TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga.
Adalah unit terkecil dari masayarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat
di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi,2008).
Keluarga adalah dua atau tiga individu yang tergabung karena hubungan
darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam
suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam peranannya
masing-masing, menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Bailon
dan ( Maglaya, 1989 dalam Setiadi,2008).
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional dan social diri tiap anggota keluarga (Duval dan logan,
1986 dalam Setiadi,2008).
Dari tiga difinisi diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa keluarga
adalah :
a. Unit terkecil dari masyarakat.
b. Terdiri atas dua orang atau lebih.
c. Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah.
d. Hidup dalam satu rumah tangga.
e. Di bawah asuhan seseorang kepala rumah tangga.
f. Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga.
g. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing.
h. Menciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan.
2. Tipe Keluarga
Dalam (Sri Setyowati, 2007) tipe keluarga dibagi menjadi dua macam
yaitu :
10
3. Struktur Keluarga
Dalam (Setiadi,2008), struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam,
diantarannya adalah :
a. Patrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi di mana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal : adalah sepasang suami istri yang tingga bersama keluarga
sedarah istri.
d. Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tingga bersama keluarga
sedarah suami.
e. Keluarga kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembina keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
4. Fungsi keluarga
Dalam (Setiadi,2008) fungsi keluarga adalah beberapa fungsi yang dapat
dijalankan keluarga sebagai berikut :
a. Fungsi Biologis
1) Untuk meneruskan keturunan.
2) Memelihara dan membesarkan anak.
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga
b. Fungsi Psikologis
1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman.
2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga.
3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
4) Memberikan identitas keluarga.
c. Fungsi sosialisasi
1) Membina sosial pada anak.
11
sumber
sumber
penghasilan
untuk
memenuhi
kebutuhankeluarga.
2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa
yang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua
dan sebagainya.
e. Fungsi pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan
dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang
dimiliki.
2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang
dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
12
13
14
sosial)
dan
merencanakan
kelahiran
berikutnya.
Tugas
15
16
B.
Keluarga.
Dalam (Setiadi,2008), memberikan asuhan keperawatan kesehatan
keluarga ada beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh perawat antara
lain :
a. Pemberian Asuhan Keperwatan kepada anggota keluarga.
b. Pengenal/pengamat masalah dan kebutuhan kesehatan keluarga.
c. Koordinator pelayanan kesehatan dan perawatan kesehatan keluarga.
d. Fasilitator menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah dijangkau.
e. Pendidikan kesehatan, perawat dapat berperan sebagai pendidikan
untuk merubah perilaku keluarga dari perilaku tidak sehat.
f. Penyulun dan konsultan, perawat dapat berperan memberikan petunjuk
tentang Asuhan Keperawatan dasar terhadap keluarga disamping
menjadi
penasehat
dalam
mengatasi
masalah-masalah
perawatan keluarga.
C.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat
mengambil informasi secara terus-menerus terhadap anggota keluarga
yang dibinanya (Murwani, 2008).
Hal-hal yang dikaji dalam keluarga adalah :
a. Data umum
Pengkajia terhadap data umum keluarga meliputi :
1) Nama kepala keluarga (KK)
2) Alamat dan telepon
3) Pekerjaan kepala keluarga
4) Pendidikan kepala keluarga
5) Komposisi keluarga
6) Tipe keluarga
17
agama
yang
dianut
oleh
keluarga
serta
anggota
keluarga,
perhatian
terhadap
kejadian-kejadian
atau
pengalaman
penting
yang
tipe
rumah,
jumlah
ruangan,
jumlah
jendela,
19
anggota
keluarga
mengendalikan
dan
20
2) Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan
dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin,
norma, budaya dan perilaku.
3) Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,
pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang
sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit.
Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan perawatan
kesehatan
dapat
dilihat
dari
kemampuan
keluarga
meningkatkan
kesehatan,
dan
keluarga
mampu
keluarga
merencanakan
jumlah
anggota
keluarga
c) Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya
mengendalikan jumlah anggota keluarga.
5) Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga
adalah :
21
22
KRITERIA
Sifat masalah
2.
Keadaan sejahtera
2
2
Sebagian
Tidak dapat
4.
Ancaman kesehatan
Skala : Mudah
3.
BOBOT
1
3
Cukup
Rendah
Menonjolnya masalah
2
1
Skoring :
a) Tentukan skore untuk setiap kriteria
b) Skore dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan
bobot
Skore
X bobot
Angka kematian
c) Jumlahkanlah skore untuk semua kriteria
23
Diagnosa keperawatan
mengenai,
keluarga,
atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan
data dan analisa data secara cermat, memberikan dasar untuk
menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat bertanggungjawab
untuk melaksanakannya (Mubarak, 2007).
5. Tahapan tindakan keperawatan keluarga
Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal
berikut
ini (Murwani, 2007) :
a) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal
masalah-masalah kesehatan dengan cara :
1) Memberikan informasi
2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan
3) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah
b) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan
yang tepat, dengan cara :
1) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan
2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
3) Mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan
c) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota
keluarga yang sakit dengan cara :
1) Mendemonstrasikan cara perawatan
2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah
3) Mengawasi keluarga melakukan perawatan
d) Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana
membuat lingkuan menjadi sehat, dengan cara :
1) Menemukan
sumber-sumber
yang
dapat
digunakan
keluarga
2) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal
mungkin
25
merupakan
kegiatan
membandingkan
antara
hasil
implementasi
dengan kriteria yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya.
Kegiatan evaluasi meliputi mengkaji kemampuan status kesehatan
keluarga, membandingkan respon keluarga dengan kriteria hasil dan
menyimpulkan hasil kemajuan masalah dan kemajuan percapaian tujuan
keperawatan. Bila hasil evaluasi tidak / berhasil sebagian, perlu disusun
rencana keperawatan yang baru. Perlu diperhatikan juga evaluasi yang
dilakukan beberapa kali dengan melibatkan keluarga sehingga perlu pula
direncanakan waktu yang sesuai dengan kesediaan keluarga (Murwani,
2008).
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional
menurut Murwani (2008) :
S : adalah hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjectif setelah
dilakukan intervensi keperawatan.
O : adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah dilakukan
intervensi keperawatan.
A : adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan
yang terkait dengan diagnosis.
26
P : adalah perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga
pada tahapan evaluasi.
2.
yang
dipergunakan
dalam
memberikan
Asuhan
27
3.
28
29
30
31
32
33
34
linealis.
e) Kolon desendens
Panjang 25 cm, terletak dibawah abdomen bagian kiri
membunjur dari atas ke bawah dari fleksura linealis sampai ke
depan ileum kiri, bersambung dengan kolon sigmoid.
f) Kolon sigmoid
Merupakan lanjutan dari kolon desendens terletak miring
dalam rongga pelvis sebelah kiri, bentuk menyerupai huruf S,
ujung bawahnya berhubung dengan rectum.
7) Rektum
Terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum
mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os sakrum
dan os koksigis.
35
8) Anus
Adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubunkan rectum
dengan dunia luar ( udara luar ). Terletak diantara pelvis, dindingnya
diperkuat oleh 3 sfingter :
a) Sfingter Ani Internus.
b) Sfingter Levator Ani.
c) Sfingter Ani Eksternus.
b. Fisiologi Gastrointestinal
Pada system pencernaan, makanan terdiri dari 3 fase : pergerakan
makanan, sekresi getah pencernaan dan absorbsi makanan yang dicerna.
Adapun penjelasan dari fase tersebut adalah :
a) Pergerakan makanan
Jenis fungsional pergerakan saluaran pencernaan, yaitu :
1) Gerak mencampur, disebabkan oleh kontraksi bola segmen kecil
dinding usus.
2) Gerakan mendorong peristaltik (proporsive)
Peristaltik ditimbulkan oleh karena rangsangan sehingga terjadi
peregangan. Peristaltik terjadi pada tractus gastrointerstinal,
saluran empedu, ureter dan saluran kelenjar lain di seluruh tubuh
dan sebagian besar tabling otot polos lain dalam tubuh.
b) Proses pergerakan makanan :
Mulut, faring, esofagus. Jumlah makanan yang dicerna sesorang
ditentukan oleh hasrat instink untuk makan (lapar) dan jenis
makanan yang disukai (selera). Mekanisme pencernaan, yaitu :
pengunyahan (mastikasi) yaitu gerak menggigit, memotong dan
menggiling makanan diantara gigi atas dan bawah. Otot utama
mengunyah : muscular maseter, musculus temporalis dan musculus
pterigoid. Sebagian besar otot polios mengunyah dipersyarafi oleh
cabang motoris syaraf otot ke V dan proses mengunyah diatur oleh
nukleus pada batanbg otak.
36
mencegah
dari
eksporasi
saluran
pencernaan
dan
37
38
39
dirangsang
40
41
42
Vibrio,
E.
Coli,
Salmonella,
Shigella,
43
4) Manifestasi Klinis
a. Mula-mula anak / bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin
meningkat, nafsu makan berkurang.
b. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang
disertai lendir dan darah.
c. Warna tinja berubah menjadi kehijau - hijauan karena bercampur
empedu.
d. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi
lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
e. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistisitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.
f. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun,
denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis,
samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovolemik.
g. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
h. Bila terjadi asidosis klien akan tampat pucat dan pernafasan cepat dan
dalam (Kusmaul).
(Ngatiyah, 2005)
5) Klasifikasi
a. Faktor Lingkungan.
b. Faktor Makanan.
1) Kebersihan peralatan.
2) Kebersihan bahan makanan.
3) Kebersihan perorangan.
c. Infeksi
1) Infeksi Enternfal yaitu infeksi saluran pencernaan yag di sebabkan
oleh bakteri dan virus.
2) Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh.
d. Malabsorbsi.
e. Faktor Psikologi.
44
6) Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama
gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat
diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi,
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus, isi
rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare. Kedua akibat rangsangan tertentu
(misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekali air
dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena
terdapat peningkatan isi rongga usus. Ketiga gangguan mortalitas usus,
terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan
usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila
peristaltic usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan
yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Selain
itu
diare
juga
dapat
terjadi,
akibat
masuknya
45
46
Endotoksin merusak
F malabsorbsi
Tek osmotik
Gangguan peristaltik
Hiperistaltik
Hipoperistaltik
Makanan tidak
Pertumbuhan
mikosa usus
sempatdiserap
Bakteri
elektrolit ke lumen
usus
Endoktosin berlebih
Hipersekresi cairan
Isi lumen usus
Dan elektrolit
Rangsangan pengeluaran
Hiperistaltik
DIARE
Gg keseimbangan cairan
Gg keseimbangan elektrolit
Pusing,lemah,letih,sinkope,anoreksi
Mual,muntah,haus,oliguri,turgor kulit kurang,
Mukosa mulut kering,mata dan ubun-ubun cekung
Hiponatremia hipokalemi
Hipotensi postural,
kulit dingin tremor,kejang,peka
rangsang denyut jantung
47
1) Komplikasi
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik)
b. Rengatan hipovolemik
c. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah,
bradikardi, perubahan pada elektro kardiagram)
d. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase
karena kerusakan vili mukosa, usus halus
e. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik
f. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita
juga mengalami kelaparan.
Menurut Ngastiyah, (2005)
2) Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan tinja, meliputi :
1) Makroskopis dan mikroskopis
2) pH dan kadar gula dalam tinja
3) Bila perlu diadakan uji bakteri
b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan
menentukan pH dan cadangan alkali serta analisa gas darah
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Phosfat.
e. Pemariksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik
atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada
penderita diare kronik. (Hassan & Alatas, 2007
3) Derajat Dehidrasi
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi
berdasarkan:
1. Kehilangan berat badan
a. Dehidrasi Ringan, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%
b. Dehidrasi Sedang, bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%
c. Dehidrasi berat, bila terjadi penurunan berat badan 5-10%.
48
yang
Kekenyalan kulit
Mata
Ubun-ubun besar
Mulut
Denyut nadi / mata
1
Mengigau,
koma,
atau syok
Sangat kurang
Sangat cekung
Sangat cekung
Kering & sianosis
Lemas > 40
Keterangan :
a) Jika mendapat nilai 0-2 dehidrasi ringan.
b) Jika mendapat nilai 3-6 dehidrasi sedang.
c) Jika mendapat nilai 7-12 dehidrasi berat.
(Musliha, 2010)
Gejala Klinis
Ringan
Sedang
Berat
Baik (CM)
+
Gelisah
++
Apatis-koma
+++
N (120)
Cepat
Cepat sekali
Biasa
Agak cepat
Kusz maul
Agak cekung
Agak cekung
Biasa
Normal
Normal
Cekung
Cekung
Agak kurang
Oliguri
Agak kering
Cekung sekali
Cekung sekali
Kurang sekali
Anuri
Kering / asidosis
( Musliha, 2010)
49
Umur
Berat Badan
Total / 24 jam
3 hari
10 hari
3 bulan
6 bulan
9 bulan
1 tahun
2 tahun
4 tahun
6 tahun
10 tahun
14 tahun
18 tahun
3.0
3.2
5.4
7.3
8.6
9.5
11.8
16.2
20.0
28.7
45.0
54.0
250-300
400-500
750-850
950-1100
1100-1250
1150-1300
1350-1500
1600-1800
1800-2000
2000-2500
2000-2700
2200-2700
Kebutuhan cairan / Kg
BB / 24 jam
80-100
125-150
140-160
130-155
165
120-135
115-125
100-1100
90-100
70-85
50-60
40-50
Derajat
Dehidrasi
Ringan
Sedang
Berat
PWL
NWL
CWL
Jumlah
50
75
125
100
100
200
25
25
25
175
200
350
Keterangan :
PWL
NWL
CWL
50
diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90
mEg/l. Pada anak diabwah umur 6 bulan dengan dehidrasi
ringan-sedang kadar Natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap
disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut
formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl
dan sukrosa.
b) Cairan parentral
1) Belum ada dehidrasi
Oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas setiap
kali buang air besar. Parental dibagi rata dalam 24 jam.
2) Dehidrasi ringan
1 jam pertama : 25 50 ml/kgbb peroral atau intragastrik.
Selanjutnya : 125 ml/kgbb/hari atau ad libitum.
3) Dehidrasi sedang
1 jam pertama : 50 100 ml/kgbb per oral atau intragastrik.
Selanjutnya : 125 ml/kgbb/hari atau ad libitum.
4) Dehidrasi berat, dengan rincian sebagai berikut :
a) Untuk anak umur 1 bl - 2 tahun berat badan 3-10 kg
1) 1 jam pertama : 40 ml/kg BB/menit = 3 tts/kgBB/mnt
(infusset berukuran 1 ml = 15 tts atau 13 tts/kgBB/menit
(set infuse 1 ml = 20 tetes)
2) 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit = 3 tts/kgBB/mnt
(infusset berukuran 1 ml = 15 tts atau 4 tts/kgBB/menit
(set infuse 1 ml = 20 tetes
3) 16 jam berikutnya: 125 ml/kgBB/oralit
b) Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
1) 1 jam pertama: 30 ml/kgBB/jam atau 88 tts/kgBB/mnt (1
ml = 15 tts atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes)
c) Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25
kg
51
52
53
E. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
Menurut
Musliha,
(2010)
pengkajian
yang
sistematis
meliputi
54
55
2. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.
b. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mualdan muntah.
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB
yang berlebihan
d. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakit, prognosis dan pengobatan.
f. Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, prosedur yang
menakutkan.
(Musliha, 2010)
3. Intervensi
a. Diagnosa 1.
Defisit Volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.
Tujuan
Devisit cairan dan elektrolit teratasi
Kriteria hasil
Tanda-tanda dehidras tidak ada. Mukosa mulut dan bibir lembab, balan
cairan seimbang.
56
Intervensi
1) Observasi tanda-tanda vital
2) Observasi tanda-tanda dehidras
3) Ukur input dan output cairan (balance ccairan)
4) Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang
banyak kurang lebih 2000-2500cc per hari.
5) Kolaborasi dengan tim Gizi dalam pemberian cairan rendah sodium.
b. Diagnosa 2.
Gangguan
kebutuhan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
57
58
kesempatan
pada
keluarga
bila
ada
yang
belum
dimengertikan
5) Libatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien.
f. Diagnosa 6
Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, prosedur
yang menakutkan.
Tujuan
Kecemasan hilang
Intervensi
1) Kaji tingkat kecemasan klien
2) Kaji factor pencetus cemas
3) Penuhi kebutuhan perkembangan anak selama hospitalisasi
4) Buat jadwal kontak dengan klien
5) Kaji hal yang disukai klien
6) Berikan mainan sesuai kesukaan klien
7) Masukan rutinitas di rumah selama hospitalisasi
8) Dorong pengungkapan perasaan dengan cara-cara yang sesuai usia.
9) Libatkan keluarga dalam setiap tindakan
10) Anjurkan pada keluarga untuk selalu mendampingi klien
11) Berikan dukungan emosional keluarga
12) Dorong untuk mengekspresikan kekhawatirannya.
13) Rujuk layanan social bila perlu
59
lingkungan
17) Kuatkan informasi tentang tanda-tanda dehidrasi pada orang tua.
18) Ajarkan orang tua tentang perjanjian pemeriksaan ulang.
60