
fermion, partikel-partikel boson itu identik dan tak dapat dibedakan. Peluang
menempati tingkat energi Ei adalah gi yakni derajat degenerasinya. Untuk
menentukan partisinya, mula-mula harus dievaluasi jumlah susunan tak
terbedakan dari ni buah partikel dalam gi buah keadaan dengan tingkat energi Ei,
yang menghasilkan fungsi-fungsi gelombang simetrik. Staistik Bose-Einstein
untuk partikel berspin s=0, 1. Partikel disebut boson; misalnya foton, inti
helium.
Metode perhitungan distribusi energi dengan peluang terbesar dalam
sebuah sistem untuk partikel identik seperti halnya boson sama dengan yang
telah dilakukan untuk sistem klasik. Konfigurasi assembly tetap ditandai dengan
pita energi s, mengandung gs keadaan dengan selang energi antara
19

dan

ns
, mengandung

sistem. Pembatasan tetap dilakukan pada jumlah sistem

ns
yang ditempatkan

dalam kaitannya dengan energi total E dan jumlah total

sistem N melalui hubungan

s s

Sekarang yang akan hitung adalah jumlah susunan yang berbeda dari sistem
apabila disebar dalam tingkatan energi. Oleh karena sistemnya tidak dapat
dibedakan maka pertukaran dua sistem tidak akan menghasilkan susunan yang
baru.

gs
Misalkan

terdapat

keadaan dari pita

yang ditunjukkan dalam sebuah

ns
kotak. Sejumlah

gs
sistem dapat disusun atau disebar diatara

keadaan. Jika

pengisian dimulai dari kiri. Jika pada sisi paling kiri ditempatkan sebuah sistem,

g s 1
maka pada sisi selanjutnya terdapat

sistem adalah

g s 1 ns

keadaan. Banyaknya cara memilih

ns
. Dan banyaknya cara menempatkan

g s 1
diantara

keadaan setelah keadaan pertama adalah

ns
banyaknya cara menempatkan

g s g s 1 ns

g s 1 ns

gs
sistem diantara

20

keadaan adalah

sistem

!. Jadi

Ingat bahwa

sistemnya tak terbedakan, sehingga banyaknya susunan yang

ws
berbeda

ws

dari sistem dengan jumlah pita s adalah :

g s g s 1 ns !
g s ! ns !

Penyusunan sistem dalam suatu pita tak bergantung pada penyusunan sistem
lain dalam pita yang lain. Tetapi kita dapat menyatukan susunan-susunan
tersebut untuk membentuk assembly, dengan bobot W yang konfiguarasinya
merupakan perkalian jumlah susunan berbeda dari masing-masing sistem. Jadi
W ws
s

g s 1 ns !
g s 1!ns !

Seperti halnya dalam statistik Maxwell-Bolzmann, konfigurasi dengan peluang

ns
terbesar dapat ditentukan dengan mencari nilai

yang memberikan nilai

maksimum untuk W. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode


pengali tak tentu Lagrange

log W

s dns 0
ns

Oleh karena pada nilai maksimum persamaan di atas tetap berlaku untuk

dns
semua nilai

yang kecil, maka nilai yang ada dalam tanda kurung harus sama

dengan nol untuk setiap harga

. Jadi

log W
s 0
ns
21

gs !
Kita asumsikan bahwa nilia

ns !
dan

cukup besar untuk memungkinkan


logW

kita menggunakan pendekatan Striling, sehingga

dapat ditulis

log W log ws
s

g s 1 ns log g s 1 ns g s 1 log g s 1 ns log ns


s

Dari persamaan di atas diperoleh


log W
log g s 1 ns log ns
ns

gs
Oleh karena

ns
dan

jauh lebih besar dari pada satu, maka :

g n
log W
log s s
ns
ns

Substitusi persamaan 4.7 ke dalam persamaan 4.5 diperoleh

g s ns
s 0
ns

log

gs
s
e
1
ns

Jadi

ns

gs
exp s 1

22

yang secara umum dikenal dengan distribusi Bose-Einstein untuk assembly

1 / kT
boson. Seperti hasil yang diperoleh sebelumnya

2.7 Radiasi Benda Hitam


Setiap zat memancarkan radiasi elektromagnetik yang sifatnya bergantung
dari sifat dan temperatur zat itu. Pada kasus ekstrim, benda mampat seperti zat
padat memancarkan spektrum malar yang mengandung semua frekuensi; atom
dalam zat saling berdekatan sehingga interaksinya menghasilkan sejumlah besar
keadaan kuantum yang berdekatan yang tak teredakan dari pita malar yang
energinya diperbolehkan.
Kemampuan

benda

untuk

meradiasi

sangat

berdekatan

dengan

kemampuannya untuk mengabsorbsi (menyerap radiasi). Hal ini memang kita


harapkan, karena benda pada temperatur konstan berada dalam kesetimbangan
termal dengan sekelilingnya dengan laju yang sama seperti benda itu
memancarkan (mengemisi) energi. Untuk memudahkan biasanya diambil benda
ideal, suatu benda yang mengabsorpsi semua radiasi yang jatuh padanya, tak
bergantung dari frekuensinya. Benda seperti itula yang disebut benda hitam.
Benda hitam merupakan pemancar (emiter) radiasi terbaik. Eksperimen
yang dilakukan pada gambar, melibatkan dua pasangan permukaan identik yang
berbeda. Tidak ada perbedaan temperatur yang teramati antara permukaan I dan
II

II.

II

23

Gambar 1. Permukaan I dan I identik satu sama lain dan berbeda dengan
pasangan permukaaan identik II dan II
Pada temperatur tertentu permukaan I dan I meradiasikan dengan laju
e 1 W /m2 , sedangkan II dan II meradiasikan dengan laju e 2. Permukaan I dan
I mengabsorpsi fraksi a1 dan radiasi yang datang padanya, sedangkan II dan II
mengabsorpsi fraksi a2. Jadi, I mengabsorpsi energi dari II dengan laju yang
berbanding lurus dengan a1e2, dan II mengabsorpsi dari I dengan laju yang
berbanding lurus dengan a2e1. Karena I dan II tetap berada pada temperatur
yang sama, haruslah berlaku bahwa
a1 e 2=a2 e 1
Dan
e 1 e2
=
a1 a2
Kemampuan benda untuk memancarkan radiasi berbanding lurus dengan
kemampuannya untuk mengabsorpsinya. Marilah kita anggap bahwa I dan I
benda hitam, sehingga a1 = 1 dan II dan II bukan, sehingga a2 < 1. Jadi :
e 1=

e2
a2

dan, karena a2 < 1, e1 > e2. Sebuah benda hitam pada temperatur tertentu
meradiasi energi dengan laju lebih besar dari benda yang lain.
Tujuan memperkenalkan benda hitam ideal alah agar kita tidak mengabaikan
bagaimana kelakuan yang tepat dari benda yang meradiasi, karena setiap benda
hitam kelakuannya identik. Setiap radiasi yang jatuh pada lubang itu, masuk
kedalam rongga dimana radiasi itu terperangkap oleh pemantulan bolak-balik
sehingga akhirnya terabsorpsi semuanya.
PENERAPAN

STATISTIKA

BENDA HITAM
24

BOSE-EINSTEIN

DALAM

RADIASI

Dalam pembahasan sebelumnya mengenai radiasi rongga benda hitam,


diperlakukan rongganya sebagai sebuah kotak berisi radiasi elektromagnet dan
radiasinya dalam bentuk foton. Jadi, kotaknya kita anggap berisi gas foton.
Karena spin foton adalah 1, maka foton tergolong boson dengan demikian
sistem foton memenuhi sistem Satistika Bose-Einstein.
Dalam perhitungannya, parameter A dari statistika Bose-Einstein kita ambil
sma dengan 1. Hal ini didasarkan untuk mencirikan jumlah partikel total atau
kerapatan partikel sistem. Tetapi karena foton diserap atau dipancarkan oleh
dinding kotak setiap saat, maka jumlah foton tidaklah tetap. Pengambilan A = 1
untuk menyatakan jumlah sistem tidaklah tetap.
Perhitungan selanjutnya adalah fungsi kerapatan g(E). Untuk kasus molekul
biasa, g(v) kita hitung dengan meninjau sistem koordinat tiga dimensi v x, vy, vz
dan bahwa volume kulit bola pada kasus ini adalah

4v

dv . karena semua

foton bergerak dengan laju cahaya, perhitungan ini tidak berlaku untuk gas
foton.
Perhitungan yang dilakukan adalah dengan meninjau energi yang diperkenankan
dari sebuah partikel yang terkukung dalam suatu daerah terbatas dimensi satu,
dua, atau tiga. Selanjutkan kita syaratkan bahwa

=0

pada ketiga dinding

kotak. Bilangan gelombang kx, ky, kz berturut-turut hanya bernilai disket


n x L , n y L , n z L.

Jika dinding kotak terbuat dari bahan konduktif, medan

elektrik E pada dinidng kotak itu adalah 0 dan himpunan bilangan disket yang
sama juga berlaku bagi gelombang elektromagnetik. Kuantitas ketiga bilangan
gelombang ini setara dengan kuantitas ketiga komponen momentum, karena px
= hkx py = hky pz = hkz. Dengan demikian :
p= p2 x + p2 y+ p 2 z
h

k 2 x + k 2 y +k 2 z

25

h 2
n x +n 2 y +n2 z

Bagi foton, E=pc, jadi


E=

hc 2
n x +n2 y +n2 z
L

Pernyataan ini memberikan semua nilai disket E yang diperkenankan. Untuk


mencari kerapatan keadaan g(E), kita perlu mengetahui berapa banyak disket
yang terdapat antara E dan E+dE. Sebuah kulit bola dalam sistem dari koordinat
ini memiliki jari-jari n =

n2 x +n 2 y +n2 z

, dan volume 4 n dn . Jumlah

nilai energi yang diperkenanakan adalah seperdelapan dari volume ini, karena
nilai-nilai positif dari nx, ny, nz hanyalah menempati seperdelapan (oktan
pertama) dari ruang koordinat. Terakhir untuk setiap nilai n, terdapat dua
gelombang yang berbeda, yang berkaitan dengan dua derajat polarisasi
gelombang elektromagnetik. Dengan demikian, jumlah keadaan energi foton
yang diperkenankan adalah
1
g ( n ) dn=2 x x x 4 n 2 dn
8
Dan karena
E=

hc
n
L

Kita dapati bahwa


2

g ( E ) dE= (

L
) E2 dE
hc

Jadi, jumlah foton yang memiliki energi dalam rentang E dan E+dE menurut
Distribusi Bose-Einstein adalah
p ( E ) dE=g(E) f BE dE
26

p ( E ) dE= (

L 2 2
1
) E E/ kT
dE
hc
e 1

Dengan demikian, energi radian total yang diambil foton berenergi E dan Ep(E)
dan kerapatan energi (energi persatuan volume) foton dalam rentang E hingga
E+dE adalah
u ( E )=

E p ( E ) dE
L3

Sisipkan persamaan , dan ubahkan energi foton E ke dalam panjang gelombang,


kita dapati
u ( ) d=

8 hc
1
d
5
h c / kT
e
1

Radiasi gelombang elektromagnetik yang berada dalam suatu temperatur


sekeliling konstan T

dapat dipandang sebagai sistem foton dengan energi

bervariasi. Oleh karena foton memiliki momentum sudut dalam satuan

h / 2

dan spin foton adalah 1, maka secara alami berperilaku seperti boson dan
distribusi energinya mengikuti distribusi statistik Bose-Einstein. Jadi, dapat
disimpulkan beberapa hal yang perlu diperhatikan, sebagai berikut :
(i). Karena foton dapat dipancarkan dan diserap kembali oleh dinding di
sekitarnya, maka jumlah foton di dalam ruang tidak tetap (menentu).

dn

Pembatasan

atau

tidak berlaku lagi dan pengali

dengan nol (dalam hal ini A =


(ii). Energi tiap foton adalah

e 1

hv

sama

).

, dimana

adalah frekuensi radiasi, oleh karena

itu lebih mudah kita nyatakan energi sebagai fungsi frekuensi atau panjang
gelombang foton. Jumlah modus gelombang yang independen dengan panjang
27

gelombang berada diantara

dan

4 / d
4

adalah

per satuan

volume dalam ruang. Oleh karena foton memiliki dua arah polarisasi, maka
modusnya dikali dua. Jadi jumlah keadaan yang diizinkan atau modus dalam
interval

g d

dan

adalah

8
d
4

g
persatuan volume dimana

adalah rapat keadaan yang dinyaatakan sebagai

fungsi panjang gelombang. Jadi jumlah foton dalam suatu pita energi pada
temperatur

ns

adalah

gs
exp hvs / kT 1

Jumlah foton dengan panjang gelombang diantara

hv hc /

dan

g d

gs
diperoleh dengan jalan mensubstitusi

dengan

serta menyatakan

. Jadi

n d

8
1
d
4

exp hc / kT 1

c adalah kelajuan cahaya.

E
Distribusi spektrum energi gas foton dapat dinyatakan dalam bentuk

yakni energi yang diradiasi persatuan volume persatuan panjang gelombang

28

pada panjang gelombang

E n ( )hv n ( hc / )
. Karena

, maka energi

radiasi dalam interval panjang gelombang tersebut adalah

E d

8 hcd
exp hc / kT 1
5

Persamaan di atas dikenal dengan Hukum Radiasi Planck untuk spektrum energi
E( )
radiasi dalam suatu ruang bertemperatur sekeliling T. Bentuk kurva
sebagai fungsi panjang gelombang ditunjukkan pada gambar:

E( )
Gambar 2. Kurva

sebagai fungsi panjang gelombang

29

SOAL-SOAL DAN JAWABANNYA

1 Jika partikel-partikel dalam suatu sistem hanya bisa berenergi E1 = -

dan E2 =

, dengan peluang penempatan g =g =1 yang sama, tentukanlah energi rata1


2

rata satu partikel.


Penyelesaian :

2 Tentukan harga maksimum dn/dE pada suatu suhu tertentu. Demikian juga harga
maksimum dn/dv.
Penyelesaian :

30

Tentukanlah harga rata-rata kecepatan

v ave

dan kecepatan rms

v rms

Penyelesaian :

Carilah ekspresi untuk temperatur transisi Bose-Einstein Tc untuk gas yang


terdiri dari N partikel Bose tak berspin bermassa m berada dalam ruang
tertutup dengan volume V dan pada temperatur T !
Penyelesaian :
Gunakan n sebagai densitas dan Tc sebagai temperatur kritis. Perhatikan bahwa
pada temperatur Tc potensi kimia mendekati nol dan jumlah partikelpada
keadaan dasar juga masih mendekati nol sehingga
2

n=
3

h (2 m)

3
2 0

1
2

kT

e 1

2
x 1/ 2 dx
3 /2
3 ( 2 mk T c ) x
h
0 e 1
Dimana integral
31

A=
0

1/ 2

x dx
=1,306
x
e 1

Sehingga
2
h
n
T c=
2 mk 2 A

2 /3

( )

BAB III
KESIMPULAN

3.1 KESIMPULAN

Fisika statistik merupakan penentuan peluang terbesar bagaimana


sejumlah energi tertentu terdistribusi diantara anggota sistem partikel
dalam kesetimbangan termal pada temperatur mutlak T; ini berarti
berapa banyak partikel berpeluang berenergi , berapa banyak
1

partikel berenergi

dan seterusnya.

Fungsi distribusi Maxwell-Boltzmann berlaku


f MB ( ) =A e/ kT

Persamaan distribusi energi molekular


2 N
C=
e /kT d
3/ 2
( kT )

Kelajuan sebuah molekul dengan energi rata-rata 3/2 kT ialah


3 kT
v rms = v 2=
(kelajuan Rms)
m

Distribusi statistik untuk boson, suatu sistem yang momentum sudutnya

merupakan kelipatan bilangan bulat dari

h / 2

dan juga tidak

memenuhi larangan Pauli.


Distribusi Bose-Einstein untuk assembly boson
gs
ns
exp s 1
Foton dapat dipancarkan dan diserap kembali oleh dinding di sekitarnya,
maka jumlah foton di dalam ruang tidak tetap (menentu).

32

hv

Energi tiap foton adalah


, dimana
adalah frekuensi radiasi, oleh
karena itu lebih mudah kita nyatakan energi sebagai fungsi frekuensi
atau panjang gelombang foton. Jumlah modus gelombang yang

d
independen dengan panjang gelombang berada diantara
dan

4 / d
4

adalah
per satuan volume dalam ruang. Oleh karena foton
memiliki dua arah polarisasi, maka modusnya dikali dua

DAFTAR PUSTAKA

Beiser, Arthur. 1999. Konsep Fisika Modern. Jakarta : Erlangga


Gribbin, John. 2003. Fisika Kuantum. Jakarta : Erlangga
Krane, Kenneth. 1982. Fisika Modern. Jakarta : UI Press
Internet/ buku elektronik

33

Anda mungkin juga menyukai