Anda di halaman 1dari 23

PENDAHULUAN

Pernapasan merupakan salah satu hal pokok yang dibutuhkan oleh mahkluk hidup,
baik tumbuhan, hewan, dan juga manusia. Dengan adanya proses pernapasan pasokan oksigen
(O2) kedalam tubuh untuk mennunjang reaksi-reaksi kimia yang menghasilkan energi pun
akan terpenuhi. Karena energi sangatlah penting bagi berbagai aktivitas sel yang ada didalam
tubuh.
Pernapasan atau respirasi melibatkan keseluruhan proses yang menyebabkan
pergerakan pasif O2 dari atmosfer ke jaringan untuk menunjang metabolisme sel, serta
pergerakan pasif CO2 selanjutnya yang merupakan produk sisa metabolisme dari jaringan ke
atmosfer.1 Secara singkat dan umum, pernapasan dapat diartikan sebagai proses pertukaran
gas antara mahkluk hidup dengan lingkungannya.
Pada umumnya pernapasan pada manusia mencakup dua proses, yaitu pernapasan
internal dan pernapasan eksternal. Pernapasan internal adalah pertukaran O2 dan CO2 antara
darah dalam kapiler dengan sel-sel jaringan tubuh. Sedangkan pernapasan eksternal
merupakan pertukaran O2 dan CO2 yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan darah
dalam kapiler.
Pertukaran gas memerlukan empat proses yang memiliki ketergantungan satu sama
lain, yaitu proses yang berkaitan dengan volume udara napas dan distribusi ventilasi, volume
darah di paru dan distribusi aliran darah, difusi O2 dan CO2, dan yang terakhir berkaitan
dengan regulasi pernapasan.2 Dalam makalah ini akan dibahas mengenai sistem pernapasan
berdasarkan mekanisme, struktur dan fungsinya, serta penyebab dari sesak napas.
Makalah ini dibuat dengan tujuan sebagai berikut:
1. Sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa kedokteran dan masyarakat umum untuk
mengetahui penyebab dan cara menaggulangi gangguan pernapasan.
2. Untuk lebih mengetahui lebih dalam mengenai penyebab dari sulit bernapas.

PEMBAHASAN
Anatomi Sistem Pernapasan
Sistem pernapasan secara anatomis dibagi menjadi dua bagian yaitu saluran
pernapasan atas dan saluran pernapasan bawah yang keduanya dipisahkan oleh farings.3

Saluran pernapasan atas


Saluran pernapasan atas tediri atas sistem ruang yang saling berhubungan, yaitu
rongga hidung, sinus paranasal dan nasofaring. Di saluran pernapasan atas ini juga
terlibat dalam penyaringan, pelembaban dan penyesuain suhu udara dari proses
inspirasi. Saluran pernapasan atas dilapisi oleh sel epitel bertingkat silindris
dengan banyak sel goblet yang diperkuat dengan lapisan kolagen luar disebut
lamina propia yang mengandung banyak kelenjar. Sel epitel dan lamina propia
bersama-sama dikenal sebagai membran mukosa pernapasan.

Saluran pernapasan bawah


Saluran pernapasan bawah dimulai dari laring kemudian berlanjut ke dalam torak
sebagai trakea sebelum terbagi menjadi saluran napas yang berdiameter lebih kecil
untuk mencapai alveoli. Pita suara dan laring melindungi saluran pernapasan
bawah terhadap masuknya benda-benda asing. Pita suara dilapisi oleh epitel
berlapis gepeng.
Berdasarkan strukturnya saluran pernapasan bawah memiliki ciri-ciri berikut:
a. Epitel pernapasan secara progresif beralih dari bentuk berlapis silindris
bersilia yang terdapat pada faring dan trakea menjadi selapis kubus tidak
bersilia pada jalan udara yang lebih kecil. Pada trakea terdapat banyak sel
goblet namun semakin kearah distal jumlahnya semakin berkurang, dan
tidak terdapat di bronkiolus terminalis.
b. Lamina propia terdiri atas jaringan fibro-elastik yang mengandung agregasi
limfoid. Jaringan ini juga merupakan jaringan limfoid yang berhubungan
dengan mukosa. Salah satu fungsi dari jaringan imunologi ini adalah
pembentukan antibodi kelompok IgA yang disekresikan keatas permukaan
mukosa sebagai pelindung masuknya mikroorganisme.
c. Lapisan submukosa dibawah lapisan otot polos mengandung kelenjar
serosa dan mukosa yang jumlahnya secara progresif berkurang pada
saluran udara yang lebih sempit dan tidak terdapat lagi setelah bronki
tersier.
2

d. Kartilago memberikan dukungan skeleton bagi larings, trakea, bronkidan


mencegah kolaps jalan napas selama proses pernapasan berlangsung.
Kartilago berada pada bagian luar submukosa, semakin berkurang dengan
mengecilnya diameter jalan napas dan tidak terdapat lagi diluar bronki
tersier.
e. Lapisan terluar dari kartilago atau otot polos dialapisi oleh jaringan fibroelastis yang disebut adventisia yang bergabung dengan parenkim paru yang
mengelilingnya.3

Gambar1. SistemPernapasanManusia(Sumber:www.google.com)
Berdasarkan strukturnya sistem pernapasan dapat dibedakan menjadi struktur
utama(principal structure) dan struktur pelengkap(accessory structure). Yang termasuk
struktur utama sistem pernapasan adalah jalan napas, saluran napas, serta paru. Jalan napas
sendiri terdiri dari nares yaitu hidung bagian luar, hidung bagian dalam, sinus paranasal,
faring, dan laring. Sedangkan yang termasuk saluran napas adalah trakea dan bronkiolus.
Kemudian yang termasuk struktur pelengkap sistem pernapasan adalah struktur penunjang
yang diperlukan untuk bekerjanya sistem pernapasan itu sendiri. Struktur pelengkap tersebut
adalah dinding dada atau toraks, diafragma dan pleura.2
Rongga Hidung (Cavum Nasalis)
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung
kanan dan kiri dipisahkan oleh lapisan tipis ditengahnya yaitu septum nasi. Lubang
hidung atau nares berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak
3

(kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir


berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain
itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel
kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang mempunyai banyak
kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk.4 Pada bagian
paling atas masing-masing rongga hidung, dinding-dinding medial dan lateral
saling bertemu membentuk atap yang sempit yaitu daerah olfaktori. Pada tempat
ini saraf olfaktori menembus atap rongga hidung yang tipis dan berlubang-lubang
dan berakhir bebas diantara sel-sel epitel.5
Faring (Tenggorokan)
Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings)
pada bagian depan dan saluran pencernaan (orofarings) pada bagian belakang.
Disebelah superior faring melekat pada dasar tengkorak, arah inferiornya
dilanjutkan sebagai esofagus. Sedangkan arah anterior faring berhubungan dengan
rongga hidung, mulut, dan laring. Faring juga dibagi menjadi 3 bagian yaitu nasal,
oral, dan laringeal.
Bagian nasal atau nasofaring merupakan perluasan rongga hidung ke posterior.
Nasofaring tidak tertutup rongga hidung, tapi dapat tertutup dari bagian oralfaring
oleh palatum molle dan uvula selama proses menelan. 1,5 Makan sambil berbicara
dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran pernapasan karena saluran
pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf kita akan
mengatur agar peristiwa menelan, bernapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan
sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan.
Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya
pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita
suara bergetar dan terdengar sebagai suara.
Laring
Laring membuka mulai bagian inferior faring dan dilanjutkan ke arah inferior oleh
trakea. Bagian dalam laring dilapisi oleh selaput lendir, sedangkan bagian
dalamnya dilapisi oleh otot-otot skelet.
Ada empat tulang rawan utama pada laring, yaitu:
a. Tulang rawan tiroid yang menyerupai perisai bersudut dan mempunyai dua
4

lamina yang bertemu pada bidang tengah di anterior, sedangkan ujung


superior pertemuan menonjol ini sebagai cuat laring.
b. Tulang rawan kirkoid merupakan cincin lengkap yang meluas kearah
posterior menjadi lamina sehingga menyerupai cincin stempel yang
berfungsi menjaga bagian inferior laring selalu terbuka.
c. Tulang rawan aritenoid, berjumlah sepasang, berukuran kecil dan
berbentuk limas. Dasarnya bersendi dengan tepi atas lamina tulang rawan
kirkoid. Berbagai gerakan tulang rawan aritenoid ini mengatur ketegangan
dan jarak antar pita-pita suara tersebut.2,4,5
d. Tulang rawan epligotis.
Tenggorokan (Trakea)
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya 10 cm, terletak sebagian di leher dan
sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi
oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini
berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan.2
Cabang-cabang Tenggorokan (Bronkus)
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan
bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang
rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar
cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus bercabangcabang lagi menjadi berdiameter lebih kecil disebut bronkiolus. Bronkiolus
terminal bercabang lagi 2 sampai 11 yang menjadi duktus alveolar yang berakhir
pada duktulus alveolar.5
Paru-paru (Pulmo)
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi
oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot
kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dexter) yang terdiri
atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru
dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang
langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan
selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk
5

disebut pleura luar (pleura parietalis).4,5

Gambar2. Struktur Paru (Sumber: www.edupicture.co.id)


Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan pleura yang
berfungsi sebagai pelumas paru-paru. Cairan pleura berasal dari plasma darah yang
masuk secara eksudasi. Dinding rongga pleura bersifat permeabel terhadap air dan
zat-zat lain.
Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh
darah. Paru-paru berstruktur seperti spon yang elastis dengan daerah permukaan
dalam yang sangat lebar untuk pertukaran gas.Di dalam paru-paru, bronkiolus
bercabang-cabang halus dengan diameter 1 mm, dindingnya makin menipis jika
dibanding dengan bronkus.
Alveolus
Alveolus terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa kantong kecil yang salah
satu sisinya terbuka sehingga menyerupai busa atau mirip sarang tawon. Oleh
karena alveolus berselaput tipis dan di situ banyak bermuara kapiler darah
maka memungkinkan terjadinya difusi gas pernapasan.
Alveolus dibentuk dan dibatasi oelh dinding alveolus yang dibentuk oleh dua
macam sel, yaitu sel alveolar tipe I atau pneumosit tipe I dan sel alveolar tipe II
atau pneumosit tipe II yang juga disebut sebagai granular pneumocyte. Kedua
macam sel ini saling berhubungan secara erat. Pertukaran gas menembus
dinding pneumosit I, sedangkan tugas pneumosit II adalah menghasilkan
surfaktan.3
6

Vaskularisasi
Paru mendapat darah dari dua arteri, yaitu arteri pulmonalis dan arteri bronkialis.
Arteri pulmonalis bercabang dua mengikuti bronkus utama kanan dan kiri yang
kemudian bercabang membentuk ramifikasi yang memasok darah ke intersitial
paru.

Tekanan

darah

pada

arteri

pulmonalis

sangat

rendah

sehingga

memungkinkan pertukaran gas dengan baik sekali. Tekanan darah pada pembuluh
yang berasal dari arteri bronkialis lebih tinggi dibandingkan pembuluh darah arteri
pulmonalis. Darah yang dipasok oleh arteri bronkialis sampai ke saluran
pernapasan, septa interlobular, dan pleura.
Sistem Limfe
Paru sangat rapat dengan jaringan limfe. Lokasi jaringan limfe itu pada jaringan
ikat seperti pleura, septa interlobular, serta pembungkus peribron-kovaskular. Ada
6 nodus limfa yang berperan dalam drainase cairan paru, yaitu nodus limfa
intrapulmonales, modus limfa bronkupulmonales, nodus limfa trakeobronkiales,
nodus limfa paratrakeales, nodus limfa skaleni, dan nodus limfa di arkus aorta.2-4
Mekanisme Pernapasan
Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam keadaan
tertidur sekalipun karena sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom. Menurut
tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu
pernapasan luar dan pernapasan dalam.
Pernapasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus
dengan darah dalam kapiler, sedangkan pernapasan dalam adalah pernapasan yang terjadi
antara darah dalam kapiler dengan sel-sel tubuh.
Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara
dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih
besar maka udara akan masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar
maka udara akan keluar.
Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara (inspirasi) dan
pengeluaran udara (ekspirasi) maka mekanisme pernapasan dibedakan atas dua macam, yaitu
pernapasan dada dan pernapasan perut. Pernapasan dada dan perut terjadi secara bersamaan.
Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antartulang rusuk.
7

Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut.


1. Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga rongga
dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada
tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
2. Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara tulang
rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada
menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar
daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida
keluar.
Pernapasan perut adalah pernapasan yang melibatkan otot diafragma.
Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut.
1. Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot diafragma sehingga rongga dada
membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan
di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
2. Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot diaframa ke
posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi
kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada
tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.6
Pertukaran O2 dan CO2 dalam Pernapasan
Jumlah oksigen yang diambil melalui udara pernapasan tergantung pada kebutuhan
dan hal tersebut biasanya dipengaruhi oleh jenis pekerjaan, ukuran tubuh, serta jumlah
maupun jenis bahan makanan yang dimakan.
Pekerja-pekerja berat termasuk atlit lebih banyak membutuhkan oksigen dibanding
pekerja ringan. Demikian juga seseorang yang memiliki ukuran tubuh lebih besar dengan
sendirinya membutuhkan oksigen lebih banyak. Selanjutnya, seseorang yang memiliki
kebiasaan memakan lebih banyak daging akan membutuhkan lebih banyak oksigen daripada
seorang vegetarian.
Dalam keadaan biasa, manusia membutuhkan sekitar 300 cc (3 liter) oksigen sehari
(24 jam) atau sekitar 0,5 cc (500ml) tiap menit. Kebutuhan tersebut berbanding lurus dengan
volume udara inspirasi dan ekspirasi biasa kecuali dalam keadaan tertentu saat konsentrasi
oksigen udara inspirasi berkurang atau karena sebab lain, misalnya konsentrasi hemoglobin
darah berkurang.
8

Oksigen yang dibutuhkan berdifusi masuk ke darah dalam kapiler darah yang
menyelubungi alveolus. Selanjutnya, sebagian besar oksigen diikat oleh zat warna darah atau
pigmen darah (hemoglobin) untuk diangkut ke sel-sel jaringan tubuh.
Hemoglobin yang terdapat dalam butir darah merah atau eritrosit ini tersusun oleh
senyawa hemin atau hematin yang mengandung unsur besi dan globin yang berupa protein.

Gambar3 .Pertukaran O2 dan CO2 Alveolus


dan

Pembuluh darah (Sumber: www.wikipedia.com)

Secara sederhana, pengikatan oksigen oleh hemoglobin dapat diperlihat-kan menurut


persamaan reaksi bolak-balik berikut ini : Hb4 + O2

4HbO2 (oksihemoglobin berwarna

merah jernih).
Reaksi di atas dipengaruhi oleh kadar O2, kadar CO2, tekanan O2 (P O2), perbedaan
kadar O2 dalam jaringan, dan kadar O 2 di udara. Proses difusi oksigen ke dalam arteri
demikian juga difusi CO2 dari arteri dipengaruhi oleh tekanan O2 dalam udara inspirasi.
Tekanan seluruh udara lingkungan sekitar 1 atmosfir atau 760 mmHg, sedangkan
tekanan O2 di lingkungan sekitar 160 mmHg. Tekanan oksigen di lingkungan lebih tinggi dari
pada tekanan oksigen dalam alveolus paru-paru dan arteri yang hanya 104 mmHg. Oleh
karena itu oksigen dapat masuk ke paru-paru secara difusi.1,2,7
Dari paru-paru, O2 akan mengalir lewat vena pulmonalis yang tekanan O 2 nya 104
mm; menuju ke jantung. Dari jantung O 2 mengalir lewat arteri sistemik yang tekanan O 2 nya
104 mmHg menuju ke jaringan tubuh yang tekanan O 2 nya 0 - 40 mmHg. Di jaringan, O 2 ini
akan dipergunakan. Dari jaringan CO2 akan mengalir lewat vena sistemik ke jantung. Tekanan
CO2 di jaringan di atas 45 mmHg, lebih tinggi dibandingkan vena sistemik yang hanya 45
mmHg. Dari jantung, CO2 mengalir lewat arteri pulmonalis yang tekanan O2 nya sama yaitu
45 mmHg. Dari arteri pulmonalis CO2 masuk ke paru-paru lalu dilepaskan ke udara bebas.
Pengangkutan sekitar 200 mm3 C02 keluar tubuh umumnya berlangsung menurut reaksi
kimia berikut:
9

C02 + H20 (karbonat anhidrase)

H2CO3

Tiap liter darah hanya dapat melarutkan 4300ml CO 2 sehingga mempengaruhi pH darah
menjadi 4,5 karena terbentuknya asam karbonat.
Pengangkutan CO2 oleh darah dapat dilaksanakan melalui 3 Cara yakni sebagai berikut.
1. Karbon dioksida larut dalam plasma, dan membentuk asam karbonat dengan enzim
anhidrase (7% dari seluruh CO2).
2. Karbon dioksida terikat pada hemoglobin dalam bentuk karbomino hemoglobin (23% dari
seluruh CO2).
3. Karbon dioksida terikat dalam gugus ion bikarbonat (HCO3) melalui proses berantai
pertukaran klorida (70% dari seluruh CO2). Reaksinya adalah sebagai berikut.
CO2 + H2O

H2CO3

H+ + HCO-3

Gangguan terhadap pengangkutan CO2 dapat mengakibatkan munculnya gejala


asidosis karena turunnya kadar basa dalam darah. Hal tersebut dapat disebabkan karena
keadaan Pneumoni. Sebaliknya apabila terjadi akumulasi garam basa dalam darah maka
muncul gejala alkalosis.1,6,7
Ventilasi Paru
Ventilasi berhubungan dengan volume udara yang bergerak masuk dan keluar dari
hidung atau mulut pada proses bernapas. Ada 3 macam ventilasi paru:
Ventilasi per menit adalah volume udara yang keluar dari paru dalam satu menit
diukur dalam liter.
Ventilasi alveolar adalah volume udara inspirasi yang dapat mencapai alveoli dan
dapat mengalami pertukaran gas dengan darah.
Ventilasi percuma adalah volume udara inspirasi yang tidak mengalami pertukaran
gas dengan darah.2
Pergerakan udara yaitu dari atmosfer masuk kedalam paru kemudian keluar lagi, dan terus
menerus berlangsung tanpa henti selama kita hidup dan hal tersebut memerlukan suatu
mekanisme yang menyerupai pompa. Mekanisme pompa dilakukan oleh otot pernapasan
termasuk diafragma dan toraks yang menyebabkan perubahan volume rongga dada. Otot
pernapasan dalam berkontraksi memerlukan suatu dorongan yang diatur melalui
pengaturan ventilasi. Pengaturan ventilasi dilakukan melalui 3 komponen sistem
pngontrolan pernapasan, yaitu pusat Kontrol pernapasan (respiratory control centers),
efektor pernapasan (respiratory effectors), sensor pernapasan (respiratory sensors).
Difusi Gas O2 dan CO2.2,4
10

Peristiwa difusi yang terjadi didalam paru adalah perpindahan molekul oksigen dari
rongga alveoli melintasi membrana kapiler alveolar kemudian melintasi plasma darah,
selanjutnya menembus dinding sel darah merah, dan akhirnya masuk ke dalam sel darah
merah sampai berikatan dengan hemoglobin. Peristiwa difusi yang lain di dalam paru
adalah perpindahan molekul karbondioksida dari darah ke udara alveolus. O2 dan CO2
menembus dinding alveolus dan kapiler pembuluh darah dengan cara difusi.
Proses difusi terbagi menjadi dua fase yaitu:
Difusi fase gas
Gerak molekul O2 lebih cepat dibandingkan dengan gerak molekul CO2 sehingga
kecepatan difusi O2 juga lebih cepat.
Difusi menembus membrana pembatas
Proses difusi yang melewati membrana pembatas alveoli dengan kapiler pembuluh
darah meliputi proses difusi fase gas dan proses difusi fase cairan. Kecepatan
difusi melewati fase cairan tergantung kepada kelarutan gas kedalam cairan.
Kelarutan CO2 lebih besar dibandingkan dengan kelarutan O2, sehingga kecepatan
difusi CO2 di dalam fase cairan 20 kali lebih cepat dari O2. Sehingga semakin tebal
membrana pembatasnya penghalang proses difusi pun akan semakin besar.6
Transpor O2 dan CO2 dalam darah
Sekitar 97% O2 diangkut kedalam jaringan dalam keadaan terikat secara kimiawi
dengan hemoglobin. Sedangkan 3% sisanya diangkut kejaringan dalam keadaan larut dalam
cairan plasma dan sel. Hemoglobin berikatan dengan O2 dalam jumlah besar jika PO2 tinggi
dan kemudian membebaskan O2 jika PO2 rendah. Ketikaa darah melewati paru dengan PO2
95mmHg maka hemoglobin akan menyerap banyak O2. Namun jika PO2 sebesar 40mmHg
maka hemoglobin akan membebaskan O2. Oksigen bebas ini kemudian berdifusi ke dalam sel
jaringan.
Sedangkan CO2 70% diangkut dalam bentuk ion bikarbonat, 23% berikatan dengan
hemoglobin, dan 7% larut dalam cairan darah.4,7

Pusat Pernapasan
Pusat pernapasan berada di sebelah bilateral medula oblongata dan pons. Daerah ini
dibagi menjadi 3 kelompok neuron utama :
(1) kelompok pernapasan dorsal, di bagian dorsal medula yang terutama menyebabkan
inspirasi,
11

(2) kelompok pernapasan ventral, terletak di ventromedial medula,


(3) pusat pneumotaksik, di seblah dorsal bagian superior pons, yang membantu mengatur
kecepatan dan pola bernapas.1
Kelompok Pernapasan Dorsal
x Terletak di sepanjang dorsal medulla juga di nucleus solitarius
x Akhir dari n. vagus dan glossopharingeus yang membawa sinyal dari kemoreseptor
dan baroreseptor perifer dan dari paru
x Mengeluarkan potensial aksi otomatis secara berulang mengatur irama pernapasan
x Rangsangannya selalu menimbulkan inspirasi
x Sinyal ke otot inspirasi naik secara perlahan (ramp signal) dan berhenti secara tiba-tiba
pengisian volume paru menjadi lebih baik
x Inspirasi tenang hamper seluruhnya dikontrol oleh pusat ini
Pusat Pernapasa Ventral
x Terletak di anterior kelompok pernapasan dorsal, sepanjang medulla, terdapat juga di
nucleus ambigus rostralis dan nucleus retroambigus kaudalis
x Tidak aktif selama respirasi normal dan tenang
x Jika O2 rendah atau CO2 tinggi, kelompok pernapasan dorsal terangsang kuat dan
akan diteruskan ke kolompok pernapasan ventral dank e otot inspirasi-ekspirasi
sehingga respirasi menjadi kuat
x Tidak mengatur irama
Pusat Pneumotaksik
x Terletak di dorsal nucleus paravertebralis di atas pons
x Mengalirkan impuls secara terus menerus ke area inspirasi untuk mematikan titik ramp
inspirasi membatasi waktu inspirasi
x Jika sinyal dari pusat pneumotaksik kuat, waktu inspirasi cepat periode inspirasi
cepat frekuensi pernapasan permenit meningkat
x Sebaliknya jika melemah
Pusat Apnea
x Membantu mekanisme inspirasi
x Dalam keadaan normal fungsinya tak terlihat (tertutup fungsi pusat pneumotaksik)
12

Hukum dasar aliran udara inspirasi dan ekspirasi :


Hukum Boyle :
~ Peningkatan volume akan menurunkan tekanan gas dan sebaliknya, penurunan
volume akan meningkatkan tekanan gas
~ Gas akan mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan rendah
Kontrol Terhadap Pernapasan
Terdapat beberapa mekanisme yang berperan memasukkan udara ke dalam paru
sehingga pertukaran gas dapat terjadi. Fungsi mekanis pergerakan udara masuk dan keluar
dari paru disebut ventilasi dan mekanisme ini dilaksanakan oleh sejumlah komponen yang
saling berinteraksi. Yang mempunyai peranan penting yang disebut pompa resiprokatif yang
disebut pipa penghembus napas. Pipa ini mempunyai dua komponen volume-elastis; paru itu
sendiri dan struktur dinding yang mengelilinginya. Dinding terdiri dari rangka dan jaringan
dinding thoraks, serta diafragma, isi abdomen dan dinding abdomen. Otot-otot pernapasan
yang merupakan bagian dinding thoraks merupakan sumber kekuatan untuk menghembus
pipa. Diafragma (dibantu oleh otot yang dapat mengangkat tulang rusuk dan sternum, tulang
dada) merupakan otot utama yang ikut berperan dalam peningkatan volume paru dan dinding
thoraks selama respirasi; ekspirasi merupakan suatu proses yang pasif pada pernapasan
tenang.7,9
Otot pernapasan diatur oleh pusat pernapasan yang terdiri dari neuron dan reseptor pada
pons dan medulla oblongata. Pusat pernapasan merupakan bagian dari sistem saraf yang
mengatur semua aspek pernapasan. Faktor utama pada pengaturan pernapasan adalah respon
dari pusat kemoreseptor dalam pusat pernapasan terhadap tekanan parsial karbondioksida
(PaCO2) dan pH darah arteri. Peningkatan PaCO2 atau penurunan pH merangsang pernapasan.
Penurunan tekanan parsial oksigen dalam darah arteri (PaO2) dapat juga merangsang ventilasi.
Kemoreseptor perifer yang terdapat dalam badan karotis pada percabangan arteri karotis
komunis dan dalam badan aorta pada lengkung aorta peka terhadap penurunan PaO2. akan
tetapi PaO2 harus turun dari tingkat normal sebesar 90-100 mmHg hingga mencapai sekitar 60
mmHg sebelum ventilasi mendapat rangsangan yang cukup berarti.1,2
Mekanisme kontrol lain mengendalikan jumlah udara yang masuk dalam paru. Pada
waktu paru mengembang, maka reseptor ini mengirim sinyal pada pusat pernapasan agar
menghentikan pengembangan lebih lanjut. Sinyal dari reseptor regang akan berhenti pada
akhir ekspirasi ketika paru dalam keadaan mengempis dan pusat pernapasan bebas untuk
13

memulai inspirasi lagi. Mekanisme ini dikenal dengan nama refleks Hering-Breuer, mungkin
memainkan peranan penting dalam kontrol pernapasan. Namun dalam penelitian lanjut,
refleks ini tidak aktif pada orang dewasa dengan volume tidal kurang dari 1L. refleks ini lebih
aktif pada bayi baru lahir. Pergerakan sendi dan otot juga merangsang peningkatan ventilasi.
Masukan yang dikendalikan secara volunter oleh serebrum dapat mengubah keluaran dari
pusat pernapasan sehingga memungkinkan penghentian siklus pernapasan normal pada waktu
menangis, tertawa dan berbicara. Pola dan irama pengaturan pernapasan tersebut dijalankan
melalui interaksi pusat-pusat pernapasan yang terletak dalam pons dan medulla oblongata.
Keluaran motorik akhir disalurkan melalui medula spinalis dan saraf frenikus yang
merangsang diafragma, yaitu otot utama ventilasi. Saraf utama lain yang juga ikut mengambil
bagian adalah saraf asesorius dan interkostalis yang mempersarafi otot pembantu pernapsan
dan otot interkostalis.4,7
Pertahanan Saluran Pernapasan
Permukaan paru-paru yang luas, yang hanya dipisahkan oleh membran tipis dari sistem
sirkulasi, secara teoritis mengakibatkan seseorang mudah terserang oleh masuknya benda
asing (debu) dan bakteri yang masuk bersama udara inspirasi. Tetapi, saluran respirasi bagian
bawah dalam keadaan normal adalah steril. Terdapat beberapa mekanisme pertahanan yang
mempertahankan sterilitas ini. Kita telah mengetahui refleks memelan atau reflekss muntah
yang mencegah masuknya makanan atau ciran ke dalam trakea, juga kerja eskalator
mukosiliaris yang menjebak debu dan bakteri kemudian memindahkannya ke kerongkongan.
Lebih lanjut, lapisan mukus mengandung faktor-faktor yang mungkin efektif sebagai sebagai
pertahanan yaitu imunoglobin (terutama lgA), PMN, interferon dan antibodi spesifik. Refleks
batuk merupakan suatu mekanisme yang lebih kuat untuk mendorong sekresi ke atas sehingga
dapat ditelan atau di keluarkan. Makrofag alveolar merupakan pertahan yang paling akhir dan
paling penting terhadap invasi bakteri ke dalam paru-paru. Makrofag alveolar merupakan sel
fagositik dengan sifat dapat bermigrasi dan aktivitas enzimatik yang unik. Sel ini bergerak
beebas pada permukaan alveolus dan meliputi serta menelan benda atau bakteri. Sesudah
meliputi partikel mikroba maka enzim litik yang terdapat dalam makrofag akan membunuh
dan mencernakan mikroorganisme tersebut tanpa menimbulkan reaksi peradangan yang nyata.
Partikel debu atau mikroorganisme ini kemudian diangkut oleh makrofag ke pembuluh limfe
atau ke bronkiolus di mana mereka akan dibuang oleh eskalator mukosiliaris. Makrofag
alveolar dapat membersihkan paru-paru dari bakteri yang masuk sewaktu inspirasi dengan

14

kecepatan yang menakjubkan. Merokok, tertelan etil alkohol dan pemakaian kortikosteroid
akan mengganggu mekanisme pertahan ini.6
Volume Udara Pernapasan
Dalam keadaan normal, volume udara paru-paru manusia mencapai 4500 cc. Udara ini
dikenal sebagai kapasitas total udara pernapasan manusia. Walaupun demikian, kapasitas vital
udara yang digunakan dalam proses bernapas mencapai 3500 cc, yang 1000 cc merupakan
sisa udara yang tidak dapat digunakan tetapi senantiasa mengisi bagian paru-paru sebagai
residu atau udara sisa. Kapasitas vital adalah jumlah udara maksimun yang dapat dikeluarkan
seseorang setelah mengisi paru-parunya secara maksimum.
Dalam keadaaan normal, kegiatan inspirasi dan ekpirasi atau menghirup dan
menghembuskan udara dalam bernapas hanya menggunakan sekitar 500 cc volume udara
pernapasan (kapasitas tidal = 500 cc). Kapasitas tidal adalah jumlah udara yang keluar
masuk pare-paru pada pernapasan normal. Dalam keadaan luar biasa, inspirasi maupun
ekspirasi dalam menggunakan sekitar 1500 cc udara pernapasan (expiratory reserve volume =
inspiratory reserve volume = 1500 cc).
Dengan demikian, udara yang digunakan dalam proses pernapasan memiliki volume
antara 500 cc hingga sekitar 3500 cc. Dari 500 cc udara inspirasi/ekspirasi biasa, hanya
sekitar 350 cc udara yang mencapai alveolus, sedangkan sisanya mengisi saluran pernapasan.
Volume udara pernapasan dapat diukur dengan suatu alat yang disebut spirometer. Besarnya
volume udara pernapasan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain ukuran
alat pernapasan, kemampuan dan kebiasaan bernapas, serta kondisi kesehatan.
Proses Kimiawi Respirasi Pada Tubuh Manusia :
1. Pembuangan CO2 dari paru-paru : H + HCO3 ---> H2CO3 ---> H2 + CO2
2. Pengikatan oksigen oleh hemoglobin : Hb + O2 ---> HbO2
3. Pemisahan oksigen dari hemoglobin ke cairan sel : HbO2 ---> Hb + O2
4. Pengangkutan karbondioksida di dalam tubuh : CO2 + H2O ---> H2 + CO2

Sulit Bernapas
Oksigen adalah sumber energi utama, maka mutlak diperlukan dalam jumlah
berlimpah agar setiap sel dapat melakukan metabolisme. Beberapa penyebab sulit bernafas di
antaranya;
15

Faktor keturunan, yang memiliki paru-paru dan organ pernafasan lemah. Ditambah
kelelahan bekerja dan gelisah, maka bagian-bagian tubuh akan memulai fungsi tidak
normal.

Faktor lingkungan. Udara dingin dan lembab dapat menyebabkan sesak nafas.
Demikian pula dengan serbuk sari bunga (pollen) dan partikel lain. Bekerja di
lingkungan berdebu atau asap dapat memicu sesak nafas berkepanjangan. Polusi pada
saluran hidung disebabkan pula oleh rokok yang dengan langsung dapat mengurangi
suplai oksigen.8

Produksi lendir yang berlebihan akan menyumbat saluran udara. Makanan yang
menyebabkan produksi lendir berlebih adalah produk dari susu, tepung, nasi putih, dan
permen.

Kurangnya asupan cairan sehingga lendir pada paru-paru dan saluran nafas mengental.
Kondisi ini juga menjadi situasi yang menyenangkan bagi mikroba untuk berkembang
biak.

Ketidakstabilan emosi. Orang-orang yang gelisah, depresi, ketakutan, rendah diri


cenderung untuk sering menahan nafas. Atau justru menarik nafas terlalu sering dan
dangkal sehingga terengah-engah. Dalam waktu yang lama, kebiasaan ini berpengaruh
terhadap produksi kelenjar adrenal dan hormon, yang berkaitan langsung dengan
sistem pertahanan tubuh.9,10

Jalan keluar untuk mengatasi sesak nafas yang paling cepat adalah berada pada
lingkungan hijau dan lapang. Bagi penderita sesak nafas kronis sebaiknya menghindari
konsumsi bahan susu berlebihan, gula putih, permen, tepung dan nasi putih. Jika nafas sudah
mulai teratur, makanan itu dapat dikonsumsi dalam jumlah sedikit untuk melihat reaksi tubuh.
Dalam waktu yang sama konsumsi buah dan sayuran dalam jumlah banyak. Minum air hangat
6-8 gelas per hari. Jika sesak nafas diiringi flu atau demam, makanlah sup yang dibumbui
bawang merah, bawang putih, lada, kayu manis, jahe dan cengkih. Bumbu tersebut dapat
membantu membuka sumbatan pada saluran nafas.11
Mengelola emosi sangat penting untuk menyembuhkan masalah pernafasan. Banyak cara
yang bisa dilakukan seperti berpikiran positif, menghilangkan ketakutan yang tidak beralasan,
bahkan sering tersenyum akan sangat membantu. Namun demikian cara mengelola emosi
yang tepat hanya diketahui oleh pribadi masing-masing.
Ada beberapa penyebab sesak nafas (dyspneu) yang secara klinis dapat menunjukkan
tanda dan gejala penyakit-penyakit tertentu. Disini saya akan menjelaskan tentang tipe klinis
dari dyspneu.
16

1. Fisiologis
Jenis sesak nafas (dispnea) yang paling umum berhubungan dengan latihan fisik
dimana ventilasi meningkat dan dipertahankan melalui penguatan stimulus
respiratorik yang ditimbulkan oleh faktor metabolik dan faktor-faktor lainnya.
Dispnea juga sering terjadi selama hipoksia akut, seperti pada ketinggian tinggi, di
mana peningkatan stimulus respiratorik disebabkan oleh efek hipoksemia arteri
pada korpus karotis. Dispnea juga timbul akibat bernapas dalam konsentrasi CO2
yang tinggi diruang yang tertutup , atau rebreating dalam sistem tertutup tanpa
absorbsi CO2. Dispnea dalam situasi ini mirip dengan yang ditimbulkan oleh
latihan, dan terutama merupakan kesadaran akan peningkatan ventilasi.
2. Pulmonal
Dua penyebab Dispenea Pulmonal adalah defak restriktif dengan kelenturan paruparu atau dining toraks yang rendah dan defek obstruktif dengan peningkatan
resistensi terhadap aliran udara. Orang dengan dispnea restriktif (misalnya karena
fibrosis pulmonal atau deformitas toraks) biasanya terasa nyaman pada saat
istirahat tetapi menjadi sangat dispneik saat aktifitas menyebabkan ventilasi
pulmonal mencapai batas terbesar kapasitas pernapasannya. Pada Dispnea
obstruktif (misalnya pada emfisema obstuktif atau asma), peningkatan upaya
ventilasi menyebabkan dispnea kendatipun pada istirahat dan pernapasan tampak
sulit dan tertahan, terutama selama ekspirasi.
3. Kardiak
Pada tahap awal gagal jantung. Curah jantung gagal mengimbangi peningkatan
kebutuhan metabolik yang meningkat selama latihan. Dengan demikian dorongan
respirasi meningkat terutama disebabkan oleh asidosis jaringan dan serebral, dan
pasien mengalami hiperventilasi. Berbagai faktor refleks, termasuk reseptor regang
di paru-paru, mungkin juga berperan dalam hiperventilasi. Sesak napas seringkali
disertai oleh kelesuan atau perasaan tercekik. Pada stadium lanjut dari gagal
jantung, paru-paru mengalami kongesti dan edema, kapasitas ventilatorik paruparu menurun, dan upaya ventilasi meningkat. Faktor refleks, terutama reseptor
jukstakapilaris (J) diseptum alveolar-kapiler, berperan untuk meningkatkan
ventilasi pulmonal. Edema pulmonal nonkerdiogenik atau sindroma gawat
pernapasan dewasa (ARDS) akan menyebabkan gambaran klinis yang serupa
melalui mekanisme yang sama tetapi lebih akut. Asma kardiak merupakan keadaan
insufisiensi pernapasan akut dengan bronkospasme, wheezing dan hyperventilasi.
17

Keadaan ini mungkin tidak dapat dibedakan dari tipe asma lain, tetapi
penyebabnya adalah kegagalan ventrikel kiri. Respirasi periodik atau CheyneStokes ditandai oleh periode apnea dan hiperpnea yang berselang-seling secara
teratur, seringkali mencakup komponen gangguan neorologis di pusat respirasi
medularik dan komponen kerdiologis. Pada gagal jantung, perlambatan sirkulasi
merupakan penyebab yang dominan; asidosis dan hipoksia di pusat pernapasan
juga berperan. Ortopnea adalah gangguan respirasi yang terjadi saaat pasien
berbaring sehingga memaksanya untuk duduk. Keadaan ini dicetuskan oleh
peningkatan aliran balik vena ke ventrikel kiri yangmengalami kegagalan dan
tidak mampu menangani peningkatan preload ini. Kadang-kadang ortopnea terjadi
pada gangguan kardiovaskular lain (misalnya, efusi perikardial). Dispnea
paroksismal nokturnal (PND), pasien terjaga dengan megap dan harus duduk
berdiri untuk mengembalikan pernapasannya yang mungkin dramatis atau
menakutkan.9 Faktor sama yang menyebabkan ortopnea juga berperan untuk
bentuk gawat pernapasan ini. PND dapat terjadi pada stenosis mitral, insufiensi
aortik, hipertensi dan kondisi lain yang mempengaruhi ventrikel kiri.
4. Sirkulasi
Air Hunger (dispnea akut yang terjadi pada stadium terminal pendarahan)
merupakan tanda buruk yang memerlukan tranfusi segera. Dispnea juga terjadi
pada anemia kronis, yang timbul hanya saat latihan, kecuali anemia adalah
ekstrim.
5. Kimiawi
Asidosis diabetik (pH darah 7,2-6,95) menyebabkan pola respirasi yang lambat
dan dalam (pernapasan kussmaul). Tetapi, karena kapasitas pernapasan
dipertahankan dengan baik, pasien jarang mengeluh dispnea, sebaliknya pasien
uremik mungkin mengeluhkan dispnea karena mengalami pingsan akibat
kombinasi asidosis, gagal jantung, edema pulmonal dan anemia.
6. Sentral
Lesi serebral (misalnya, pendarahan) seringkali disertai dengan hiperventilasi kuat
yang kadang-kadang bising dan hebat. Kadang-kadang terjadi periode tak terduga
berupa apnea iregular berselang-selang dengan periode 4 atau 5 pernapasan
dengan kedalaman yang mirip (respirasi biot). Hiperventilasi juga sering
ditemukan setelah cedera kepala. Penurunan PaCO2 menyebabkan vasokonstriksi
refleks CNS dengan penurunan perfusi serebral yang menyebabkan penurunan
18

sekunder dalam tekanan intraknial.


7. Psikogenik
Overbreating tipe histerikal sering ditemukan. Pada salah satu jenisnya,
hiperventilasi kontinu kadang-kadang menyebabkan alkalosis akut akibat blowing
off CO2 ; tanda trousseau dan Chvostek yang positif terjadi akibat penurunan
kadar ion kalsium serum. Tipe lain ditandai oleh respirasi yang dalam di mana
pasien bernapas dengan kedalaman maksimal sampai respirasi terpuaskan yaitu
saat impuls hiperventilasi menghilang dan keadaan ini seringkali berulang.8-11
Gangguan Sistem pernapasan
Alat-alat pernapasan merupakan organ tubuh yang sangat penting. Jika alat ini
terganggu karena penyakit atau kelainan maka proses pernapasan akan terganggu, bahkan
dapat menyebabkan kematian.
Berikut akan diuraikan beberapa macam gangguan yang umum terjadi pada saluran
pernapasan manusia.
1. Influenza (flu)
=> penyakit yang disebabkan oleh virus influenza. Gejala yang ditimbulkan antara
lain pilek, hidung tersumbat, bersin-bersin, dan tenggorokan terasa gatal.
2. Asma atau sesak napas
=>merupakan suatu penyakit penyumbatan saluran pernapasanyang disebabkan alergi
terhadap rambut, bulu, debu, atau tekanan psikologis. Asma bersifat menurun.
3. Tuberkulosis (TBC)
=> merupakan penyakit paru-paru yang diakibatkan serangan bakteri mycobacterium
tuberculosis. Difusi oksigen akan terganggu karena adanya bintil-bintil atau peradangan
pada dinding alveolus. Jika bagian paru-paru yang diserang meluas, sel-selnya mati dan
paru-paru mengecil. Akibatnya napas penderita terengah-engah.
4. Macam-macam peradangan pada sistem pernapasan manusia:
a. Rinitis, radang pada rongga hidung akibat infeksi oleh virus, missal virus influenza.
Rinitis juga dapat terjadi karena reaksi alergi terhadap perubahan cuaca, serbuk sari,
dan debu. Produksi lendir meningkat.
b. Faringitis, radang pada faring akibat infeksi oleh bakteri Streptococcus. Tenggorokan
sakit dan tampak berwarna merah. Penderita hendaknya istirahat dan diberi antibiotic.
c. Laringitis, radng pada laring. Penderita serak atau kehilangan suara. Penyebabnya
antara lain karena infeksi, terlalu banyak merokok, minum alkohol, dan terlalu banyak
19

serak.
d. Bronkitis, radang pada cabang tenggorokan akibat infeksi. Penderita mengalami
demam dan banyak menghasilkan lendir yang menyumbat batang tenggorokan.
e. Sinusitis, radang pada sinus. Sinus letaknya di daerah pipi kanan dan kiri batang
hidung. Biasanya di dalam sinus terkumpul nanah yang harus dibuang melalui operasi.
5. Asfikasi
=> adalah gangguan pernapasan pada waktu pengangkutan dan penggunaan oksigen yang
disebabkan oleh: tenggelam (akibat alveolus terisi air), pneumonia (akibatnya alveolus
terisi cairan lendir dan cairan limfa), keracunan CO dan HCN, atau gangguan sitem
sitokrom (enzim pernapasan).
6. Asidosis
=> adalah kenaikan adalah kenaikan kadar asam karbonat dan asam bikarbonat dalam
darah, sehingga pernapasan terganggu.
7. Difteri
=> adalah penyumbatanpada rongga faring atau laring oloeh lendir yang dihasilkan kuman
difteri.
8. Emfisema
=> adalah penyakit pembengkakan karena pembuluh darahnya kemasukan udara.
9. Pneumonia
=> adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus atau bakteri pada alveolus yang
menyebabkan terjadinya radang paru-paru.
10. Wajah adenoid (kesan wajah bodoh)
=> disebabkan adanya penyempitan saluran napas karena pembengkakan kelenjar limfa
atau polip, pembengkakan di tekak atau amandel.
11. Kanker paru-paru
=> mempengaruhi pertukaran gas di paru-paru. Kanker paru-paru dapat menjalar ke seluruh
tubuh. Kanker paru-paru sangat berhubungan dengan aktivitas yang sering merokok.
Perokok pasif juga dapat menderita kanker paru-paru. Penyebab lainnya yang dapat
menimbulkan kanker paru-paru adalah penderita menghirup debu asbes, radiasi ionasi,
produk petroleum, dan kromium.8,11

20

PENUTUP
Proses pernapasan secara umum melalui dua proses utama yaitu inspirasi dan
ekspirasi. Dimana inspirasi memberi tubuh oksigen yang diperlukan untuk pembentukan ATP
dalam proses pernapasan sel, sedangkan ekspirasi membuang CO2 yang merupakan hasil
pernapasan sel. Bernapas juga mengatur kadar O2 dan CO2 di dalam tubuh, dan hal ini
mempunyai kontribusi untuk mempertahankan keseimbangan asam basa dari cairan tubuh.
Ada dua cara melakukan proses respirasi, yaitu pernapasan dada san pernapasan
perut. Dan ada dua macam proses pernapasan yaitu inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi adalah
proses masuknya udara ke paru-paru. Saat proses inspirasi, diafragma akan mengalami
kontraksi, posisi diafragma akan menjadi mendatar atau menurun. Volume dalam paru-paru
akan mengembang. Ekspirasi adalah proses keluarnya udara dari paru-paru. Saat proses
ekspirasi, diafragma akan mengalami relaksasi, posisi diafragma akan menjadi melengkung
atau kembali ke posisi semula. Volume dalam paru-paru akan menjadi normal kembali.
Sistem pernapasan terdiri atas sejumlah jalan keluar masuknya udara ke paru-paru,
yaitu organ pernapasan fungsional. Saluran pernapasan atas terdiri atas : hidung, faring, dan
laring. Saluran pernapasan bawah terdiri atas trakhea, bronkhial dan alveoli, dan paru-paru.
Sistem pernapasan membantu mempertahankan homeostasis dengan menjaga agar kadar
oksigen dan karbon dioksida dalam darah relatif konstan, meskipun terjadi perubahan kondisi
dalam tubuh..
Pernapasan dikontrol oleh faktor instrinsik dan ekstrinsik. Kontrol setempat dari
pertukaran gas yang adekuat mencakup efek dari kadar karbon dioksida terhadap bronkhiolus
dan kadar oksigen terhadap arteriole pulmonal. Pusat pernapasan otak terletak di medulla dan
pons. Area yang sensitif terhadap zat kimia dari medulla sangat sensitif terhadap kadar PCO2
plasma. Mekanisme pengaktifannya melalui ion-ion H+
Frekuensi pernapasan yang dibutuhkan oleh seseorang per menit dalam batas normal
adalah 15-18 kali. Tetapi frekuensi pernapasan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Faktor faktor tersebut antara lain usia, jenis kelamin, berat badan, suhu tubuh,
aktivitas tubuh, dan kondisi tubuh.
Semakin tinggi usia seseorang maka frekuensi pernapasannya semakin lambat. Pada
umumnya, laki-laki lebih energik dibanding dengan perempuan, maka frekuensi
pernapasannya lebih tinggi dibanding perempuan. Semakin tinggi aktivitas tubuh, maka
frekuensi pernapasan seseorang juga akan semakin tinggi dan sebaliknya. Jika suhu tubuh
21

semakin tinggi, maka metabolisme dan frekuensi pernapasan akan semakin cepat. Semakin
suhu tubuh semakin rendah, maka metabolisme dan frekuensi pernapasan akan semakin
normal. Semakin berat badan seseorang, maka frekuensi pernapasan akan semakin cepat dan
semakin tidak berat badan seseorang, maka akan semakin normal frekuensi pernapasan
seseorang. Begitu juga kondisi tubuh, orang yang sakit frekuensi pernapasannya lebih cepat
dibandingkan dengan orang yang sehat.

DAFTAR PUSTAKA
22

1. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed. 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2001.h. 410.
2. Djojodibroto RD. Respirologi. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2009.h.22.
3. Burkitt HG, Young Barbara. Heath JH. Histologi fungsional. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 1995.h.220-1.
4. Saktiyono. Biologi Kelas 2-Sistem respirasi manusia. Jakarta: Erlangga, 2000.h.7380.
5. Basmajian JV, Slonecker CE. Grant metode anatomi jilid 1. Ed 11. Jakarta: Binarupa
Aksara, 2002.h.52.
6. Hall, JE. Buku saku fisiologi kedokteran Guyton & Hall. Ed.11. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC, 2009.h.299-321.
7. Sahid M, Nunhuck A. Physiology. USA: Elsevier Health Siences, 2008.p.120-30.
8. Yusuf A. Sulit bernapas?. Edisi 30 November 2009. Diunduh dari: www.
guruwordpress.com, 16 Mei 2011.
9. Chandra G. Proses sistem pernapasan/respirasi pada manusia. Edisi 21 Januari 2008.
Diunduh dari: www.oraganisasi-orang-belajar-online.com, 16 Mei 2011.
10. Sartono. Cara mengatasi penyebab sesak napas. Edisi 13 Januari 2011. Diunduh dari:
www.inilah.com, 16 Mei 2011.
11. Dikandia C. Gangguan sistem pernapasan. Edisi 3 Maret 2009. Diunduh dari:
www.elvosfor.wrodpress.com, 16 Mei 2011.

23

Anda mungkin juga menyukai