Pernapasan merupakan salah satu hal pokok yang dibutuhkan oleh mahkluk hidup,
baik tumbuhan, hewan, dan juga manusia. Dengan adanya proses pernapasan pasokan oksigen
(O2) kedalam tubuh untuk mennunjang reaksi-reaksi kimia yang menghasilkan energi pun
akan terpenuhi. Karena energi sangatlah penting bagi berbagai aktivitas sel yang ada didalam
tubuh.
Pernapasan atau respirasi melibatkan keseluruhan proses yang menyebabkan
pergerakan pasif O2 dari atmosfer ke jaringan untuk menunjang metabolisme sel, serta
pergerakan pasif CO2 selanjutnya yang merupakan produk sisa metabolisme dari jaringan ke
atmosfer.1 Secara singkat dan umum, pernapasan dapat diartikan sebagai proses pertukaran
gas antara mahkluk hidup dengan lingkungannya.
Pada umumnya pernapasan pada manusia mencakup dua proses, yaitu pernapasan
internal dan pernapasan eksternal. Pernapasan internal adalah pertukaran O2 dan CO2 antara
darah dalam kapiler dengan sel-sel jaringan tubuh. Sedangkan pernapasan eksternal
merupakan pertukaran O2 dan CO2 yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan darah
dalam kapiler.
Pertukaran gas memerlukan empat proses yang memiliki ketergantungan satu sama
lain, yaitu proses yang berkaitan dengan volume udara napas dan distribusi ventilasi, volume
darah di paru dan distribusi aliran darah, difusi O2 dan CO2, dan yang terakhir berkaitan
dengan regulasi pernapasan.2 Dalam makalah ini akan dibahas mengenai sistem pernapasan
berdasarkan mekanisme, struktur dan fungsinya, serta penyebab dari sesak napas.
Makalah ini dibuat dengan tujuan sebagai berikut:
1. Sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa kedokteran dan masyarakat umum untuk
mengetahui penyebab dan cara menaggulangi gangguan pernapasan.
2. Untuk lebih mengetahui lebih dalam mengenai penyebab dari sulit bernapas.
PEMBAHASAN
Anatomi Sistem Pernapasan
Sistem pernapasan secara anatomis dibagi menjadi dua bagian yaitu saluran
pernapasan atas dan saluran pernapasan bawah yang keduanya dipisahkan oleh farings.3
Gambar1. SistemPernapasanManusia(Sumber:www.google.com)
Berdasarkan strukturnya sistem pernapasan dapat dibedakan menjadi struktur
utama(principal structure) dan struktur pelengkap(accessory structure). Yang termasuk
struktur utama sistem pernapasan adalah jalan napas, saluran napas, serta paru. Jalan napas
sendiri terdiri dari nares yaitu hidung bagian luar, hidung bagian dalam, sinus paranasal,
faring, dan laring. Sedangkan yang termasuk saluran napas adalah trakea dan bronkiolus.
Kemudian yang termasuk struktur pelengkap sistem pernapasan adalah struktur penunjang
yang diperlukan untuk bekerjanya sistem pernapasan itu sendiri. Struktur pelengkap tersebut
adalah dinding dada atau toraks, diafragma dan pleura.2
Rongga Hidung (Cavum Nasalis)
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung
kanan dan kiri dipisahkan oleh lapisan tipis ditengahnya yaitu septum nasi. Lubang
hidung atau nares berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak
3
Vaskularisasi
Paru mendapat darah dari dua arteri, yaitu arteri pulmonalis dan arteri bronkialis.
Arteri pulmonalis bercabang dua mengikuti bronkus utama kanan dan kiri yang
kemudian bercabang membentuk ramifikasi yang memasok darah ke intersitial
paru.
Tekanan
darah
pada
arteri
pulmonalis
sangat
rendah
sehingga
memungkinkan pertukaran gas dengan baik sekali. Tekanan darah pada pembuluh
yang berasal dari arteri bronkialis lebih tinggi dibandingkan pembuluh darah arteri
pulmonalis. Darah yang dipasok oleh arteri bronkialis sampai ke saluran
pernapasan, septa interlobular, dan pleura.
Sistem Limfe
Paru sangat rapat dengan jaringan limfe. Lokasi jaringan limfe itu pada jaringan
ikat seperti pleura, septa interlobular, serta pembungkus peribron-kovaskular. Ada
6 nodus limfa yang berperan dalam drainase cairan paru, yaitu nodus limfa
intrapulmonales, modus limfa bronkupulmonales, nodus limfa trakeobronkiales,
nodus limfa paratrakeales, nodus limfa skaleni, dan nodus limfa di arkus aorta.2-4
Mekanisme Pernapasan
Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam keadaan
tertidur sekalipun karena sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom. Menurut
tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu
pernapasan luar dan pernapasan dalam.
Pernapasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus
dengan darah dalam kapiler, sedangkan pernapasan dalam adalah pernapasan yang terjadi
antara darah dalam kapiler dengan sel-sel tubuh.
Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara
dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih
besar maka udara akan masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar
maka udara akan keluar.
Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara (inspirasi) dan
pengeluaran udara (ekspirasi) maka mekanisme pernapasan dibedakan atas dua macam, yaitu
pernapasan dada dan pernapasan perut. Pernapasan dada dan perut terjadi secara bersamaan.
Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antartulang rusuk.
7
Oksigen yang dibutuhkan berdifusi masuk ke darah dalam kapiler darah yang
menyelubungi alveolus. Selanjutnya, sebagian besar oksigen diikat oleh zat warna darah atau
pigmen darah (hemoglobin) untuk diangkut ke sel-sel jaringan tubuh.
Hemoglobin yang terdapat dalam butir darah merah atau eritrosit ini tersusun oleh
senyawa hemin atau hematin yang mengandung unsur besi dan globin yang berupa protein.
merah jernih).
Reaksi di atas dipengaruhi oleh kadar O2, kadar CO2, tekanan O2 (P O2), perbedaan
kadar O2 dalam jaringan, dan kadar O 2 di udara. Proses difusi oksigen ke dalam arteri
demikian juga difusi CO2 dari arteri dipengaruhi oleh tekanan O2 dalam udara inspirasi.
Tekanan seluruh udara lingkungan sekitar 1 atmosfir atau 760 mmHg, sedangkan
tekanan O2 di lingkungan sekitar 160 mmHg. Tekanan oksigen di lingkungan lebih tinggi dari
pada tekanan oksigen dalam alveolus paru-paru dan arteri yang hanya 104 mmHg. Oleh
karena itu oksigen dapat masuk ke paru-paru secara difusi.1,2,7
Dari paru-paru, O2 akan mengalir lewat vena pulmonalis yang tekanan O 2 nya 104
mm; menuju ke jantung. Dari jantung O 2 mengalir lewat arteri sistemik yang tekanan O 2 nya
104 mmHg menuju ke jaringan tubuh yang tekanan O 2 nya 0 - 40 mmHg. Di jaringan, O 2 ini
akan dipergunakan. Dari jaringan CO2 akan mengalir lewat vena sistemik ke jantung. Tekanan
CO2 di jaringan di atas 45 mmHg, lebih tinggi dibandingkan vena sistemik yang hanya 45
mmHg. Dari jantung, CO2 mengalir lewat arteri pulmonalis yang tekanan O2 nya sama yaitu
45 mmHg. Dari arteri pulmonalis CO2 masuk ke paru-paru lalu dilepaskan ke udara bebas.
Pengangkutan sekitar 200 mm3 C02 keluar tubuh umumnya berlangsung menurut reaksi
kimia berikut:
9
H2CO3
Tiap liter darah hanya dapat melarutkan 4300ml CO 2 sehingga mempengaruhi pH darah
menjadi 4,5 karena terbentuknya asam karbonat.
Pengangkutan CO2 oleh darah dapat dilaksanakan melalui 3 Cara yakni sebagai berikut.
1. Karbon dioksida larut dalam plasma, dan membentuk asam karbonat dengan enzim
anhidrase (7% dari seluruh CO2).
2. Karbon dioksida terikat pada hemoglobin dalam bentuk karbomino hemoglobin (23% dari
seluruh CO2).
3. Karbon dioksida terikat dalam gugus ion bikarbonat (HCO3) melalui proses berantai
pertukaran klorida (70% dari seluruh CO2). Reaksinya adalah sebagai berikut.
CO2 + H2O
H2CO3
H+ + HCO-3
Peristiwa difusi yang terjadi didalam paru adalah perpindahan molekul oksigen dari
rongga alveoli melintasi membrana kapiler alveolar kemudian melintasi plasma darah,
selanjutnya menembus dinding sel darah merah, dan akhirnya masuk ke dalam sel darah
merah sampai berikatan dengan hemoglobin. Peristiwa difusi yang lain di dalam paru
adalah perpindahan molekul karbondioksida dari darah ke udara alveolus. O2 dan CO2
menembus dinding alveolus dan kapiler pembuluh darah dengan cara difusi.
Proses difusi terbagi menjadi dua fase yaitu:
Difusi fase gas
Gerak molekul O2 lebih cepat dibandingkan dengan gerak molekul CO2 sehingga
kecepatan difusi O2 juga lebih cepat.
Difusi menembus membrana pembatas
Proses difusi yang melewati membrana pembatas alveoli dengan kapiler pembuluh
darah meliputi proses difusi fase gas dan proses difusi fase cairan. Kecepatan
difusi melewati fase cairan tergantung kepada kelarutan gas kedalam cairan.
Kelarutan CO2 lebih besar dibandingkan dengan kelarutan O2, sehingga kecepatan
difusi CO2 di dalam fase cairan 20 kali lebih cepat dari O2. Sehingga semakin tebal
membrana pembatasnya penghalang proses difusi pun akan semakin besar.6
Transpor O2 dan CO2 dalam darah
Sekitar 97% O2 diangkut kedalam jaringan dalam keadaan terikat secara kimiawi
dengan hemoglobin. Sedangkan 3% sisanya diangkut kejaringan dalam keadaan larut dalam
cairan plasma dan sel. Hemoglobin berikatan dengan O2 dalam jumlah besar jika PO2 tinggi
dan kemudian membebaskan O2 jika PO2 rendah. Ketikaa darah melewati paru dengan PO2
95mmHg maka hemoglobin akan menyerap banyak O2. Namun jika PO2 sebesar 40mmHg
maka hemoglobin akan membebaskan O2. Oksigen bebas ini kemudian berdifusi ke dalam sel
jaringan.
Sedangkan CO2 70% diangkut dalam bentuk ion bikarbonat, 23% berikatan dengan
hemoglobin, dan 7% larut dalam cairan darah.4,7
Pusat Pernapasan
Pusat pernapasan berada di sebelah bilateral medula oblongata dan pons. Daerah ini
dibagi menjadi 3 kelompok neuron utama :
(1) kelompok pernapasan dorsal, di bagian dorsal medula yang terutama menyebabkan
inspirasi,
11
memulai inspirasi lagi. Mekanisme ini dikenal dengan nama refleks Hering-Breuer, mungkin
memainkan peranan penting dalam kontrol pernapasan. Namun dalam penelitian lanjut,
refleks ini tidak aktif pada orang dewasa dengan volume tidal kurang dari 1L. refleks ini lebih
aktif pada bayi baru lahir. Pergerakan sendi dan otot juga merangsang peningkatan ventilasi.
Masukan yang dikendalikan secara volunter oleh serebrum dapat mengubah keluaran dari
pusat pernapasan sehingga memungkinkan penghentian siklus pernapasan normal pada waktu
menangis, tertawa dan berbicara. Pola dan irama pengaturan pernapasan tersebut dijalankan
melalui interaksi pusat-pusat pernapasan yang terletak dalam pons dan medulla oblongata.
Keluaran motorik akhir disalurkan melalui medula spinalis dan saraf frenikus yang
merangsang diafragma, yaitu otot utama ventilasi. Saraf utama lain yang juga ikut mengambil
bagian adalah saraf asesorius dan interkostalis yang mempersarafi otot pembantu pernapsan
dan otot interkostalis.4,7
Pertahanan Saluran Pernapasan
Permukaan paru-paru yang luas, yang hanya dipisahkan oleh membran tipis dari sistem
sirkulasi, secara teoritis mengakibatkan seseorang mudah terserang oleh masuknya benda
asing (debu) dan bakteri yang masuk bersama udara inspirasi. Tetapi, saluran respirasi bagian
bawah dalam keadaan normal adalah steril. Terdapat beberapa mekanisme pertahanan yang
mempertahankan sterilitas ini. Kita telah mengetahui refleks memelan atau reflekss muntah
yang mencegah masuknya makanan atau ciran ke dalam trakea, juga kerja eskalator
mukosiliaris yang menjebak debu dan bakteri kemudian memindahkannya ke kerongkongan.
Lebih lanjut, lapisan mukus mengandung faktor-faktor yang mungkin efektif sebagai sebagai
pertahanan yaitu imunoglobin (terutama lgA), PMN, interferon dan antibodi spesifik. Refleks
batuk merupakan suatu mekanisme yang lebih kuat untuk mendorong sekresi ke atas sehingga
dapat ditelan atau di keluarkan. Makrofag alveolar merupakan pertahan yang paling akhir dan
paling penting terhadap invasi bakteri ke dalam paru-paru. Makrofag alveolar merupakan sel
fagositik dengan sifat dapat bermigrasi dan aktivitas enzimatik yang unik. Sel ini bergerak
beebas pada permukaan alveolus dan meliputi serta menelan benda atau bakteri. Sesudah
meliputi partikel mikroba maka enzim litik yang terdapat dalam makrofag akan membunuh
dan mencernakan mikroorganisme tersebut tanpa menimbulkan reaksi peradangan yang nyata.
Partikel debu atau mikroorganisme ini kemudian diangkut oleh makrofag ke pembuluh limfe
atau ke bronkiolus di mana mereka akan dibuang oleh eskalator mukosiliaris. Makrofag
alveolar dapat membersihkan paru-paru dari bakteri yang masuk sewaktu inspirasi dengan
14
kecepatan yang menakjubkan. Merokok, tertelan etil alkohol dan pemakaian kortikosteroid
akan mengganggu mekanisme pertahan ini.6
Volume Udara Pernapasan
Dalam keadaan normal, volume udara paru-paru manusia mencapai 4500 cc. Udara ini
dikenal sebagai kapasitas total udara pernapasan manusia. Walaupun demikian, kapasitas vital
udara yang digunakan dalam proses bernapas mencapai 3500 cc, yang 1000 cc merupakan
sisa udara yang tidak dapat digunakan tetapi senantiasa mengisi bagian paru-paru sebagai
residu atau udara sisa. Kapasitas vital adalah jumlah udara maksimun yang dapat dikeluarkan
seseorang setelah mengisi paru-parunya secara maksimum.
Dalam keadaaan normal, kegiatan inspirasi dan ekpirasi atau menghirup dan
menghembuskan udara dalam bernapas hanya menggunakan sekitar 500 cc volume udara
pernapasan (kapasitas tidal = 500 cc). Kapasitas tidal adalah jumlah udara yang keluar
masuk pare-paru pada pernapasan normal. Dalam keadaan luar biasa, inspirasi maupun
ekspirasi dalam menggunakan sekitar 1500 cc udara pernapasan (expiratory reserve volume =
inspiratory reserve volume = 1500 cc).
Dengan demikian, udara yang digunakan dalam proses pernapasan memiliki volume
antara 500 cc hingga sekitar 3500 cc. Dari 500 cc udara inspirasi/ekspirasi biasa, hanya
sekitar 350 cc udara yang mencapai alveolus, sedangkan sisanya mengisi saluran pernapasan.
Volume udara pernapasan dapat diukur dengan suatu alat yang disebut spirometer. Besarnya
volume udara pernapasan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain ukuran
alat pernapasan, kemampuan dan kebiasaan bernapas, serta kondisi kesehatan.
Proses Kimiawi Respirasi Pada Tubuh Manusia :
1. Pembuangan CO2 dari paru-paru : H + HCO3 ---> H2CO3 ---> H2 + CO2
2. Pengikatan oksigen oleh hemoglobin : Hb + O2 ---> HbO2
3. Pemisahan oksigen dari hemoglobin ke cairan sel : HbO2 ---> Hb + O2
4. Pengangkutan karbondioksida di dalam tubuh : CO2 + H2O ---> H2 + CO2
Sulit Bernapas
Oksigen adalah sumber energi utama, maka mutlak diperlukan dalam jumlah
berlimpah agar setiap sel dapat melakukan metabolisme. Beberapa penyebab sulit bernafas di
antaranya;
15
Faktor keturunan, yang memiliki paru-paru dan organ pernafasan lemah. Ditambah
kelelahan bekerja dan gelisah, maka bagian-bagian tubuh akan memulai fungsi tidak
normal.
Faktor lingkungan. Udara dingin dan lembab dapat menyebabkan sesak nafas.
Demikian pula dengan serbuk sari bunga (pollen) dan partikel lain. Bekerja di
lingkungan berdebu atau asap dapat memicu sesak nafas berkepanjangan. Polusi pada
saluran hidung disebabkan pula oleh rokok yang dengan langsung dapat mengurangi
suplai oksigen.8
Produksi lendir yang berlebihan akan menyumbat saluran udara. Makanan yang
menyebabkan produksi lendir berlebih adalah produk dari susu, tepung, nasi putih, dan
permen.
Kurangnya asupan cairan sehingga lendir pada paru-paru dan saluran nafas mengental.
Kondisi ini juga menjadi situasi yang menyenangkan bagi mikroba untuk berkembang
biak.
Jalan keluar untuk mengatasi sesak nafas yang paling cepat adalah berada pada
lingkungan hijau dan lapang. Bagi penderita sesak nafas kronis sebaiknya menghindari
konsumsi bahan susu berlebihan, gula putih, permen, tepung dan nasi putih. Jika nafas sudah
mulai teratur, makanan itu dapat dikonsumsi dalam jumlah sedikit untuk melihat reaksi tubuh.
Dalam waktu yang sama konsumsi buah dan sayuran dalam jumlah banyak. Minum air hangat
6-8 gelas per hari. Jika sesak nafas diiringi flu atau demam, makanlah sup yang dibumbui
bawang merah, bawang putih, lada, kayu manis, jahe dan cengkih. Bumbu tersebut dapat
membantu membuka sumbatan pada saluran nafas.11
Mengelola emosi sangat penting untuk menyembuhkan masalah pernafasan. Banyak cara
yang bisa dilakukan seperti berpikiran positif, menghilangkan ketakutan yang tidak beralasan,
bahkan sering tersenyum akan sangat membantu. Namun demikian cara mengelola emosi
yang tepat hanya diketahui oleh pribadi masing-masing.
Ada beberapa penyebab sesak nafas (dyspneu) yang secara klinis dapat menunjukkan
tanda dan gejala penyakit-penyakit tertentu. Disini saya akan menjelaskan tentang tipe klinis
dari dyspneu.
16
1. Fisiologis
Jenis sesak nafas (dispnea) yang paling umum berhubungan dengan latihan fisik
dimana ventilasi meningkat dan dipertahankan melalui penguatan stimulus
respiratorik yang ditimbulkan oleh faktor metabolik dan faktor-faktor lainnya.
Dispnea juga sering terjadi selama hipoksia akut, seperti pada ketinggian tinggi, di
mana peningkatan stimulus respiratorik disebabkan oleh efek hipoksemia arteri
pada korpus karotis. Dispnea juga timbul akibat bernapas dalam konsentrasi CO2
yang tinggi diruang yang tertutup , atau rebreating dalam sistem tertutup tanpa
absorbsi CO2. Dispnea dalam situasi ini mirip dengan yang ditimbulkan oleh
latihan, dan terutama merupakan kesadaran akan peningkatan ventilasi.
2. Pulmonal
Dua penyebab Dispenea Pulmonal adalah defak restriktif dengan kelenturan paruparu atau dining toraks yang rendah dan defek obstruktif dengan peningkatan
resistensi terhadap aliran udara. Orang dengan dispnea restriktif (misalnya karena
fibrosis pulmonal atau deformitas toraks) biasanya terasa nyaman pada saat
istirahat tetapi menjadi sangat dispneik saat aktifitas menyebabkan ventilasi
pulmonal mencapai batas terbesar kapasitas pernapasannya. Pada Dispnea
obstruktif (misalnya pada emfisema obstuktif atau asma), peningkatan upaya
ventilasi menyebabkan dispnea kendatipun pada istirahat dan pernapasan tampak
sulit dan tertahan, terutama selama ekspirasi.
3. Kardiak
Pada tahap awal gagal jantung. Curah jantung gagal mengimbangi peningkatan
kebutuhan metabolik yang meningkat selama latihan. Dengan demikian dorongan
respirasi meningkat terutama disebabkan oleh asidosis jaringan dan serebral, dan
pasien mengalami hiperventilasi. Berbagai faktor refleks, termasuk reseptor regang
di paru-paru, mungkin juga berperan dalam hiperventilasi. Sesak napas seringkali
disertai oleh kelesuan atau perasaan tercekik. Pada stadium lanjut dari gagal
jantung, paru-paru mengalami kongesti dan edema, kapasitas ventilatorik paruparu menurun, dan upaya ventilasi meningkat. Faktor refleks, terutama reseptor
jukstakapilaris (J) diseptum alveolar-kapiler, berperan untuk meningkatkan
ventilasi pulmonal. Edema pulmonal nonkerdiogenik atau sindroma gawat
pernapasan dewasa (ARDS) akan menyebabkan gambaran klinis yang serupa
melalui mekanisme yang sama tetapi lebih akut. Asma kardiak merupakan keadaan
insufisiensi pernapasan akut dengan bronkospasme, wheezing dan hyperventilasi.
17
Keadaan ini mungkin tidak dapat dibedakan dari tipe asma lain, tetapi
penyebabnya adalah kegagalan ventrikel kiri. Respirasi periodik atau CheyneStokes ditandai oleh periode apnea dan hiperpnea yang berselang-seling secara
teratur, seringkali mencakup komponen gangguan neorologis di pusat respirasi
medularik dan komponen kerdiologis. Pada gagal jantung, perlambatan sirkulasi
merupakan penyebab yang dominan; asidosis dan hipoksia di pusat pernapasan
juga berperan. Ortopnea adalah gangguan respirasi yang terjadi saaat pasien
berbaring sehingga memaksanya untuk duduk. Keadaan ini dicetuskan oleh
peningkatan aliran balik vena ke ventrikel kiri yangmengalami kegagalan dan
tidak mampu menangani peningkatan preload ini. Kadang-kadang ortopnea terjadi
pada gangguan kardiovaskular lain (misalnya, efusi perikardial). Dispnea
paroksismal nokturnal (PND), pasien terjaga dengan megap dan harus duduk
berdiri untuk mengembalikan pernapasannya yang mungkin dramatis atau
menakutkan.9 Faktor sama yang menyebabkan ortopnea juga berperan untuk
bentuk gawat pernapasan ini. PND dapat terjadi pada stenosis mitral, insufiensi
aortik, hipertensi dan kondisi lain yang mempengaruhi ventrikel kiri.
4. Sirkulasi
Air Hunger (dispnea akut yang terjadi pada stadium terminal pendarahan)
merupakan tanda buruk yang memerlukan tranfusi segera. Dispnea juga terjadi
pada anemia kronis, yang timbul hanya saat latihan, kecuali anemia adalah
ekstrim.
5. Kimiawi
Asidosis diabetik (pH darah 7,2-6,95) menyebabkan pola respirasi yang lambat
dan dalam (pernapasan kussmaul). Tetapi, karena kapasitas pernapasan
dipertahankan dengan baik, pasien jarang mengeluh dispnea, sebaliknya pasien
uremik mungkin mengeluhkan dispnea karena mengalami pingsan akibat
kombinasi asidosis, gagal jantung, edema pulmonal dan anemia.
6. Sentral
Lesi serebral (misalnya, pendarahan) seringkali disertai dengan hiperventilasi kuat
yang kadang-kadang bising dan hebat. Kadang-kadang terjadi periode tak terduga
berupa apnea iregular berselang-selang dengan periode 4 atau 5 pernapasan
dengan kedalaman yang mirip (respirasi biot). Hiperventilasi juga sering
ditemukan setelah cedera kepala. Penurunan PaCO2 menyebabkan vasokonstriksi
refleks CNS dengan penurunan perfusi serebral yang menyebabkan penurunan
18
serak.
d. Bronkitis, radang pada cabang tenggorokan akibat infeksi. Penderita mengalami
demam dan banyak menghasilkan lendir yang menyumbat batang tenggorokan.
e. Sinusitis, radang pada sinus. Sinus letaknya di daerah pipi kanan dan kiri batang
hidung. Biasanya di dalam sinus terkumpul nanah yang harus dibuang melalui operasi.
5. Asfikasi
=> adalah gangguan pernapasan pada waktu pengangkutan dan penggunaan oksigen yang
disebabkan oleh: tenggelam (akibat alveolus terisi air), pneumonia (akibatnya alveolus
terisi cairan lendir dan cairan limfa), keracunan CO dan HCN, atau gangguan sitem
sitokrom (enzim pernapasan).
6. Asidosis
=> adalah kenaikan adalah kenaikan kadar asam karbonat dan asam bikarbonat dalam
darah, sehingga pernapasan terganggu.
7. Difteri
=> adalah penyumbatanpada rongga faring atau laring oloeh lendir yang dihasilkan kuman
difteri.
8. Emfisema
=> adalah penyakit pembengkakan karena pembuluh darahnya kemasukan udara.
9. Pneumonia
=> adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus atau bakteri pada alveolus yang
menyebabkan terjadinya radang paru-paru.
10. Wajah adenoid (kesan wajah bodoh)
=> disebabkan adanya penyempitan saluran napas karena pembengkakan kelenjar limfa
atau polip, pembengkakan di tekak atau amandel.
11. Kanker paru-paru
=> mempengaruhi pertukaran gas di paru-paru. Kanker paru-paru dapat menjalar ke seluruh
tubuh. Kanker paru-paru sangat berhubungan dengan aktivitas yang sering merokok.
Perokok pasif juga dapat menderita kanker paru-paru. Penyebab lainnya yang dapat
menimbulkan kanker paru-paru adalah penderita menghirup debu asbes, radiasi ionasi,
produk petroleum, dan kromium.8,11
20
PENUTUP
Proses pernapasan secara umum melalui dua proses utama yaitu inspirasi dan
ekspirasi. Dimana inspirasi memberi tubuh oksigen yang diperlukan untuk pembentukan ATP
dalam proses pernapasan sel, sedangkan ekspirasi membuang CO2 yang merupakan hasil
pernapasan sel. Bernapas juga mengatur kadar O2 dan CO2 di dalam tubuh, dan hal ini
mempunyai kontribusi untuk mempertahankan keseimbangan asam basa dari cairan tubuh.
Ada dua cara melakukan proses respirasi, yaitu pernapasan dada san pernapasan
perut. Dan ada dua macam proses pernapasan yaitu inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi adalah
proses masuknya udara ke paru-paru. Saat proses inspirasi, diafragma akan mengalami
kontraksi, posisi diafragma akan menjadi mendatar atau menurun. Volume dalam paru-paru
akan mengembang. Ekspirasi adalah proses keluarnya udara dari paru-paru. Saat proses
ekspirasi, diafragma akan mengalami relaksasi, posisi diafragma akan menjadi melengkung
atau kembali ke posisi semula. Volume dalam paru-paru akan menjadi normal kembali.
Sistem pernapasan terdiri atas sejumlah jalan keluar masuknya udara ke paru-paru,
yaitu organ pernapasan fungsional. Saluran pernapasan atas terdiri atas : hidung, faring, dan
laring. Saluran pernapasan bawah terdiri atas trakhea, bronkhial dan alveoli, dan paru-paru.
Sistem pernapasan membantu mempertahankan homeostasis dengan menjaga agar kadar
oksigen dan karbon dioksida dalam darah relatif konstan, meskipun terjadi perubahan kondisi
dalam tubuh..
Pernapasan dikontrol oleh faktor instrinsik dan ekstrinsik. Kontrol setempat dari
pertukaran gas yang adekuat mencakup efek dari kadar karbon dioksida terhadap bronkhiolus
dan kadar oksigen terhadap arteriole pulmonal. Pusat pernapasan otak terletak di medulla dan
pons. Area yang sensitif terhadap zat kimia dari medulla sangat sensitif terhadap kadar PCO2
plasma. Mekanisme pengaktifannya melalui ion-ion H+
Frekuensi pernapasan yang dibutuhkan oleh seseorang per menit dalam batas normal
adalah 15-18 kali. Tetapi frekuensi pernapasan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Faktor faktor tersebut antara lain usia, jenis kelamin, berat badan, suhu tubuh,
aktivitas tubuh, dan kondisi tubuh.
Semakin tinggi usia seseorang maka frekuensi pernapasannya semakin lambat. Pada
umumnya, laki-laki lebih energik dibanding dengan perempuan, maka frekuensi
pernapasannya lebih tinggi dibanding perempuan. Semakin tinggi aktivitas tubuh, maka
frekuensi pernapasan seseorang juga akan semakin tinggi dan sebaliknya. Jika suhu tubuh
21
semakin tinggi, maka metabolisme dan frekuensi pernapasan akan semakin cepat. Semakin
suhu tubuh semakin rendah, maka metabolisme dan frekuensi pernapasan akan semakin
normal. Semakin berat badan seseorang, maka frekuensi pernapasan akan semakin cepat dan
semakin tidak berat badan seseorang, maka akan semakin normal frekuensi pernapasan
seseorang. Begitu juga kondisi tubuh, orang yang sakit frekuensi pernapasannya lebih cepat
dibandingkan dengan orang yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA
22
1. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed. 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2001.h. 410.
2. Djojodibroto RD. Respirologi. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2009.h.22.
3. Burkitt HG, Young Barbara. Heath JH. Histologi fungsional. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 1995.h.220-1.
4. Saktiyono. Biologi Kelas 2-Sistem respirasi manusia. Jakarta: Erlangga, 2000.h.7380.
5. Basmajian JV, Slonecker CE. Grant metode anatomi jilid 1. Ed 11. Jakarta: Binarupa
Aksara, 2002.h.52.
6. Hall, JE. Buku saku fisiologi kedokteran Guyton & Hall. Ed.11. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC, 2009.h.299-321.
7. Sahid M, Nunhuck A. Physiology. USA: Elsevier Health Siences, 2008.p.120-30.
8. Yusuf A. Sulit bernapas?. Edisi 30 November 2009. Diunduh dari: www.
guruwordpress.com, 16 Mei 2011.
9. Chandra G. Proses sistem pernapasan/respirasi pada manusia. Edisi 21 Januari 2008.
Diunduh dari: www.oraganisasi-orang-belajar-online.com, 16 Mei 2011.
10. Sartono. Cara mengatasi penyebab sesak napas. Edisi 13 Januari 2011. Diunduh dari:
www.inilah.com, 16 Mei 2011.
11. Dikandia C. Gangguan sistem pernapasan. Edisi 3 Maret 2009. Diunduh dari:
www.elvosfor.wrodpress.com, 16 Mei 2011.
23