Kelompok 10
Zihramna Afdi
(21070113120046)
Aditya Dimas I.
(21070113120067)
BAB I
PENDAHULUAN
1. Analisis deskriptif rantai pasok dari PT Dannov Multi Engineering pada produk
Generator Ozonizer.
2. Analisis kriteria pemilihan supplier dan evaluasi kinerja supplier PT Dannov Multi
Engineering.
3. Pengukuran kinerja masing masing supplier dengan menggunakan pendekatan
Data Envelopment Analysis (DEA).
1.5 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab I berisi mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, ruang lingkup, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab II berisi mengenai dasar dasar literatur yang dijadikan sebagai pedoman dan
referensi atau sebagai dasar pembuatan tugas besar SCAD.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab III berisi tentang metodologi penelitian dari penelitian yang dilakukan dalam
pembuatan tugas besar SCAD.
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA
Bab IV berisi mengenai tahapan proses dalam penyelesaian masalah, mulai dari
studi pendahuluan, perumusan masalah, tujuan penelitian, pengumpulan data,
pengolahan data dan analisis.
BAB V PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran perbaikan berdasarkan hasil pembahasan dan analisis
pada bab sebelumnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Supply Chain Management
2. Pemilihan
Supplier yang dipilih harus dapat memberikan pelayanan dan barang yang terbaik untuk
produk yang akan kita buat. Perkuat proses penentuan harga, pengiriman dan
pembayaran untuk analisa dan monitoring terhadap supplier.
3. Pembuatan
Menetapkan jadwal untuk produksi, testing, paking dan persiapan untuk pengiriman.
Merupakan bagian terbesar dalam supply chain metric- intensive, dimana level kualitas
ditentukan beserta output produksi dan produktifitas dari pekerja.
4. Pengiriman
sering disebut dengan logistic dimana terjadi pencocokan order dari konsumen,
pengembangan jaringan pergudangan, memilih metode transpotrasi untuk mengirim
produk ke konsumen dan menyusun system faktur untuk penerimaan pembayaran.
5. Pengembalian
Untuk mengatasi problem part yang rusak dari supply chain. Dibuat jaringan untuk
menerima part yang cacat dan over stock dari konsumen dan retailer yang memiliki
hambatan dalam penerimaan part.
Dari alur supply chain pada gambar di atas. Menurut Turban, Rainer, Porter terdapat
tiga macam Aktifitas rantai suplai, yaitu:
1. Rantai Suplai Hulu / Upstream supply chain
Bagian upstream (hulu) supply chain meliputi aktivitas dari
suatu
perusahaan
manufaktur dengan para penyalurannya (yang mana dapat manufaktur, assembler, atau
kedua-duanya) dan koneksi mereka kepada pada penyalur mereka (para penyalur
second-trier). Hubungan para penyalur dapat diperluas kepada beberapa strata, semua
jalan dari asal material (contohnya bijih tambang, pertumbuhan tanaman). Di dalam
upstream supply chain, aktivitas yang utama adalah pengadaan.
2. Manajemen Internal Suplai Rantai / Internal supply chain management
Bagian dari internal supply chain meliputi semua proses pemasukan barang ke gudang
yang digunakan dalam mentransformasikan masukan dari para penyalur ke dalam
keluaran organisasi itu. Hal ini meluas dari waktu masukan masuk ke dalam organisasi.
Di dalam rantai suplai internal, perhatian yang utama adalah manajemen produksi,
pabrikasi, dan pengendalian persediaan.
3. Segmen Rantai Suplai Hilir / Downstream supply chain segment
Downstream (arah muara) supply chain meliputi semua aktivitas yang melibatkan
pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Di dalam downstream supply chain,
perhatian diarahkan pada distribusi, pergudangan, transportasi, dan after-sales-service.
Jenis aliran yang terjadi pada tiap-tiap komponen dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Arus material melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai konsumen melalui
rantai, sama baiknya dengan arus balik dari retur produk, layanan, daur ulang dan
pembuangan.
2. Arus informasi meliputi ramalan permintaan, transmisi pesanan dan laporan status
pesanan, arus ini berjalan dua arah antara konsumen akhir dan penyedia material
mentah.
3. Arus keuangan meliputi informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit, jadwal
pembayaran dalam penetapan kepemilikandan pengiriman. (Kalakota, 2000, h198)
2.4
Definisi DEA
Data Envelopment Analysis (DEA) merupakan teknik pemrograman matematika
yang menghitung efisiensi relatif dari suatu objek pada beberapa kriteria. DEA
diperkenalkan oleh Charnes et al (1978). DEA merupakan metodologi non-parametrik
yang berdasarkan linear programming dan digunakan untuk mengukur efisiensi relatif
dari suatu unit organisasi dimana keberadaan beberapa input dan beberapa output sulit
untuk diperbandingkan (Al-Faraj, 2006). DEA pertama mengidentifikasi sebuah
eficcient frontier dari input dan output yang diamati pada satu set objek yang akan
dievaluasi, yang disebut unit pengambilan keputusan atau decision making unit (DMU).
Menurut Charnes et al dalam Liu, Ding, Lall (2000) DEA adalah prosedur
pemrograman matematis untuk mengevaluasi efisiensi relatif dari beberapa unit
pengambilan keputusan (DMUs) yang melibatkan beberapa input dan output ganda.
DEA mengukur efisiensi relatif dari masing-masing DMU dibandingkan dengan DMUs
lain. Skor efisiensi suatu DMU secara umum didefinisikan sebagai total bobot output
dibagi dengan total bobot input. Dalam pengukuran efisiensi relatif dari organisasi,
pengukuran DEA dapat didefinisikan sebagai rasio dari total bobot output terhadap total
bobot input. Dengan DEA setiap organisasi dapat menggunakan bobot yang berbeda
untuk semua ukuran kinerja (Gofindarajan R., 2007).
2.5
Model DEA
2.5.1
tahun 1978. Pada model ini diperkenalkan suatu ukuran efisiensi untuk masing-masing
decision making unit (DMU) yang merupakan rasio maksimum antara output yang
terbobot dengan input yang terbobot. Ukuran efisiensi DMU dapat dihitung dengan
menyelesaikan permasalahan programming matematika berikut ini:
dengan xij adalah nilai input yang diamati dengan tipe ke-i dari DMU ke-j dan xij >0
untuk i = 1,2,3,,m dan j = 1,2,, n. Demikian juga dengan yrj adalah nilai output
yang diamati dengan tipe ke-i dari DMU ke-j dan yrj > 0 untuk i = 1,2,,m dan j = 1,2,
,n
2.5.2
BCC, Banker, Charmes dan Cooper (1984). Model BCC dengan input-output oriented
untuk DMU0 dapat ditulis dengan :
Nilai-nilai efisiensi BCC diperoleh dengan menjalankan model di atas untuk setiap
DMU. Nilai-nilai efisiensi pengukuran kinerja BCC disebut nilai efisiensi teknis murni
(pure technical efficiency), hal ini terkait dengan nilai-nilai yang diperoleh dari model
yang memperbolehkan variabel return terskala, sehingga skala yang ada dapat
tereliminasi. Secara umum nilai efisiensi CCR untuk tiap DMU tidak akan melebihi
nilai efisiensi BCC, yang memang telah jelas secara intuitif karena model BCC
menganalisa tiap DMU secara lokal daripada secara global. Jika kita telah memperoleh
nilai efisiensi teknis murni, maka efisiensi skala (scale efficiency) dapat dihitung dengan
persamaan:
SE = Technical Efficiency / Pure Technical Eefficiency
2.3
2.4
menunjukkan sampel nira yang ditreatment menggunakan ozon dan sampel nira yang
tidak ditreatment menggunakan ozon.
Gambar 2.2. Sampel nira yang ditreatment menggunakan ozon dan sampel nira yang tidak ditreatment
menggunakan ozon.
Produsen
Tipe
Dimensi
Input
Output Ozon
Kapasitas Pompa
Kapasitas Ozone
Berat
Fitur :
-
Reaktor
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Alamat
Bidang Jasa
: Teknologi Inovasi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Output
Delivered
Tingkat
Respons
(%)
Ratio
Produk
Cacat
(%)
3805773
21
97%
60%
55
3625419
20
95%
65%
1111079
45
3905812
19
93%
70%
989545
60
3371502
20
96%
80%
1329050
70
3628336
28
94%
88%
686229
60
3818490
20
98%
59%
Wiwin Workshop
1481127
65
3644469
11
94%
70%
BLKI Semarang
1026298
50
3262105
20
95%
71%
809743
75
3917745
18
96%
73%
619007
65
3639833
19
95%
80%
DMU
Biaya
Pengirima
n
Employ
ees
Biaya
Material
730764
80
Haekal Tech
1477833
Widodo Workshop
Laksana Semarang
Tjokro Bersaudara
Semarang
2 kali lipat dari jumlah variabel input dan output. Adapun DMU yang digunakan dalam
penelitian ini berjumlah 10 DMU yang merupakan Supplier dari berbagai daerah di
Indonesia. Decision Making Unit (DMU) yang sudah dipilih akan dilakukan konversi
kedalam DMU untuk proses pengolahan data selanjutnya. Konversi jenis konveksi ke
dalam DMU dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 4.2 Pemilihan DMU
Supplier
Dempo Laser Metalindo
Haekal Tech
DMU 2
Widodo Workshop
DMU 3
Laksana Semarang
DMU 4
DMU 5
DMU 6
Wiwin Workshop
DMU 7
BLKI Semarang
DMU 8
DMU 9
DMU 10
Ii , Xik
i
VRS
DMU
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
DMU Name
Dempo Laser
Metalindo
Haekal Tech
Widodo Workshop
Laksana Semarang
Tjokro Bersaudara
Semarang
Tjokro Bersaudara Solo
Wiwin Workshop
BLKI Semarang
Inti Duta Lestari
Mega Andalan Kalasan
Efficiency
1.00000
0.90909
1.00000
1.00000
1.00000
1.00000
0.89508
1.00000
0.91947
1.00000
Dari data yang tersaji tersebut, dengan menggunakan model CCR (asumsi CRS)
orientasi input, dapat dilihat bahwa terdapat 7 supplier (70%) dari 10 supplier yang
sudah mempergunakan sumberdaya secara optimal dan memberikan efisiensi kinerja
yang baik. Ke-7 supplier ini menjadi supplier Dannov dengan nilai efisisensi relative
sebesar 100% dan beberapa diantaranya dijadikan acuan (Benchmark) bagi konveksi
lainnya yang tidak efisien. Sisanya yaitu sebesar 3 konveksi (30%) memiliki nilai
efisiensi kurang dari 100% dan dengan demikian dianggap secara teknis tidak efisien.
Namun ada kalanya, beberapa DMU yang memiliki nilai efisiensi 100% (efisien) pada
perhitungan model CCR ternyata menjadi tidak efisien dengan perhitungan model CCR.
Perbedaan ini dikarenakan pada model CCR, ukuran dari supplier dalam mempengaruhi
kemampuan mereka untuk menghasilkan jasa dianggap tidak relevan dalam menilai
efisiensi relatif. Menurut asumsi ini sebuah organisasi kecil dapat menghasilkan output
dengan rasio input per output yang sama seperti organisasi yang lebih besar. Kondisi
seperti ini biasanya mengarahkan unit organisasi ke dalam kondisi IRS (Increasing
Return To Scale) maupun kondisi DRS (Decreasing Retun To Scale) yang
menggambarkan skala ekonomis dan disekonomis akibat ukuran organisasi. Skala
ekonomis adalah karakteristik dari fungsi produksi perusahaan yang mengarah pada
turunnya biaya rata-rata jangka panjang sejalan dengan peningkatan output.
Adapun nilai efisiensi relatif dengan menggunakan pendekatan DEA model CCR
(asumsi CRS) orientasi input dapat dilihat pada tabel.
Tabel 4.4 Tingkat Pencapaian Efisiensi Kinerja Supplier dengan DEA CCR
InputOriented
CRS
DMU
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
DMU Name
Dempo Laser
Metalindo
Haekal Tech
Widodo Workshop
Laksana Semarang
Tjokro Bersaudara
Semarang
Tjokro Bersaudara Solo
Wiwin Workshop
BLKI Semarang
Inti Duta Lestari
Mega Andalan Kalasan
Efficiency
1.00000
0.90740
1.00000
1.00000
1.00000
1.00000
0.88566
1.00000
0.91209
1.00000
dengan menggunakan model CCR (asumsi CRS) orientasi input, dapat dilihat bahwa
dari 10 supplier terdapat 7 supplier (70%) yang sudah mempergunakna sumberdaya
secara optimal dan memberikan efisiensi kinerja yang baik. Sisanya yaitu sebanyak 3
supplier (30%) memiliki nilai efisiensi kurang dari 100% dan dengan demikian
dianggap secara teknis tidak efisien. Bila dibandingkan dengan supplier yang efisien
dengan menggunakan asumsi VRS maka dari 8 supplier yang dinyatakan efisien secara
relative terhadap supplier lainnya dengan asumsi VRS maka hanya 8 supplier (80%)
saja yang dinyatakakn efisien dibawah asumsi CRS. 2 konveksi lainnya (20%) yang
tidak efisien dibawah CRS namun efisien dibawah asumsi VRS, berada pada kondisi
IRS (Increasing Return To Scale).
DMU Name
Dempo Laser
1 Metalindo
Efficien
cy
1.0000
0
4 Laksana Semarang
0.9074
0
1.0000
0
1.0000
0
Tjokro Bersaudara
5 Semarang
1.0000
0
Tjokro Bersaudara
6 Solo
1.0000
0
0.8856
6
1.0000
0
0.9120
9
2 Haekal Tech
3 Widodo Workshop
7 Wiwin Workshop
8 BLKI Semarang
9 Inti Duta Lestari
Sum
of
lambd
as
RTS
1.000
Constan
t
1.000
Decreasi
ng
Constan
t
Constan
t
1.000
Constan
t
1.001
1.000
1.000
0.989
1.000
1.011
Constan
t
Increasi
ng
Constan
t
Decreasi
ng
Optimal
Lambdas
with
Benchma
rks
1.000
0.037
1.000
1.000
1.000
1.000
0.989
1.000
0.278
Dempo
Laser
Metalindo
Widodo
Workshop
Widodo
Workshop
Laksana
Semarang
Tjokro
Bersaudar
a
Semarang
Tjokro
Bersaudar
a Solo
BLKI
Semarang
BLKI
Semarang
BLKI
Semarang
0.00
3
Tjokro
Bersaud
ara
Semaran
g
0.73
3
Mega
Andalan
Kalasan
Mega Andalan
10 Kalasan
1.0000
0
1.000
Constan
t
1.000
Mega
Andalan
Kalasan
Bobot pembanding yang dijadikan acuan oleh supplier - supplier yang tidak efisien
merupakan nilai shadow price dari supplier yang efisien. Nilai shadow price ini
berfungsi sebagai angka pengganda (multiplier) yang digunakan sebagai dasar untuk
menyesuaikan input dan output dari supplier yang tidak efisien agar menjadi efisien.
Misalnya pada supplier 9 dengan supplier acuannya adalah supplier 8 dalam hal ini
BLKI Semarang dan Mega Andalan Kalasan. Nilai shadow price dari masing-masing
supplier acuan, secara berurutan, adalah (0.278) dan (0.733) Bila kita ingin melihat
berapa biaya pengiriman yang seharusnya dari supplier 9 agar bisa beroperasi secara
efisien, maka perhitunganya adalah sebagai berikut:
Biaya pengiriman
Tabel 4.5 Target Efisien untuk Variable input dan Output Supplier
DMU
No.
DMU Name
Efficient Input
Target
Biaya
Pengiriman
Dempo Laser
1 Metalindo
730764.00000
2 Haekal Tech
1026298.00000
3 Widodo Workshop
1111079.00000
4 Laksana Semarang
Tjokro Bersaudara
5 Semarang
989545.00000
686229.00000
7 Wiwin Workshop
612491.13684
8 BLKI Semarang
1026298.00000
625522.86316
1329050.00000
619007.00000
Employ
ees
80.0000
0
50.0000
0
45.0000
0
60.0000
0
70.0000
0
60.0000
0
64.3157
9
50.0000
0
65.6842
1
65.0000
0
Biaya
Material
3805773.00
000
3262105.00
000
3905812.00
000
3371502.00
000
3628336.00
000
3818490.00
000
3601518.96
842
3262105.00
000
3678147.03
158
3639833.00
000
Lanjutan Tabel 4.5 Target Efisien untuk Variable input dan Output Supplier
Efficient Output
Target
Jumlah Produk
Dikirim
21.00000
20.00000
19.00000
20.00000
28.00000
20.00000
18.80000
20.00000
Service
Level
0.97000
0.95000
0.93000
0.96000
0.94000
0.98000
0.94000
0.95000
Ontime
Delivery
0.60000
0.71000
0.70000
0.80000
0.88000
0.59000
0.79158
0.71000
19.20000
19.00000
0.96000
0.95000
0.80842
0.80000
DAFTAR PUSTAKA