Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat ini bangsa Indonesia telah dihadapkan dengan berbagai
permasalahan yang sangat kompleks baik secara internal maupun eksternal,
barangkali dapat kita bayangkan seandainya bangsa ini dipimpin oleh generasi
muda atau anak bangsa yang bodoh, malas, tidak bermoral, dan sifat yang tidak
terpuji, maka bangsa ini akan menjadi bangsa yang terbelakang, jauh tertinggal dari
negara-negara lainnya.
Anak didik dipandang sebagai generasi yang belum matang dan dewasa.
Untuk itu perlu dibina dan dididik secara mental sehingga watak anak didik dapat
berkembang dengan baik. Sesuai dengan yang diharapkan menurut psikologi Prof.
Slamet Santoso Pembinaan watak adalah tugas utama pendidikan berupa pikiran
dan tindakan yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku yang terlihat setiap harinya,
dengan kata lain watak yang baik adalah cermin dari sikap dan perilaku yang
menunjang tinggi nilai-nilai mental. Sebagai pengganti generasi tua, dan penerima
estafet kepemimpinan dimasa datang, para siswa perlu dibina dan dididik karena
masa depan bangsa ini ditentukan oleh sejauh mana kualitas para generasinya, baik
secara moral maupun keprofesionalannya dalam memimpin bangsa ini pada suatu
saat ini.
Adapun yang berkepedulian di dalam membina dan mendidik generasi muda
adalah keluarga, sekolah, masyarakat dan pemerintah. Yang jelas didalam membina
anak didik harus dilakukan secara terpadu dan seirama. Sehingga pendidikan /
pembinaan yang dialami oleh anak didik di lingkungan keluarga, juga harus sama
dengan yang dialami oleh sekolah dan masyarakat.
Jika terjadi ketimpangan berperilaku maka upaya pembinaan anak didik akan
sia-sia. Kenyataan saat ini menunjukkan betapa banyaknya para siswa yang terlibat
dalam tingkah laku menyimpang. Watak siswa/siswi saat ini sangat berbeda dengan
generasi muda sebelumnya, umumnya generasi sekarang bersifat santai, kurang
mandiri, kurang ulet, bersifat (lebih mudah terpengaruh), emosional serta kurangnya
rasa nasionalisme, hal ini dapat kita lihat dari kecendrungan setiap hari baik pelajar
maupun pemuda yang kerap melakukan kebrutalan.
Jika kita membaca dan mendengar berita dari berbagai media masa baik
cetak maupun elektronik, tidak jarang kita dengar dan lihat berbagai macam kasus
kekerasan yang dilakukan oleh siswa / siswi terhadap sesamanya. Masyarakat
sekitar, orang tua dan gurunya sendiri. Antara lain perkelahian. Kesemuanya
diakibatkan semakin lemahnya pengawasan orang tua, guru, dan masuyarakat.
Akibat kesibukan, ketidaktahuan atau mungkin ketidak pedulian terhadap kegiatan
yang dilakukan oleh anak didik.

1.2 Rumusan Masalah


1.

2.
3.
4.

Perilaku Menyimpang
a. Definisi Perilaku Menyimpang Menurut Para Ahli
b. Ciri-Ciri Perilaku Menyimpang
c. Faktor Penyebab Perilaku Menyimpang
d. Macam-Macam Perilaku Menyimpang
e. Pencegahan Perilaku Menyimpang
Sistem Kasta
Sosialisasi
Kelompok Sosial

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui perilaku menyimpang
2. Untuk mengetahui Tentang Sistem Kasta
3. Untuk mengetahui Tentang Sosialisasi
4. Untuk mengetahui Tentang Kelompok Sosial

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perilaku Menyimpang


a. Definisi Perilaku Menyimpang Menurut Para Ahli
1. Robert M.Z Lawang
Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari
norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari
mereka untuk memperbaiki perilakumenyimpang.
2. Paul B. Horton
Penyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai
pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat.
3. Bruce J. Cohen
Perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak berhasil
menyesuaikan

diri

dengan

kehendak-kehendak masyarakat atau

kelompok tertentu dalam masyarakat.


4. James W. Van der Zenden
Perilaku menyimpang adalah perilaku yang dianggap sebagai hal
tercela dan di luar batas-batas toleransi oleh sejumlah besar orang.
5. Lewis Coser
Perilaku menyimpang merupakan salah satu cara untuk menyelesaikan
kebudayaan dengan perubahan sosial
b. Ciri-Ciri Perilaku Menyimpang
Menurut Paul B Horton penyimpangan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
- Penyimpangan harus dapat didefinisikan, artinya penilaian menyimpang
tidaknya suatu perilaku harus berdasar kriteria tertentu dan diketahui
-

penyebabnya.
Penyimpangan bisa diterima bisa juga ditolak.
Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak, artinya perbedaannya

ditentukan oleh frekuensi dan kadar penyimpangan.


Penyimpangan terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal, artinya
budaya ideal adalah segenap peraturan hukum yang berlaku dalam
suatu kelompok masyarakat. Antara budaya nyata dengan budaya ideal
selalu terjadi kesenjangan seperti :
Terdapat norma-norma penghindaran

dalam

penyimpangan.

Norma penghindaran adalah pola perbuatan yang dilakukan orang


untuk memenuhi keinginan mereka, tanpa harus menentang nilai

nilai tata kelakuan secara terbuka.


Penyimpangan sosial bersifat adaptif, artinya perilaku menyimpang
merupakan salah satu cara untuk menyesuaikan kebudayaan
dengan perubahan sosial.

c. Faktor Penyebab Perilaku Menyimpang

Secara

umum

ada

sejumlah

faktor

penyebab

terjadinya

perilaku

menyimpang dalam masyarakat, antara lain:


1. Longgar atau tidaknya nilai dan norma
Ukuran perilaku menyimpang bukan pada ukuran baik buruk atau salah
menurut pengertiannumum, melainkan berdasarkan ukuran longgar
tidaknya nilai dan norma sosial masyarakat. Nilai dan normasocial
mayarakat yang satu berbeda dengan nilai dan norma masyarakat lain.
misalnya hidup bersama tanpa ikatan perkawinan (kumpul kebo) di
Indonesia dianggap penyimpangan, namun di masyarakat Barat
merupakan hal yang biasa.
2. Sosialisasi yang tidak sempurna
Di masyarakat sering terjadi proses sosialisasi yang tidak sempurna,
sehingga menimbulkan perilaku menyimpang. Contohnya, dalam
keluarga, orangtua idealnya bertindak sebagai panutan atau pedoman,
menjadi teladan. Namun kadangkala yang terjadi, orang tua justru
memberi contoh yang salah, seperti merokok atau berkata kasar. Anak
yang melihatnya sangat mungkin akan mengikuti perilaku menyimpang.
3. Sosialisasi sub kebudayaan menyimpang
Perilaku menyimpang dapat juga terjadi pada masyarakat yang memiliki
nilai-nilai sub kebudayaan menyimpang, yaitu sesuatu kebudayaan
khusus yang normanya bertentangan dengan norma-norma budaya
yang dominan atau pada umunya. Contoh, masyarakat yang tinggal di
lokalisasi prostitusi, masalah etika dan estetika kurang diperhatikan,
sering

cekcok,

mengeluarkan

kata-kata

kotor, serta

melakukan

perbuatan asusila. Hal itu oleh masyarkat umum dianggap perilaku


menyimpang.
d. Macam-Macam Perilaku Menyimpang
Perilaku menyimpang dapat kita golongkan atas tindakan kriminal atau
kejahatan,

penyimpangan

seksual,

penyimpangan

dalam

bentuk

pemakaian, dan pengedaranobat terlarang, serta penyimpangan dalam


gaya hidup.
1. Tindakan kriminal atau kejahatan
Tindak kriminal maupun kejahatan umumnya bertentangan dengan
norma sosial, dan norma agama yang berlaku di masyarakat. tipe
kejahatan di bagi menjadi empat yaitu:
a. Kejahatan tanpa korban (crime without victim)

Kejahatan ini tidak mengakibatkan penderitaan pada korban akibat


tindak pidana orang lain. Contoh perbuatan berjudi, penyalahgunaan
obat bius, mabuk-mabukan.
b. Kejahatan terorganisasi (organized crime)
Pelaku
kejahatan
merupakan
komplotan

yang

secara

berkesinambungan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan


uang atau kekuasaan dengan jalan menghindari hukum. Misalnya
komplotan korupsi peminjaman uang dengan bunga tinggi (rentenir)
c. Kejahatan kerah putih (white collar crime)
Kejahatan ini merupakan tipe kejahatan yang mengacu pada
kejahatan yang dilakukan oleh orang terpandang atau orang yang
berstatus tinggi dalam rangka pekerjaannya.Contoh, penghindaran
pajak, penggelapan uang perusahaan oleh pemilik perusahaan, atau
pejabat negara yang melakukan korupsi.
d. Kejahatan korporat (corporate crime)
Kejahatan ini merupakan jenis kejahatan yang dilakukan atas nama
organisasi dengan tujuan menaikkan keuntungan atau menekan
kerugian. Misalnya, suatu perusahaan membuang limbah racun ke
sungai dan mengakibatkan penduduk sekitar mengalami berbagai
jenis penyakit.
2. Penyimpangan Seksual
Penyimpangan seksual Adalah perilaku seksual yang tidak lazim
dilakukan.
perzinahan,

Beberapa

jenis

lesbianisme,

penyimpangan
homoseksual,

seksual

kumpul

antara

kebo,

lain

sodomi,

transvestitisme, sadisme, dan pedophilia.


3. Pemakaian dan Pengedaran Obat Terlarang
Penyalahgunaan obat-obat terlarang memang lebih banyak terjadi pada
kaum remaja karena perkembangan emosi mereka yang belum stabil,
cenderung ingin mencoba, kepribadian yang cenderung asosial (tidak
mempertimbangkan orang lain).
4. Penyimpangan Dalam Bentuk Gaya Hidup
Penyimpangan dalam bentuk gaya hidup yang lain dari biasanya antara
lain sikap arogansi dan eksentrik.
e. Pencegahan Perilaku Menyimpang
Salah satu cara untuk mencegah perilaku meyimpang adalah dengan
penanggulangan sejak dini. Strategi yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Penanganan di Lingkungan Sekolah
2. Pendekatan Moral dan Hukum (PPKN)
3. Pendekatan melalui Bimbingan Konseling (BK)

4. Penanganan di lingkungan keluarga


5. Penanganan Di Lingkungan Masyarakat (Bidang Sosial)
2.2 Stratifikasi Sosial

STRATIFIKASI SOSIAL
STRATIFIKASI SOSIAL
Stratifikasi sosial adalah perbedaan individu atau kelompok dalam masyarakat yang
menempatkan seseorang pada kelas-kelas sosial sosial yang berbeda-beda secara
hierarki dan memberikan hak serta kewajiban yang berbeda-beda pula antara
individu pada suatu lapisan sosial lainnya. Stratifikasi sosial muncul karena adanya
sesuatu yang dianggap berharga dalam masyarakat. Menurut Pitirim Sorokin, sistem
stratifikasi adalah pembedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas kelas
secara bertingkat, yang diwujudkan dalam kelas tinggi, kelas sedang dan kelas
rendah. Sedangkan menurut Soerjono Soekanto, stratifikasi sosial adalah
pembedaan posisi seseorang atau kelompok dalam kedudukan berbeda-beda secara
vertikal. Biasanya stratifikasi didasarkan pada kedudukan yang diperoleh melalui
serangkain usaha perjuangan.
Stratifikasi sosial yang diperoleh secara alami yaitu:
1. stratifikasi sosial berdasakan usia
2. stratifikasi sosial karena senioritas
3. stratifikasi sosial berdasarkan jenis kelamin
4. stratifikasi sosial berdasarkan sistem kekerabatan
5. stratifikasi sosial berdasarkan keanggotaan dalam kelompok tertentu
Stratifikasi sosial berdasarkan status yang diperoleh melalui usaha-usaha tertentu
yaitu:
1. stratifikasi dalam bidang pendidikan
2. stratifikasi dalam bidang pekerjaan
3. stratifikasi dalam bidang ekonomi (klas sosial)
Faktor-faktor yang mempengaruhi stratifikasi sosial:
1. kekayaan (materi)
2. kekuasaan (power)
3. kehormatan/kebangsawanan
4. tingkat pendidikan (pengetahuan)
Berdasarkan sifatnya, stratifikasi sosial di masyarakat ada dua:
1. Stratifikasi terbuka
Yaitu sistem stratifikasi yang memberikan kesempatan kepada seseornag untuk
berusaha dengan kemampuannya sendiri masuk ke kelas tertentu. Sistem ini terjadi
karena:
perbedaan ras dan sistem nilai
pembagian tugas (spesialisasi)
kelangkaan hak dan kewajiban
2. Stratifikasi tertutup
Yaitu adanya pembatasan terhadap kemungkinan pindahnya kedudukan seseorang
dari suatu lapisan sosial ke lapisan sosial yang lain.
3. Stratifikasi sosial campuran

Bentuk bentuk stratifikasi yang ada di masyarakat antara lain


1. Sistem Kasta
Sistem kasta mempunyai ciri-ciri : keanggotaan berdasar keturunan, keunggulan
yang diwariskan berlaku seumur hidup, perkawinan endogami, hubungan dengan
kelompok sosial lain terbatas, penyesuaian diri ketat pada norma-norma kasta, diikat
oleh kedudukan yang sudah ditetapkan secara tradisional, prestise kasta dijaga,
kasta yang lebih rendah dikendalikan oleh kasta yang lebih tinggi.
2. Sistem Kelas Sosial, yaitu berdasarkan pada status yang diusahakan
3. Sistem Feodal, yaitu berdasarkan kepemilikan tanah, raja, bangsawan, ksatria dan
petani.
Berdasarkan kepemilikan tanah, masyarakat dapat dikategorikan menjadi empat
golongan yaitu:
a. pemilik atau tuan tanah atau bangsawan
b. pemilik dan penggarap
c. penyakap (penggarap tanah bagi hasil datau sewa)
d. buruh tani
4. Sistem Apartheid, yaitu berdasarkan warna kulit
Fungsi stratifikasi sosial adalah sebagai berikut:
1. Distribusi hak-hak istimewa yang obyektif, seperti menentukan penghasilan,
tingkat kekayaan, wewenang pada jabatan
2. Sistem pertanggaan (tingkatan) pada strata yang diciptakan masyarakat
menyangkut prestise dan penghargaan, misalnya pada seseorang yang menerima
anugerah penghargaan/gelar/kebangsawanan
3. Kriteria sistem pertentangan, yaitu apakah didapat melalui kualitas pribadi,
keanggotaan kelompok, kerabat tertentu, kepemilikan, wewenang atau kekuasaan
4. Penentu lambang-lambang (simbol status) atau kedudukan, seperti tingkah laku,
cara berpakaian dan bentuk rumah
5. Tingkat mudah tidaknya bertukar kedudukan
6. Alat solidaritas diantara individu-individu atau kelompok yang menduduki sistem
sosial yang sama dalam masyarakat
Pelapisan sosial dalam masyarakat terjadi pada bidang:
1. ekonomi , yaitu menjadi kelas atas, menengah dan bawah
2. status sosial, yaitu berkaitan dengan kedudukannya di masyarakat
3. politik, yaitu berdasarkan kekuasaan dan kewenangan yang dimiliki seseorang
Menurut Mac Iver tiga pola umum sistem pelapisan kekuasaan yaitu:
1. Tipe Kasta
Adalah sistem pelapisan kekuasaan dengan garis pemisah yang tegas dan kaku
dimana hampir tidak terjadi mobilitas vertikal antar lapisan. Pelapisan sosial terdiri
dari (dari puncak) penguasa tertinggi yaitu bangsawan, tentara dan pendeta.
Lapisan kedua adalah para tukang, nelayan, petani dan buruh dan lapiran ketiga diisi
oleh para budak
2. Tipe Oligarkis
Adalah sistem pelapisan kekuasaan yang masih mempunyai garis pemisah yang
tegas, tetapi dasar pembedaan kelas sosial ditentukan oleh kebudayaan masyarakat,
terutama kesempatan untuk memperoleh kekuasaan-kekuasaan tertentu. Lapisan
atas terdiri dari raja, pegawai tinggi, pengusaha, pengacara. Lapisan kedua terdiri
dari tukang, petani dan pedagang. Lapisan ketiga terdiri dari buruh tani dan budak
3. Tipe Demokratis
Adalah tipe kekuasaan yang menunjukkan kenyataan akan aanya garis pemisah
antara laipsan yang bersifat fleksibel. Kedudukan seseorang ditentukan oleh

kemampuan dan kadang faktor keberuntungan. Lapisan atas terdiri dari pemimpin
parpol, pimpinan organisasi besar, orang-orang kaya. Lapisan menengah terdiri dari
pejabat administrasi, kelas atas dasar keahlian, petani dan pedagang. Lapisan
terakhir terdiri dari pekerja-pekerja dan petani rendahan
Pada masyarakat pedesaan (Jawa) maka sistem pelapisan sosialnya adalah:
1. lapisan pertama adalah golongan priyayi, yaitu pegawai pemerintahan di desa
atau pimpinan formal di desa
2. golongan kuli kenceng, yaitu pemilik sawah yang juga sebagai pedagang
perantara
3. golongan kuli gundul, yaitu penggarap sawah dengan sistem sewa
4. kuli karang kopek, yaitu buruh tani yang hanya mempunyai rumah dan
pekarangan saja tetapi tidak punya tanah pertanian sendir
5. indung tlosor yaitu kelas buruh tani, tidak punya rumah dan tanah pekarangan
Pelapisan sosial pada masa kolonial adalah sebagai berikut:
1. Golongan Eropa (orang Belanda, Portugis, Perancis)
2. Golongan Timur Asing (orang Cina, Arab, India)
3. Golongan bumiputera

1. Pengertian Sosialisasi
Secara sederhana sosialisasi adalah sebagai sebuah proses seumur hidup yang berkenaan
dengan cara individu mempelajari hidup, norma, dan nilai sosial yang terdapat dalam
kelompoknya agar dapat berkembang menjadi pribadi yang dapat diterima oleh
kelompoknya. Adapun definisi sosialisasi menurut para ahli antara lain:

1. Charlotte Buhler
Sosialisasi adalah proses yang membantuk individu-individu belajar dan menyesuaikan diri,
tentang cara hidup dan berpikir kelompoknya agar dia dapat berperan dan berfungsi dalam
kelompoknya.

2. Peter Berger
Sosialisasi adalah suatu proses dimana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang
berpartisipasi dalam masyarakat.

3. Bruce J. Cohen
Sosialisasi adalah proses-proses manusia mempelajari tata cara kehidupan dalam masyarakat
untuk memperoleh kepribadian dan membangun kapasitasnya agar berfungsi dengan baik
sebagai individu maupun sebagai anggota.

2. Tujuan Sosialisasi

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Memberi keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk


melangsungkan kehidupan seseorang kelak ditengah-tengah masyarakat tempat
dia menjadi salah satu anggotanya.
Menambah kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien serta
mengembangkan kemampuannya untuk membaca, menulis, dan bercerita.
Membantu pengendalian fungsi organik yang dipelajari melalui latihan
mawas diri yang tepat.
Membiasakan individu dengan dengan nilai-nilai dan kepercayaan pokok
yang ada pada masyarakat.
Untuk mengetahui lingkungan alam sekitar.
Untuk mengetahui lingkungan sosial, tempat individu bertempat tinggal
termasul lingkungan sosial yang baru.
Untuk mengetahui nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat.
Untuk mengetahui lingkungan sosial-budaya suatu masyarakat.

3.
Faktor-Faktor
Mempengaruhi
Sosialisasi

yang
Proses

1.

Faktor intrinsik, merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam diri


seseorang. Seringkali disebut dengan pembawaan atau warisan biologis. Bentuk
nyata dari faktor intrinsik ini antara lain postur tubuh, golongan darah, bakatbakat seni, olahraga, ketrampilan-ketrampilan, IQ atau tingkat kecerdasan, dll.

2.

Faktor ekstrinsik, adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri seorang
individu. Faktor ekstrinsik ini berupa faktor lingkungan sosial budaya, tempat
seorang individu hidup dan melaksanakan pergaulan dengan warga masyarakat
yang lain. Adapun kondisi faktor ekstrinsik antara lain, kondisi lingkungan
masyarakat setempat, kondisi lingkungan pergaulan, kondisi lingkungan
pendidikan, kondisi lingkungan pekerjaa, kondisi lingkungan masyarakat luas,
termasuk sebagai sarananya adalah media massa baik media massa cetak
maupun elektronik.

4. Tahapan Sosialisasi
Tahapan sosialisasi menurut George Herbert Mead dapat dibedakan melalui
tahap-tahap:

4.1. Tahap persiapan (preparatory stage)


Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan saat seorang anak mempersiapkan
diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman

tentang diri. Pada tahap ini juga, anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru
meski tidak sempurna.

4.2. Tahap meniru (play stage)


Tahap ini ditandai dengan makin sempurnanya seorang anak menirukan peranperan yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk
kesadaran tentang nama diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dsb.
Dengan kata lain kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain
jika mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia
berisikan orang-orang yang jumlahnya banyak telah mulai terbentuk. Sebagian
dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi
pembentukan dan bertahannya diri yakni asal anak menyerap nilai dan norma.
Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti
(significant other).

4.3. Tahap siap bertindak (game stage)


Peniruan yang dilakukan sudah mulah berkurang dan digantikan oleh peran
secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya
menempatkan diri pada posisi orang lain juga meningkat sehingga
memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Anak mulai
menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan bekerjasama dengan
teman-temannya. Pada tahap ini, lawan berinteraksi makin banyak dan mulai
berhubungan dengan taman-temannya yang sebaya di luar rumah. Bersama
dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di
luar keluarganya.

4.4. Tahap penerimaan norma kolektif (generalized stage)


Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Anak sudah dapat
menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain,
anak dapat bertenggang rasa tidak hanya dengna orang-orang yang berinteraksi
dengannya tetapi juga dengan masyarakat secara luas. Manusia secara dewasa
menyadari peraturan, kemampuan, bekerjasama bahkan dengan orang lain yang
tidak dikenalnya menjadi mantap. Manusia dengan perkembandan diri pada
tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.

5.
Media
Sosialisasi
dalam
Pembentukan Kepribadian

5.1. Media sosialisasi keluarga


Dalam keadaan normal, lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak
adalah orangtua, saudara-saudara, serta mungkin kerabat dekat yang tinggal
serumah. Melalui lingkungan, anak mengenal dunia sekitarnya, dan pola
pergaulan sehari-hari.
Kebijakan orangtua yang menunjang proses sosialisasi anak-anaknya antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.

Mengusahakan
agar
anak-anaknya
selalu
berdekatan
dengan
orangtuanya.
Memberikan pengawasan dan pengendalian yang wajar, sehingga jiwa
anak tidak merasa tertekan.
Mendorong anak agar dapat membedakan yang benar dan yang salah,
yang baik dan buruk, yang pantas dan tidak pantas.
Memperlakukan anak dengan baik. Untuk itu, orangtua harus dapat
berperan dengan baik.
Menasehati anak-anak jika melakukan kesalah atau kekeliruan.
Dalam lingkungan keluarga dikenal dua macam pola sosialisasi, yaitu:
5.1.1. Sosialisasi represif
Ciri-ciri sosialisasi represif antara lain:

Menghukum perilaku yang keliru


Hukuman dan imbalan materil
Kepatuhan anak kepada orangtua
Komunikasi sebagai perintah
Komunikasi non verbal
5.1.2. Sosialisasi partisipasif
Ciri-ciri sosialisasi partisipasif antara lain:

Pemberian imbalan dan sanksi


Hukuman dan imbalan simbolis
Otonomi anak
Komunikasi sebagai interaksi
Komunikasi verbal

5.2. Media sosialisasi teman sepermainan


Peranan positif dari kelompok persahabatan bagi perkembangan kepribadian
anak, yaitu:
1.

Remaja merasa aman dan dianggap penting dalam kelompok


persahabatan.
2.
Remaja dapat tumbuh dengan baik dalam kelompok persahabatan.
3.
Remaja mendapat tempat yang baik bagi penyaluran rasa kecewa, takut,
khawatir, tertekan, gembira yang mungkin tidak di dapatkan di rumah.

5.3. Media sosialisasi sekolah


Fungsi sekolah dalam proses sosialisasi adalah memberikan pengetahuan dan
keterampilan yang di perlukan siswa serta membentuk kepribadian siswa agar
sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat.

5.4. Media sosialisasi lingkungan kerja


Lingkungan kerja juga mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan
kepribadian seseorang. Di lingkungan kerja, seseorang akan berinteraksi dengan
teman sekerja, pimpinan dan relasi bisnis. Dalam proses interaksi akan terjadi
proses saling mempengaruhi. Pengaruh-pengaruh itu akan menjadi bagian dari
dirinya.

5.5. Media massa sebagai media sosialisasi


Media massa merupakan alat sosialisasi yang penting karena dapat membantu
memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang norma-norma dan nilainilai yang ada dalam masyarakat,

6. Jenis-Jenis Sosialisasi
6.1. Sosialisasi primer
Pengertian sosialisasi primer menurut Peter L Berger dan Luckmann adalah
sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi
anggota keluarga (masyarakat). Sosialisasi primer berlangsung saat berusia 1-5
tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah.

6.2. Sosialisasi sekunder


Sosialisasi sekunder adalah proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer
yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam
masyarakat.proses dsosialisasi, yaitu proses pencabutan identitas diri yang lama
dan dilanjutkan dengan resosialisasi, yaitu pemberian identitas baru yang
didapat melalui institusi sosial.

KELOMPOK SOSIAL
1. Pengertian kelompok sosial
Pada dasarnya manusia manusia adalah mahluk yang memiliki naluri untuk hidup
bersama dengan manusia-manusia lain (gregariousness). Ia juga memiliki hasrat untuk
menjadi satu dengan lingkungan alamnya.
Manusia sejak dilahirkan sudah mempunyai dua hasrat atau kepentingan pokok bagi
kehidupannya yaitu ;
a.

Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya, dan

b.

Keingingan untuk menjadi satu dengan lingkungan alamnya.

Berikut pandangan para ahli tentang pengertian kelompok sosial.


1. Paul B. Harton berpendapat bahwa kelompok berarti setiap kumpulan manusia secara
fisik (misalnya,sekelompok orang yang sedang menunggu bus kota)
2. Ronald L. Warent berpendapat bahwa satu kelompok sosial meliputi sejumlah manusia
yang berinteraksi dan memiliki pola interaksi yang dapat dipahami oleh para anggotanya
secara keseluruhan.
3. Mayor Polak berpendapat bahwa kelompok sosial adalah sejumlah oarang yang saling
berhubungan dalam sebuah struktur.
4. Willa Huky berpendapat bahwa kelompok merupakan suatu unit yang terdiri dari dua
orang atau lebih , yang saling berinteraksi atau saling berkomunikasi
5. Robert K. Merton mendefinisikan kelompok sebagai sekumpulan orang yang saling
berinteraksi sesuai dengan pola yang telah mapan
6. Mac Iver dan Charles H. Page berpendapat bahwa kelompok sosial merupakan himpunan
atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama
Syarat dan Ciri-Ciri Kelompok Sosial
Robert K. Merton Menyebutkan tiga kriteria atau kelompok yaitu:
1.Memiliki pola interaksi
2.Pihak yang berinteraksi mendefinisikan dirinya sebagai anggota kelompok dan
3.Pihak yang berinteraksi didefinisikan oleh orang lain sebagai anggota kelompok
Menurut Soerjono soekanto himpunan manusia baru bisa dikatakan sebagai
kelompok sosial apabila memiliki beberapa persyaratan sbb.
1. Adanya kesadaran sebagai bagian dari kelompok yang bersangkutan
2. Adanya hubungan timbal balik antar anggota yang satu dengan yang lainnya dalam
kelompok itu.
3. Ada suatu faktor pengikat yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota kelompok
sehingga hubungan diantara mereka bertambah erat .
4. Memiliki struktur , kaidah, dan pola perilaku yang sama
5. Bersistem dan berproses
2.

TIPE-TIPE KELOMPOK SOSIAL

1. Klasifikasi Dhurkeim
Dhurkeim Membagi kelompok sosial menjadi dua yakni kelompok sosial yang
didasarkan pada solidaritas mekanik dan yang didasarkan kepada solidaritas organik.
Solidaritas mekanik adalah ciri dari masyarakat yang masih sederhana dan belum
mengenal pembagian kerja.
Solidaritas organik merupakan bentuk solidaritas yang telah mengenal pembagian kerja.
2.

Klasifikasi Ferdinand Tonnies


Yaitu membedakan kelompok dalam masyarakat menjadi dua yaitu

1.

Gemeinschaft
Yaitu merupakan kehidupan bersama yang intim, pribadi , dan exlusif, suatu

keterikatan yang dibawa sejak lahir.


2.

gesselchaft.
Yaitu kehidupan publik sebagai sekumpulan orang yang secara kebetulan hadir

bersama tetapimasing-masing tetap mandiri. Gesselchaft bersifat sementara dan semu.


3.

Klasifikasi charles H.Cooley dan ellsworth farris


Menurut charles H.Cooley didalam masyarakat terdapat kelompok primer . kelompok
ini ditandai dengan pergaulan dan kerjasama tatap muka yang intim . ruang lingkup
terpenting kelompok primer adalah keluarga, teman bermain pada masa kecil , rukun
warga dan komunitas orang dewasa.
Klasifikasi kelompok juga dikemukakan oleh ellsworth farris ia mengkritik cooley yang
menurutnya hanya menjelaskan kelompok sekunder yang formal , tidak pribadi, dan
berciri kelembagaan.

4.

Klasifikasi W.G.Sumner
Sumner membagi kelompok menjadi dua yaitu in-group dan out-group .menurut
sumner dalam masyarakat primitif yang terdiri dari kelompok-kelompok kecil dan
terbesar disuatu wilayah terdapat pembagian jenis kelompok, yaitu kelompok dalam ( ingroup) dan kelompok luar (out- group).

5.

Klasifikasi soerjono soekanto


Berbeda dengan dhurkeim, tonnies, colley, farris, dan sumner ,. Soerjono soekanto
membagi jenis kelompok berdasarkan enam hal yaitu:,

1.

Berdasarkan besar kecilnya jumlah anggota. Kelompok ini bisa di klasifikasikan


berdasarkan jumlah anggotanya

2.

Berdasarkan kepentingan wilayah.

3.

Berdasarkan derajat organisasi. Berdasarkan derajat organisasikelompok sosial dapat


berupa kelompok yang terorganisasi dengan baik sekali, seperti negara, sampai dengan
kelompok yang tak terorganisasi seperti kerumunan.

4.

Berdasarkan kesadaran terhadap jenis yang sama. Yaitu terbagi benjadi dua yaitu: in
group dan out group.

5. Berdasarkan hubungan sosial. Di bedakan menjadi kelompok primer dan sekunder.


a. Kelompok primer
Yaitu kelompok-kelompok yang saling mengenal anggotanya, serta terdapat
kerjasama yang bersifat pribadi.
Syarat-syarat kelompok primer yaitu sbb:

a. Anggota kelompok secara fisik saling berdekatan dan terdapat interaksi yang intensif .
b. Kelompok tersebut merupakan kelompok kecil, sehingga tiap individu relatif mudah
untuk berinteraksi secara langsung.
c. Terdapat hubungan yang langgeng antar anggota yang bersangkutan , biasanya ada
hubungan darah , kekerabatan , ataupun pertemanan.
b. Kelompok sekunder
Adalah kelompok-kelompok yang terdiri dari banyak orang , hubungannya tidak harus saling
mengenal secara pribadi , kurang akrab , dan tidak begitu langgeng karna mereka
berkumpul berdasarkan kepentingan bersama.
Dalam konteks indonesia , kelompok primer dan kelompok sekunder terceermin dalam
paguyuban dan patembayan.
1. Paguyuban merupakan bentuk kehidupan bersama dimana anggota-anggotanya
memiliki hubungan batin yang kuat, bersifat alamia, serta bersifat kekal.
Menurut tonnies paguyuban memiliki ciri-ciri sbb:
a. Intim, yaitu hubungan menyeluruh dan mesra .
b. Privat, yaitu hubungan yang bersifat pribadi, khusus untuk beberapa orang saja.
c. Ekslusif, yaitu hubungan hanya untuk kelompok sendiri bukan untuk orang lain.
Paguyuban dapat di bedakan atas 3 tipe yaitu:
1. Paguyuban karna ikatan darah atau keturunan.
2. Paguyuban karena tempat tinggal.
3. Paguyuban karena jiwa dan pikiran
2. Patembayan merupakan bentuk kehidupan bersama karna anggotanya karna
anggotanya terdapat ikatan lahir yang bersifat pokok dalam jangka waktu yang relatif
pendek.
3. derajat interaksi sosial
3. HUBUNGAN ATAR KELOMPOK DALAM MASYARAKAT
1. Dimensi hubungan antar kelompok
Menurut kinloch, hubungan antar kelompok memiliki beberapa kriteria sbb:
a. Kriteria fisiologis
b. Kriteri kebudayaan
c. Kriteria ekonomi
d. Kriteria perilaku
Dalam hubungan antara kelompok juga terdapat berbagai macam
dimensi diantaranya adadlah dimensi demoghrafi, dimensi sikap, dimensi institusi
,dimensi gerakan sosial , dan dimensi type utama hubungan atarkelompok.
4. POLA HUBUNGAN ANTAR KELOMPOK
Diantaranya adalah proses akulturasi, dominasi, paternalisme, pluralisme, dan integrasi.
1. Aklulturasi terjadi ketika kebudayaan kedua kelompok ras yang mulai bertemu berbaur
dan berpadu.
2. Dominasi terjadi bila suatu kelompok ras menguasai kelompok lain.

Koprnblum menyatakan bahwa terdapat empat macam kemungkinan proses yang dapt
terjadi dalam suatu hubungan antar kelompok yaitu sbb;
a. Genosida yaitu pembunuhan secara sengaja dan sistematis terhadap anggota kelompok
tertentu.
b. Pengusiran
c. Perbudakan
d. Segregasi yaitu yaitu suatu pemisahan antara warga kulit putih dan kulit hitam diafrika
selatan pada masa politik apartheid.
e. Asimilasi
3. Peternalisme yaitu suatu ben tuk dominasi kelompok ras pendatang dan kelompok ras
pribumi.
Banton membedakan tiga macam masyarakat sbb;
1. Masyarakat metropolitan
2. Masyarakat kolonial yang terdiri atas para pendatang dan sebagian masyarakat dari
pribumi.
3. Masyarakat pribumi yang dijajah
4. Integrasi adalah suatu pola hubungan yang mengakui adanya perbedaan ras dalam
masyarakat, tetapi tidak memberikan perhatian khusus pada perbedaan ras terseebut.
5. Pluralisme yaitu suatu pola hubungan yang mengakui adanya persamaan hak polotik
dan hak perdata masyarakat.
Ahli lain yakni lieberson mengklasifikasikan pola hubungan antar kelompok menjadi dua
sbb;
1. Pola dominasi kelompok pendatang atas pribumi (mighrant superordination)
2. Pola dominasi kelompok pribumi atas kelompok pendatang ( indigenous
superordination)
Banton berpendapat bahwa suatu pola mempunyai suatu kecenderungan untuk lebih
berkembang kesuatu arah tertentu.
Pola dominmasi cenderung mengarah kepada pola pluralisme , sedangkan pola akulturasi
dan paternalisme cenderung mengarah pada pola integrasi.

Perilaku menyimpang adalah tindakan yang tidak sesuai


dengan norma-norma dan nilai sosial yang berlaku dalam
masyarakat. Penyebab perilaku menyimpang, yaitu,

Ketidaksanggupan menyerap nilai dan norma yang berlaku


dalam masyarakat, Proses belajar yang menyimpang,
Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial, Akibat
proses sosialisasi nilai-nilai subkebudayaan menyimpang,
Akibat proses sosialisasi yang tidak sempurna, Desakan faktor
ekonomi, dan sebagainya.

http://tuli54n-n45uh4-t34.blogspot.co.id/2015/03/makalah-perilakumenyimpang.html

http://desichoiriyani.blogspot.co.id/2014/05/makalah-sosiologi-perilakumenyimpang.html

http://danaseknginden1.blogspot.co.id/2013/03/makalah-sosiologi.html

http://fitrihariyanti22.blogspot.co.id/2013/04/makalah-sosiologi-kelompok-sosial.html

Anda mungkin juga menyukai