Referat Benda Asing Saluran Nafas
Referat Benda Asing Saluran Nafas
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Oleh :
Fitriana Mustika W. (0808015050)
Wahyuni Balisa (0808015048)
Pembimbing :
dr. Selvianti, Sp. THT-KL
Referat
BAB 1
PENDAHULUAN
benda
asing
di
saluran
nafas
masih
merupakan
meskipun
dalam
Perkembangan
beberapa
teknologi
kasus
bronkoskop
harus
dilakukan
dan
peralatan
timbul,
hingga
menegakkan
diagnosis
dan
memberikan
(referat).
3. Memenuhi salah satu tuga kepaniteraan klinik di laboratorium ilmu
kesehatan telinga hidung tenggorok.
BAB 2
ISI
2.1
Epidemiologi
Aspirasi benda asing dapat terjadi pada semua umur, terbanyak
pada anak, khususnya anak usia 1-3 tahun, hal ini terjadi karena : a) anakanak umur tersebut sedang mengekplorasi lingkungan sekitarnya dengan
kecenderungan meletakkan sesuatu di mulut sambil bermain dan berlari
b) pertumbuhan gigi molar yang belum lengkap sehingga proses
mengunyah belum sempurna, c) belum dapat membedakan yang dapat
dimakan dengan yang tidak dan d) koordinasi menelan dan penutupan
glotis yang belum sempurna .2,6,7,9
Aspirasi benda asing pada dewasa biasanya berhubungan dengan
retardasi mental, penggunaan alkohol dan sedatif, tindakan medik di
daerah mulut dan faring, gangguan kesadaran, trauma maksilofasial,
gangguan neurologis dan dimensia senilis.7,10
Kejadian aspirasi benda asing dari berbagai laporan lebih sering
terjadi pada laki-laki dengan perbandingan antara laki-laki dan perempuan
2 : 1. Jenis benda asing yang teraspirasi bervariasi, dengan frekwensi
tertinggi dari berbagai laporan berupa bahan makanan seperti kacang,
biji-bijian, bagian dari sayuran dan benda anorganik lain seperti jarum,
peniti, tutup pena, mainan anak-anak dll. Perbedaan geografis, variasi
makanan dan lingkungan mempengaruhi hal ini.2,7,10
Kekerapan aspirasi benda asing bervariasi dari berbagai laporan,
Iskandar pada laporannya dibagian THT FKUI/ RS Cipto Mangunkusomo
12
Definisi
Benda asing di dalam suatu organ ialah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari
dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada.Benda asing yang berasal dari luar tubuh,
disebut benda asing eksogen, biasanya masuk melalui hidung atau mulut. Sedangkan yang
berasal dari dalam tubuh, disebut benda asing endogen.20
Benda asing eksogen terdiri dari benda padat, cair, atau gas.Benda asing eksogen
padat terdiri dari zat organik, seperti kacang-kacangan, tulang dan zat anorganik seperti
jarum, peniti, batu dan lain-lain. Benda asing eksogen cair dibagi dalam benda cair yang
bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan benda cair non-iritatif yaitu cairan dengan PH 7,4.
Benda asing endogen dapat berupa secret kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta,
membran difteri, bronkolit, cairan amnion, mekonium yang dapat masuk ke dalam saluran
napas bayi pada saat proses persalinan. 18,20
yaitu
memasukan
udara
yang
mengadung
oksigen
dan
b. Faring
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran,
yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran pencernaan
(orofarings) pada bagian belakang. Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring
(tekak) tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan
menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara. 8
Fungsi utama faring adalah menyediakan saluran bagi udara yang keluar masuk dan
juga sebagi jalan makanan dan minuman yang ditelan, faring juga menyediakan ruang
dengung(resonansi) untuk suara percakapan.8
Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran pernapasan
karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf kita
akan mengatur agar peristiwa menelan, bernapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan
sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan.
Adapun fisiologi menelan pada manusia terdiri dari 4 fase, yaitu :
1. Fase persiapan oral. Pada tahap ini, manusia mengunyah makanan untuk
membentuk bolus.
2. Fase oral. Fase ini berlangsung selama 1-1,5detik, dimulai ketika lidah yang
mendorong bolus ke atas dan ke belakang terhadap permukaan bawah palatum durum
oleh kontraksi otot stilofaringeus.
3. Fase faringeal. Fase ini dimulai ketika bolus dipindahkan melalui faring dan berakhir
dengan terbukanya sfingter esofagus. Waktu transit normal faring <2detik. Bolus yang
berada di posterior faring akan menstimulasi ephitelial swallowing receptor area di
pilar tonsiler. Impuls itu akan menyebabkan terjadi beberapa hal, yaitu :
a. Palatum molle akan tertarik ke ata, untuk mencegah makanan masuk ke hidung.
b. Lipatan palatofaring di setiap sisi faring mendekat sehingga hanya bolus yang
berukuran kecil saja yang dapat lewat.
c. Laring akan tertarik ke atas seperyi epiglottis yang secara pasif menutup jalan
masuk.
d. Plika vokalis tertarik mendekat.
Pusat pernapasan di medulla oblongata dihambat oleh pusat menelan dalam waktu
yang singkat agar proses menelan dapat berlangsung. Hal ini disebut deglutisi
apneu. Dalam fase ini, saraf kranial V,IX,X dan XII berperan untuk proses
menelan yang baik. Muskulus sfingter esofagus superior berelaksasi untuk
memungkinkan makanan lewat, yang setelah itu sejumlah otot konstriktor lurik di
faring berkonstriksi secara berurutan untuk mendorong bolus makanan turun ke
esofagus.
4. Fase esofageal. Terdapat 2 jenis peristaltik pada fase ini, yaitu peristaltik primer dan
sekunder. Peristaltik primer merupakan kelanjutan dari akhir fase faringeal yang
terjadi selama 8-10detik. Jika peristaltik primer gagal makan peristaltik sekunder yang
akan menghasilkan distensi esofagus dan melanjutkan pasase makanan ke lambung.
Peristaltik sekunder diinisiasi oleh sirkuit saraf instrinsik dalam system saraf
mientrik.8
c. Laring
Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan. Laring berada
diantara orofaring dan trakea, didepan lariofaring. Salah satu tulang rawan pada laring disebut
epiglotis. Epiglotis terletak di ujung bagian pangkal laring.Laring diselaputi oleh membrane
mukosa yang terdiri dari epitel berlapis pipih yang cukup tebal sehingga kuat untuk menahan
getaran-getaran suara pada laring. Fungsi utama laring adalah menghasilkan suara dan juga
sebagai tempat keluar masuknya udara.8
Pangkal tenggorok disusun oleh beberapa tulang rawan yang membentuk jakun.
Pangkal tenggorok dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorok (epiglotis). Pada waktu
menelan makanan, katup tersebut menutup pangkal tenggorok dan pada waktu bernapas katu
membuka. Pada pangkal tenggorok terdapat selaput suara yang akan bergetar bila ada udara
dari paru-paru, misalnya pada waktu kita bicara.8
14
d. Trakea
Trakea merupakan tabung yang terdiri dari tulang rawan dan otot yang
dilapisi oleh epitel thorak yang berlapis mulai dari bagian terbawah dari
laring setinggi vertebra servikal VI sampai ke karina yaitu percabangan
bronkus utama kanan dan kiri setinggi vertebra torakal V. 12 Trakea
berbentuk silendris dengan bagian posteriornya datar, ukuran tergantung
umur, terdiri dari cincin tulang rawan yang jumlahnya bervariasi antara
16-20, pada dewasa panjang lebih kurang 11cm dan diameter 2-2,5 cm.
Pada anak ukurannya lebih kecil dan lebih mobile.Dinding tenggorokan bagian
dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke
saluran pernapasan.1,8
13
e. Paru-paru
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot
dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada dua
bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri
(pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis,
disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura
dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan
dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis). Paru-paru tersusun oleh
bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Bronkiolus tidak mempunyai
tulang rawan,tetapi ronga bronkus masih bersilia dan dibagian ujungnya mempunyai
epitelium berbentuk kubus bersilia. Setiap bronkiolus terminalis bercabang-cabang lagi
menjadi bronkiolus respirasi, kemudian menjadi duktus alveolaris.Pada dinding duktus
alveolaris mangandung gelembung-gelembung yang disebut alveolus.8
2.4
Faktor predisposisi
Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing ke dalam saluran napas
antara lain :
1. Faktor personal (umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial, tempat tinggal).
2. Kegagalan mekanisme proteksi yang normal (kelainan tidur, kesadaran menurun,
alkoholisme, epilepsi).
3. Faktor fisik (yaitu kelainan dan penyakit neurologik).
4. Proses menelan yang belum sempurna pada anak.
5. Faktor dental, medikal dan surgikal (antara lain tindakan bedah, ekstraksi gigi, belum
tumbuhnya gigi molar pada anak yang berumur <4 tahun).
6. Faktor kejiwaan (antara lain emosi, gangguan psikis).
7. Ukuran dan bentuk serta sifat benda asing.
8. Faktor kecerobohan (antara lain meletakkan benda asing di mulut, persiapan makanan
yang kurang baik, makan atau minum yang tergesa-gesa, makan sambil bermain (pada
anak-anak), memberikan kacang atau permen pada anak yang gigi molarnya belum
lengkap.20
2.5
Patofisiologi
Setelah terjadi aspirasi benda asing, benda asing dapat tersangkut
pada tiga tempat, laring, trakea dan bronkus, 80-90 % akan tersangkut di
bronkus. Pada dewasa benda asing cenderung tersangkut pada bronkus
utama kanan karena lebih segaris lurus dengan trakea dan posisi karina
yang lebih ke kiri serta ukuran bronkus kanan yang lebih besar. Sampai
umur 15 tahun sudut yang dibentuk bronkus dengan trakea antara kiri
dan
kanan
hampir
sama,
sehingga
pada
anak,
frekwensi
lokasi
bersifat
menyerap
air
sehingga
mengembang,
yang
akan
Gejala Klinis
Aspirasi benda asing dapat memberikan gambaran klinis yang
bervariasi, dari gejala yang minimal, sehingga tidak jarang pasien dibawa
berobat bukan pada hari pertama kejadian, seperti dilaporkan Cohen et al
yang dikutip Friedman EM, dari 143 kasus aspirasi benda asing pada anak
hanya 41% yang datang berobat pada hari pertama kejadian,sampai
keadaan gawat nafas bahkan menyebabkan kematian.7,16
Gejala klinis yang timbul akibat aspirasi benda asing di jalan nafas
tergantung pada ukuran, lokasi, jenis, bentuk, sifat iritasinya terhadap
mukosa, lama benda asing di jalan nafas, derajat sumbatan serta ada
tidaknya komplikasi.4,8,19,20
Gejala aspirasi benda asing dapat dibagi dalam 3 fase, yaitu :
a. Fase awal yaitu saat benda asing teraspirasi, batuk-batuk hebat
secara tiba-tiba, rasa tercekik, rasa tersumbat di tenggorok,
wheezing dan obstruksi nafas, dapat juga disertai adanya sianosis
terutama perioral, kematian pada fase ini sangat tinggi
b. Fase asimptomatik yaitu interval bebas gejala terjadi karena benda
asing tersangkut pada satu tempat, dapat terjadi dari beberapa
menit sampai berbulan-bulan setelah fase pertama. Lama fase ini
tergantung
lokasi
benda
asing,
derajat
obstruksi
yang
Benda asing di hidung pada anak sering luput dari perhatian orang tua karena tidak
ada gejala dan bertahan untuk waktu yang lama.Dapat timbul rinolith di sekitar benda asing.
Gejala yang paling sering berupa :
1. Hidung tersumbat
2. Rinore unilateral dengan cairan kental dan berbau.
3. Kadang-kadang terdapat rasa nyeri, demam, epistaksis dan bersin.
Pada pemeriksaan dapat ditemukan, sebagai berikut :
1. Edema dengan inflamasi mukosa hidung unilateral dan dapat terjadi ulserasi.
2. Benda asing biasanya tertutup oleh mukopus, sehingga disangka sinusitis. Dalam hal
demikian bila akan menghisap mukopus haruslah berhati-hati supaya benda asing itu
tidak terdorong ke arah nasofaring yang kemudian dapat masuk ke laring, trakea dan
bronkus. Benda asing, seperti busa, sangat cepat menimbulkan sekret yang berbau
busuk.20
Benda asing di orofaring dan hipofaring dapat tersangkut antara lain di tonsil, dasar
lidah, valekula, sinus piriformis yang menimbulkan rasa nyeri pada waktu menelan
(odinofagia), baik makanan maupun ludah, terutama bila benda asing tajam seperti tulang
ikan, tulang ayam. Untuk memeriksa dan mencari benda itu di dasar lidah, valekula dan sinus
piriformis diperlukan kaca tenggorok yang besar (no 8-10).Benda asing di sinus piriformis
menunjukkan tanda Jackson yaitu terdapat akumulasi ludah di sinus piriformis tempat benda
asing tersangkut. Bila benda asing menyumbat introitus esofagus, makan tampak ludah
tergenang di kedua sinus piriformis.20
Benda asing di laring dapat menutup laring, tersangkut di antara pita suara atau
berada di subglotis.Gejala sumbatan laring tergantung pada besar, bentuk dan letak (posisi)
benda asing. Sumbatan total di laring akan menimbulkan keadaan yang gawat biasanya
kematian mendadak karena terjadi asfiksia dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan oleh
timbulnya spasme laring dengan gejala antara lain disfonia sampai afonia, apneu dan sianosis.
Sumbatan tidak total di laring dapat menyebabkan gejala suara parau, disfonia sampai afonia,
batuk yang disertai sesak, odinofagia, mengi, sianosis, hemoptisis dan rasa subyektif dari
benda asing dan dispneu dengan derajat bervariasi. Gejala dan tanda ini jelas bila benda asing
masih tersangkut di laring, dapat juga benda asing sudah turun ke trakea, tetapi masih
meninggalkan rekasi laring oleh karena edema laring.20
Benda asing di trakea, di samping gejala batuk dengan tiba-tiba yang berulangulang dengan rasa tercekik, rasa tersumbat di tenggorok, terdapat gejala patognomonik yaitu
audible slap, palpatory thud dan asthmatoid wheeze. Benda asing trakea yang masih dapat
bergerak, pada saat benda itu sampai di karina, dengan timbulnya batuk, benda asing itu akan
terlempar ke laring. Sentuhan benda asing itu pada pita suara dapat terasa merupakan getaran
di daerah tiroid, yang disebut oleh, Jackson sebagai palatory thud, atau dapat didengar
dengan stetoskop di daerah tiroid, yang disebut audible slap.Selain itu terdapat juga gejala
suara serak, dispneu dan sianosis, tergantung pada besar benda asing serta lokasinya. Gejala
palaptory thud serta audible slap lebih jelas teraba atau terdengar bila pasien tidur terlentang
dengan mulut terbuka saat batuk, sedangkan gejala mengi (asthmatoid wheeze) dapat
didengar pada saat pasien membuka mulut dan tidak ada hubungannya dengan penyakit asma
bronchial.20 Benda asing yang tersangkut di karina, yaitu percabangan antara bronkus kanan
dan kiri, dapat menyebabkan atelektasis pada satu paru dan emfisema paru sisi lain
tergantung pada derajat sumbatan yang diakibatkan oleh benda asing tersebut.
Benda asing di bronkus, lebih banyak masuk ke dalam bronkus kanan, karena
bronkus kanan hamper merupakan garis lurus dengan trakea, sedangkan bronkus kiri
membuat sudut dengan trakea. Pasien dengan benda asing di bronkus yang datang ke rumah
sakit kebanyakan berada pada fase asimtomatik.Pada fase ini keadaan umum pasien masih
baik dan foto rontgen toraks belum memperlihatkan kelainan.Pada fase pulmonum, benda
asing berada di bronkus dan dapat bergerak ke perifer.Pada fase ini udara yang masuk ke
segmen paru terganggu secara progresif, dan pada auskultasi terdengar ekspirasi memanjang
di sertai mengi. Derajat sumbatan bronkus dan gejala yang ditimbulkannya bervariasi,
tergantung pada bentuk, ukuran dan sifat benda asing dan dapat timbul emfisema, atelektasis,
serta abses paru.15.20
Benda asing organik menyebabkan reaksi yang hebat pada saluran napas dengan
gejala laringotrakeobronkitis, toksemia, batuk dan demam ireguler. Tanda fisik benda asing di
bronkus bervariasi, karena perubahan posisi benda asing dari satu sisi ke sisi lain dalam paru.
2.7 Diagnosis
Diagnosis
aspirasi
benda
asing
di
jalan
nafas
ditegakkan
tersedak
diagnosis.Meskipun
sangat
memang
tidak
penting
selalu
ada
dalam
yang
menegakkan
melihat
saat
14
diidentifikasi,
sedangkan
pada
benda
asing
radiolusen,
kemungkinan yang akan tampak berupa efek samping yang timbul pada
paru seperti atelektasis, hiperinflasi unilateral, gambaran infiltrat, dan
pergeseran mediastinum. Foto thorak yang diambil dalam waktu 24 jam
pertama setelah aspirasi benda asing radiolusen biasanya menunjukkan
gambaran normal.19,22,23
asing
kecil
yang
23
tidak
menimbulkan
emfisema
dan
dan
paru
yang
terperangkap di sana.22,23
terlibat
akan
hiperaerasi
karena
udara
23
Penatalaksanaan
Benda asing disaluran nafas harus dikeluarkan segera dalam kondisi
Benda asing di laring.Pasien dengan benda asing di laring harus diberi pertolongan
dengan segera, karena asfiksia dapat terjadi dalam waktu hanya beberapa menit. Pada anak
dengan sumbatan total pada laring, dapat dicoba menolongnya dengan memegang anak
dengan posisi terbalik, kepala ke bawah, kemudian daerah tengkuk/punggung dipukul,
sehingga diharapkan benda asing dapat dibatukkan ke luar.Cara lain untuk mengeluarkan
benda asing yang menyumbat di laring secara total ialah dengan cara perasat dari Heimlich
dapat dilakukan pada anak maupun orang dewasa. Menurut teori Heimlich, benda asing
masuk ke dalam laring ialah pada waktu inspirasi. Dengan demikian paru penuh oleh udara,
diibaratkan sebagai botol plastik yang tertutup, dengan menekan botol itu, maka sumbatannya
akan terlempar ke luar.20
Dengan perasat Heimlich, dilakukan penekanan pada paru.Caranya ialah, bila pasien
masih dapat berdiri, maka penolong berdiri di belakang pasien, kepalan tangan kanan
penolong diletakkan di atas prosesus xifoid, sedangkan tangan kirinya diletakkan di atasnya.
Kemudian dilakukan penekanan ke belakang dan ke atas paru beberapa kali, sehingga
diharapkan benda asing akan terlempar ke luar dari mulut pasien. Bila pasien sudah terbaring
karena pingsan, maka penolong bersetumpu pada lututnya di kedua sisi pasien, kepalan
tangan di letakkan di bawah prosesus xifoid, kemudian dilakukan penekanan ke bawah dan
ke arah paru beberapa kali, sehingga diharapkan benda asing akan terlempar ke luar mulut
pasien.pada tindakan ini posisi muka pasien harus lurus, leher jangan ditekuk ke samping,
supaya jalan napas merupakan garis lurus.20
Komplikasi perasat Heimlich ialah kemungkinan terjadi rupture lambung atau hati
dan fraktur iga. Oleh Karena itu pada anak sebaiknya cara menolongnya tidak dengan
menggunakan kepalan tangan, tetapi cukup dengan dua buah jari kanan dan kiri.
Pada sumbatan benda asing tidak total di laring, perasat Heimlich tidak dapat
digunakkan. Dalam hal ini pasien masih dapat dibawa ke rumah sakit terdekat untuk diberi
pertolongan dengan menggunakan laringoskop atau bronkoskop, atau kalau alat-alat itu tidak
ada, dilakukan trakeostomi. Pada waktu tindakan trakeostomi, pasien tidur dengan posisi
Trendelenburg, kepala lebih rendah dari badannya, supaya benda asing tidak turun ke
trakea.20
Benda
asing
di
trakea.Benda
asing
di
trakea
dikeluarkan
dengan
bronkoskopi.Tindakan ini merupakan tindakan yang harus segera dilakukan, dengan pasien
tidur terlentang posisi Trendelenburg, supaya benda asing tidak turun ke dalam bronkus.Pda
waktu bronkoskopi, benda asing dipegang dengan cunam yang sesuai dengan benda asing itu,
dan ketika dikeluarkan melalui laring diusahakan sumbu panjang benda asing segaris dengan
sumbu panjang trakea, jadi pada sumbu vertikal, untuk memudahkan pengeluaran benda
asing itu melalui rima glotis.Bila fasilitas untuk melakukan bronkoskopi tidak ada, maka
kasus benda asing di trakea dapat dilakukan trakeostomi, dan bila mungkin benda asing itu
dikeluarkan dengan memakai cunam atau alat penghisap melalui trakeostomi. Bila tidak
berhasil pasien dirujuk ke rumah sakit dengan fasilitas endoksopi, ahli dan personal yang
tersedia optimal.20
18
,yaitu :
Gambar 2.10
Penggunaan Bronkoskopi
Teknik
ini
menggunakan
laringoskop
lurus
untuk
melihat
bronkoskop,
tenggorok
dihisap
secara
hati-hati
dengan
bantuan
bronkoskop
tidak
dapat
masuk
dengan
mulus,
jangan
yang lebih kecil. Penyangga gigi (bite block) dapat diletakkan antara gigi
dan bronkoskop, sehingga tangan operator dapat lebih bebas.18
Pada beberapa kasus namun sangat jarang, benda asing tidak dapat
dikeluarkan dengan bronkoskopi, dalam hal ini dilakukan torakotomi. Pada
kasus lain mengharuskan bronkotomi dan reseksi parenkim paru yang
terdapat benda asing.10
jaringan
granulasi,
dan
atelektasis.Komplikasi
yang
BAB 3
KESIMPULAN
Benda asing di dalam suatu organ ialah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari
dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada. Gejala Sumbatan benda asing di dalam
saluran napas tergantung pada lokasi benda asing, derajat sumbatan, sifat, bentuk dan ukuran
dari benda asing. Diagnosis benda asing saluran napas dapat ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (radiologik). Penatalaksanaan
aspirasi benda asing harus dilakukan segera dan tepat dengan mengetahui jenis sumbatan dan
gejala setiap lokasi benda asing tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Deskin, Ronald, Young, Gregory, Hoffman, Robert. Management of
Pediatric Aspirated Foreign Bodies. The Laryngoscope 1997; 107(4) :
540-543
2. Murray AD.
Foreign
Bodies
of
the
Airway.
Diakses
dari
in
the
Pediatric
Otolaryngology.
Raven,1999:561-73
7. Munter
DW.
Foreign
Bodies,
Philadelphia:
Trachea.
Diakses
lippincottdari
13.
human body, 20th ed. Philadelphia: Lea & Febiger, 1918. Diakses
dari : http://www.bartleby.com/107/237.html
14.
Ballenger JJ. Laringology and Bronchology. In : Disease of the
Nose, Throat, Ear Head and Neck.16th ed. Philadelphia: Lea &
Febiger,2003 : 1331-53
15.
Merchant SN, Kirtane MV, Shah KL, Karnik PP. Foreign bodies in
the bronchi (a 10 year review of 132 cases). J of Postgraduate Med,
1984;30 (4):219-23
16.
Jackson C, Jackson CL. Bronchoesophagology. Philadelphia; WB
Saunders, 1964 : 13-106
17.
Friedman EM. Caustic Ingestion and Foreign Bodies in the
Aerodigestive Tract. In :Bailey BJ, eds. Head and Neck SurgeryOtolaryngology, 3 rd ed vol 1 . Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins, 2001:925-32
18.
Adam GL, Boies LR, Jr.Higler PA. Boeis Buku Ajar THT. Edisi 6.
Effendi H, Santoso RAK. Jakarta: EGC,1997
19.
Huchton DM, Marsh B. Foreign
Bodies
in
the
Upper
Body
Aspiration.
diakses
dari
http://www.hawaii.edu/medicine/pediatrics/pedtext/s08c06.html, last
updated March 2002
22.
Miller RH, Wang RC, Nemechek AJ. Airway Evaluation and
Imaging. In : Bailey BJ, Calhoun KH, eds. Head and Neck SurgeryOtolaryngology, 3rded vol 1. Philadelphia : Lippincott Williams &
Wilkins, 2001: 497-507
23. Rosbe, Cristina W. Foreign Body Trachea and Esophagus. 2008. In: