Anda di halaman 1dari 22

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................1
BAB I.........................................................................................................................................2
PENDAHULUAN......................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................3
2.1. DEFINISI......................................................................................................................3
2.2. EPIDEMIOLOGI..........................................................................................................4
2.3. ETIOLOGI....................................................................................................................5
2.4. PATOFISIOLOGI..........................................................................................................5
2.5. KLASIFIKASI..............................................................................................................5
2.6. MANIFESTASI KLINIS...............................................................................................9
2.7. DIAGNOSIS BANDING............................................................................................14
2.8. PENGOBATAN...........................................................................................................14
2.9. PENCEGAHAN..........................................................................................................18
2.10.
PROGNOSIS....................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................21

BAB I
PENDAHULUAN
Beberapa keaadaan dapat menginduksi munculnya gangguan psikotik, seperti
pada pasien dengan penyakit tiroid, endokrinopati maupun kelainan struktural di otak.
Beberapa golongan NAPZA seperti Alkohol, amfetamin, kanabis, kokain, halusinogen,
opiod dsb dapat menginduksi munculnya gangguan psikotik. Faktor psikodinamik yang
harus diperhatikan di dalam kelompok gangguan psikotik ini adalah stresor pencetus dan
lingkungan interpersonal.
Gangguan psikotik adalah gangguan mental yang ditandai dengan kerusakan
menyeluruh dalam uji realitas seperti yang ditandai dengan delusi, halusinasi, bicara
inkohern yang jelas, atau perilaku yang tidak teratur atau mengacau, biasanya tanpa ada
kewaspadaan pasien terhadap inkomprehensibilitas dalam tingkah lakunya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gangguan psikotik adalah semua kondisi yg menunjukkan adanya hendaya
berat dalam kemampuan daya nilai realitas, baik dalam perilaku individu dlm suatu
saat maupun perilaku individu dalam perjalanannya mengalami hendaya berat
kemampuan daya nilai realitas ( perlu dipertimbangkan faktor budaya ).1
Bukti langsung hendaya daya nilai realitas terganggu misal adanya ;

waham, halusinasi tanpa tilikan akan sifat patologinya;

adanya perilaku yg demikian kacau ( grossly disorganized ) misalnya bicara yg


inkoheren, perilaku agitasi tanpa tujuan, disorientasi pd delirium dst;

adanya kegagalan fungsi sosial dan personal dgn penarikan diri dari pergaulan
sosial dan tidak mampu dlm tugas pekerjaan sehari-hari.
Gangguan psikotik adalah gangguan mental yang ditandai dengan kerusakan

menyeluruh dalam uji realitas seperti yang ditandai dengan delusi, halusinasi, bicara
inkohern yang jelas, atau perilaku yang tidak teratur atau mengacau, biasanya tanpa
ada kewaspadaan pasien terhadap inkomprehensibilitas dalam tingkah lakunya.2
2.2 Epidemiologi
Prevalesni seumur hidup dari skizofrenia adalah 1%, menurut sebuah studi
epidemiologi yang dilakukan di

Finlandia, dari 8028 sampel ditemukan bahwa

prevalesni seumur hidup dari semua bentuk gangguan psikotik adalah 3,06% dengan
1,94% untuk gangguan psikotik non afektif dan 0,59% untuk gangguan psikotik

afektif, dengan penjabaran lebih lengkapnya seperti pada tabel dibawah ini :

2.3 Etiologi
Beberapa keaadaan dapat menginduksi munculnya gangguan psikotik, seperti pada
pasien dengan penyakit tiroid dan penyakit endokrinopati lainnya. Beberapa golongan
NAPZA seperti Alkohol, amfetamin, kanabis, kokain, halusinogen, opiod dsb dapat
menginduksi munculnya gangguan psikotik.
Faktor psikodinamik yang harus diperhatikan di dalam kelompok gangguan
psikotik ini adalah stresor pencetus dan lingkungan interpersonal. Di dalam mengambil
riwayat penyakit dan memeriksa pasien, klinisi harus memperhatikan tiap perubahan atau
stres pada lingkungan interpersonal pasien. Pasien rentan terhadap kebutuhan psikosis
untuk mempertahankan jarak interpersonal tertentu; seringkali, pelanggaran batas pasien
5

oleh orang lain dapat menciptakan stres yang melanda yang menyebabkan
dekompensasi. Demikian juga, tiap keberhasilan atau kehilangan mungkin merupakan
stresor yang penting dalam kasus tertentu.
2.4 Patofisiologi
Hipotesis dopamin pada gangguan psikosis serupa dengan penderita skizofrenia
adalah yang paling berkembang dari berbagai hipotesis, dan merupakan dasar dari
banyak terapi obat yang rasional. Hipotesis ini menyatakan bahwa skizofrenia
disebabkan oleh terlalu banyaknya aktivitas dopaminergik. Beberapa bukti yang terkait
hal tersebut yaitu:
1. Kebanyakan obat-obat antipsikosis menyekat reseptor D2 pascasinaps di dalam sistem
saraf pusat, terutama di sistem mesolimbik frontal;
2. Obat-obat yang meningkatkan aktifitas dopaminergik, seperti levodopa (suatu
precusor), amphetamine (perilis dopamine), atau apomorphine (suatu agonis reseptor
dopamin langsung),baik yang dapat mengakibatkan skizofrenia atau psikosis pada
beberapa pasien;
3. Densitas reseptor dopamin telah terbukti, postmortem, meningkat di otak pasien
skizofrenia yang belum pernah dirawat dengan obat-obat antipsikosis;
4. Positron emission tomography (PET) menunjukkan peningkatan densitas reseptor
dopamin pada pasien skizofrenia yang dirawat atau yang tidak dirawat, saat
dibandingkan dengan hasil pemeriksaan PET pada orang yang tidak menderita
skizofrenia; dan
5. Perawatan yang berhasil pada pasien skizofrenia telah terbukti mengubah jumlah
homovanilic acid (HVA), suatu metabolit dopamin, di cairan serebrospinal, plasma,
dan urin.
Namun teori dasar tidak menyebutkan hiperaktivitas dopaminergik apakah karena
terlalu banyaknya pelepasan dopaminergik, terlalu banyaknya reseptor dopaminergik
atau kombinasi mekanisme tersebut. Neuron dopaminergik di dalam jalur mesokortikal
dan mesolimbik berjalan dari badan selnya di otak tengah ke neuron dopaminoseptif di
sistem limbik dan korteks serebral.3
2.5 Klasifikasi
1. Skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya
a. Skizofrenia
Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering. Hamper 1% penduduk
di dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka.3 Memenuhi kriteria umum
diagnosis skizofrenia, dimana adanya gejala-gejala khas tersebut telah berlangsung

selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase
nonpsikotik prodromal).
Tabel 1. Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Skizofrenia.4
A.

B.

C.

D.

E.
F.

Gejala Karakteristik : Dua (atau lebih) poin berikut, masing masing terjadi dalam porsi
waktu yang signifikan selama periode 1 bulan (atau kurang bila berhasil diobati) :
(1) Waham
(2) Halusinasi
(3) Bicara kacau (sering melantur atau inkoherensi)
(4) Perilaku yang sangat kacau atau katatonik
(5) Gejala negative, yaitu afektif mendatar, alogia, atau kehilangan minat
Disfungsi social/okupasional : selama satu porsi waktu yang signifikan sejak awitan
gangguan, terdapat satu atau lebih area fungsi utama, seperti pekerjaan, hubungan
interpersonal, atau perawatan diri, yang berada jauh di bawah tingkatan yang telah dicapai
sebelum awitan (atau apabila awitan terjadi pada masa kanak kanak atau remaja,
kegagalan mencapai tingkat pencapaian interpersonal, akademik, atau okupasional yang
diharapkan ).
Durasi : tanda kontiyu gangguan berlangsung selama setidaknya 6 bulan. Periode 6 bulan
ini harus mencakup setidaknya 1 bulan gejala(atau kurang bila berhasil diobati) yang
memenuhi criteria A (gejala fase aktif) dan dapat mencakup periode gejala prodromal atau
residual ini, tanda gangguan dapat bermanifestasi sebagai gejala negative saja atau dua
atau lebih gejala yang terdaftar dalam Kriteria A yang muncul dalam bentuk yang lebih
lemah (cth, keyakinan aneh, pengalaman perceptual yang tidak lazim)
Ekslusi gangguan mood dan skizoafektif : Gangguan skizoafektif dan gangguan mood
dengan cirri psikotik telah disingkirkan baik karena (1) tidak ada episode depresif,manic,
atau campuran mayor yang terjadi bersamaan denga gejala fase aktif, maupun (2) jika
episode mood terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya relative singkat dibandingkan
durasi periode aktif dan residual.
Eklusi kondisi medis umum/zat : gangguan tersebut tidak disebabkan oleh fisiologis
langsung suatu zat(cth obat yang disalahguakan,obat medis) atau kondisi medis umum
Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasive : jika terdapat riwayat gangguan
autistic atau gangguan perkembangan pervasive lainnya, diagnosis tambahan skizofrenia
hanya dibuat bila waham atau halusinasi yang prominen juga terdapat selama setidaknya
satu bulan(atau kurang bila telah berhasil diobati)
Tabel 2. Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Subtipe Skizofrenia.4

Tipe Paranoid
Tipe Skizofrenia yang memenuhi criteria berikut
A. Preokupasi terhadap satu atau lebih waham atau halusinasi auditorik yang sering
B. Tidak ada hal berikut ini yang prominen: bicara kacau, perilaku kacau atau katatatonik,
atau afek datar atau tidak sesuai.
Tipe Hebefrenik (Disorganized)
Tipe skizofrenia yang memenuhi criteria berikut
A. Semua hal di bawah ini prominen
(1) Bicara kacau
(2) Perilaku kacau
(3) Afek datar atau tidak sesuai
7

B. Tidak memenuhi criteria tipe katatonik


Tipe Katatonik
Tipe skizofrenia yang gambaran klinisnya didominasi setidaknya dua hal berikut :
(1) Imobilitas motorik sebagaimana dibuktikan dengan katalepsi (termasuk fleksibilitas
serea) atau stupor
(2) Aktivitas motorik yang berlebihan (yaitu yang tampaknya tidak bertujuan dan tidak
dipengaruhi stimulus eksternal)
(3) Negativism ekstrim (resistensi yang tampaknya tak bermotif terhadap semua instruksi
atau dipertahankannya suatu postur rigid dari usaha menggerakkan) atau mutisme
(4) Keanehan gerakan volunteer sebagaimana diperlihatkan oleh pembentukkan postur
(secara volunteer menempatkan diri dalam postur yang tidak sesuai atau bizar), gerakan
stereotipi, menerisme prominen, atau menyeringai secara prominen
(5) Ekolalia atau ekopraksia
Tipe tak Terdiferensiasi
Tipe skizofrenia yang gejalanya memenuhi Kriteria A, namun tidak ,memenuhi criteria tipe
paranois,hebefrenik, atau katatatonik.
Tipe Residual
Tipe Skizofrenia yang memenuhi criteria sebagai berikut
A. Tidak ada waham, halusinasi, bicara kacau yang prominen, serta perilaku sangat kacau
atau katatonik
B. Terdapat bukti kontinu adanya gangguan sebagaimana diindikasikan oleh adanya gejala
negative atau dua atau lebih gejala yang tercantum pada Kriteria A untuk skizofrenia,
yang tampak dalam bentuk yang lebih lemah (cth keyakinan yang aneh, pengalaman
perceptual tak lazim)
b. Gangguan Skizotipal
Tidak terdapat onset yang pasti dan perkembangan serta perjalanannya biasanya
menyerupai gangguan kepribadian.
c. Gangguan Waham Menetap
Kelompok ini meliputi gangguan dengan waham-waham yang berlangsung lama
(paling sedikit selama 3 bulan) sebagai satu-satunya gejala klinis yang khas atau
yang paling mencolok dan tidak dapat digolongkan sebagai gangguan mental
organic, skizofrenia atau gangguan efektif.
d. Gangguan Psikotik Akut dan Sementara
Memiliki onset yang akut (dalam masa 2 minggu), kesembuhan yang sempurna
biasanya terjadi dala 2-3 bulan, sering dalam beberapa minggu atau bahkan
beberapa hari, dan hanya sebagian kecil dari pasien dengan gangguan ini
berkembang menjadi keadaan yang menetap dan berhendaya.6
e. Gangguan Waham Induksi
Dua orang atau lebih mengalami waham atau system waham yang sama, dan sling
mendukung dalam keyakinan waham itu. Yang menderita waham orisinil
(gangguan psikotik) hanya satu orang, waham tersebut terinduksi (mempengaruhi)

lainnya, dan biasanya menghilang apabila orang-oarang tersebut dipisahkan.


Hampir selalu orang-orang yang terlibat mempunyai hubungan yang sangat dekat.
Jika ada alas an untuk percaya bahwa duaorang yang tinggal bersama mempunyai
gangguan psikotik yang terpisah, maka tidak astupun diantaranya boleh
dimasukkan dalam kode diagnosis ini.
f. Gangguan Skizoafektif
Merupakan gangguan yang bersifa episodic dengan gejala afektif dan skizofrenik
yang sama-sama menonjol dan secara bersamaan ada dalam episode yang sama.
g. Gangguan Psikotik Non-Organik Lainnya
Gangguan psikotik yang tidak memenuhi criteria untuk skizofrenia atau untuk
gangguan afektif yang bertipe psikotik, dan gangguan-gangguan yang psikotik
yang tidak memenuhi criteria gejala untuk gangguan waham menetap.
2. Gangguan Suasana Perasaan (Mood {Afektif})
a. Episode Manik
Kesamaan karakteristik dalam afek yang meningkat, disertai peningkatan dalam
jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental, dalam berbagai derajat keparahan.
b. Gangguan Afektif Bipolar
Gangguan ini bersifat episode berulang (sekurang-kurangnya 2 episode) dimana
afek pasien dan yingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada wktu tertentu terdiri
dari peningkatan afekdisertai penembahan energy dan aktivitas (mania atau
hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan
energy dan aktivitas (depresi).
c. Episode Depresi
Gejala utama berupa afek depresi, kehilangan minat dan kegembiraan, dan
berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan
menurunnya aktivitas. Pada episode depresi, dari ketiga tingkat keparahan tersebut
diperlukan sekurang-kurangnya 2 minggu untuk menegakkan diagnosis, akan tetapi
periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan
berlangsung cepat.
d. Gangguan Depresif Berulang
Terbagi atas episode depresi ringan, episode depresi sedang dan episode depresi
berat. Masing-masing episode tersebut rata-rata lamanya sekitar 6 bulan, akan
tetapi frekuensinya lebih jarang dibandingkan dengan gangguan bipolar.
e. Gangguan Suasana Perasaan Menetap
Terbagi atas (i)Skilotimia, ciri esensialnya adalah ketidak-stabilan menetap dari
afek(suasana perasaan), meliputi banyak periode depresi ringan dan hipomania
ringan, diantaranya tidak ada yang cukup parah atau cukup lama untuk memenuhi
9

criteria gangguan afektif bipolar. (ii)Distimia, cirri esensialnya ialah afek depresif
yang berlangsung sangat lama yang tidak pernah atau jarang sekali cukup parah
untuk memenuhi criteria gangguan depresif berulang ringan atau sedang.
f. Gangguan Suasana Perasaan Lainnya
Kategori sisa untuk gangguan suasana perasaan menetap yang tidak cukup parah
atau tidak berlangsung lama untuk memenuhi criteria skilotimia dan distimia.
2.5 Manifestasi Klinis
Perilaku kacau
Kewajiban umum dan dasar manusia dalam masyarakat lingkungan kehidupan
serta rumah tangga adalah bekerja untuk mendapatkan nafkah, atau bekerja sesuai
fungsinya, walaupun bukan untuk mendapatkan uang atau materi. Kewajiban dalam
rumah tangga, kehidupan sosial dalam masyarakat yaitu bersosialisasi dan
penggunaan waktu senggang.
Pada penderita psikotik fungsi pekerjaan sering tak bisa dijalankan dengan
seksama, tak mau bekerja sesuai kewajiban dan tanggungjawab dalam keluarga, atau
tak mampu bekerja sesuai dengan tingkat pendidikan. Sering terjadi tak mau, tak
mampu bekerja dan malas.
Dalam kehidupan sosial sering ada penarikan diri dari pergaulan sosial atau
penurunan kemampuan pergaulan sosial. Misalnya setelah sakit stres berat menarik
diri dari organisasi sosial kemasyarakatan, atau sering terjadi kemunduran
kemampuan dalam melaksanakan fungsi sosial dan pekerjaannya.4
Pada penggunaan waktu senggang orang normal bisa bercengkrama dengan
anggota keluarga atau masyarakat, atau membuat program kerja rekreasi dan dapat
menikmatinya. Namun pada penderita gangguan jiwa berat keadaan tersebut
dilewatkan dengan banyak melamun, malas, bahkan kadang-kadang perawatan diri
sehari-hari dilalaikan seperti makan, minum, mandi, dan ibadah.
Waham
Waham adalah isi pikir (keyakinan atau pendapat) yang salah dari seseorang.
Meskipun salah tetapi individu itu percaya betul, sulit dikoreksi oleh orang lain, isi
pikir bertentangan dengan kenyataan, dan isi pikir terkait dengan pola perilaku
individu. Seorang pasien dengan waham curiga, maka pola perilaku akan
menunjukkan kecurigaan terhadap perilaku orang lain, lebih-lebih orang yang belum
10

dikenalnya. Bisa terjadi kecurigaan kepada orang sekitarnya akan meracuni atau
membunuh dia. Akibat waham curiga ini pada orang yang sebelumnya bersifat
emosional agresif. Ia bisa membunuh orang karena wahamnya kalau tidak dibunuh, ia
akan dibunuh. Atau ia akan diracuni dan dibuat celaka oleh orang yang dibunuhnya.
Halusinasi
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa ada rangsangan. Pasien merasa
melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun tak ada sesuatu
rangsang pada kelima indera tersebut.
Halusinasi dengar adalah gejala terbanyak pada pasien psikotik (99 %). Pasien
psikotik yang nalar (ego)-nya sudah runtuh, maka halusinasi tersebut dianggap real
dan tak jarang ia bereaksi terhadap halusinasi dengar. Bila halusinasi berisi perintah
untuk membunuh ia pun akan melaksanakan pembunuhan. Ini memang banyak terjadi
pada pasien psikotik yang membunuh keluarganya sendiri. Sebaliknya halusinasi yang
memerintah untuk bunuh diri tak jarang pasien pun akan bunuh diri.
Illusi
Illusi adalah sensasi panca indera yang ditafsirkan salah. Pasien melihat tali
bisa ditafsirkan sebagai seekor ular. Illusi ini sering terjadi pada panas yang tinggi dan
disertai kegelisahan, dan kadang-kadang perubahan kesadaran (delirium). Illusi juga
sering terjadi pada kasus-kasus epilepsi (khususnya epilepsi lobus temporalis), dan
keadaan-keadaan kerusakan otak permanen.
Misalnya seorang petinju di Malang terungkap di pengadilan ia menderita epilepsi. Ia
membunuh anaknya sendiri yang masih tidur di kasur dengan parang, karena
menganggap anaknya adalah seekor kucing yang sedang tidur. Juga kasus seorang ibu
yang menyiram anak balitanya dengan air panas di Semarang beberapa waktu yang
lalu, dan akhirnya si anak meninggal dunia. Ia melihat dan merasa menyiram hewan.
Tilikan Yang Buruk
Pasien psikotik merasa dirinya tidak sakit, meskipun sudah ada bukti adanya
perubahan perilaku yang jelas tidak wajar. Pasien tak mau minum obat atau tak mau
diajak berobat, atau bila ada waham dianggap mau diracuni. Keadaan merasa tidak
sakit ini yang mempersulit pengobatan, apalagi keluarga juga mengiyakan karena
merasa tak sakit ia tak mau mencari pengobatan.
11

Tilikan yang buruk ini merupakan ciri khas pasien psikotik. Di sini peran keluarga
penting, kalau memang menemukan gejala tersebut seperti waham, halusinasi dan
illusi, segera berkonsultasi kepada tenaga kesehatan jiwa.
A. Gangguan/ gejala Psikotik Akut
Gambaran Utama Perilaku

Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu :

Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya

Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal

Kebingungan atau disorientasi

Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri,


kecurigaan berlebihan, mengancam diri sendiri, orang lain atau lingkungan,
bicara dan tertawa serta marah-marah atau memukul tanpa alasan
Pedoman Diagnostik
Untuk menegakkan diagnosis gejala pasti gangguan psikotik akut adalah
sebagai berikut :

Halusinasi (persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan : misalnya,


mendengar suara yang tak ada sumbernya atau melihat sesuatu yang tidak ada
bendanya)

Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak dapat diterima oleh
kelompok sosial pasien, misalnya pasien percaya bahwa mereka diracuni oleh
tetangga, menerima pesan dari televisi, atau merasa diamati/diawasi oleh orang
lain)

Agitasi atau perilaku aneh (bizar)

Pembicaraan aneh atau kacau (disorganisasi)

Keadaan emosional yang labil dan ekstrim (iritabel)

B. Gangguan Psikotik kronik


Gambaran Perilaku
Untuk menetapkan diagnosa medik psikotik kronik data berikut merupakan perilaku
utama yang secara umum ada.

Penarikan diri secara sosial


12

Minat atau motivasi rendah, pengabaian diri

Gangguan berpikir (tampak dari pembicaraan yang tidak nyambung atau aneh)

Perilaku aneh seperti apatis, menarik diri, tidak memperhatikan kebersihan yang
dilaporkan keluarga

Perilaku lain yang dapat menyertai adalah :

Kesulitan berpikir dan berkonsentrasi

Melaporkan bahwa individu mendengar suara-suara

Keyakinan yang aneh dan tidak masuk akal sepert : memiliki kekuatan
supranatural, merasa dikejar-kejar, merasa menjadi orang hebat/terkenal

Keluhan fisik yang tidak biasa/aneh seperti : merasa ada hewan atau objek yang
tak lazim di dalam tubuhnya

Bermasalah dalam melaksanakan pekerjaan atau pelajaran

Untuk lebih jelasnya mengenai psikotik kronik, disini dapat dijelaskan melalui
skizofrenia Dimana Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang kronik, pada
orang yang mengalaminya tidak dapat menilai realitas dengan baik dan
pemahaman diri buruk. Gejala klinis dari skizofrenia dapat dilihat di bawah ini:

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

a.

thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kualitasnya berbeda ; atau

thought insertion or withdrawal = isi yang asing dan luar masuk ke dalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar
dirinya (withdrawal); dan
thought broadcasting= isi pikiranya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum
mengetahuinya;
b.

delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu


kekuatan tertentu dari luar; atau

delusion of passivitiy = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap
suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya = secara jelas merujuk kepergerakan
tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus);
delusional perception = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna
sangat khas bagi dirinya, biasnya bersifatmistik atau mukjizat;
13

c.

Halusinasi auditorik:
suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap

perilaku pasien, atau


mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara

berbagai suara yang berbicara), atau


jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian tubuh.

d.

Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat


dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa
(misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk
asing dan dunia lain)

a.

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau
berbulan-bulan terus menerus;

b.

arus

pikiran

yang

terputus

(break)

atau

yang

mengalami

sisipan

(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan,


atau neologisme;
c.

perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh


tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;

d.

gejala-gejala negative, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja
sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi
oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik (prodromal)
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak

14

berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan
penarikan diri secara sosial.2
2.6 Diagnosis banding
Diagnosis lain yang dipertimbangkan di dalam diagnosis banding adalah gangguan
buatan (factitious disorder) dengan tanda dan gejala psikologis yang menonjol, berpurapura (malingering), gangguan psikotik karena kondisi medis umum, dan gangguan
psikotik akibat zat. Seorang pasien mungkin tidak mau mengakui penggunaan zat gelap,
dengan demikian membuat pemeriksaan intoksikasi zat atau putus zat sulit tanpa
menggunakan tes laboratorium. Pasien dengan epilepsi atau delirium dapat juga datang
dengan gejala psikotik dengan yang ditemukan pada gangguan psikotik singkat.
Gangguan psikiatrik tambahan yang harus dipertimbangkan di dalam diagnosis banding
adalah gangguan identitas disosiatif dan episode psikotik yang disertai dengan gangguan
kepribadian ambang dan skizotipal.

2.7 Penatalaksanaan
1. Rawat inap
Seorang pasien psikotik akut mungkin memerlukan rawat inap yang singkat
baik untuk evaluasi maupun proteksi. Evaluasi memerlukan pemantauan gejala yang
ketat dan penilaian tingkat bahaya pasien terhadap diri sendiri dan orang lain. Selain
itu, rawat inap yang tenang dan terstruktur dapat membantu pasien mendapatkan
kembali kesadarannya terhadap realita. Sementara klinisi menunggu efek perawatan

15

atau obat-obatan, mungkin diperlukan pengasingan, pengendalian fisik, atau


pemantauan satu pasien oleh satu pemeriksa.
2. Farmakoterapi

Pada keadaan gawat darurat, seorang pasien yang teragitasi parah harus
diberikan suatu obat antipsikotik secara intramuskular. Walaupun percobaan klinik
yang dilakukan secara adekuat dengan sejumlah pasien belum ada, sebagian besar
klinisi berpendapat bahwa obat antipsikotik adalah obat terpilih untuk gangguan
delusional. Pasien gangguan delusional kemungkinan menolak medikasi karena
mereka dapat secara mudah menyatukan pemberian obat ke dalam system
wahamnya. Dokter tidak boleh memaksakan medikasi segera setelah perawatan di
rumah sakit, malahan, harus menggunakan beberapa hari untuk mendapatkan rapport
dengan pasien. Dokter harus menjelaskan efek samping potensial kepada pasien,
sehingga pasien kemudian tidak menganggap bahwa dokter berbohong.
Riwayat pasien tentang respon medikasi adalah pedoman yang terbaik dalam
memilih suatu obat. Seringkali, dokter harus mulai dengan dosis rendah sebagai
contoh, haloperidol (haldol) 2 mg dan meningkatkan dosis secara perlahan-lahan.
Jika pasien gagal berespon dengan obat pada dosis yang cukup dalam percobaan
16

selama enam minggu, antipsikotik dari kelas lain harus dicoba. Beberapa peneliti
telah menyatakan bahwa pimozide (Orap) mungkin efektif dalam gangguan
delusional, khususnya pada pasien dengan waham somatik. Penyebab kegagalan
obat yang tersering adalah ketidakpatuhan, dan kemungkinan tersebut harus
diperhitungkan.
Jika pasien tidak mendapatkan manfaat dari medikasi antipsikotik, obat harus
dihentikan. Pada pasien yang berespon terhadap antipsikotik, beberapa data
menyatakan bahwa dosis pemeliharaan adalah rendah. Walaupun pada dasarnya
tidak ada data yang mengevaluasi penggunaan antidepresan, lithium (Eskalith), atau
antikonvulsan sebagai contohnya, carbamazepine (Tegretol) dan valproate
(Depakene) di dalam pengobatan gangguan delusional, percobaan dengan obatobat tersebut mungkin diperlukan pada pasien yang tidak responsif terhadap obat
antipsikotik. Percobaan dengan obat-obat tersebut harus dipertimbangkan jika
seorang pasien memiliki ciri suatu gangguan mood atau suatu riwayat keluarga
adanya gangguan mood.
Dua kelas utama obat yang harus dipertimbangkan di dalam pengobatan
gangguan psikotik singkat adalah obat antipsikotik antagonis reseptor dopamine dan
benzodiazepine. Jika dipilih suatu antipsikotik, suatu antipsikotik potensi tinggi
sebagai contohnya, haloperidol (Haldol) biasanya digunakan. Khususnya pada
pasien yang berada dalam resiko tinggi untuk mengalami efek samping
ekstrapiramidal (sebagai contohnya, orang muda), suatu obat antikolinergik
kemungkinan harus diberikan bersama-sama dengan antipsikotik sebagai profilaksis
terhadap gajala gangguan pergerakan akibat medikasi. Selain itu, benzodiazepine
dapat digunakan dalam terapi singkat psikosis. Walaupun benzodiazepine memiliki
sedikit kegunaan atau tanpa kegunaan dalam pengobatan jangka panjang gangguan
psikotik, obat dapat efektif untuk jangka singkat dan disertai dengan efek samping
yang lebih jarang daripada antipsikotik. Pada kasus yang jarang benzodiazepine
disertai dengan peningkatan agitasi, dan pada kasus yang lebih jarang lagi, dengan
kejang putus obat (withdrawal seizure), yang biasanya hanya terjadi pada
penggunaan dosis tinggi terus menerus. Penggunaan obat lain dalam terapi gangguan
psikotik singkat, walaupun dilaporkan di dalam laporan kasus, belum didukung oleh
penelitian skala besar. Tetapi, medikasi hipnotik seringkali berguna selama satu
sampai dua minggu pertama setelah resolusi episode psikotik. Pemakaian jangka
panjang medikasi harus dihindari dalam pengobatan gangguan ini. Jika medikasi
17

pemeliharaan diperlukan, klinisi harus mempertimbangkan ulang diagnosis.

Psikoterapi
Secara umum tujuan psikoterapi adalah untuk memperkuat struktur
kepribadian, mematangkan kepribadian, memperkuat ego, meningkatkan citra
diri, memulihkan kepercayaan diri yang semuanya itu untuk mencapai
kehidupan yang berarti dan bermanfaat.
1.

Psikoterapi supportif
Untuk memberi dukungan, semangat, dan motivasi agar penderita tidak
merasa putus asa dan semngat juang dalam menghadapi hidup ini tidak
kendur dan menurun

2. Psikoterapi re-edukatif
Untuk memberi pendidikan ulang yang maksudnya memperbaiki
kesalahan pendidikan di waktu lalu dan juga dengan pendidikan ini
dimaksudkan mengubah pola pendidikan lama dengan baru sehingga
penderita lebihadaptif terhadap dunia luar.
3.

Psikoterapi re-konstruktif
Untuk memperbaiki kembali kepribadian yang telah mengalami
keretakan menjadi pribadi yang utuh seperti semula sebelum sakit.

4. Psikoterapi kognitif
Untuk memulihkan kembali daya kognitif (daya piker dan daya ingat)
rasional sehingga penderita mampu membedakan nilai-nilai moral etika,
mana yang baik dan buruk, mana yang boleh dan tidak, mana yang halal dan
haram dan sebagainya.
5.

Psikoterapi psiko-dinamik
Psiko-dinamik adalah suatu pendekatan konseptual yang memandang
proses-proses mental sebagai gerakan dan interaksi kuantitas-kuantitas
energy psikik yang berlangsung intra-individual (antar bagian-bagian
struktur psikik) dan inter-individual (antar orang).8
Untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika kejiwaaan yang
dapat menjelaskan seseorang jatuh sakit dan upaya untuk mencari jalan
keluarnya. Diharapkan penderita dapat memahami kelebihan dan kelemahan
dirinya dan mampu menggunakan mekanisme pertahanan diri dengan baik.

6.

Psikoterapi perilaku
18

Untuk memulihkan gangguan prilaku yang terganggu menjadi prilaku


yang adaptif (mampu menyesuaikan diri). Kemampuan adaptasi penderita
perlu dipulihkan agar penderita mampu berfungsi kembali secara wajar
dalam kehidupannya sehari-hari baik dirumah, disekolah dan lingkungan
sosialnya.
7. Psikoterapi keluarga
Untuk

memulihkan

hubungan

penderita

dengan

keluarganya

diharapkan keluarga dapat memahami mengenai gangguan jiwa skizofrenia


dan dapat membantu mempercepat proses penyembuhan penderita.

Psikososial
Diupayakan untuk tidak menyendiri, tidak melamun, banyak kegiatan
dan kesibukan dan banyak bergaul (silaturahmi/sosialisasi)

Psikospiritual
D.B. Larson, dkk (1992) dalam penilitiannya sebagaimana termuat
dalam Religious Commitment and Health (APA, 1992), menyatakan antara
lain bahwa agama (keimanan) amat penting dalam meningkatkan seseorang
dalam mengatasi penderitaan bila ia sedang sakit serta mempercepat
penyembuhan selain terapi medis yang diberikan. Synderman (1996)
menyatakan bahwa terapi medis tanpa agama (doa), tidak lengkap; sebaliknya
agama (doa) saja tanpa terapi medis, tidak efektif.

2.8 Prognosis
a.
Prognosis kearah baik
i.
ii.
iii.
iv.
v.
vi.
vii.
viii.
ix.
b.

Onset akut dengan factor pencetus yang jelas


Riwayat hubungan social dan pekerjaan yang baik (Premorbid)
Adanya gejala afekstif (depresi)
Subtipe paranoid
Subtipe katatonik
Sudah menikah
Banyak simptom positif
Kebingungan
Tension, cemas hostilitas
Prognosis kearah buruk

i.

Onset perlahan-lahan dengan factor pencetus tidak jelas

ii.

Riwayat hubungan social dan pekerjaan buruk (premorbid)


19

iii.

Menarik diri, tingkah laku yang artristik

iv.

Tipe hebepenik dan tipe tak tergolongkan

v.

Belum manikah

vi.

Riwayat skizofrenia dalam keluarga

vii.

Adanya gejala neurologik

viii.

Banyak simptom negatif

ix.

Tidak ada gejala afektif atau hostilitas yang jelas

2.8 Pencegahan
Perkembangan kepribadian seseorang manusia itu ditentukan oleh interaksi dari
4 pilar; yaitu organobiologik, psiko-edukatif, psikososial dan psikoreligius. Hal ini
sesuai dengan batasan sehat oleh WHO (1984) yaitu sehat fisik, sehat jiwa/mental,
sehat social, dan sehat spiritual yang juga diadopsi oleh APA (American Psychiatric
Associatiom, 1992)
a) Organobiologik
Menghindari kemungkina adanya factor genetic (turunan), maka perluditeliti
riwayat atau silsilah keluarga.
Menghindari adanya kemungkinan factor epigenetic, maka hendaknya selama
kehamilan seorang ibu perlu mendapatkan perawatan yang baik agar tidak terjadi
gangguan pada perkembangan otak janin.
b) Psiko-edukatif
Pendidikan anak hendaknya sedemikian rupa sehingga dapat dihindari
terbentuknya sifat atau cirri kepribadian yang rawan atau rentan bagi terjadinya
gangguan skizofrenia, misalnya

yang tergolong kepribadian promorbid

(kepribadian paranoid, schizoid, skizotipal dan ambang).


c) Psiko-religius
Setiap manusia (meskipun ia seorang atheis sekalipun) pada hakekatnya ada
kebutuhan dasar kerohanian. Setiap orang membutuhkan rasa aman, tenang,
tentram, terlindungi; bebas dari rasa cemas, ketakutan, depresi, stress, dan lain
sebagainya. Bagi mereka yang beragama kebutuhan rohani ini dpat diperoleh
lewat agama; namun bagi mereka yang sekuler dan mengingkarinya, menempuh
lewat penyalahgunaan NAZA ataupun jalur lainnya.
d) Psikososial
Dalam kehidupan sehari-hari anak tumbuh kembang di tiga tempat, yaitu
di rumah (Keluarga), di sekolah (lembaga pendidikan) dan di lingkungan
20

masyarakat sosialnya. Kondisi social di masing-masing tempat tersebut akan


berinteraksi satu dengan lainnya dan mempengaruhi tumbuh kembang anak.
Maka untuk mencegahnya kita harus menciptakan keluarga yang harmonis,
lembaga pendidikan yang baik dan lingkungan pergaulan social yang sehat.

DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock, BJ et al. Spektrum Skizofrenia dan penyakit psikotik lainnya. Kaplan &
Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences. 10th ed. Califronia. 2007
2. Fawcett, Jan A. 2013. American Psychiatric Association: Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders. 5th Ed. American Psychiatric Publishin
3. Kusumawardhani A, Husain AB, dkk. Buku Ajar Psikiatrik. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010. Hal 13
4. Perala, J. Epidemiology of psychotic disorder. [online] 2013 available at :
http://helda.helsinki.fi
21

5. Memon

MA,

Brief

Psychotic

Disorder.

http://medscape.com

22

[online]

2015

available

at

Anda mungkin juga menyukai