Anda di halaman 1dari 20

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tanaman mawar merupakan salah satu tanaman hias yang banyak diminati
masyarakat. Permintaan konsumen terhadap bunga mawar yang terus meningkat,
telah memacu para petani dan pengusaha bunga hias terutama mawar terus
meningkatkan produksinya. Permintaan tersebut ternyata tidak hanya tertuju pada
kuantitas saja, melainkan juga jenis dan kualitas bunga. Kendala petani mawar
dalam sistem produksi mawar yaitu kurang tersedianya bibit bermutu, rendahnya
daya adaptasi varietas introduksi terhadap kodisi lingkungan fisik indonesia serta
keterbatasan penggetahuan tentang teknik budidaya. Perbanyakan tanaman mawar
secara vegetatif dengan teknik kultur jaringan menggunakan batang tanaman yang
dipotong sesuai dengan nodus. Dalam praktikum ini akan dibahas mengenai
kultur jaringan, mulai dari pembuatan media hingga inokulasi batang tanaman
mawar.
Mawar (Rosa hybrida L.) biasa diperbanyak secara vegetatif, sedangkan
secara generatif hanya ditujukan untuk pemuliaan. Perbanyakan mawar bunga potong
umumnya diperbanyak secara okulasi, okulasi mata tunas atau okulasi mata berkayu.
Okulasi mata tunas dilakukan pada saat kulit batang bawah mudah dikelupas. Pada
saat tersebut sel-sel tanaman dan sel-sel kambium tersebut sedang dalam keadaan
aktif ().

Kultur jaringan (Tissue Culture) merupakan suatu cara memperbanyak


tanaman dengan teknik mengisolasi bagian tertentu dari tanaman seperti
protoplasma, sel, jaringan dan organ serta menumbuhkannya pada media nutrisi
yang mengandung zat pengatur tumbuh tanaman di dalam kondisi yang steril,

sehingga bagian - bagian tersebut bisa memperbanyak diri dan beregenerasi


menjadi tanaman lengkap/sempurna. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan
adalah perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman
dengan menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril. Kultur
jaringan atau biakan jaringan sering disebut kultur in vitro yakni teknik
pemeliharaan jaringan atau bagian dari individu secara buatan yang dilakukan di
luar individu yang bersangkutan. In vitro berasal dari bahasa latin yang artinya "di
dalam kaca". Jadi Kultur in vitro dapat diartikan sebagai bagian jaringan yang
dibiakkan di dalam tabung inkubasi atau cawan petri dari kaca atau material
tembus pandang lainnya ().
Kultur jaringan juga merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara
mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagianbagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat
pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian
tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap.
Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman,
khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit
yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain:
mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah
yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan
mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan
dengan perbanyakan konvensional. Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan

tanaman dengan teknik kultur jaringan adalah: Pembuatan media, inisiasi,


sterilisasi, multiplikasi, pengakaran dan aklimatisasi ().
Alat-alat yang dipakai dalam penanaman dalam kultur jaringan harus
dalam keadaan steril. Alat-alat logam dan gelas dapat disterilkan dalam autoclave.
Alat tanam seperti: pinset dan gunting dapat juga disterilkan dengan pembakaran
atau dengan pemanasan dalam bacticinerator khusus untuk scapel, gagangnya
dapat disterilkan dengan pemanasan namun pisaunya dapat menjadi tumpul bila
dipanaskan dalam temperatur tinggi. Oleh karena itu untuk bladenya dianjurkan
cara sterilisasi dengan pencelupan dalam alkohol atau larutan kaporit. Alat-alat
kultur jaringan yang perlu disterilisasi sebelum

penanaman adalah; pinset,

gunting, gagang scapel, kertas saring, petridish, botol-botol kosong, jarum dan
pipet ().
Dilihat dari semua sumber kontaminasi, kontaminasi dari bahan
tanam/eksplan merupakan yang paling sulit diatasi. Untuk itu diperlukan bahan
sterilan yang tepat untuk menghilangkan kontaminan dari eksplan. Kontaminan
hidup dapat berupa cendawan, bakteri, serangga dan telurnya, tungau serta spora.
Bila kontaminan ini tidak dihilangkan, maka pada media yang mengandung gula,
vitamin dan mineral, dalam waktu singkat seluruh botol terpenuhi oleh
kontaminan

yang

akhirnya

mengakibatkan

eksplan

menjadi

mati.

Sterilisasi eksplan dengan bahan sterilisasi adalah sebatas membersihkan debu,


cendawan, bakteri dan kontaminan lain dari bagian permukaan eksplan atau
disebut desinfestasi ().

Tujuan
Tujuan dari praktikum kultur jaringan yang dilakukan adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh jenis media terhadap pertumbuhan buku mawar.
2. Untuk mengetahui jenis media yang terbaik bagi pertumbuhan kultur jaringan
mawar.

TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman mawar (Rosa spp) merupakan tanaman berbunga yang digemari
oleh banyak orang. Tanaman ini biasa diperbanyak dengan stek atau cutting
sehingga tanaman baru mempunyai sifat genetik sama dengan induknya.
Perlakuan penyetekan pada tanaman mawar hanya mampu menghasilkan sedikit
tanaman baru dan apabila induk tanaman mawar dipotong secara terus-menerus
sebagai bahan stek maka tanaman induk tersebut akan rusak. Mawar liar yang
terdiri lebih dari 100 spesies kebanyakan tumbuh di belahan bumi utara yang
berudara sejuk ().
Klasifikasi ilmiah tanaman mawar adalah sebagai berikut :
Kerajaan

: Plantae

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Rosales

Famili

: Rosaceae

Genus

: Rosa L.

Spesies

: Rosa spp.
Mawar umumnya merupakan tanaman semak yang berduri atau tanaman

memanjat yang tingginya bisa mencapai 2 sampai 5 meter. Walaupun jarang


ditemui, tinggi tanaman mawar yang merambat di tanaman lain bisa mencapai 20

meter. Minyak mawar terdiri dari geraniol beraroma wangi serta rose camphor
(parafin tanpa bau). Mawar tumbuh subur di daerah beriklim sedang walaupun
beberapa kultivar yang merupakan hasil metode penyambungan (grafting) dapat
tumbuh di daerah beriklim subtropis hingga daerah beriklim tropis. Selain sebagai
bunga potong, mawar memiliki banyak manfaat, antara lain antidepresan,
antiviral, antibakteri, antiperadangan, dan sumber vitamin C. Minyak mawar
adalah salah satu minyak atsiri hasil penyulingan dan penguapan daun-daun
mahkota sehingga dapat dibuat menjadi parfum. Mawar juga dapat dimanfaatkan
untuk teh, jelly, dan selai. Mawar merupakan komoditas hortikultura yang bernilai
ekonomi tinggi dan banyak diminati konsumen serta dapat dibudidayakan secara
komersial. Mawar mempunyai nilai ekonomi yang penting sebagai bunga potong
dan bahan baku minyak bunga yang digunakan industri parfum ().
Tanaman mawar dapat diperbanyak dengan setek, cangkok, okulasi, dan
penyambungan. Petani umumnya memperbanyak tanaman mawar dengan
penyambungan. Perbanyakan dengan penyambungan menghadapi masalah batang
bawah banyak yang terserang penyakit yang disebabkan oleh virus. Kultur
jaringan merupakan salah satu alternatif dalam perbanyakan tanaman mawar.
Perbanyakan tanaman dengan kultur jaringan dapat menghasilkan benih dalam
jumlah banyak dalam waktu singkat, seragam, dan bebas penyakit. Keberhasilan
teknik kultur jaringan dipengaruhi antara lain oleh jenis eksplan, yaitu bagian
tanaman yang digunakan sebagai bahan untuk inisiasi suatu kultur, dan komposisi
media yang digunakan. Pada dasarnya, semua tanaman dapat diregenerasikan
menjadi tanaman sempurna bila ditumbuhkan pada media yang sesuai. Salah satu
komponen media yang menentukan keberhasilan kultur jaringan adalah jenis dan
konsentrasi zat pengatur tumbuh yang digunakan. Sitokinin digunakan untuk

menumbuhkan dan menggandakan tunas aksiler atau merangsang pertumbuhan


tunas adventif. Sitokinin termasuk hormon yang dapat mempengaruhi pembelahan
sel pada jaringan tanaman yang ditumbuhkan pada media buatan ().
Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) merupakan sinyal kimia interseluler untuk
pertama kali ditemukan pada tumbuhan. Konsentrasi yang sangat rendah dari
senyawa kimia tertentu yang diproduksi oleh tanaman dapat memacu atau
menghambat pertumbuhan atau diferensiasi pada berbagai macam sel-sel
tumbuhan dan dapat mengendalikan perkembangan bagian-bagian yang berbeda
pada tumbuhan. Ada lima jenis zat pengatur tumbuh yaitu auksin, sitokinin,
giberelin, Inhibitor/asam absisat dan etilen. Pengaruh dari suatu ZPT bergantung
pada spesies tumbuhan, situs aksi ZPT pada tumbuhan, tahap perkembangan
tumbuhan dan konsentrasi ZPT ().
Pada umumnya komposisi utama media tanam kultur jaringan, terdiri dari
hormon (zat pengatur tumbuh) dan sejumlah unsur yang biasanya terdapat di
dalam tanah yang dikelompokkan ke dalam unsur makro, unsur mikro. Hasil yang
lebih baik akan dapat kita peroleh bila, kedalam media tersebut, ditambahkan
vitamin, asam amino, dan hormon, bahan pemadat media (agar), glukosa dalam
bentuk gula maupun sukrosa, air destilata (akuades), dan bahan organik tambahan
().
Media yang digunakan biasanya berupa garam mineral, vitamin, dan
hormon. Selain itu diperlukan juga bahan tambahan seperti agar-agar, gula, arang
aktif, bahan organik dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh yang ditambahkan juga
bervariasi, baik jenis maupun jumlahnya. Medium yang sudah jadi ditempatkan
pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Medium yang digunakan juga harus

disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf, agar tidak terjadi


kontaminasi dari bakteri maupun cendawan ().
Penelitian yang intensif pada kultur

jaringan

telah

banyak

mengembangkan media, dan beberapa diantaranya telah digunakan secara luas


dalam kultur jaringan saat ini. Bahan kimia dalam media biasanya ditentukan,
artinya hanya hara tertentu yang dimasukkan ke dalam media, atau media dapat
juga mengandung bahan tambahan kompleks seperti air kelapa atau jus jeruk yang
mengandung zat pengatur tumbuh. Komposisi media yang digunakan dalam kutur
jaringandapat berbeda jenis
komposisi

media

dapat

bahan kimia atau konsentrasinya. Perbedaan


mengakibatkan

perbedaan

pertumbuhan

dan

perkembangan eksplan yang tumbuh secara in vitro. Media Murashige dan Skoog
(MS) sering digunakan karena cukup memenuhi unsur hara makro, mikro dan
vitamin untuk pertumbuhan tanaman ().
Media biakan pada kultur Jaringan tidak berbeda jauh dengan media tanah
untuk media konvensional. Media yang akan dipergunakan harus mengandung
unsur unsur yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman yakni unsur makro,
unsur mikro, unsur vitamin dan zat pengatur tumbuh. Media kultur jaringan
sangat banyak jenisnya, dimana tiap tiap jenis media tersebut cocok bagi jenis
tanaman tertentu pula. Jenis media kultur jaringan ():
1. Media Knop : Untuk menumbuhkan kalus, kultur kalus biasanya
ditumbuhkan pada media konsentrasi garam yang rendah seperti kultur akar.
2. Media White : Dikembangkan Kuldeprant untuk keperluan kultur jaringan
tumor bunga matahari, unsur tersebut lebih tinggi daripada yang dibutuhkan
oleh kultur tembakau.
3. Media Knudson dan Media Vaan and Went : Media ini dikembangkan
untuk kultur anggrek. Penambahan 7,6 mm NH4 + disamping 8,5mm NO3sangat baik untuk perkecambahan dan pertumbuhan.

4.

Media MS : Perbaikan komposisi media skoog terutama kebutuhan garam

organik yang mendukung pertumbuhan optimum pada kultur.


5. Media BS : Untuk kultur jaringan kalus kedelai dengan konsentrasi nitrat
6.

dan amonium lebih rendah dari media MS.


Media Schenk dan Hildebrant (SH) : Media yang cukup terkena, untuk

kultur kalus tanaman monokotil dan dikotil.


Hasil penelitian
Judul : Teknik Perbanyakan Mawar Dengan Kultur Jaringan
Oleh : Nina Marlina1 dan Euis Rohayati 2
Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh jenis
media perbanyakan terhadap penambahan tinggi planlet dan jumlah tunas pada
beberapa jenis eksplan bagian nodus dari tanaman mawar kultivar Kiss. Perlakuan
media dasar MS dengan penambahan BAP 0,30 mg/l dengan jenis eksplan bagian
nodus ketiga menghasilkan jumlah tunas tertinggi. Perlakuan media B5
(Gamborg) dengan penambahan BAP 2 mg/l dengan jenis eksplan bagian nodus
keempat menghasilkan planlet tertinggi.

BAHAN DAN METODE


Bahan dan Alat

Bahan
Bahan-bahan yang dugunakan dalam praktikum kultur jaringan ini adalah :

Bahan Tanam. Bahan tanam yang digunakan berupa buku mawar dengan
ukuran 2-3 cm.
Bahan kimia yang digunakan dalam praktikum ini adalah media
Murashige and Skoog (MS) yang ditambahan BAP, Kinetin dan TDZ dengan
takaran berbeda. Bahan kimia penyususn media adalah Larutan stok dari hara
makro, hara mikro, ZPT, BAP, gula, HCL 0,1, KOH 1 N, vitamin, myo-inositol,
FeNaEta dan agar.
Bahan sterilan yang digunakan pada sterilisasi dalam praktikum ini
meliputi tween-20 sebanyak 2 tetes, deterjen, Alkohol 70 % yang digunakan untuk
mensterilkan suatu bahan maupun alat, bayclin 20 %, Spirtus, dan Aquadest steril
yang digunakan sebagai pelarut dan sebagai pembilasan.
Alat
Alat yang digunakan pada praktikum kultur jaringan adalah :
1. Botol kultur untuk tempat mengkulturkan atau menanam eksplan.
2. Pipet ukur untuk memindahkan larutan dengan volume yang diketahui.
3. Pipet tetes untuk memindahkan larutan dengan volume yang belum diketahui
dengan cara diteteskan.
4. Labu Ukur (Labu Erlenmeyer) untuk menampung larutan, bahan atau cairan
selain itu juga dapat digunakan untuk meracik dan menghomogenkan bahanbahan.
5. Gelas ukur untuk mengukur volume suatu cairan yang memiliki beberapa
pilihan berdasarkan skala volumenya.
6. Kertas filter/aluminium foil Untuk penutup pada botol media penanaman.

7. Karet gelang untuk pengikat plastik dengan botol kultur.


8. Autoklaf untuk mensterilkan alat dan media kultur jaringan menggunakan uap
air panas bertekanan.
9. Oven untuk mensterilisasikan alat dengan prinsip panas kering.
10. Neraca analitik untuk menimbang bahan kimia atau menentukan jumlah berat
suatu zat.
11. Ph-meter/kertas lakmus untuk megukur Ph media.
12. Hot plates tirrer dan Stirrer bar (magnetic stirrer) untuk menghomogenkan
suatu larutan dengan pengadukan.
13. Kulkas untuk menyimpan semua larutan stok bahan-bahan tanaman dengan
suhu standar.
14. Distiling unit atau water deionizer berfungsi untuk membuat aquades.
15. Laminar Air Flow, alat ini letaknya diruang penabur yaitu ruang yang harus
dalam keadaan steril, untuk menanam eksplan ke dalam botol dalam kondisi
steril atau melakukan sub kultur yang dilengkapi dengan blower dan lampu
UV.
16. Handsprayer untuk membantu menyemprotkan alkohol, cawan petri (Petri
Dish) untuk tempat pemotongan eksplan yang akan di tanam dalam botol
kultur.
17. Scapel dan pinset untuk memegang atau mengambil irisan/pemotongan
eksplan dan untuk menanam eksplan.
18. Lampu bunsen (Lampu Spiritus) untuk sterilisasi dissecting kit (skalpel dan
pinset) di dalam laminar air flow cabinet atau di dalam enkas pada kita
mengerjakan penanaman atau sub-culture.

19. Lampu UV berfungsi untuk sterilisasi fisik.


20. Lampu neon berfungsi untuk pencahayaan bagi eksplan.
21. Rak berfungsi untuk tempat media dan plantlet.

Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas
Pertanian Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru. Praktikum ini dimulai
pada bulan Maret sampai dengan bulan April 2014.
Prosedur Kerja
1. Sterilisasi Peralatan
Sterilisasi botol dilakukan dengan pengovenan pada alat oven, pada suhu
1600C dengan waktu selama 4 jam, mula-mula botol dibersihkan terlebih dahulu
dari sisa-sisa kotoran, kemudian setelah botol benar-benar bersih botol dimasukan
kedalam oven selama waktu yang telah ditentukan atau botol bisa juga tetap
disimpan didalam oven sebelum digunakan ini bertujuan agar botol tetap dalam
keadaan steril. Adapun cara-cara mengoprasikan oven yaitu menghubungkan
aliran listrik, kemudian masukan botol kedalam oven, setelah itu tekan tombol
power pada oven, putar kori kekanan, klik sirkulasi udara dan atur suhu 160 0c
pengovenan selama 4 jam.
Prinsif kerja autoklaf adalah penggunaan uap air jenuh diatas tekanan
atmosfer dan digunakan untuk memanaskan isi autoklaf. Pada awalnya, muatan
isi/autoklaf tersebut dalam keadaan dingin, kemudian uap air memenuhi ruang
dalam autoklaf sehingga tekanananya menghasilkan suhu tinggi. Agar autoklaf

bekerja dengan tepat, perlu dipastikan bahwa uap air telah benar-benar jenuh
(udara dalam autoklaf harus dikeluarkan). Untuk sterilisasi alat dan medium
diunakan sterilisasi dengan mengunakan alat yang disebut autoklave. Autoklaf
adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan medium kultur jaringan
tumbuhan denan mengunakan tekanan 15 psi (1,02 atm) dan suhu 121C . Suhu
dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media kultur jarinan tumbuhan
yang disterilkan memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel
dibandingkan dengan udara panas. Biasanya untuk mensterilkan media diunakan
suhu 121C dan tekanan 15 lb/in (SI = 103,4 Kpa) selama 15 menit. Alasan
digunakan 121C atau 249,8F adalah karena air mendidih pada suhu tersebut jika
digunakan tekanan 15 psi. Untuk tekanan 0 psi pada ketinggian di permukaan laut
(sea level) air mendidih pada suhu 100C, sedangkan untuk autoklafe yang
diletakkan pada ketingian yang sama, mengunakan tekanan 15 psi maka air akan
mendidih pada suhu 121C. Kejadian ini hanya berlaku untuk sea level, jika
dilaboratorium yang terletak pada ketinggian tertentu, maka pengaturan tekanan
perlu diseting ulang. Misalnya autoklaf diletakkan pada ketinggian 2700 kaki dpl,
maka tekanan dinaikkan menjadi 20 psi supaya tercapai suhu 121C untuk
mendidihkan air. Semua bentuk kehidupan akan mati jika dididihkan pada suhu
121C dan tekanan 15 psi selama 15 menit.
2. Sterilisasi Aquades.
Dalam melakukan sterilisasi terhadap aquades dapat dilakukan dengan
menggunakan autoklaf. Sebelumnya aquades yang akan digunakan dimasukan
terlebih dahulu kedalam botol erlenmeyer, kemudian disusun dan diletakkan

kedalam autoklaf untuk disterilisasi dengan suhu 121

C dan tekanan 17,5 psi

selama 20 menit.
3. Pembuatan Larutan Stok
Langkah-langkah pembuatan larutan stok media meliputi : Menimbang
bahan-bahan kimia yang telah dikalikan menjadi beberapa kali konsentrasi,
misalnya untuk unsur hara makro dikalikan 20 dan unsur hara mikro dikalikan
100 kali konsentrasi. Melarutkan bahan-bahan kimia tersebut ke dalam aquades
dengan volume tertentu, misalnya 500 ml. Memasukkan masing-masing larutan
ke dalam botol dan menyimpan ke dalam refrigerator. Langkah-langkah pembuat
larutan stock masing-masing ZPT adalah sebagai berikut : Menghitung kebutuhan
bahan BAP 100 ppm sebanyak 300 ml cara-caranya sebagai berikut: 100 ppm =
100 mg/ = 30 mg/0,3 l = 30 mg/300 ml, menghitung kebutuhan bahan IBA 100
ppm sebanyak 100 ml adalah sebagai berikut 100 ppm = 100 mg/l = 10 mg/0,1l =
10 mg/100 ml, melarutkan bahan dengan alkohol atau NaOH 1 N kemudian
ditambah dengan aquades sampai 300 ml untuk BAP dan 100 ml untuk IBA,
kemudian memasukkan

masing-masing

larutan

tersebut

ke dalam botol

dan menyimpannya ke dalam refrigerator.


4. Pembuatan Media
Pembuatan media yang di lakukan yaitu memasukkan stok mikro, makro,
vitamin, Fe dan Na EDTA, ZPT kedalam Erlenmenyer 1000 ml. Menambahkan
aquades sampai volume 900 ml. Tera ph hingga 5,7-5,8. Tera larutan dengan labu
ukur 1000 ml sampai volume tepat 1000 ml. Tuang larutan media kedalam
Erlenmeyer 1000 ml bersama 8 gr agar. Dimasak sampai mendidih. Kemudian di

tuang ke dalam botol kultur. Sterilisasi dengan autoklaf suhu 121 C selama 20
menit. Simpan diruang steril.
5. Sterilisasi Eksplan
Sterilisasi adalah kegiatan dimana kegiatan awal setelah menyiapkan
bahan eksplan, sterilisasi ini bertujuan agar terhindar dari faktor penyebab
kontaminasi, inisiasi dilakukan di dalam ruangan yang steril salah satunya adalah
laminar air flow cabinet.
Sterilisasi eksplan dilakukan sebelum kegiatan penaburan agar ketika
melakukan penaburan eksplan dalam kondisi steril, sebelum melakukan kegiatan
penyeterilan sebaiknya sterilkan atau semprot terlebih dahulu tangan kita dan
laminar air flow menggunakan alkohol. Mula-mula eksplan yang telah diambil
dicuci dengan air terlebih dahulu lalu dipotong denngan ukuran 2-3 cm
kemudian eksplan disterilkan didalam lamirnar air flow. Pertama-tama eksplan
dimasukkan ke dalam larutan disinfektan (alkohol 70%) selama 1 menit dan
dibilas dengan aquades steril kemudian eksplan direndam dalam bacylin 20% + 2
tetes Tween-20 selama 20 menit dan setelah itu eksplan direndam dengan aquades
steril 2-3 kali @ 1 menit tujuan dari pembilasan menggunakan air aquades adalah
agar tidak terdapat sisa-sisa bahan disinfektan yang menempel di eksplan.
6. Penanaman Eksplan/Penaburan
Setelah penyeterilan eksplan dilakukan selanjutnya eksplan dipotongpotong menjadi beberapa bagian yaitu pucuk/batang, buku dan daun. Sebelum
penaburan sebaiknya sterilkan alat-alat seperti pisau, pinset dan mulut botol pada
lampu bunsen/lampu spritus setelah itu kemudian eksplan diletakan pada media
yang telah disediakan peletakan eksplan harus hati-hati, setelah eksplan

dimasukan kedalam botol maka tutup mulut botol menggunakan alumunium foil
dan balut menggunakan cling warp.
7. Inkubasi
Inkubasi dilakukan pada ruangan yang benar-benar steril dengan
pencahayaan 16 jam terang dan 8 jam gelap dengan suhu 24-250C peletakan botolbotol eksplan harus disusun rapi pada rak botol.
8. Pengamatan
Pengamatan dilakukan setiap satu minggu sekali. Data hasil pengamatan
selanjutnya diolah dan dianalisis untuk kemudian dituangkan dalam penulisan
laporan sementara dan laporan akhir.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Tabel 1. Data persentase kontaminasi (%) eksplan buku mawar pada beberapa
jenis media
Pengamatan
minggu ke1
2
3
4

Media
z1
32,3
22,6
9,7
22,6

z2
38,7
25,8
9,7
6,5

z3
41,9
19,4
3,2
22,6

z4
45,2
19,4
12,9
6,5

Tabel 2. Data persentase patogen penyebab kontaminasi (%) eksplan buku mawar
pada beberapa jenis media
Jenis
Patogen
Bakteri
Cendawan

Media
z1
34,0
66,0

z2
41,2
58,8

z3
64,3
35,7

z4
87,0
13,0

Tabel 3. Data waktu kontaminasi (mst) eksplan buku mawar pada beberapa jenis
media
Waktu
Kontaminasi
Rata-rata

Media
z1
2,26

z2
1,80

z3
2,07

z4
1,70

Tabel 4. Data waktu muncul tunas (mst) eksplan buku mawar pada beberapa jenis
media
Waktu
bertunas
Rata-rata

Media
z1
1,75

z2
3,33

z3
2,00

z4
2,40

Tabel 5. Data jumlah tunas eksplan buku mawar pada beberapa jenis media
Pengamatan
minggu ke1
2
3
4

Media
z1
0,5
0,7
1,3
1,8

z2
1,0
0,7
0,8
0,5

z3
0,7
0,8
1,2
1,8

z4
0,5
0,7
1,0
1,3

Tabel 5. Data jumlah tunas eksplan buku mawar pada beberapa jenis media
2
1.8
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0

1.8

1.8

1.3

1.3

1.2
1

0.7

1
0.7

0.8

0.5

0.7

0.8

0.5

z1

0.7
0.5

z2

z3
MEDIA

Pembahasan

z4

Minggu ke-1
Minggu ke-2
Minggu ke-3
Minggu ke-4

Kultur jaringan merupakan salah satu cara yang digunakan dalam usaha
perbanyakan suatu tanaman. Praktikum kali ini dilakukan untuk mengetahui apa
saja alat dan bahan yang umum digunakan dalam proses kultur jaringan.
Laboratorium kultur jaringan yang digunakan memiliki berbagai macam alat dan
bahan yang umum digunakan untuk proses kultur jaringan. Alat yang selalu ada
dilaboratorium kultur jaringan diantaranya autoklaf sebagai alat pensteril bahan
maupun alat, oven, neraca analitik, pisau scalpel, botol-botol untuk media dan
sebagainya. Selain itu juga terdapat berbagai macam media dan bahan sterilan
yang biasa digunakan dalam proses kultur jaringan.
Penggunaan alat-alat dalam ruangan laboratorium kultur jaringan ini harus
selalu steril. Sebelum memulai semua proses, terlebih dahulu dilakukan sterilisasi
terhadap bahan atau alat yang akan digunakan. Sterilisasi ini dapat dilakukan
dengan menggunakan Autoclave dan oven. Kedua jenis alat sterilisasi ini
menggunakan panas dalam prosesnya.
Praktikum ini dilakukan dengan menggunakan batang berbuku bunga
mawar

(rosa sp) sebagai eksplan. Penggunaan batang mawar karena bagian

batang merupakan bagian dari stek mawar yang mudah tumbuh.


Dari hasil praktikum didapatkan data dari berbagai jenis media tumbuh dan
perlakuan pada kultur jaringan mawar. Hasil data persentase kontaminasi (%)
eksplan buku mawar pada beberapa jenis media, pada minggu pertama didapatkan
hasil sebagai berikut : z1 (32,3%), z2 (38,7%), z3 (41,9%), dan z4 (45,2%). Pada
minggu kedua didapatkan hasil sebagai berikut : z1 (22,6%), z2 (25,8%), z3
(19,4%), dan z4 (19,4%). Pada minggu ketiga didapatkan hasil sebagai berikut :
z1 (9,7%), z2 (9,7%), z3 (3,2%), dan z4 (12,9%). Pada minggu keempat
didapatkan hasil sebagai berikut : z1 (22,6%), z2 (6,5%), z3 (22,6%), dan z4
(6,5%). Dari hasil persentase kontaminasi tersebut......

Hasil data persentase jenis patogen penyebab kontaminasi (%) eksplan buku
mawar pada beberapa jenis media yaitu, pada bakteri dengan media z1 (34,0%),
z2 (41,2%), z3 (64,3%), dan z4 (87,0%). Sedangkan pada cendawan dengan
media z1 (66,0%), z2 (58,8%), z3 (35,7%), dan z4 (13,0%). Hasil presentase
tersebut.......
Hasil dari data waktu kontaminasi (mst) eksplan buku mawar pada beberapa
jenis media didapat hasil rata-rata sebagai berikut : media z1 (2,26%), z2 (1,80%),
z3 (2,07%), dan z4 (1,70%). Dari hasil tersebut......
Hasil dari data waktu muncul tunas (mst) eksplan buku mawar pada
beberapa jenis media didapat hasil rata-rata sebagai berikut : media z1 (1,75%), z2
(3,33%), z3 (2,00%), dan z4 (2,40%). Dari hasil tersebut.....
Hasil dari data jumlah tunas eksplan buku mawar pada beberapa jenis
media

Anda mungkin juga menyukai