Anda di halaman 1dari 7

Matraix ektraseluler dari seluruh organ.

Sehingga rodent,
procine, dan resus organ-organ monyet telah diselularisasi untuk
mendapat penggantung dengan matrix ekstrasel yang terlindungi
dan hubungan vascular.
Deselularisasi dapat didapat melalui infus intraarteri dari
solution yang berisi triton detergen X-100 dan ammonium hidroxida.
Metode ini menyebabkan semua elemen seluler menghilang,
meninggalkan elemen-elemn dari matrix ektrasel dan system
vaskuler. Metode-metode lain dari deselularisasi sudah digunakan,
memakai zat-zat kimia lain, enzim-enzim, atau jalur fisika.
Beberapa tipe sel dapat dipertimbangkan untuk tujuan
reselularisasi: SC (embrionik, fetal, SC dewasa) atau sel autolog
pasien. SC kemungkinan menghadirkan sumber ideal dari material
akibat

kemampuan

untuk

proliferasi.

Penggunaan-penggunaan

mereka terbatas, meskipun demikian melalui natur allergenic, yang


dapat memacu respon imun, selain itu untuk risiko ESC dari
pemebntukan teratom secara in vivo. Sel-sel fetal mengawetkan
kemampuan untuk berproliferasi dan berdiferensiasi tanpa risiko
induksi teratoma secara in vivo. Hambatan-hambtan ini dapat
dihilangkan di masa depan menggunakan teknik transfer nuklir dari
sel somatic pasien. Akhirnya, sel stem atau progenitor yang hadir di
organ-organ merupakan sumber lain dari sel-sel yang dapat
digunakan untuk organogenesis in vitro. Tetapi, mereka sering
tetatp sulit untuk mendefinisikan, isolate, dan tumbuh di kultur.
Lebih jauh lagi, tipe dan jumlah sel-sel yang digunakan untuk
reselularisasi bervariasi bergantung pada organ yang direkontruksi.
Nyatanya, sel-sel spesifik dari organ untuk direkonstruksi sangatlah
diperlukan. Tipe sel lain, seperti sel endotel dan fibroblast, juga
dibutuhkan, semenjak mereka menaikan fenotip sel fungsional dan
berkontribusi untuk organisasi structural jaringan. Matrix dari

system vascular organ yang di rekonstruksi butuh untuk direendotel


untuk mengorientasi aliran darah dan mencegah thrombosis.
Saat ini, pertumbuhan organ secara in vitro dan ex vivo dapat
butuh bebrapa minggu sampai mereka tumbuh sempurna di dalam
matrix.

Untuk

extracorporeal

pemberian
atau

system

makan
infus

penggunaan

berkontinuitas

pulsating
(bioreactor)

diperlukan untuk penyediaan suplai oksigen dan menjaga infusate


pada temperature konstan. Cairan infus diderivat dari media kultur
yang digunakan untuk sel-sel dalam kandungannya. Mereka butuh
growth factor atau molekul lain yang lebih spesifik untuk masingmasing organ. Akhirnya, terdapat kemungkinan hipotetikal lain
untuk

reselularisasi,

proses

transplantasi

dari

organ

yang

dideselularisasi pada resipien, diharapkan reselularisasi akan terjadi


secara langsung dari sel milik resipien.
Penelitian

sebelumnya

telah

menunjukan

fisibilats

pembentukan bioorgan untuk rekonstruksi jantung, paru, hati, dan


ginjal. Aplikasi klinis masih tetap jauh.
2.3.1. Jantung
konstruksi hati dapat menjadi pilihan alternative tritmen dar
insufisiensi kardiak di masa depan. Ini berdasar dari penggunaan
matrix ektrasel yang berasal dari jantung hewan dan yang diurutkan
dengn sel-sel layaknya untuk merekonstruksi fungsi kardia normal.
Walaupun teknik deselularisasi saat ini terlihat di bawah control, isuisu yang terpapar oleh seleksi sel-sel yang kapabel membangkitkan
bervariasi komponen belum beres. Selanjutnya, rekolonisasi matrix
tidak hanya bergantung pada fenotip sel yang digunkan tetapi juga
dipemgaruhi oleh sifat dasar tanda biokimia. Kompleksitas dari
masalah-masalah tersebut menghasilkan pergantian penuh jantung
dengan substitusi biomaterial untuk standar mentransplantasi .
Bagaimanapun, hal ini lebih realistis untuk berharap, pergantian

parsial

jantung

dengan

matrix-matrix

yang

terreselularisasi

menguatkan bagian-bagian dari myocardium yang gagal atau


dengan terapi selular direk dengan SC.
Deselularisasi

jantung

hewan

(tikus,dan

sudah

banyak

sebelumnya Jantung mamalia) telah dilakukan oleh D. Taylor melalui


infus Detergen kimia. Penelitian ini menunjukkan bahwa integritas
dari matrix (kolagen, fibronektin, laminin, dll) dapat dipertahankan
sebaik mungkin dengan permeabilitas dari pohon vascular dan
kompeten dari katup jantung.
Reselularisasi lebih sulit akibat diversitas dari populasi sel
yang butuh direkonstitut. Tiga cara untuk mencapai tujuan ini dapat
dipertimbangkan.

(1)

Pengguanaan

populasi

single

dari

sel

prolipoten capable dalam memberi pertumbuhan semua tipe sel


jantung melalui efek dari signal disekitarnya (pendekatan yang saat
ini tampak agak unrealistic). (2) Pengguanaan sel dewasa yang
telah berdiferensiasai untuk garis keturunan target. Perolehan
fibroblast dan sel vascular dapat dicapai, terutama saat mereka
depat diambil dari resipien masa depan dari organ yang diangkat,
yang telah secara sukses didemonstrasikan di kreasi pembuluh
darah yang implantable. (3) Strategi yang ketiga terdiri dari
penggunaan populasi single sel progenitor pada tingkat mesodermik
yang

akan

bertanggungjawab.

Bergantung

pada

sinyal

yang

diproduksi oleh jaringan host, untuk mendapat diferensiasi in situ


pada tiga tipe sel utama (kardiomiosit, sel endotel, and sel otot
lurik. Masalah dari mendapatkan sel cardiogenic juga lebih kompleks
karena mereka tidak hanya butuh kontraktil intrinsic, tetapi mereka
juga harus capable dalam memasang dan memodulasi frekuensi
dalam

menjawab

neurohumoral

atau

stimulus

farmakologi.

Plastisitas dari sel somatic dewasa terbatas, bagaimanapun, hal ini


tidak

memungkinkan

mereka

untuk

berdiferensiasi

pada

kardiomiosit. Hal ini hanya dipaparkan oleh sel pluripotent, capable

dalam perolehan fenotip kardiak di bawah pengaruh inducer sinyal


yang appropriate. Sungguh sel pluripotent dapat menjadi sel stem
embrionik manusia (hESC) yang karakter alogeniknya memaparkan
masalah penolakan. Tanpa memperhatikan asal dari sel pluripotent,
penggunaan klinis mereka berimplikasi sebuah tingkat diferensiasi
in vitro dan kemudian proses seleksi sehingga hanya progenitor
kardiogenik yang akan digunakan. Lebih sebelumnya, konversi
langsung dari sel dewasa menjadi kardiomyosit telah diajukan,
melalui tingkat sel pluripotent. Pendekatan ini masih tetap kuno
untuk aplikasi klinis.
Tantangan penting adalah transfer dari sel-sel menjadi matrik
untuk rekolonisasi. Sementara infuse sel diperuntukan system
vascular agar logis untuk endothelium, injeksi intramural dari sel-sel
untuk tujuan kardiogenik kurang jelas.
Kesimpulannya,

dari

pergantian

complete

dari

jantung

manusia dari jantung lain yang diangkat dari sebuah matrix hewan
dan ditempatkan oleh sel-sel yang menyediakan organ secara
efektif, aktivitas mekanik tetap memungkinkan dan tidak mungkin
menjadi kenyataan dalam 20 sampai 30 tahun ke depan.
Strategi lain untuk repair kardiak adalah preparasi tambalan
kardiak. Konstruksi dari biomaterial yang tinggi dirawat dengan SC
akan menawarkan metode untuk meningkatkan efek dari terapi SC
untuk infark miokardiak. Sehingga perkembangan dari tambalan SC
kardiak

ini

treatment

memiliki
penyakit

perspektif
dan

terapeutik

pencegahan

yang

gagal

tinggi

jantung

untuk
kronik.

Bagaimanapun materi-materi ini cocok untuk treatment MI yang


butuh kualitas spesdifik, biokompatibilitas, resisten untuk gaya
mekanis in situ, cocok untuk amplifikasi sel, dan dengan ukuran
yang cocok dari pori-pori untuk komunikasi sel yang baik untuk
formasi jaringan fungsional. Di bawah mikroskop, ukuran pori butuh

minimal 50 mikronmeter yang baik untuk vaskularisasi tambalan


dan menjamin metabolism MSC. Materi biologi memiliki lebih
banyak keuntungan dripada materi artificial karena integrasi sel
optimal untuk konstruksi patch SC cardiac. Seperti MSC yang
dididapat dari jelly Warton mudah untuk dikumpulkan, arteri
umbilical dapat dikumpulkan pada waktu yang sama. Matrix natural
dari arteri umbilical merupakan property esensial untuk konstruksi
dari tambalan cardiac yang biokompatibel.
2.3.2. Paru
Sekitar lima puluh juta manusia di seluruh dunia tinggal
dengan kegaglan respirasi kronis pada tingkat terminal. Satusatunya

treatment

mengurangi

untuk

ekspentasi

penyakit

hidup

adalah

ini

yang

secara

tranplastasi

serius

paru,tetapi

hasilnya masih buruk.

Graft trakeobronkial tetap sebuah tantangan. Penelitian belum


menemukan sel pengganti ideal untuk jalan nnafas paru. Kegagalankegagalan

sudah

diobservasi

dengan

prosthesis

sistetik,

bioprostesis, allograft trakea, dan autograft. Faktanya, tidak hanya


regenerasi jaringan epitel tetapi juga regenerasi kartilago bahkan
belum diobservasi. Penelitian nampaknya

untuk mengindikasi

bahwa regenerasi dari jaringan trakea mungkin dari matrix aorta


dan CS diambil dari sumsum tulang. Penelitian telah dilakukan pada
manusia dalam konteks kanker dari trakea dan operasi konservtif di
kasus kanker paru. Penelitian juga telah berkontribusi untuk
memahami mekanisme regenerasi jaringan.
Regenerasi paru menggunakan SC lebih complex. Faktaya,
beberap tipe sel progenioto local yang berkontribusi untuk repair
telah dijabarkan pada level berbeda di traktus respiratori. Berpindah
pada alveolus, seseorang menemukan SC bronkiovaskular pada sel

epitel dan pneumosit. Pada kategori SC local sel-sel dari


subpopulasi telah diidentifikasi bahwa marker diferensiasi yang
secara in vitro mirip sel mesenkim stroma. Peran dari sel-sel ini
pada

repair

jaringan

telah

didemonstrasikan

di

binatang.

Sebelumnya ini dijabarkan bahwa penduduk, multipotent pulmonary


SC capable . Fenotip dan karakter fungsional dari sel-sel baru ini
telah dispesifikasi secara in vitro dan in vivo.
Paru juga berisi MSC yang spesifik yang telah dijabarkan dan
dikarakterisasi. Sel-sel ini tidak memainkan bagian langsung pada
epitel yang diperbaharui tetapi menetapkan komunikasi dnegan
epitel, sehingga memastikan peran mereka sebagi cytoprotektor
local.
Akhirnya,

banyak

studi

yang

dilakukan

pada

hewan

menunjukan peran menguntungkan yang dimainkan oleh MSC yang


diproduksi oleh sumsum tulang. Efek-efek yang diobservasi di lesi
udem, sepsis, hipertensi pulmo, dan bahkan fibrosis pulmo idiopatik
telah menghasilkan aplikasi klinis yang saat ini sesang dinilai.
Imunomudulatori,

anti

inflamasi,

antiapoptosis,

dan

property

angiogenik dari MSC menempatkan sel-sel pada jantung dari


perbaikan jaringan. Berlawanan dengan hipotesis terdahulu, sel-sel
ini tidak tampak berdiferensiasi menjadi sel epitel alveolar dan
metode mereka akan melibatkan mekanisme parakrin, tidak semua
dari yang sudah dijelaskan.
Dengan

menghormati

kreasi

paru

secara

bioartificial,

pekerjaan sebelumnya pada subjek yang tersadar dengan paru tikus


yang diselularisasi untuk mendapat matrik pendukung. Sel epitel
dan endotel kemudian disuntikan ke matrix paru yang diikuti oleh
inkubasi lima hari di bioreactor. Studi morfologi menemukan sebuah
aspek yang mirip dengan paru hewan dan studi fisiologi in vitro juga
menunjukan bahwa kapasitas ventilator dan gas perubahan gas
sudah dipertahankan. Implantasi secara in vivo dari paru bioartificial

menghasilkan ventilasi spontan selama enam jam. Setelah itu,


udem paru terjadi.
Sebelumnya, penulis lain juga mendeselularisasi paru tikus
menggunakan tritmen kimiawi. Paru yang dideselularisasi ini
kemudian ditempatkan di bioreactor yang digunakan untuk meniru
kondisi fisiologis. Sel epitel dari tikus baru lahir diinjeksi melalui
trakea dan sel endotel kemudian diinjeksi menuju system vaskuler.
Setelah empat sampai delapan hari dari inkubasi, biolung ini
tertanam pada tikus. Pengukuran berbeda antara paru asli , paru
yang dideselularisasi dan paru yang diproduksi oleh bioengineering,
dengan tekanan lebih besar yang merefleksi surfaktan fungsional
pada paru.
Deselularisasi paru kemudian diproduksi pada paru babi,
primate, dan bahkan manusia. SC embrionik atau MSC digunakan
untuk menselularisasi paru yang dideselularisasi.
Awal penelitian ini membukan rute untuk mengembangkan
paru bioartificial, dengan prospek

Anda mungkin juga menyukai