Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KASUS

BAYI PREMATUR DENGAN BERAT LAHIR AMAT SANGAT RENDAH

Disusun Oleh
Melvin Andrean 112018161

Pembimbing
dr. Elfrieda Simatupang, Sp.A

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA


KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
PERIODE 15 APRIL – 22 JUNI 2019

1
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
Jl. Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk - Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT: RSUD KOJA

Nama : Melvin Andrean \ Tanda Tangan


NIM : 112018161
...............................
dr. Pembimbing / Penguji : dr. Elfrieda Simatupang, Sp. A

...............................

I. IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : By. Ny. Sakinah Suku Bangsa : Jawa
Tanggal lahir (umur) : 18 April 2019 (1 bl 3 hr) Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan Pendidikan : Belum sekolah
Alamat : Jl. Mantang Blok Y

Orang tua
Ayah
Nama lengkap : Tn. M Agama : Islam
Tanggal lahir (umur) : 28 Tahun Pendidikan : SMK
Suku Bangsa : Jawa Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Mantang Blok Y Penghasilan : 2.000.000/bulan

Ibu
Nama lengkap : Ny. S Agama : Islam
Tanggal lahir (umur) : 25 Tahun Pendidikan : SMK
Suku Bangsa : Jawa Pekerjaan : Ibu RT
Alamat : Jl. Mantang Blok Y Penghasilan :-

Hubungan dengan orang tua : Anak kandung

II. ANAMNESIS
Alloanamnesis dengan ibu pasien pada 21 April 2019, pukul 13.44 WIB.

Keluhan Utama:
(-)

2
Riwayat Penyakit Sekarang:
Seorang bayi perempuan lahir secara Sectio Caesaria di RSUD Koja dari ibu G3P1A1,
dengan usia gestasi 27 minggu pada tanggal 18 April 2019 pukul 07.45 WIB. Berat badan lahir
bayi 985 gram, panjang badan 36 cm, lingkar kepala 26 cm, lingkar dada 20 cm dan lingkar
lengan 6 cm. Apgar score 4/5 , anus (+), cacat (-), HR: 152x/menit, RR: 53x/menit, suhu
36,7oC, perhitungan gestasi menurut ballard score 10 (28 minggu), dan GDS 94 mg/dL. Bayi
merintih , tampak adanya sianosis, retraksi, dan pernapasan cuping hidung , akral dingin dan
CRT 3 detik.

Riwayat Kehamilan
Bayi dikandung selama 27 minggu menurut ibu pasien. Ibu pasien merasakan kontraksi
yang hilang timbul mulai dari hari Rabu, 17 April 2019 pagi sampai hari Kamis, 18 April 2019
pukul 07.45. Intensitas kontraksi dirasakan semakin lama semakin kuat sehingga ibu pasien
dibawa ke RSUD Koja. Ibu pasien mengatakan tidak memiliki riwayat trauma, atau perdarahan
pada saat kehamilan. Ibu pasien memiliki penyakit preeklampsia pada saat kehamilan.

Riwayat Penyakit Dahulu


(-) Wasir (-) Appendicitis (-) Struma Tiroid
(-) Batu Ginjal/Sal kemih (-) Tumor (-) Penyakit jantung bawaan
(-) Typhoid (-) Diare kronis (-) Gastritis
(-) Batu empedu (-) DM (-) Perdarahan otak
(-) Kelainan kongenital (-) Penyakit Pembuluh darah (-) Ulkus Ventrikuli
(-) ISK (-) Tuberkulosis (-) Tetanus
(-) Volvulus (-) Invaginasi (-) Hepatitis
(-) Abses hati (-) Fistel (-) Patah tulang
Lain-lain :

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Penyakit Ya Tidak Hubungan
Alergi √
Asma √
Tuberkulosis √
Hipertensi √

3
Diabetes √
Kejang Demam √
Epilepsi √
Preeklampsia √ Ibu pasien

SILSILAH KELUARGA (FAMILY TREE)

Keterangan:
: laki-laki : perempuan : pasien

RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN

KEHAMILAN
Perawatan antenatal ANC dilakukan ibu pasien secara teratur
mulai dari awal kehamilan
Penyakit kehamilan Preeklampsia

KELAHIRAN
Tempat kelahiran RSUD Koja
Penolong persalinan Dokter
Cara persalinan Sectio Caesaria
Masa gestasi Kurang bulan (27 minggu)
Keadaan bauyi Berat badan lahir : 985 gram
Panjang badan lahir : 36 cm
Lingkar kepala : 26 cm
Nilai APGAR : 4/5
Kelainan bawaan : tidak ada

4
III. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal : 19 April 2019 Pukul : 11.00 WIB

PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum : Tampak sakit ringan Kesadaran : compos mentis
Frekuensi nafas : 52 x/menit Nadi : 153 x/menit
Suhu : 36,8 ˚C
Berat badan : 985 gram Panjang badan : 36 cm
Sianosis : Tidak ada Lingkar Kepala : 26 cm
Edema : Tidak ada Lingkar dada : 20 cm
Lingkar lengan atas : 6 cm
Anemis : Tidak ada Ikterik : Tidak ada

PEMERIKSAAN SISTEMATIS
Kepala
Bentuk : Normocephali
Rambut dan kulit : Rambut hitam, tidak mudah dicabut, lesi (-)
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor
Telinga : Normotia, tidak tampak fistula, MAE lapang
Hidung : Bentuk tidak ada kelainan, septum deviasi (-), sekret (-), napas
cuping hidung (-)
Bibir : Sianosis (-), bibir sumbing (-)
Gigi-geligi : Tidak tampak karies dentis
Mulut : Lesi (-), abses (-)
Lidah : Coated tongue (-)
Tonsil : T1-T1 tenang
Faring : Tidak hiperemis

Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening


Axila : Terdapat pembesaran kelenjar getah bening di axila dextra
Toraks
Paru :
Inspeksi : Bentuk normal, simetris dalam keadaan statis dan dinamis,
retraksi sela iga (-), lesi kulit (-), gambaran vena (+)

5
Palpasi : Tidak ada pelebaran sela iga
Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, tidak ada rhonki, tidak ada wheezing

Jantung :
Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis
Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : BJ I-II murni reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop

Abdomen
Inspeksi : Tampak membuncit, tampak gambaran vena, tidak tampak
gerakan peristaltik usus
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba, cubitan kulit segera kembali
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal

Anus dan rectum : Anus (+)


Genitalia eksterna : Terdapat klitoris dan labia mayora
Ekstremitas : Akral teraba hangat, tidak sianosis, CRT < 2 detik
Tulang belakang : Tidak dilakukan pemeriksaan
Kelenjar getah bening : Tidak teraba pembesaran
Refleks Neonatus :
- Refleks Mencari (Rooting) : (+)
- Refleks Menggengam : (+)
- Refleks Menghisap : (+)
- Refleks Moro : (+)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


-

6
V. RESUME
Seorang bayi perempuan lahir secara Sectio Caesaria di RSUD Koja dari ibu G3P1A1,
dengan usia gestasi 27 minggu pada tanggal 18 April 2019 pukul 07.45 WIB. Berat badan lahir
bayi 985 gram, panjang badan 36 cm, lingkar kepala 26 cm, lingkar dada 20 cm dan lingkar
lengan 6 cm. Apgar score 4/5 , anus (+), cacat (-), HR: 152x/menit, RR: 53x/menit, suhu
36,7oC, perhitungan gestasi menurut ballard score 10 (28 minggu), dan GDS 94 mg/dL. Bayi
merintih , tampak adanya sianosis, retraksi, dan pernapasan cuping hidung , akral dingin dan
CRT 3 detik. Ibu pasien memiliki penyakit preeklampsia pada saat kehamilan.

VI. DIAGNOSIS KERJA


 Neonatus Kurang Bulan – Sesuai Masa Kehamilan (NKB-SMK)

VII. PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa :
 Bayi dirawat di bagian perinatologi, menggunakan inkubator.

Medikamentosa
 IVFD D10%  3 cc/jam
 IVFD Aminosteril 6%  0,6 cc/jam
 Injeksi Ampicillin 2x50 mg (iv)
 Injeksi Amikasin 2x2,5 mg(iv)
 CPAP : FiO2 : 21%
PEEP : 7
Flow : 8

VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam

7
FOLLOW UP
20 April 2019, Pukul 10.00
S : Gerak aktif
O : BBS : 955 gr GDS : 97 mg/dL
HR : 145 x/menit RR : 51 x/menit T: 37,5oC
Mata : CA -/-, SI -/-
Cor : BJ I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : SN vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Supel, Bising usus (+)
Ekstremitas : Akral hangat
Lab :
Serologi
CRP Kuantitatif : 0,51

A : NKB-SMK
P : IVFD D10% + Ca Glukonas  3 cc/jam
IVFD Aminosteril 6%  0,6 cc/jam
Injeksi Ampicillin 2x50 mg (iv)
Injeksi Amikasin 2x2,5 mg(iv)
CPAP : FiO2 : 21%
PEEP : 7
Flow : 8

21 April 2019, Pukul 10.00


S : Bayi menangis kuat, gerak aktif
O : BBS : 955 gr GDS : 80 mg/dL
HR : 148 x/menit RR : 48 x/menit T: 37oC
Mata : CA -/-, SI -/-
Cor : BJ I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : SN vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Supel, Bising usus (+)
Ekstremitas : Akral hangat
A : NKB-SMK

8
P : IVFD D10% + Ca Glukonas  3 cc/jam
IVFD Aminosteril 6%  0,6 cc/jam
Injeksi Ampicillin 2x50 mg (iv)
Injeksi Amikasin 2x2,5 mg(iv)
CPAP : FiO2 : 21%
PEEP : 7
Flow : 8

22 April 2019, Pukul 16.00


S : Bayi Sesak
O : BBS : 885 gr GDS: 99 mg/dL
HR : 150 x/menit RR : 46 x/menit T: 36,8 oC
Letargi
Mata : CA -/-, SI -/-
Pulmo : Retraksi
Ekstremitas : CRT > 2
A : NKB-SMK
P : IVFD D10% + Ca Glukonas  3 cc/jam
IVFD Aminosteril 6%  0,6 cc/jam
Injeksi Ampicillin 2x50 mg (iv)
Injeksi Amikasin 2x2,5 mg(iv)
CPAP : FiO2 : 21%
PEEP : 7
Flow : 8

Bayi Pindah ke NICU

9
BAB I
PENDAHULUAN

Pada negara dengan sosio-ekonomi rendah, angka bayi berat lahir rendah (BBLR)
masih cukup tinggi. Data statistik menunjukkan sekitar 90 kasus BBLR terjadi di negara
berkembang. Di negara berkembang, angka kematian BBLR mencapai 35 kali lebih tinggi
dibandingkan bayi dengan berat lahir di atas 2500 gram.
Sejak tahun 1981, frekuensi BBLR telah naik, terutama karena adanya kenaikan jumlah
kelahiran preterm. Sekitar 30% bayi BBLR di Amerika Serikat mengalami dismaturitas, dan
dilahirkan sesudah 37 minggu. Di negara-negara yang sedang berkembang sekitar 70% bayi
BBLR tergolong dismaturitas.
Pada bayi prematur tumbuh kembang organ vitalnya belum sempurna, menyebabkan ia
masih belum mampu untuk hidup di luar kandungan, sehingga sering mengalami adaptasi yang
dapat menimbulkan morbiditas serta mortalitas. Angka kejadian kelahiran bayi prematur di
negara maju adalah sekitar 6-7%. Angka kelahiran di negara berkembang lebih kurang tiga kali
lipat.1

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Sedangkan, prematuritas dapat
didefinisikan sebagai bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu.2

Epidemiologi
Angka prevalensi dari BBLR adalah sekitar 10 % dari semua kehamilan. Jumlah ini
bervariasi pada tiap populasi. Sejumlah 3 - 5 % dari kejadian BBLR terjadi pada keadaan ibu
yang sehat, dan lebih dari 25 % kejadian terjadi pada keadan ibu dengan kehamilan resiko
tinggi.3
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15 % dari seluruh kelahiran di
dunia dengan batasan 3,3 % - 38 % dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau
sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90 % kejadian BBLR didapatkan di
negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan
berat lahir lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas,
morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang
terhadap kehidupannya dimasa depan. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara
satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9 % - 30 %, hasil studi di 7 daerah
multisenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2,1 % - 17,2 %. Secara nasional
berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target
BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010
yakni maksimal 7 %.3

Klasifikasi Bayi
Bayi dapat diklasifikasikan menurut berat lahir dan masa gestasinya. Masa gestasi
diukur sejak terjadinya konsepsi sampai dengan saat kelahiran, dihitung dari hari pertama haid
terakhir (HPHT). Menurut masa gestasinya, bayi dapat diklasifikasi menjadi bayi kurang bulan
(BKB/prematur, masa gestasi kurang dari 37 minggu), bayi cukup bulan (BCB/full term, masa
gestasi antara 37-42 minggu), serta bayi lebih bulan (BLB/post term, masa gestasi lebih dari
42 minggu).3

11
Berat lahir merupakan berat bayi yang ditimbang dalam waktu 1 jam pertama setelah
lahir. Berat lahir bayi dapat diklasifikasikan menjadi Bayi berat lahir cukup (normal) yaitu bayi
dengan berat lahir 2500-4000 gram, Bayi berat lahir lebih yaitu berat lahir >4000 gram, dan
Bayi berat lahir rendah (BBLR).3
Bayi dengan berat lahir rendah dapat dikategorikan menjadi :
a. Bayi berat lahir rendah (BBLR), dengan berat badan 1501-2499 gram .
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), dengan berat lahir 1000-1500 gram.
c. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR), dengan berat lahir < 1000 gram.

Berdasarkan grafik Lubchenko, hubungan antara berat lahir dan masa gestasi dapat
diklasifikasikan menjadi
a. Bayi yang beratnya kurang dari berat semestinya menurut masa kehamilannya (kecil
untuk masa kehamilan=KMK) (<10 persentil)
b. Bayi yang beratnya sesuai dengan berat semestinya (sesuai untuk masa
kehamilan=SMK)
c. Bayi yang beratnya lebih dari berat semestinya menurut masa kehamilannya (besar
untuk masa kehamilan=BMK) (>10 persentil).3

Penilaian Usia Gestasional


Perjalanan klinis, masalah, dan hasil perawatan klinis bayi prematur berbeda dengan
bayi cukup bulan, atau lebih bulan. Penentuan umur kehamilan secara akurat mungkin sulit
dilakukan. Walaupun tanggal yang diketahui ibu mungkin berguna, keterangan tersebut
kadang-kadang membingungkan. Untuk menghindari ketergantungan pada infomasi ibu, telah
dikembangkan beberapa metode untuk memperkirakan umur kehamilan secara klinis
berdasarkan status perkembangan saraf bayi baru lahir. Tiga teknik pasca persalinan yang
paling sering digunakan adalah dengan melakukan penilaian ciri fisik luar, evaluasi neurologis,
dan sistem nilai yang menggabungkan antara penilaian ciri fisik luar dan evaluasi neurologis.3,4
Farr et al dan Usher et al mengidentifikasi ciri-ciri fisik bayi baru lahir yang berubah
progresif dengan pola teratur selama kehamilan. Parameter ini berupa berbagai macam ciri fisik
dan meliputi elemen-elemen seperti perubahan lipatan telapak kaki dan perubahan bentuk serta
kekakuan daun telinga.3
Tidak seperti penilaian kehamilan berdasarkan kriteria fisik yang dapat dilakukan
segera setelah lahir, pemeriksaan neurologis harus dilakukan saat bayi berada dalam keadaan
tenang dan beristirahat. Bayi normal dan sebagian bayi BKB-SMK tanpa gangguan lain dapat

12
diperiksa secara akurat pada jam-jam pertama kehidupan. Namun pada bayi-bayi lain hal ini
baru dapat dilakukan di akhir hari pertama kehidupan, dan bagi sebagian lain baru pada hari
kedua atau ketiga. Selain itu bayi yang depresi, afiksia, mengalami kerusakan neurologis, atau
berada dalam keadaan sakit, sulit diperiksa secara akurat kapan saja penilaian dilakukan.
Penelitian neurologis seringkali tidak praktis digunakan sebagai alat untuk menentukan umur
kehamilan.3,4
Tabel 1. Penilaian neurologis menurut Dubowitz et al.

Dubowitz et al menemukan sistem penilaian yang menggabungkan temuan neurologis


seperti milik Amiel Tison dengan ciri-ciri fisik yang digambarkan Farr, Usher, dan lain-lain.
Perubahan-perubahan seiring dengan progres masa kehamilan dibobot dalam angka sesuai
dengan penampakan bayi. Total jumlah nilai tanda-tanda fisiologis, ditambah dengan jumlah

13
nilai ciri-ciri fisik eksterna, dan umur kehamilan ditentukan oleh gabungan nilai tersebut
dengan menggunakan grafik yang ada pada gambar 1.3

Gambar 1. Grafik untuk memastikan umur kehamilan berdasarkan nilai total perkembangan
fisik dan neurologis

Ballard et al menciptakan suatu versi pendek sistem Dubowitz. Pada prosedur ini
penggunaan kriteria neurologis tidak tergantung pada keadaan bayi yang tenang dan
beristirahat, sehingga dapat lebih diandalkan selama beberapa jam pertama kehidupan. Saat ini
sistem skoring Ballard merupakan alat utama yang digunakan untuk menilai masa kehamilan
pada bayi yang baru lahir.3,4

14
Gambar 2. Penilaian usia kehamilan menggunakan sistem skoring Ballard

.
Etiologi
Etiologi BBLR ada yang berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta. Berikut akan
dikelompokkan etiologi BBLR berdasarkan 3 faktor di atas.
Faktor Ibu :
 Toxemia
 Hipertensi dan/atau penyakit ginjal
 Hipoksemia (misalnya: menderita penyakit jantung atau paru)

15
 Malnutrisi (mikro dan makro)
 Menderita penyakit kronis
 Anemia sel sabit
 Konsumsi obat-obatan,alkohol, rokok.
 dsb.5

Faktor Janin :
 Kelainan kromosom (autosomal trisomi)
 Infeksi pada janin (cytomegalic inclusion disease, rubella kongenital, sifilis)
 Anomali kongenital
 Radiasi
 Kehamilan ganda
 Hipoplasi pankreas
 Defisiensi insulin
 Defisiensi insulin-like growth factor type 1.
 dsb.5

Faktor plasenta :
 Penurunan berat plasenta dan/atau selularitas plasenta
 Penurunan luas permukaan plasenta
 Villous plaentitis (disebabkan bakteri, virus, parasit)
 Infark plasenta
 Tumor ( mola hidatidosa, chorioangioma)
 Plasenta terpisah
 dsb.5

Patofisiologi
Dari berbagai etiologi di atas, secara garis besar terjadinya BBLR adalah sebagai
berikut :
 Plasenta
Berat lahir memiliki hubungan yang berarti dengan berat plasenta dan luas permukaan
villus plasenta. Aliran darah uterus, juga transfer oksigan juga transfer oksigen dan
nutrisi plasenta dapat berubah pada berbagai penyakit vaskular yang diderita ibu.

16
Disfungsi plasenta yang terjadi sering berakibat gangguan pertumbuhan janin. Dua
puluh lima sampai tiga puluh persen kasus gangguan pertumbuhan janin dianggap
sebagai hasil penurunan aliran darah uteroplasenta pada kehamilan dengan komplikasi
penyakit vaskular ibu. Keadaan klinis yang meliputi aliran darah plasenta yang buruk
meliputi kehamilan ganda, penyalah-gunaan obat, penyakit vaskular (hipertensi dalam
kehamilan atau kronik), penyakit ginjal, penyakit infeksi (TORCH), insersi plasenta
umbilikus yang abnormal, dan tumor vaskular.5,6
 Malnutrisi
Ada dua variabel bebas yang diketahui mempengaruhi pertumbuhan janin, yaitu berat
ibu sebelum hamil dan pertambahan berat ibu selama hamil. Ibu dengan berat badan
kurang seringkali melahirkan bayi yang berukuran lebih kecil daripada yang dilahirkan
ibu dengan berat normal atau berlebihan. Selama embriogenesis status nutrisi ibu
memiliki efek kecil terhadap pertumbuhan janin. Hal ini karena kebanyakan wanita
memiliki cukup simpanan nutrisi untuk embrio yang tumbuh lambat. Meskipun
demikian, pada fase pertunbuhan trimester ketiga saat hipertrofi seluler janin dimulai,
kebutuhan nutrisi janin dapat melebihi persediaan ibu jika masukan nutrisi ibu rendah.
Data upaya menekan kelahiran BBLR dengan pemberian tambahan makanan kepada
populasi berisiko tinggi (riwayat nutrisi buruk) menunjukkan bahwa kaloi tambahan
lebih berpengaruh terhadap peningkatan berat janin dibanding pernmbahan protein.5
 Infeksi
Infeksi virus tertentu berhubungan dengan gangguan pertumbuhan janin. Wanita-
wanita dengan status sosioekonomi rendah diketahui melahirkan bayi dengan gangguan
pertumbuhan maupun bayi kecil di samping memiliki insidensi infeksi perinatal yang
lebih tinggi. Bayi-bayi yang menderita infeksi rubella kongenital dan sitomegalovirus
(CMV) umumnya terjadi gangguan pertumbuhan janin, tidak tergantung pada umur
kehamilan saat mereka dilahirkan.5
 Faktor genetik
Diperkirakan 40% dari seluruh variasi berat lahir berkaitan dengan kontribusi genetik
ibu dan janin. Wanita normal tertentu memiliki kecendrungan untuk berulang kali
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah atau keil untuk masa kahamilan (tingkat
pengulangan 25%-50%), dan kebanyakan anita tersebut dilahirkan dalam keadaan yang
sama. Hubungan antara berat lahir ibu dan janin berlaku pada semua ras.5

17
Gambaran Klinis
Gambaran Klinis bayi premature dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Ukuran fisik
a. Berat badan kurang dari 2500 gram
b. Panjang badan kurang dari 45 cm
c. Lingkar perut kurang dari 30 cm, sehingga kepala tampak lebih besar
d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm7
2. Gambaran fisik
a. Lemak bawah kulitnya sedikit sehingga kulit tampak keriput tipis, terang dan
berwarna merah muda (tembus cahaya), sehingga gerakan peristaltic usus dapat
terlibat
b. Rambut sedikit dan rambut lanugo (rambut sekujur tubuh) banyak
c. Otot hipotonik dan masih lemah, aktivitas fisiknya sedikit dan reflex Moro
positif
d. Pernafasan tidak teratur dan dapat terjadi apnea (gagal nafas)
e. Kepala tidak mampu tegak
f. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga seolah-
olah tidak teraba tulang rawan dan daun telinga.mengilap,
g. Telapak kaki halus,
h. Alat kelamin pada bayi laki-laki testis belum turun dan pada bayi perempuan
labia minora belum tertutup oleh labia mayora
i. Fungsi saraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan refleks isap,
menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif, dan tangisannya lemah
j. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan
lemak masih kurang, verniks kaseosa tidak ada atau sedikit.7

Tatalaksana
1) Medikamentosa

Pemberian vitamin K1 :
o Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
o Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari,
dan umur 4-6 minggu).3

18
2) Diatetik

Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya
masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan pompa atau diperas
dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan
menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah
dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel pada puting. ASI
merupakan pilihan utama :
o Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara
apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap paling
kurang sehari sekali.
o Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari selama 3
hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.3

Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan keadaan
bayi adalah sebagai berikut :
Berat lahir 1750 – 2500 gram
Bayi Sehat
o Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah merasa
letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering (contoh; setiap 2 jam) bila
perlu.
o Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas menyusui.
Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras dengan menggunakan
salah satu alternatif cara pemberian minum.3

Bayi Sakit
o Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan minum
seperti pada bayi sehat.
o Apabila bayi memerlukan cairan intravena:
 Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
 Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi stabil.
 Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh; gangguan nafas,
kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung :
 Berikan cairan IV dan ASI menurut umur

19
 Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila bayi telah
mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar berikan
tambahan ASI setiap kali minum.

b. Berat lahir 1500-1749 gram


Bayi Sehat
o Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak dapat
diberikan menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke dalam paru
(batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa lambung. Lanjutkan dengan
pemberian menggunakan cangkir/ sendok apabila bayi dapat menelan tanpa batuk atau
tersedak (ini dapat berlangsung setela 1-2 hari namun ada kalanya memakan waktu
lebih dari 1 minggu)
o Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI
setiap kali minum.
o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.3

Bayi Sakit
o Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
o Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan IV
secara perlahan.
o Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI
setiap kali minum.
o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila kondisi bayi sudah
stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak
o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.3

c. Berat lahir 1250-1499 gram


Bayi Sehat
o Beri ASI peras melalui pipa lambung

20
o Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan
minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali
minum
o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.3

Bayi Sakit
o Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.
o Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan
intravena secara perlahan.
o Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum
160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum
o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.3

d. Berat lahir < 1250 gram (tidak tergantung kondisi)


o Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama
o Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi pemberian cairan
intravena secara perlahan.
o Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah mendapatkan
minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali
minum
o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.3

Suportif
Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal:
o Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi, seperti
kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator atau ruangan hangat
yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk.
o Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin

21
o Ukur suhu tubuh dengan berkala
o Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah :
o Jaga dan pantau patensi jalan nafas
o Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
o Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia, kejang, gangguan
nafas, hiperbilirubinemia)
o Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya
o Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu berkunjung
setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.3

Pemantauan (Monitoring)
1). Pemantauan saat dirawat
a. Terapi
o Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan
o Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu

b. Tumbuh kembang
o Pantau berat badan bayi secara periodik
o Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk
bayi dengan berat lahir ≥1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat lahir <1500>
o Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori berat lahir)
dan telah berusia lebih dari 7 hari :
- Tingkatkan jumlah ASI denga 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180
ml/kg/hari
- Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi agar
jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari
- Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian ASI
hingga 200 ml/kg/hari
- Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap minggu.
Indikasi bayi BBLR pulang:
o Suhu bayi stabil.
o Toleransi minum oral baik  terutama ASI.
o Ibu sanggup merawat BBLR di rumah.8

22
2). Pemantauan setelah pulang
Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan
mencegah/ mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang sebagai
berikut :
o Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan.
o Hitung umur koreksi.
o Pertumbuhan; berat badan, panjang badan dan lingkar kepala.
o Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST).
o Awasi adanya kelainan bawaan.
Tanda kecukupan pemberian ASI:
o BAK minimal 6 kali/ 24 jam.
o Bayi tidur lelap setelah pemberian ASI.
o BB naik pd 7 hari pertama sbyk 20 gram/ hari
o Cek saat menyusui, apabila satu payudara dihisap  ASI akan menetes dari
payudara yg lain.8

Komplikasi
a. Enterokolitis nekrotikans neonatal
Enterokolotis nekrotikan merupakan penyakit saluran cerna yang serius pada bayi yang
baru lahir dan ditandai dengan bercak nekrosis atau nekrosis difus pada mukosa atau
submukosa usus serta vaskularisasi usus. Insidensi terjadinya dihubungkan dengan umur
kehamilan yang kurang, dan merupakan komplikasi yang penting yang terjadi pada kelahiran
premature. Terhitung 7,5 % kasus EKN sebagai penyebab kematian neonatal.9

b. Hipotermia
Perbedaan suhu di dalam kandungan dan lingkungan akan memberi pengaruh pada
kehilangan panas tubuh bayi, selain itu hipotermia dapat terjadi karena kemampuan untuk
untuk mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi panas sangat terbatas,
karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup matang, lemak subkutan yang sedikit, belum
matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh, luas permukaan tubuh relatif lebih besar
dibanding dengan berat badan sehingga mudah kehilangan panas.9
Tanda klinis hipotermia:
 Suhu tubuh dibawah normal

23
 Kulit dingin
 Akral dingin
 Sianosis

Hipotermia dapat dicegah pada waktu bayi lahir yaitu dengan :


- Segera keringkan bayi dengan kain yang lembut
- Berikan topi atau tutup kepala
- Metode kantung kangguru

c. Sindrom Gawat Nafas


Sampai saat ini penyakit membrane hyaline dianggap terjadi karena defisiensi
pembentukan surfaktan pada paru bayi yang belum matang. Surfaktan adalah zat yang penting
dalam pangembangan paru dan merupakan suatu kompleks yang terdiri dari protein,
karbohidrat dan lemak. Senyawa utama zat tersebut adalah lesitin dan mulai terbentuk pada
kehamilan 22 – 24 minggu dan berjumlah lengkap dan mulai berfungsi normal pada minggu
ke-35 kehamilan.9,10
Defisiensi Surfaktan menyebabkan gangguan kemampuan paru untuk mempertahankan
stabilitasnya dan tegangan di alveolus. Alveolus akan kembali kolaps setiap akhir ekspirasi
sehingga untuk pernafasan berikutnya dibutuhkan tekanan negatif intratoraks yang lebih besar
yang disertai usaha inspirasi yang kuat.
Pada aspirasi mekonium terjadi hipoksia intrauterin akan mengakibatkan janin
mengalami gasping dalam uterus, selain itu mekonium akan dilepaskan dan bercampur dengan
cairan amnion, cairan amnion yang mengandung mekonium tersebut akan masuk ke dalam
paru janin karena inhalasi. Ketika bayi lahir akan menderita gangguan pernafasan karena
melekatnya mekonium dalam saluran pernafasan.
Tanda klinis sindrom gawat nafas :
 Pernafasan cepat
 Sianosis perioral
 Merintih sewaktu ekspirasi
 Retraksi substernal dan intercostal

24
d. Hipoglikemia.
Penyelidikan kadar gula darah pada 12 jam pertama menunjukkan bahwa hipoglikemia
dapat terjadi sebanyak 50% pada bayi matur. Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung
dari kadar gula darah ibu karena terputusnya hubungan plasenta dan janin yang menyebabkan
terhentinya pemberian glukosa.9,10

Tanda klinis hipoglikemia


 Gemetar
 Sianosis
 Apatis
 Kejang
 Apnea Intermiten
 Tangisan lemah atau melengking
 Kelumpuhan atau letargi
Hipoglikemia pada neonatus terjadi bila gula darah < 47 mg/dl, Pada hipoglikemia berat
didapatkan hasil gula darah < 25 mg/dl, dan hipoglikemia ringan/sedang jika kadar gula darah
>25 - <47 mg/dl.

e. Perdarahan Intrakranial
Pembuluh darah pada bayi prematur masih sangat rapuh dan mudah pecah, sehingga
perdarahan intrakranial dapat terjadi karena trauma lahir, diseminated intravascular
coagulopathy atau trombositopenia idiopatik. Matriks germinal epidimal yang kaya pembuluh
darah merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap perdarahan selama minggu pertama
kehidupan.9
Tanda klinis perdarahan intrakranial :
 Kegagalan umum untuk bergerak normal
 Refleks moro menurun atau tidak ada
 Letargi
 Pucat dan sianosis
 Apnea
 Kegagalan menetek dengan baik
 Muntah yang kuat
 Tonus otot menurun

25
 Tangisan bernada tinggi dan tajam
 Kejang
 Fontanela mayor tegang dan cembung

f. Hiperbilirubinemia
Terjadi karena belum maturnya fungsi hepar, dimana terjadi kekurangan enzim
glukoronil transferase sehingga konjugasi bilirubin indirek menjadi bilirubin direk belum
sempurna, dan kadar albumin darah yang berperan dalam transportasi bilirubin dari jaringan
ke hepar berkurang. Kadar bilirubin normal pada bayi prematur 10 mg/dL. Jika terjadi
hiperbilirubinemia pada bayi prematur, bila tidak segera diatasi dapat menjadi kern ikterus
yang akan menimbulkan gejala yang permanen.
Tanda klinis hiperbilirubinemia :
 Sklera, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut dan ekstremitas berwarna kuning
 Letargi
 Kemampuan mengisap menurun
 Kejang
Ikterus yang kemungkinan menjadi patologi atau dapat dianggap sebagai
hiperbilirubinemia adalah :
 Ikterus terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran.
 Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg% atau lebih setiap 24 jam.
 Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg% pada neonatus kurang bulan dan 12,5
mg% pada neonatus cukup bulan.

g. Lebih rentan terhadap infeksi :


Bayi prematur mudah menderita infeksi karena imunitas humoral dan seluller masih
kurang, sehingga bayi mudah menderita infeksi. Selain itu pada kulit dan selaput lendir
membran tidak memiliki perlindungan seperti pada bayi cukup bulan. Sensitivitas yang kurang
akan memudahkan terjadinya kerusakan integritas kulit, terutama pada daerah yang sering
tertekan dalam waktu yang lama.9

26
Prognosis
Kematian perinatal pada bayi BBLR 8 kali lebih besar dari bayi normal. Prognosis akan
lebih buruk bila BB makin rendah, angka kematian sering disebabkan karena komplikasi
neonatal seperti asfiksia, aspirasi, pneumonia, perdarahan intrakranial, hipoglikemia.6

27
BAB III
ANALISA KASUS

Bayi Ny. S merupakan bayi kurang bulan dengan masa gestasi 28 minggu menurut skor
Ballard. Ibu pasien memiliki riwayat preeklampsia pada saat kehamilan, dan memiliki riwayat
abortus pada kehamilan kedua. Pada saat dilahirkan, bayi merintih, berat badan bayi 985 gram,
panjang badan 36 cm, lingkar kepala 26 cm, nilai APGAR 4/5, dan tidak tampak adanya
kelainan bawaan. Berdasarkan kurva masa gestasional dengan berat badan lahir, bayi ini
termasuk dalam NKB-SMK. Dari pemeriksaan maturitas fisik, ditemukan kulit lembut, merah
muda, vena tampak, lanugo banyak, lipatan pada telapak kaki hanya garis-garis merah tipis,
areola datar, tidak menonjol, lengkung pinna sedikit, recoil lambat, genitalia klitoris menonjol
dan labia minora membesar.
Dilakukan pencegahan terhadap terjadinya sepsis dengan diberikan antibiotik. Bayi
dirawat di ruangan perinatologi di dalam inkubator untuk mencegah hipotermia yang rentan
terjadi pada bayi prematur. Pada bayi ini diberikan cairan IVFD D10% + Ca glukonas sebanyak
80 cc/kg/hari, untuk mencegah terjadinya kehilangan cairan berlebih dan hipoglikemia. cPAP
dipasang untuk menghindari terjadinya distres pernapasan pada bayi ini.
Setelah 5 hari dirawat bayi mengalami perburukan, berat badan bayi turun menjadi 885
gram, bayi menjadi sesak dengan adanya retraksi sela iga, CRT > 2 detik dan bayi menjadi
letargi. Sehingga, bayi dipindahkan ke NICU.

28
Daftar Pustaka
1. Persalinan prematur. Dalam: Manuaba IBG, Manuaba IAC, Manuaba IBGF. Pengantar
kuliah obstetri. Jakarta: EGC; 2007. h. 432-9.
2. Hasan R, Alatas H. Perinatologi. Dalam: Ilmu Kesehatan Anak 3; edisi ke-4. Jakarta :
FKUI; 1985.h. 1051-7.
3. Kosim, Sholeh. Buku Ajar Neonatologi, edisi pertama. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan
Dokter Anak Indonesia; 2012. h. 11-73.
4. Furdon SA. Prematurity. 15 September 2014. Downloaded from:
http://emedicine.medscape.com/article/975909-overview, 21 Mei 2019.
5. Stoll Barbara, Chapman. The High-Risk Infant, In : Kliegman RM, Behrman RE, Jenson
HB, Stanton BF, editors. Nelsons Textbook of Pediatrics. 18th Ed. Philadelphia :
Saunders; 2008. h. 701-10.
6. Behrman, RE, Kliegman RM. The Fetus and the Neonatal Infant, In : Nelson Textbook
of pediatrics; 17 th ed. California: Saunders; 2004.h. 550-8.
7. Iams J. Prediction and Early Detection of Preterm Labor. The American College of
Obstetricians and Gynecologists. 2003: 101(2):402-12.
8. Suradi R. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Melihat situasi dan kondisi bayi. Avaliable
from : http://www.IDAI.or.id.
9. Suraatmaja, Sudrajat. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. Denpasar:
RSUP; 2014.
10. Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED. 2009.
Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: IDAI. h. 250-4.

29

Anda mungkin juga menyukai