Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

G1P0A0 39 MINGGU DENGAN HIPERTENSI GESTASIONAL

DISUSUN OLEH :

Akrestivany Tandilimbong 112017053

DOKTER PEMBIMBING:
dr. Estya Dewi Widyasari Sp.OG

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM BETHESDA LEMPUYANGWANGI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Hipertensi pada kehamilan adalah penyakit yang sudah umum dan merupakan salah satu
dari tiga rangkaian penyakit yang mematikan, selain perdarahan dan infeksi, dan juga banyak
memberikan kontribusi pada morbiditas dan mortalitas ibu hamil. Pada tahun 2001, menurut
National Center for Health Statistics, hipertensi gestasional telah diidentifikasi pada 150.000
wanita, atau 3,7% kehamilan.
Morbiditas janin dari seorang wanita penderita hipertensi dalam kehamilan berhubungan
secara langsung terhadap penurunan aliran darah efektif pada sirkulasi uteroplasental, juga
karena terjadi persalinan kurang bulan pada kasus-kasus berat. Kematian janin diakibatkan
hipoksia akut, karena sebab sekunder terhadap solusio plasenta atau vasospasme dan diawali
dengan pertumbuhan janin terhambat (IUGR). Di negara berkembang, sekitar 25% mortalitas
perinatal diakibatkan kelainan hipertensi dalam kehamilan. Mortalitas maternal diakibatkan
adanya hipertensi berat, kejang grand mal, dan kerusakan end organ lainnya.
BAB II
LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA


(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
Jl. Terusan Arjuna No. 6 Kebon Jeruk – Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT KANDUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari / Tanggal Ujian / Presentasi Kasus : ………………..
SMF ILMU KEBIDANAN
RUMAH SAKIT : RSUD BETHESDA LEMPUYANGWANGI

Nama : Akrestivany Tandilimbong Tanda Tangan

NIM : 102017053
………………….

Dr. Pembimbing / Penguji : Estya Dewi Widyasari, Sp.OG

……………………

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny “Y.N” Agama : Islam
Umur : 22 tahun Suku / bangsa : Jawa
Pendidikan : SLTA Alamat : Jl. Karangsari,
Rejowinangan
Nama Suami : Tn “J.R” Agama : Islam
Umur : 26 tahun Suku / bangsa : Jawa
Pekerjaan : swasta Alamat : Jl. Karangsari,
Rejowinangan

I. ANAMNESIS
Diambil dari : Autoanamnesis Tanggal : 4-Januari-2018

1. Keluhan Utama : Kontrol ANC G1P0A0

Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien G1P0A0 dengan usia kehamilan 39 minggu datang ke
poliklinik obgyn untuk kontrol kehamilan. Keluhan nyeri ulu hati dan gangguan
penglihatan disangkal. Pasien mengatakan sejak satu minggu terakhir tekanan darah
tinggi. Keluhan tekanan darah tinggi sebelum masa kehamilan disangkal. Mules
disangkal, keluar darah dan lendir serta keluar air merembes disangkal ibu. Gerakan janin
masih dirasakan ibu.

2. Riwayat Penyakit Dahulu


(-) Cacar (-) Malaria (-) Batu ginjal / Saluran
kemih
(-) Cacar air (-) Disentri (-) Burut (Hernia)
(-) Difteri (-) Hepatitis (-) Penyakit prostat
(-) Batuk rejan (-) Tifus Abdominalis (-) Wasir
(-) Campak (-) Skrofula (-) Diabetes
(-) Influenza (-) Sifilis (-) Alergi
(-) Tonsilitis (-) Gonore (-) Tumor
(-) Korea (-) Hipertensi (-) Penyakit Pembuluh
(-) Demam Rematik Akut (-) Ulkus Ventrikuli (-) Perdarahan otak
(-) Pneumonia (-) Ulkus Duodeni (-) Psikosis
(-) Pleuritis (-) Gastritis (-) Neurosis
(-) Tuberkulosis (-) Batu Empedu Lain Lain: (-) Operasi
(-) Kecelakaan
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Adakah kerabat yang menderita :

Penyakit Ya Tidak Hubungan


Alergi 
Asma 
Tuberkulosis 
Artritis 
Diabetes Melitus  Ibu Pasien
Hipertensi  Suami Pasien
Jantung 
Ginjal 
Lambung 

4. Riwayat Alergi: Pasien menyangkal riwayat alergi terhadap makanan, minuman, obat-
obatan.

5. Riwayat Pengobatan: Pasien sedang mengkonsumsi suplemen zat besi dan asam folat
sejak awal kehamilan.

6. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi
 Menarche : usia 13 tahun.
 Siklus : teratur, 28 hari
 Lama : 7 hari
 Frekuensi ganti pembalut : 2-3 kali sehari
 Dismenore : Ya
 HPHT : 3-Maret-2017

b. Riwayat Perkawinan
 Menikah : Usia 21 tahun
 Pernikahan pertama, usia pernikahan 1 tahun.

c. Riwayat Kehamilan
 G1P0A0
 Taksiran Persalinan: 10-Januari-2018
d. Riwayat Keluarga Berencana
 KB : Belum pernah menggunakan KB

II. PEMERIKSAAN JASMANI


1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Suhu : 36,4OC
Tekanan Darah : 150/100 mmHg
Frekuensi Nadi : 88x/menit
Frekuensi Napas : 28x/menit
Tinggi Badan : -
Berat Badan : 96,5 kg
Kepala : Conjunctiva : anemis (-/-) Sklera : ikterik (-/-), pupil isokor
Leher : Tiroid : tidak ada kelainan
KGB : tidak ada kelainan
Thoraks
Paru Inspeksi : simetris
Palpasi : retraksi (-/-), fremitus (N/N)
Perkusi : redup (-/-)
Auskultasi : suara vesikuler (+/+), wheezing (-/-) ronkhi (-/-)
Jantung Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung relatif dalam batas normal
Auskultasi : bunyi jantung I dan II regular
Payudara Inspeksi : simetris, puting menonjol
Palpasi : tumor tidak teraba, ASI belum ada

Abdomen : Besar sesuai usia kehamilan, linea nigra (+) striae gravidarum (+)
Hepar : Sulit dinilai
Lien : Sulit dinilai

Ekstremitas
Superior : Akral hangat, udem (-/-), RCT < 2 detik
Inferior : Akral hangat, udem (-/-), RCT < 2 detik, refleks patella (+)
2. Status Obstetri
Riwayat Kehamilan : G1P0A0 usia kehamilan 39 minggu
Pemeriksaan Luar
Leopold I : TFU: 32 cm, teraba bulat lunak
Leopold II : kiri teraba keras seperti papan, kanan teraba bagian kecil
Leopold III : teraba bulat keras
Leopold IV : kepala belum masuk PAP
HIS : (-)
DJJ : 136x/menit reguler

Pemeriksaan Dalam : Tidak dilakukan

III. PEMERIKSAAN GINEKOLOGI


1. Inspeksi : tidak dilakukan
2. Dengan speculum : tidak dilakukan
3. Pemeriksaan bimanual : tidak dilakukan

IV. URAIAN MASALAH


G1P0A0 hamil 39 minggu dengan hipertensi gestasional
Dasar : HPHT tanggal 3-Maret-2017 dengan usia kehamilan 39 minggu dan tekanan darah
150/100 mmHg.

V. Differential Diagnosis
Differential Diagnosis : Preeklamsia
Dasar : tekanan darah 150/100 mmHg

VI. RENCANA PERMULAAN


Rencana Diagnostik : Pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, USG
Rencana Edukasi : Edukasi mengenai rencana sectio cesarea, bahaya hipertensi
dalam kehamilan

VII. LABORATORIUM
Darah Rutin Hematokrit : 34,5%
Leukosit : 8.690/µL Trombosit : 241.000/µL
Hb : 11,8 gr/dL Golongan darah : B
Kimia Klinik
GDS : 147 mg/dL Hematologi
Masa Perdarahan : 4 menit
Urinalisis Masa Pembekuan: 12 menit
Protein urin : Negatif

VIII. Penatalaksanaan
a. Observasi tanda vital
b. Rencana SC elektif
c. Pasang D/C
d. Infus ringer laktat
e. Dopamet 3x250 mg
f. Nifedipin 1x30 mg
g. Ceftriaxone 2 gr
h. Ketorolac 2x1
i. Tablet Fe 1x1

IX. PROGNOSIS
 ad vitam : dubia ad bonam
 ad fungsionam : dubia ad bonam
 ad sanationam : dubia ad bonam
FOLLOW UP JAGA

TANGGAL JAM FOLLOW UP


4-Januari-2018 17.00 S : Tidak ada keluhan
O : KU: Baik Kes: CM
TD: 150/90mmHg N: 88x/menit
T: 36,4ºC R: 20x/menit
TFU : 32 cm punggung kiri, letak memanjang, presentasi
kepala, penurunan 5/5
DJJ : 140x/menit reguler
A: G1P0A0 hamil 39 minggu + hipertensi gestasional
P : skin prict test (ceftriaxone)
Pro SC pukul 20.30
IVFD RL 20 tpm
Pemasangan D/C
21.30 O: KU: Baik Kes: CM
TD: 127/73mmHg N: 53x/menit
T: 36,ºC R: 24x/menit
TFU setinggi pusat Perdarahan : -
21.45 O: KU: Baik Kes: CM
TD: 133/79 mmHg N: 51x/menit
R: 22x/menit
TFU setinggi pusat, keras Perdarahan : sedikit
22.00 O: KU: Baik Kes: CM
TD: 143/87 mmHg N: 47x/menit
R: 22x/menit
TFU setinggi pusat, keras Perdarahan : sedikit
22.15 O: KU: Baik Kes: CM
TD: 147/80 mmHg N: 50x/menit
R: 24x/menit
TFU setinggi pusat, keras Perdarahan : sedikit
22.45 O: KU: TSS Kes: CM
TD: 133/82 mmHg N: 50x/menit
R: 24x/menit
TFU setinggi pusat, keras Perdarahan : sedikit
23.15 O: KU: TSS Kes: CM
TD: 153/88 mmHg N: 59x/menit
R: 24x/menit T : 36,60C
TFU setinggi pusat, keras Perdarahan : sedikit
A : P1A0 post-SC dengan hipertensi gestasional dan lilitan tali
pusat
P : Ceftriaxone 1gram inj 2 kali
Ketorolac 3x1 ampul
Meviton 1x1
Drip oksitosin 1 ampul dengan 500cc RL 20 tpm/12 jam
Vitamin A 1x1
5-Januari-2018 05.00 S : keluhan nyeri luka op, sulit tidur
O: KU: TSS Kes: CM
TD: 160/80 mmHg N: 88x/menit
T: 36,5ºC R: 20x.menit
TFU : setinggi pusat, keras
Perdarahan : setengah intake
A: P1A0 post-SC dengan hipertensi gestasional dan lilitan tali pusat
P : IVFD RL 20 tpm
08.00 S : keluhan nyeri luka op
O: KU: TSS Kes: CM
TD: 160/80 mmHg N: 76x/menit
T: 36,5ºC R: 36x/menit
TFU : satu jari dibawah pusat, keras
Perdarahan : sedikit
A: P1A0 post-SC dengan hipertensi gestasional dan lilitan tali pusat
P : IVFD RL 20 tpm
Asam Mefenamat 3x500mg
Clindamisin 3x300mg
Meviton 1x1
Metyldopa 2x250mg
14.00 S : keluhan nyeri luka op
O: KU: TSS Kes: CM
TD: 140/90 mmHg N: 80x/menit
T: 36,8ºC R: 32x/menit
TFU : satu jari dibawah pusat, keras
Perdarahan : sedikit
A: P1A0 post-SC dengan hipertensi gestasional dan lilitan tali pusat
P : IVFD RL 20 tpm
Asam Mefenamat 3x500mg
Clindamisin 3x300mg
Metyldopa 2x250mg
17.30 S : keluhan nyeri luka op, demam
O: KU: TSS Kes: CM
TD: 140/70 mmHg N: 84x/menit
T: 38,2ºC R: 22x/menit
TFU : satu jari dibawah pusat, keras
Perdarahan : sedikit
A: P1A0 post-SC dengan hipertensi gestasional dan lilitan tali pusat
P : IVFD RL 20 tpm
Asam Mefenamat 3x500mg
Clindamisin 3x300mg
Metyldopa 2x250mg
Paracetamol 3x500mg
6-Januari-2018 05.00 S : keluhan nyeri pada luka bekas op
O: KU: TSS Kes: CM
TD: 140/60 mmHg N: 88x/menit
T: 37,4ºC R: 21x/menit
TFU : satu jari dibawah pusat, keras
Perdarahan : sedikit
A: P1A0 post-SC dengan hipertensi gestasional dan lilitan tali pusat
P : Aff infus
Asam Mefenamat 3x500mg
Clindamisin 3x300mg
Metyldopa 2x250mg
Meviton 1x1
08.00 S : keluhan nyeri luka op
O: KU: TSS Kes: CM
TD: 130/70 mmHg N: 88x/menit
T: 36,6ºC R: 320x/menit
TFU : dua jari dibawah pusat, keras
Perdarahan : sedikit
A: P1A0 post-SC dengan hipertensi gestasional dan lilitan tali pusat
P : Asam Mefenamat 3x500mg
Clindamisin 3x300mg
Metyldopa 2x250mg
Boleh Pulang
BAB III
PEMBAHASAN DAN TINJAUAN PUSTAKA

Hipertensi dalam Kehamilan

1. Definisi
Hipertensi gestasional atau hipertensi transien adalah hipetensi yang timbul pada
kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan pasca
persalinan atau kehamilan dengan tanda-tanda preeklampsia tetapi tanpa proteinuria. Wanita
dengan peningkatan tekanan darah yang dideteksi pertama kali setelah pertengahan
kehamilan, tanpa proteinuria, diklasifikasikan menjadi hipertensi gestasional. Jika
preeklampsia tidak terjadi selama kehamilan dan tekanan darah kembali normal setelah 12
minggu postpartum, diagnosis transient hypertension dalam kehamilan dapat ditegakkan.
Namun, jika tekanan darah menetap setelah postpartum, wanita tersebut didiagnosis menjadi
hipertensi kronik.

2. Epidemiologi

Insiden hipertensi gestasional adalah penyebab utama hipertensi dalam kehamilan yang
menyerang 6-7% ibu primigravida dan 2-4% ibu multigravida. Insiden ini meningkat pada
kehamilan ganda dan riwayat preeklampsia.

3. Diagnosis

Diagnosa hipertensi genstasional ditegakkan apabila tekanan darah sistolik ≥140 mmHg
atau tekanan darah diastolic ≥90 mmHg pada usia kehamilan >20 minggu, dimana sebelum
kehamilan tekanan darah subyek tersebut normal dan tekanan darah kembali normal pada 12
minggu setelah melahirkan. Diagnosis Hipertensi Gestasional:

 Didapatkan tekanan darah sistolik 140 atau diastolik 90 mm Hg untuk pertama


kalinya pada kehamilan di atas 20 minggu
 Tidak ada proteinuria
 Tekanan darah kembali normal sebelum 12 minggu postpartum
 Diagnosis hanya dibuat pada postpartum
 Mungkin memiliki tanda-tanda atau gejala preeklampsia, misalnya, tidak nyaman
atau trombositopenia epigastrika

4. Patofisiologi Hipertensi Gestasional

Penyebab Hipertensi Gestional Meskipun sebab utama dari hipertensi dalam kehamilan
belum jelas, tampaknya terjadi reaksi penolakan imunologik ibu terhadap kehamilan di mana
janin dianggap sebagai hostile tissue graff reaction dimana “Reaksi penolakan imunologik
dapat menimbulkan gangguan yang lebih banyak pada tubuh wanita hamil dibanding akibat
tingginya tekanan darah, yaitu perubahan kimia total pada reaksi yang tidakdapat diadaptasi
yang dapat menyebabkan kejang dan kematian pada wanita hamil”. Banyak teori telah
mengemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan, tetapi tidak ada satupun teori
tersebut yang dianggap mutlak benar. Teori-teori yang sekarang banyak dianut adalah :

1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta

Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada sel-sel
trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot
arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak
memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya, arteri spiralis relative
mengalami vasokontriksi, dan terjadi kegagalan “remodeling arteri spiralis”, sehingga
aliran darah uteroplasenta menurun, dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta.

2. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel


 Iskemia plasenta dan pembentukan oksidan/radikal bebas

Sebagaimana dijelaskan pada teori invasi trofoblas, pada hipertensi dalam


kehamilan terjadi kegagalan “remodeling arteri spiralis”, dengan akibat plasenta
mengalami iskemia. Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan
menghasilkan oksidan (disebut juga radikal bebas). Oksidan atau radikal bebas adalah
senyawa penerima electron atau atom/molekul yang mempunyai electron yang tidak
berpasangan. Salah satu oksidan penting yang dihasilkan plasenta iskemia adalah
radikal hidroksil yang sangat toksis, khususnya terhadap membran sel endotel
pembuluh darah. Sebenarnya produksi oksidan pada manusia adalah suatu proses
normal, karena oksidan memang dibutuhkan untuk perlindungan tubuh. Adanya
radikal hidroksil dalam darah, maka dulu hipertensi dalam kehamian disebut
“toxaemia”. Radikal hidroksil akan merusak membrane sel, yang mengandung banyak
asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak selain akan
merusak membrane sel, juga akan merusak nucleus, dan protein sel endotel. Produksi
oksidan (radikal bebas) dalam tubuh yang bersifat toksis, selalu diimbangi dengan
produksi anti oksidan.

 Peroksida lemak sebagai oksidan pada hipertensi dalam kehamilan

Pada hipertensi dalam kehamilan telah terbukti bahwa kadar oksidan,


khususnya peroksida lemak meningkat, sedangkan antioksidan, missal vitamin E
pada hipertensi dalam kehamilan menurun, sehingga terjadi dominasi kadar oksidan
peroksida lemak yang relative tinggi. Perksidan lemak sebagai oksidan/radikal
bebas yang sangat toksis ini akan beredar diseuruh tubuh daam aliran darah dan
akan merusak membran sel endotel. Membran sel endotel lebih mudah mengalami
kerusakan oleh peroksida lemak, karena letaknya langsung berhubungan dengan
aliran darah dan mengandung banyak asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak
jenuh sangat rentan terhadap oksidan radikal hidroksil, yang akan berubah menjadi
peroksida lemak.

 Disfungsi sel endotel

Akibat sel endotel terpapar terhadap peroksida lemak, maka terjadi kerusakan
sel endotel, yang kerusakannya dimulai dari membran sel endotel. Kerusakan
membran sel endotel mengakibatkan terganggunya fungsi endotel, bahkan rusaknya
seluruh struktur sel endotel. Keadaan ini disebut disfungsi endotel.

3. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin


Pada plasenta hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunan ekspresi HLA-G.
Berkurangnya HLA-G di desidua daerah plasenta, menghambat invasi trofoblas ke dalam
desidua. Invasi trofoblas sangat penting agar jaringan desidua menjadi lunak, dan gembur
sehingga memudahkan terjadinaya reaksi inflamasi.

4. Teori adaptasi kardiovaskular

Pada hipertensi dalam kehamilan kehilangan daya refrakter terhadap bahan


vasokonstriktor, dan ternyata terjadi peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan
vasopresor. Artinya daya refrakter pembuluh darah terhadap bahan vasopresor hilang
sehinggapembuluh darah menjadi sangat peka terhadap bahan-bahan vasopresor pada
hipert ensi dalam kehamilan sudah terjadi pada trimester I (pertama). Peningkatan
kepekaan pada kehamilan yang akan menjadi hipertensi dalam kehamilan, sudah dapat
ditemukan pada kehamilan dua puluh minggu. Fakta ini dapat dipakai sebagai prediksi
akan terjadinya hipertensi dalam kehamilan

5. Teori defisiensi gizi

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kekurangan defisiensi gizi berperan dalam
terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Penelitian yang penting yang pernah dilakukan di
inggris ialah penelitian tentang pengaruh diet pada preeklampsia beberapa waktu
sebelum pecahnya Perang Dunia ke II. Suasana serba sulit mendapat gizi yang cukup
dalam persiapan perang menimbulkan kenaikan insiden hipertensi dalam kehamilan.
Penelitian terakhir membuktikan bahwa konsumsi minyak ikan, termaksud minyak hati
halibut dapat mengurangi risiko preeclampsia.

6. Teori inflamasi

Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas di dalam sirkulasi darah
merupakan rangsangan utama terjadinya proses inflamasi. Pada kehamilan normal,
jumlah debris trofoblas masih dalam batas wajar, sehingga reaksi inflamasi juga msih
dalam batas normal. Berbeda dengan proses apoptosis pada preeklampsia, dimana ada
preeklampsia terjadi peningkatan stresoksidatif, sehingga produksi debris apoptosis dan
nekrotik trofoblas juga meningkat. Makin banyak sel trofoblas plasenta, misalnya pada
plasenta besar, pada hamil ganda, maka reaksi stress oksidatif kan sangat meningkat,
sehingga jumlah sisa debris trofobls juga makin meningkat. Keadaan ini menimbulkan
beban reaksi inflamasi dalam darah ibu menjadi juh lebih besar, dibanding reaksi inflamsi
pada kehamilan normal. Respons inflamasi ini akan mengaktifasi sel endotel, dan sel-sel
makrofag/granulosit, yang lebih besar pula, sehingga terjadi reaksi sistemik inflamasi
yang menimbulkan gejala-gejala pada preeklampsia pada ibu

5. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan hipertensi gestasional perlu dilakukan dengan tujuan untuk mencegah


jangan sampai berlanjut menjadi eklamsia yang akan menimbulkan kelainan serius pada ibu
dan mengganggu kehidupan serta kesehatan janin dalam rahim. Bila didapatkan hipertensi
dalam kehamilan sebaiknya segera dirawat inap dirumah sakit dan diberikan istirahat total.
Istirahat total akan menyebabkan peningkatan aliran darah renal dan utero placental.
Peningkatan aliran darah renal akan meningkatkan diuresis (keluarnya air seni), menurunkan
berat badan dan mengurangnya oedema. Pada prinsipnya penatalaksanaan hipertensi
ditujukan untuk mencegah terjadinya eklamsia, monitoring unit feto-placental, mengobati
hipertensi dan melahirkan janin dengan baik Adapun penatalaksanaannya antara lain :

1. Deteksi Prenatal Dini

Waktu pemeriksaan pranatal dijadwalkan setiap 4 minggu sampai usia kehamilan 28


minggu, kemudian setiap 2 minggu hingga usia kehamilan 36 minggu, setelah itu setiap
minggu.

2. Penatalaksanaan Di Rumah Sakit

Evaluasi sistematik yang dilakukan mencakup :

 Pemeriksaan terinci diikuti oleh pemantauan setiap hari untuk mencari temuan-
temuan klinis seperti nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri epigastrium, dan
pertambahan berat yang pesat.
 Berat badan saat masuk
 Analisis untuk proteinuria saat masuk dan kemudian paling tidak setiap 2 hari
 Pengukuran tekanan darah dalam posisi duduk setiap 4 jam kecuali antara tengah
malam dan pagi hari
 Pengukuran kreatinin plasma atau serum, gematokrit, trombosit, dan enzim hati
dalam serum, dan frekuensi yang ditentukan oleh keparahan hipertensi
 Evaluasi terhadap ukuran janin dan volume cairan amnion baik secara klinis maupun
USG
 Terminasi kehamilan
Pada hipertensi sedang atau berat yang tidak membaik setelah rawat inap biasanya
dianjurkan pelahiran janin demi kesejahteraan ibu dan janin. Persalinan sebaiknya
diinduksi dengan oksitosin intravena. Apabila tampaknya induksi persalinan hampir
pasti gagal atau upaya induksi gagal, diindikasikan seksio sesaria untuk kasus-kasus
yang lebih parah.
3. Terapi Obat Antihipertens
Pemakaian obat antihipertensi sebagai upaya memperlama kehamilan atau
memodifikasi prognosis perinatal pada kehamilan dengan penyulit hipertensi dalam
berbagai tipe dan keparahan telah lama menjadi perhatian.

4. Kiat Menurunkan Tekanan Darah Pada Hipertensi


1. Turunkan kelebihan berat badan
Diantara semua faktor resiko yang dapat dikendalikan, berat badan adalah salah
satu yang paling erat kaitannya dengan hipertensi. Dibandingkan dengan orang yang
kurus, orang yang gemuk (kelebihan berat badan) lebih besar peluangnya terkena
hipertensi (Edward Price, M.D).

2. Olahraga
Olahraga sangat bermanfaat bagi kesehatan kardiovaskuler. Gerak fisik hingga taraf
tertentu dibutuhkan tubuh untuk menjaga mekanisme pengatur tekanan darah agar tetap
bekerja sebagaimana mestinya. Olahraga yang disarankan untuk ibu hamil seperti senam
hamil, renang, atau gerakan statis (seperti berjalan kaki).
3. Diet
 Mengurangi asupan garam Seperti kasus hipertensi pada umumnya, pada penderita
hipertensi gestasional pengurangan asupan garam dapat menurunkan tekanan darah
secara nyata. Umumnya kita mengkonsumsi garam lebih banyak garam daripada
yang dibutuhkan oleh tubuh. Idealnya, kita cukup menggunakan sekitar satu sendok
teh saja atau sekitar 5 gram garam per hari.
 Memperbanyak serat Mengkonsumsi lebih banyak serat atau makanan rumahan yang
mengandung banyak serat akan memperlancar buang air besar dan menahan
sebagian natrium. Sebaiknya ibu hamil yang mengalami hipertensi menghindari
makanan kalengan dan makanan siap saji dari restoran, yang dikuatirkan
mengandung banyak pengawet dan kurang serat. Dari penelitian ditemukan bahwa
dengan mengkonsumsi 7 gram serat per hari dapat membantu menurunkan tekanan
darah sistolik sebanyak 5 poin. Serat pun mudah didapat dalam makanan, misalnya
semangkuk sereal mengandung sekitar 7 gram serat.
 Memperbanyak asupan kalium
Penelitian menunjukkan bahwa dengan mengkonsumsi 3500 miligram kalium
dapat membantu mengatasi kelebihan natrium, sehingga dengan volume darah yang
ideal dapat dicapai kembali tekanan yang normal. Kalium bekerja mengusir natrium
dan senyawanya. Sehingga lebih mudah dikeluarkan. Sumber kalium mudah
didapatkan dari asupan makanan sehari-hari. Misalnya, sebutir kentang rebus
mengandung 838 miligram sehingga 4 butir kentang (3352 miligram) akan
mendekati kebutuhan tersebut. Atau dengan semangkuk bayam yang mengandung
800 miligram kalium cukup ditambahkan tiga butir kentang. Banyak jenis buah yang
juga dapat menurunkan tekanan darah salah satunya pisang merupakan sumber zat
potasium yang dapat membantu menurunkan tekanan darah dan mengurangi
pembekuan cairan dalam tubuh. Selain pada buah pisang potasium juga bisa ditemui
pada kismis, yogurt, bit, Brussels sprout (sejenis kubis), alpukat, dan jeruk.
 Penuhi kebutuhan magnesium
Ditemukan antara rendahnya asupan magnesium dengan hipertensi. Tetapi
belum dapat dipastikan berapa banyak magnesium yang dibutuhkan untuk mengatasi
hipertensi. Kebutuhan magnesium menurut kecukupan gizi yang dianjurkan atau
RDA (Recommended Dietary Allowance) adalah sekitar 350 miligram. Kekurangan
asupan magnesium terjadi dengan semakin banyaknya makanan olahan yang
dikonsumsi. Sumber makanan yang kaya magnesium antara lain kacang tanah,
kacang polong, dan makanan laut. Kandungan asam lemak omega 3 dalam ikan
dapat membantu melancarkan aliran darah dan melindungi dari efek tekanan darah
tinggi serta mengurangi peradangan. Saat mengkonsumsi ikan hindari jenis ikan
yang mengandung kadar merkuri tinggi seperti tuna, swordfish (ikan cucut),
makarel, ikan halibut, serta kakap putih. Sebaliknya pilihlah ikan yang mengandung
kadar mercuri rendah seperti ikan anchovies, ikan char, ikan flounder, ikan harring,
ikan gindara, ikan salmon, dan ikan sturgeon.
 Lengkapi kebutuhan kalsium 800 miligram kasium per hari (setara dengan tiga gelas
susu) sudah lebih dari cukup untuk memberikan pengaruh terhadap penurunan
tekanan darah.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Hipertensi gestasional adalah hipetensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria
dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan pasca persalinan atau kehamilan dengan tanda-tanda
preeklampsia tetapi tanpa proteinuria. Hingga saat ini hipertensi dalam kehamilan masih
merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janinnva. Hipertensi
dalam kehamilan berarti tekanan darah meninggi saat hamil. Keadaan ini biasanya mulai pada
trimester ketiga, atau tiga bulan terakhir kehamilan. Kadang-kadang timbul lebih awal, tetapi hal
ini jarang terjadi. Dikatakan tekanan darah tinggi dalam kehamilan jika tekanan darah sebelum
hamil (saat periksa hamil) lebih tinggi dibandingkan tekanan darah di saat hamil.

Diagnosis hipertensi gestasional adalah ditegakkan bila hipertensi tanpa proteinuria pertama kali
terjadi pada kehamilan lebih dari 20 minggu atau dalam waktu 48 – 72 jam pasca persalinan dan
hilang setelah 12 minggu pasca persalinan.

Anda mungkin juga menyukai