PENYAKIT GRAVES
Oleh :
Kelompok V
NAMA
NIM
Halfiani
F201501050
Wa ode nurumaliana
F201501062
Serlianti
F201501066
Elisa
F201501072
Aulia agusmin
F201501076
Siska widyawati
F201501086
Lisdayanti
F201501092
Ufra raus
F201501094
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah swt. karena-Nya
makalah Penyakit Graves ini dapat terselesaikan dengan baik tanpa adanya kendala
yang berarti. Makalah ini dibuat sebagai bahan tugas kelompok mata kuliah
Biomolekular.
Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini. Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran sangat kami perlukan sebagai patokan pembuatan makalah yang labih
baik lagi. Sekian dan terimakasih.
Desember 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit tiroid merupakan penyakit yang banyak ditemukan di
masyarakat, 5% pada laki-laki dan l5% perempuan. Penyebab terbanyak
tirotoksikosis adalah penyakit Graves, terhitung kira-kira 60%-80% dari kasus
hipertiroidisme di United States dan pada negara-negara lain dimarla populasi
dengan asupan yodium adekuat. Penyakit Graves kira-kira 5-10 kali lebih sering
pada perempuan dibanding laki-laki, insiden sama diantara populasi Kaukasian
dan Asia lebih rendah diantara Amerika Afrika. Usia dibawah 40 tahun adalah
risiko tertinggi penyakit Graves. Prevalensi hipertiroidisme di Indonesia belum
diketahui. Di Eropa berkisar I sampai 2 % dan semua penduduk dewasa.
Penyakit Graves di Amerika 1% dan di Inggris 20-27 / 1000 perempuan dan 1,5
-2,5/ I 000 laki-laki.
Penyakit Graves adalah hipertiroidisme yang disertai dengan
pembesaran tiroid difus dengan penyebabnya peristiwa imunologi. Penyakit
Graves merupakan kondisi autoimun dimana terberituknya antibodi IgG yang
mengikat dan mengaktifkan reseptor tirotropin (disebut tltyroid-stimulating
antibody (TSAb)) yang menyebabkan hipertrofi dan hiperplasia folikuler yang
berakibat membesarnya kelenjar dan meningkatnya produksi hormon tiroid.
1.2 Rumusan Masalah
1. Defenisi Penyakit Grave ?
2. Mekanisme Penyakit Graves ?
3. Patogenesis Penyakit Graves ?
4. Faktor Penyebab Penyakit Graves ?
5. Gejala Penyebab Penyakit Graves ?
6. Pengobatan Penyakit Graves ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi Graves
Robert Graves adalah seorang dokter dari Irlandia, beliau lahir
tahun 1797 dan meninggal pada tahun 1853. Beliau menyampaikan kuliahnya
tahun 1834 yang menggambarkan keadaan pasien dengan palpitasi, tiroid
membesar dan mata menonjol. Bola mata tampak membesar, kelopak mata
tidak dapat menutup selama tidur dan kemudian mencoba menutup mata, ketika
mata dibuka tampak beberapa garis yang lebar yang mengelilingi kornea
kemudian dipublikasikan tahun 1835. Karl Von Basedow menggambarkan
kejadian dari exophtalmus setelah hypertrophy dan Jaringan lunak pada mata
tahun 1840. Dalam bahasa Inggris biasanya disebut Graves Disease.
Penyakit Graves adalah hipertiroidisme yang disertai dengan
pembesaran tiroid difus dengan penyebabnya peristiwa imunologi. Penyakit
Graves merupakan kondisi autoimun dimana terberituknya antibodi IgG yang
mengikat dan mengaktifkan reseptor tirotropin (disebut tltyroid-stimulating
antibody (TSAb)) yang menyebabkan hipertrofi dan hiperplasia folikuler yang
berakibat membesarnya kelenjar dan meningkatnya produksi hormon tiroid.
Penyakit Graves adalah gangguan multifaktorial, kerentanan genetik berinteraksi
dengan faktor endogen dan factor lingkungan.
Penyakit Graves penyebab tersering hipertiroidisme, terhitung 60%80% dari semua kasus. Merupakan penyakit autoimun yang disebabkan oleh
antibodi tiroid disirkulasi yang mengaktivasi reseptor TSH yang menstimulasi
hipertropi dan hiperplasi folikel tiroid dengan peningkatan produksi hormon tiroid,
bersifat familial dan dihubungkan dengan penyakit-penyakit autoimun yang lain.
Optalmopati Graves terjadi pada 25-50% pasien penyakit Graves, dgngan 3-5%
disertai penyakit mata yang berat yang membutuhkan imunosupresan, operasi
mata atau radioterapi.
jaringan
orbita
menghasilkan
edema
kelopak
a. Sirkulasi sel T pada pasien penyakit graves secara langsung melawan antigen pada
sel-sel folikular tiroid. Pengenalan antigen ini pada fibroblast tibial dan pretibial (dan
mungkin myosit ekstraokular) Bagaimana lymfosit ini datang secara langsung
melawan self antigen. Penghapusannya oleh sistem imun tidak diketahui secara pasti.
b. Kemudian sel T menginfiltrasi orbita dan kulit pretibiali Interaksi antar CD4 T sel
yang teraktifasi dan fibroblast menghasilkan pengeluaran sitokin kejaringan
sekitarnya, khususnya interfeon-intaleukin-1 dan tumor nekrosis faktor
c. Sitokin-sitokin ini atau yang lainnya kemudian merangsang ekspresi dan proteinprotein immunomodulatory(72 kd heat shock protein molekul adhesi inteseluler dan
HLA-DR) didalam fibroblast orbital seterusnya mangabadikan respon autoimun pada
jaringan ikat orbita.
d. Lebih lanjut, sitokin-sitokin khusus (interferon-interleukun-1, Transforming Growth
Factor dan isulin like growth factor 1) merangsang produksi glycosaminoglikan oleh
fibroblast kemudian meangsang proliferasi dan fibroblast atau keduanya, yang
menyebabkan terjadinya akumulasi glycosaminoglikan dan edema pada jaringan ikat
orbita. Reseptor tyrotropin atau antibodi yang lain mempunyai hubungan biologik
langsung terhadap fibroblast orbital atau miosit. kemungkinan, antibodi ini mewakili
ke proses autoimun.
e. Peningkatan volume jaringan ikat dan pengurangan pergerakan otot-otot ekstraokuler
dihasilkan dari stimulasi fibroblast untuk menimbulkan manifestasi klinis
oftalmopaty. Proses yang sama juga terjadi dikulit pretibial akibat pengembangan
jaringan ikat kulit yang mana menyebabkan timbulnya protibial dermopathy dengan
karakteristik berupa nodul-nodul atau penebalan kulit.
dari pasien dan model pada hewan coba, terdapat bukti yang kuat bahwa
aspek genetik merupakan predisposisi gangguan regulasi imun, produksi
autoreaktif sel T, sel B dan antibodi IgG. Faktor predisposisi ini
berhubungan dengan halotype MHC klas I dan II. Penyakit tiroid berkaitan
dengan keberadaan HLA DR3, DR4 dan DR5 yang menjadi autoantigen
endokrin atau peptida yang mudah Bergabung dengan hnlotype MHC yang
menyebabkan sistem imun yang reaktif abnormal dan tidak terkontrol.
3. Gen Autoimmune regulator genes (AIRE) : Merupakan gen yang mengatur
ekspresI antigen self termasuk tiroid pada sel epitel. Sel dendrit dan
monosit pada bagian medula timus. Antigen self pada timus inilah yang
membantu proses penghapusan sel T yang bersifat autoreaktif melalui
proses seleksi negatif sewaktu proses pematangan sel T di timus. Mutasi
pada gen AIRE ditemukan pada penderita autoimmune polyglandular
syndrome tipe I (APS-I) dimana terdapat autoimunitas terhadap berbagai
organ tubuh termasuk tiroid. Gangguan pada ekspresi Tg pada ApC akibat
mutasi gen AIRE akan menghalangi proses penghapusan sel T autoreaktif
terhadap Tg di timus.
4. Gen Tiroglobulin (Tg) : Merupakan protein utama yang disintesis oleh
kelenjar tiroid dan autoantibodi terhadap tiroglobulin banyak ditemukan
pada penyakit tiroid autoimun. Pada penelitian ditemukan hubungan antara
penyakit tiroid autoimun dengan kromosom regio 8q24 dimana terletak
pula gen Tg. Hal ini menunjukkan kaitan etat antata gen Tg dengan
rnekanisme terjadinya penyakit tiroid autoimun. Gen lainnya yang
mempunyai kecendrungan hubungan dengan penyakit tiroid autoimun
adalah: TSH reseptor, TCR, Tg, IgH (IgG Heavy chain).
b. Faktor non genetik
1. Infeksi : menyebabkan penyakit autoimun melalui berbagai cara:
(a) mimikri molekuler
(b) terlepasnya sequestered antigen, karena kerusakan jaringan
meninggikan bagian kepala kasur sebelum tidur. Berhenti merokok juga dapat
mengurangi gejala oftalmopati Grave.
f. Mengobati penyakit dermopati Grave. Pengobatan penyakit ini juga
kemungkinan dapat dilakukan di rumah dengan cara mengompres atau
menggunakan krim maupun salep yang dapat diperoleh di apotek. Obat
dengan kandungan hidrokortison akan membantu mengurangi pembengkakan
dan kemerahan di area kulit yang terinfeksi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Robert Graves adalah seorang dokter dari Irlandia, beliau lahir
tahun 1797 dan meninggal pada tahun 1853. Beliau menyampaikan kuliahnya
tahun 1834 yang menggambarkan keadaan pasien dengan palpitasi, tiroid
membesar dan mata menonjol. Bola mata tampak membesar, kelopak mata
tidak dapat menutup selama tidur dan kemudian mencoba menutup mata, ketika
mata dibuka tampak beberapa garis yang lebar yang mengelilingi kornea
kemudian dipublikasikan tahun 1835. Karl Von Basedow menggambarkan
kejadian dari exophtalmus setelah hypertrophy dan Jaringan lunak pada mata
tahun 1840. Dalam bahasa Inggris biasanya disebut Graves Disease.
Penyakit Graves adalah hipertiroidisme yang disertai dengan
pembesaran tiroid difus dengan penyebabnya peristiwa imunologi. Penyakit
Graves merupakan kondisi autoimun dimana terberituknya antibodi IgG yang
mengikat dan mengaktifkan reseptor tirotropin (disebut tltyroid-stimulating
antibody (TSAb)) yang menyebabkan hipertrofi dan hiperplasia folikuler yang
berakibat membesarnya kelenjar dan meningkatnya produksi hormon tiroid.
Penyakit Graves adalah gangguan multifaktorial, kerentanan genetik berinteraksi
dengan faktor endogen dan factor lingkungan.
3.2 Saran
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi mengenai
penyakit graves. Kesehatan merupakan hal penting yang harus dijaga dengan
baik agar tubuh tidak mudah terkena penyakit. Melakukan pola hidup yang baik
merupakan salah satu hal mendasar untuk menjaga kesehatan tubuh.