Anda di halaman 1dari 3

Nama : Alvin Febriano

Kelas : MM 65 B
NIM : 00000009359
Subject
: Myopic Loss Aversion and The Equity Premium Puzzle
Equity premium puzzle merupakan fenomena yang menunjukkan bahwa return saham pada
abad 20 jauh lebih tinggi dari obligasi Pemerintah. Sebagai gambaran, sejak tahun 1926, real
return tahunan saham berkisar pada 7%, sementara real return tahunan treasury bills kurang
dari 1%. Walaupun Capital Asset Pricing Model (CAPM) menyatakan bahwa asset keuangan
yang lebih berisiko akan memberikan return yang lebih tinggi, namun selisih return antara
saham dan obligasi Pemerintah dianggap terlalu tinggi.

IS THE EQUITY PREMIUM PUZZLE REAL?


Untuk menunjukkan bahwa equity premium puzzle memang benar-benar ada, maka perlu
diuji apakah real return saham yang jauh lebih tinggi dari obligasi Pemerintah sejak tahun
1926 memang benar-benar suatu fenomena yang spesial. Untuk menguji hal ini, maka dilihat
real return saham dan obligasi Pemerintah sejak tahun 1802. Periode pengamatan dibagi
menjadi 3, yaitu tahun 1802 1870, 1871 1925, dan 1926 1990. Pada ketiga periode
tersebut, rata-rata real return saham sebesar 5,7%, 6,6%, dan 6,4%. Sementara rata-rata real
return obligasi Pemerintah turun dari sebesar 5,1% menjadi 3,1% dan 0,5%. Dengan
demikian, terlihat bahwa equity premium puzzle memang fenomena yang benar-benar ada,
yang sudah berlangsung lama, yaitu dari tahun 1871.

KONSEP 1: LOSS AVERSION


Ada 2 konsep yang dapat menjelaskan equity premium puzzle ini. Pertama, konsep loss
aversion. Loss aversion merupakan kecenderungan setiap individu untuk lebih sensitif
terhadap penurunan nilai asset-nya dibandingkan terhadap kenaikan nilai asset-nya. Konsep
ini dapat dilihat dengan membuat model utility, dimana utility didefinisikan sebagai gain dan
loss terhadap suatu reference point. Utility function menghasilkan grafik sebagai berikut:
Terlihat bahwa grafik loss lebih curam dari
grafik gain, sehingga hal ini menunjukkan
bahwa individu memang lebih sensitif
terhadap
penurunan
nilai
asset-nya
dibandingkan terhadap kenaikan nilai assetnya.

KONSEP 2: EVALUATION PERIOD


Konsep kedua untuk menjelaskan equity premium puzzle berkaitan dengan mental
accounting, yang merupakan metode implisit yang digunakan seseorang untuk mengkode dan
mengevaluasi financial outcome, seperti transaksi, investasi, judi, dll. Yang menjadi

penekanan adalah periode evaluasi (evaluation period) tersebut, yaitu periode dimana
investor mengevaluasi portofolionya.
Evaluation period berbeda dengan jangka waktu investasi. Sebagai contoh, seorang investor
yang berniat untuk melakukan investasi dengan jangka waktu 30 tahun, namun investor
tersebut mengevaluasi portofolionya setiap 3 bulan. Maka dapat dikatakan bahwa evaluation
period-nya adalah 3 bulan. Jangka waktu investasi dan evaluation period perlu dibedakan
karena perilaku investor akan lebih ditentukan oleh evaluation period dibandingkan jangka
waktu investasi. Sebagai contoh, seorang investor yang memiliki jangka waktu investasi
selama 30 tahun dan evaluation period selama 3 bulan, perilakunya akan mirip dengan
investor yang memiliki jangka waktu investasi selama 3 bulan dan tidak melakukan evaluasi
selama 3 bulan tersebut.
Berkaitan dengan evaluation period, semakin cepat evaluation period seorang investor, maka
investasi yang berisiko tinggi seperti saham akan semakin tidak menarik bagi investor
tersebut.
Selanjutnya, dipelajari juga pada evaluation period berapa lama, maka investasi 100% di
saham akan sama menariknya dengan investasi 100% di obligasi. Hasil penelitian dapat
dilihat pada 2 grafik ini:

Titik dimana kedua kurva berpotongan merupakan titik dimana investasi 100% di saham
sama menariknya dengan investasi 100% di obligasi. Apabila menggunakan nominal returns,
maka equilibrium evaluation period sekitar 13 bulan. Sementara jika menggunakan real
returns, maka equilibrium evaluation period sekitar 10 11 bulan.
Penelitian selanjutnya juga mencari tahu kombinasi investasi saham dan obligasi yang dapat
memaksimalkan utility. Hasil penelitian dapat dilihat pada grafik ini:
Terlihat bahwa portofolio dengan investasi
sebesar 30% - 55% di saham dapat
memaksimalkan utility.

MYOPIA AND THE MAGNITUDE OF EQUITY PREMIUM


Sesuai uraian di atas, diketahui bahwa equity premium disebabkan oleh kombinasi antara 2
faktor, yaitu loss aversion dan evaluation period yang terlalu cepat (terlalu sering). Dua faktor
ini membentuk fenomena yang disebut myopic loss aversion. Faktor pertama (loss aversion)
merupakan suatu natur investor, sementara faktor kedua (evaluation period) merupakan
preferensi investor. Ketika faktor evaluation period diteliti lebih lanjut, diketahui bahwa
semakin lama (semakin jarang) evaluation period, maka investasi yang cukup berisiko seperti

saham menjadi semakin menarik. Penelitian juga menunjukkan bahwa equity premium terus
menurun seiring dengan semakin lamanya evaluation period:
Ketika evaluation period adalah 1 tahun, equity premium sebesar 6,5%
Ketika evaluation period adalah 2 tahun, equity premium sebesar 4,65%
Ketika evaluation period adalah 5 tahun, equity premium sebesar 3,0%
Ketika evaluation period adalah 10 tahun, equity premium sebesar 2,0%
Ketika evaluation period adalah 20 tahun, equity premium sebesar 1,4%

DO ORGANIZATIONS DISPLAY MYOPIC LOSS AVERSION?


Salah satu organisasi yang dianalisa adalah pension funds. Pension funds biasanya
menempatkan investasinya sebesar 60% di saham dan 40% di obligasi. Dengan mengetahui
bahwa investasi di pension funds bersifat jangka panjang dan pada jangka panjang saham
biasanya memberikan return yang lebih tinggi, kenapa pension funds tidak menempatkan
investasi di saham dalam proporsi yang lebih tinggi? Jawabannya adalah walaupun investasi
di pension funds bersifat jangka panjang, namun karyawan yang mengelolanya tetap perlu
membuat laporan rutin dan ini mempercepat evaluation period.
Kejadian yang sama juga terjadi pada satu organisasi berikut yang dianalisa, yaitu foundation
and university endowments. Organisasi ini menjaga agar investasinya di saham tidak terlalu
besar karena tetap diperlukan membuat laporan rutin dan ini mempercepat evaluation period.
Selain itu, organisasi ini juga harus memastikan diri mampu membayar operating budget
yang bersifat rutin.

KESIMPULAN
Equity premium puzzle merupakan fenomena yang menunjukkan bahwa return saham pada
abad 20 jauh lebih tinggi dari obligasi Pemerintah. Hal ini disebabkan karena 2 faktor, yaitu
loss aversion dan evaluation period yang terlalu cepat.

KOMENTAR MAHASISWA
Setelah membaca jurnal ini, saya bertanya-tanya: atas dasar apa penulis mengatakan bahwa
selisih return (premium) antara saham dan obligasi terlalu besar? Bukankah saham
merupakan investasi yang lebih berisiko dari obligasi, sehingga sudah sewajarnya jika returnnya lebih tinggi? Memang penulis juga setuju bahwa sudah sewajarnya jika return saham
lebih tinggi karena lebih berisiko. Namun penulis juga berpendapat bahwa selisih return-nya
terlalu besar dan penulis tidak menjelaskan alasannya berpendapat seperti itu. Saran saya,
sebaiknya dilakukan penjelasan terlebih dahulu mengapa penulis berpendapat bahwa selisih
return tersebut terlalu besar.

Anda mungkin juga menyukai