Anda di halaman 1dari 28

TUGAS PAPER FINANCIAL MANAGEMENT

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN GUNA MENILAI


KINERJA PERUSAHAAN PADA
PT. GARUDA INDONESIA (PERSERO) TBK
PERIODE 2012 1H2014

Disusun Oleh:
ANDY
000009361
MAGISTER MANAGEMENT

UNIVERSITAS PELITA HARAPAN


The Plaza Semanggi
Kawasan Bisnis Granadha 3rd, 16th, and 17th Floor Jl. Jend. Sudirman Kav.50
Jakarta 12930
i


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..... i
DAFTAR ISI.....ii
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang....1
1.2 Identifikasi Masalah........2
1.3 Rumusan Masalah.......3
1.4 Tujuan Penelitian....4
1.5 Manfaat Penelitian......5
BAB II LANDASAN TEORI..5
2.1 Pegertian, Tujuan dan Jenis Laporan Keuangan.6
2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan....7
2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan..8
2.1.3 Jenis-Jenis Laporan Keuangan....9
2.1.3.1 Neraca (Balance Sheet) ..........9
2.1.3.2 Laporan Laba Rugi (Income Statement)...10
2.1.3.3 Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement)........10
2.2 Analisis Laporan Keuangan...10
2.2.1 Ukuran Kinerja (Performance Measures)..11
2.2.1.1 Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) ...11
2.2.1.2 Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio)......12
2.2.2 Ukuran Kebijakan Keuangan (Financial Policy Measures)......12
2.2.2.1 Rasio Leverage......12
2.2.2.2 Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio).....12
BAB III PEMBAHASAN...12
3.1 Analisis Laporan Keuangan...12
3.1.1 Analisis Neraca..12
3.1.1.1 Aset12
3.1.1.2 Kewajiban..13
3.1.1.3 Modal.. ..14
3.1.2 Anlisis Laporan Laba Rugi15
3.1.3 Analisis Laporan Arus Kas16
3.2 Analisis Rasio16
3.2.1 Analisis Rasio Likuiditas...16
3.2.2 Analisis Rasio Solvabilitas16
3.2.3 Analisis Rasio Profitabilitas..17


BAB IV PENUTUP.18
4.1 Kesimpulan18
4.2 Saran..18
DAFTAR PUSTAKA..19
LAMPIRAN 1.20
LAMPIRAN 2.20
LAMPIRAN 3.20
LAMPIRAN 4.20


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Industri penerbangan merupakan salah satu industri yang penting bagi negara
kepulauan seperti Indonesia. Selain mendukung distribusi logistik barang ke segala penjuru
daerah, industri penerbangan juga memudahkan mobilitas penduduk antar Kota, propinsi,
ataupun pulau. Namun demikian, industri penerbangan di Indonesia memiliki iklim
persaingan yang kompetitif dengan hadirnya maskapai penerbangan domestik

maupun

maskapai penerbangan asing. Maraknya persaingan tersebut tercermin dari banyaknya tiket
murah dan paket promo yang ditawarkan oleh maskapai penerbangan berbiaya rendah (lowcost airline) dengan pasar sasaran masyarakat kelas menengah ke bawah serta rute
penerbangan langsung dari dan ke Indonesia yang ditawarkan oleh maskapai penerbangan
asing.
Salah satu pelaku industri penerbangan Indonesia yang masih bertahan hingga saat ini
di tengah persaingan yang kompetitif tersebut adalah PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk
(GIA). Beroperasi sejak tahun 1950 sebagai perusahaan maskapai penerbangan nasional
Indonesia dan go public sejak Februari 2011, GIA terus mengalami perkembangan dan
inovasi hingga saat ini. Langkah-langkah inovasi tersebut dituangkannya dalam bentuk
rencana ekspansi 5 tahun yang agresif untuk periode 2011 2015 yang disebut Quantum
Leap. Dalam jangka waktu 5 tahun tersebut, GIA menargetkan untuk menggandakan
armadanya menjadi 194 pesawat dengan rata-rata usia armada kurang dari lima tahun,
menaikkan jumlah penumpang per tahunnya menjadi 27,6 juta penumpang, serta
meningkatkan tujuan domestik maupun internasionalnya menjadi 62 layanan penerbangan.
Berkat langkah-langkah inovasi tersebut, GIA berhasil meraih berbagai penghargaan
berskala internasional. Sebelum dinobatkan sebagai the most improved airline (maskapai
penerbangan yang paling banyak mengalami perbaikan) dan maskapai penerbangan terbaik
ketujuh di dunia untuk tahun 2014 oleh Skytrax, suatu lembaga pengkajian penerbangan udara
dunia, GIA juga dianugerahi bintang empat oleh lembaga tersebut, sedikit di bawah
Singapore Airlines dan Malaysia Airlines. Sementara itu, Center for Asia Pacific Aviation
(CAPA) yang berbasis di Australia juga menempatkan Garuda Indonesia sebagai maskapai
penerbangan dengan skor tertinggi (diatas 8), mengalahkan Singapore Airlines, Cathay
Pacific, Malaysian Airlines, dan Thai Airways. Di samping itu, GIA juga meriah penghargaan
sebagai the first best cabin crew tahun 2014, mengalahkan Cathay Pacific, Singapore Airline,
dan beberapa maskapai penerbangan ternama lainnya.


Terlepas dari berbagai penghargaan tersebut, kinerja GIA tentunya akan terefleksi
dengan lebih baik melalui laporan keuangannya. Oleh sebab itu, makalah ini akan
menitikberatkan pada analisis laporan keuangan GIA untuk periode 2012, 2013, dan Semester
I/2014 guna mengevaluasi perkembangan bisnis dan kinerja perusahaan yang bersangkutan
selama dua setengah tahun terakhir.
1.2. Identifikasi Masalah
Mengingat analisis laporan keuangan memiliki ruang lingkup yang sangat luas, maka
pembahasan dalam makalah ini hanya akan dibatasi pada analisis neraca, laporan laba rugi,
dan laporan arus kas serta beberapa rasio terkait lainnya untuk menilai kinerja GIA selama
periode 2012 hingga Semester I/2014.
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut di atas, maka pokok
permasalahannya dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah GIA berhasil meningkatkan aset dan pendapatan dari bisnis utamanya selama
periode 2012 hingga Semester I/2014?
2. Apakah GIA memiliki kemampuan mencetak laba yang memadai selama periode 2012
hingga Semester I/2014?
3. Apakah GIA memiliki kondisi likuiditas yang memadai selama periode 2012 hingga
Semester I/2014?
4. Apakah GIA memiliki kemampuan yang memadai untuk memenuhi seluruh kewajiban
finansialnya selama periode 2012 hingga Semester I/2014?
1.4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kinerja GIA dalam meningkatkan aset dan pendapatannya.
2. Untuk mengetahui kemampuan GIA dalam mencetak laba yang memadai.
3. Untuk mengetahui kondisi likuiditas GIA .
4. Untuk mengetahui kemampuan GIA dalam memenuhi seluruh kewajiban finansialnya.
1.5

Manfaat Penulisan

1. Bagi Perusahaaan
Untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan sehingga memberikan gambaran dan
pertimbangan bagi GIA (Persero) Tbk untuk mengambil keputusan di masa yang akan
datang dan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam


penilaian Kinerja Keuangan instansi dan membantu dalam pengambilan keputusan untuk
masalah keuangan yang dihadapi.
2. Bagi Pembaca
Untuk dapat dijadikan sebagai referensi dalam menghadapi masalah yang sama dan
sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan.
3. Bagi Penulis
Untuk sarana menambah ilmu pengetahuan dan penerapan teori yang diperoleh dengan
praktek yang sesungguhnya.


BAB II
LANDASAN TEORI
2.1

Pengertian, Tujuan, dan Jenis Laporan Keuangan

2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan


Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi keuangan dari
perusahaan. Laporan keuangan yang merupakan hasil dari kegiatan operasi normal
perusahaan akan memberikan informasi keuangan yang berguna bagi entitas-entitas di dalam
perusahaan

itu

sendiri

maupun

entitas-entitas

lain

di

luar

perusahaan.

Berikut merupakan beberapa definisi dari laporan keuangan menurut beberapa ahli, antara
lain:
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2007, hal 7) Laporan keuangan merupakan
bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keungan yang lengkap biasanya meliputi
neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang disajikan dalam berbagai
cara misalnya laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi
penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
Berdasarkan definisi-definisi yang tersebut diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
suatu laporan keuangan berfungsi untuk:
1.

Mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan pada kurun waktu tertentu melalui
laporan historis yang secara sistematis memberikan informasi menyeluruh mengenai
aktiva, hutang serta modal yang dikenal dengan nama Neraca (Balance Sheet).

2.

Mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan pada kurun waktu tertentu melalui
laporan historis yang secara sistematis memberikan informasi menyeluruh mengenai
penghasilan, biaya serta laba atau rugi yang diperoleh yang dikenal dengan nama
Laporan Laba Rugi (Income Statement).

3.

Mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan pada kurun waktu tertentu melalui
laporan historis yang secara sistematis memberikan informasi menyeluruh mengenai
aktivitas investasi, pendanaan dan operasi selama periode pelaporan, yang dikenal
dengan nama Laporan Perubahan Ekuitas (Statement of Owners Equity atau Statement
of Stockholders Equity).

4.

Setiap laporan tersebut menyediakan informasi yang berbeda antara yang satu dengan
yang lainnya namun saling berkaitan karena mencerminkan aspek yang berbeda dari
transaksi-transaksi atau peristiwa-peristiwa lain yang sama.


2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan
Pada awalnya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah berfungsi sebagai
alat pengujian dari pekerjaan fungsi bagian pembukuan, akan tetapi untuk selanjutnya
seiring dengan perkembangan jaman, fungsi laporan keuangan sebagai dasar untuk dapat
menentukan atau melakukan penilaian atas posisi keuangan perusahaan tersebut. Dengan
menggunakan hasil analisis tersebut, maka pihak-pihak yang berkepentingan dapat
mengambil suatu keputusan. Melalui laporan keuangan juga akan dapat dinilai kemampuan
perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban-kewajibannya baik jangka pendek maupun
jangka panjang, struktur modal perusahaan, pendistribusian pada aktivanya, efektivitas dari
penggunaan aktiva, pendapatan atau hasil usaha yang telah dicapai, beban- beban tetap yang
harus dibayarkan oleh perusahaan serta nilai-nilai buku dari setiap lembar saham perusahaan
yang bersangkutan.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2007, hal 3) tujuan dari laporan keuangan adalah:
1.

Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan


posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna
dalam pengambilan keputusan ekonomi.

2.

Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini adalah memenuhi kebutuhan bersama
dari sebagian besar pengguna. Namun demikian laporan keuangan tidak menyediakan
semua informasi yang mungkin dibutuhkan oleh pengguna dalam pengambilan
keputusan ekonom, karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari
berbagai kejadian di masa yang lalu (historis), dan tidak diwajibkan untuk
menyediakan informasi non keuangan.

3.

Laporan keuangan juga telah menunjukkan apa yang telah dilakukan oleh manajemen
(stewardship) atau merupakan pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang
dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin melakukan penilaian terhadap apa yang
telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen, melakukan hal ini agar mereka
dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan ini mungkin saja mencakup keputusan
untuk memanamkan atau menjual investasi mereka dalam suatu perusahaan atau
keputusan untuk mengangkat kembali atau melakukan penggantian manajemen.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk
mengetahui kondisi keuangan dari suatu perusahaan dan kaitanya dengan:
1.

Kemampuan perusahaan untuk melaksanakan segala kewajiban-kewajibannya pada


saat sini dengan situasi yang kurang mendukung dan tidak dapat diprediksikan di masa
yang akan datang.

2.

Kemampuan perusahaan dalam menarik manfaat untuk melaksanakan transaksi bisnis


ataupun perluasan bisnis. Hal ini sangat dimungkinkan karena perusahaan memiliki


sarana yang dibutuhkan atau kemampuan memperoleh dana melalui pinjaman
(financing) atau penerbitan saham (stock issue).
3.

Kemampuan perusahaan untuk secara berkesinambungan untuk dapat membayar bunga


pinjaman dan dividen.

2.1.3. Jenis-Jenis Laporan Keuangan


Menurut Woelfel (1997, hal 28) laporan keuangan yang umumnya dikeluarkan oleh
perusahaan terdiri atas:
2.1.3.1.Neraca (Balance Sheet)
Neraca adalah suatu laporan yang menggambarkan mengenai jumlah aktiva, hutang,
serta modal suatu perusahaan pada saat tertentu. Berikut ini beberapa pengertian mengenai
neraca, yaitu:
Menurut Keown, et. al (1996, hal 87) :
Neraca adalah suatu bagian dari laporan keuangan yang menunjukkan keadaan dari suatu
unit usaha pada tanggal tertentu yang terdiri atas dua bagian yaitu aktiva dan pasiva. Aktiva
dapat dikategorikan sebagai investasi yang dilakukan dalam perusahaan sedangkan pasiva
merupakan sumber-sumber yang digunakan untuk investasi tersebut dan jumlah kedua bagian
ini harus sama.
Menurut Smith dan Skousen (2007, hal 152):
Neraca adalah merupakan laporan pada suatu saat tertentu mengenai sumber daya
perusahaan (aktiva), hutangnya (kewajiban) dan klaim kepemilikan terhadap sumber daya
(ekuitas pemilik).
Neraca sendiri dapat disusun dalam dua bentuk, yaitu bentuk T (T Form) dan bentuk L
(L Form). Di dalam bentuk T form semua harta perusahaan ditempatkan pada sisi bagian kiri
neraca dengan judul aktiva (assets), sedangkan hutang dan modal ditempatkan pada sisi
kanan neraca dengan judul pasiva (Liabilities and Stockholders Equity). Dalam bentuk L
form, semua harta perusahaan ditempatkan pada bagian atas neraca, sedangkan hutang dan
modal ditempatkan pada bagian bawah neraca.
Menurut Smith dan Skousen (2007, hal 164) keterbatasan neraca antara lain adalah:
1.

Sumber daya dan kewajiban entitas biasanya disajikan menurut harga perolehan
(historical cost) pada saat terjadinya sehingga menjadi tidak relevan untuk melakukan
evaluasi kekayaan perusahaan.


2.

Ketidakstabilan nilai mata uang menyebabkan neraca tidak mencerminkan daya beli
konstan. Akibatnya, neraca mencerninkan aktiva, kewajiban, dan ekuitas dalam satuan
daya beli yang tidak sama.

3.

Sulitnya untuk melakukan perbandingan antara perusahaan yang satu dengan


perusahaan yang lainnya karena masing-masing perusahaan tidak mengklasifikasikan
dan melaporkan semua pos yang hampir sama secara seragam.

4.

Dalam hal pengukuran, ada beberapa sumber daya dan kewajiban entitas tidak
dilaporkan ke dalam neraca (Off Balance Sheet Items).

2.1.3.2.Laporan Laba Rugi (Income Statement)


Menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2007, hal 19):
Laporan laba rugi adalah suatu laporan yang mengukur kinerja keuangan sebuah perusahaan
di antara tanggal neraca. Laporan ini merepresentasikan kegiatan operasional perusahaan.
Laporan laba rugi menyediakan informasi secara menyeluruh mengenai pendapatan, biaya,
laba dan rugi perusahaan dalam suatu kurun waktu tertentu.
Menurut Short, Libby dan Libby (2007, hal 10):
Laporan laba rugi adalah suatu laporan utama akuntan dalam mengukur kinerja ekonomi
suatu usaha, yaitu pendapatan dikurangi dengan biaya- biaya selama periode akuntansi
tertentu.
Menurut Baridwan (2000, hal 39-40) laporan laba rugi dalam penyajiannya dibagi menjadi
dua bentuk, yaitu:
1.

Single step model


Adalah bentuk laporan laba rugi yang tidak dilakukan pengelompokan- pengelompokan
atas pendapatan dan biaya ke dalam kelompok-kelompok usaha dan di luar usaha tetapi
hanya dipisahkan antara pendapatan-pendapatan dan laba dengan biaya-biaya kerugian.

2.

Multistep model
Adalah bentuk laporan laba rugi dimana dilakukan beberapa pengelompokan terhadap
pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya yang disusun dalam urutan tertentu.

2.1.3.3 Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement)


Laporan arus kas seringkali juga disebut sebagai laporan sumber dan penggunaan dana.
Warren, et.al (1996, hal 20) menyatakan bahwa:
Laporan arus kas adalah suatu ringkasan mengenai penerimaan dan pembayaran kas dari
suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu.


Sedangkan Menurut Helfert (2003, Hal 23):
Laporan arus kas adalah laporan yang memperlihatkan hasil-hasil operasi selama periode
serta perubahan yang terjadi di dalam neraca.
Laporan ini dibuat dengan melakukan perbandingan antara neraca di awal periode dengan
neraca di akhir periode serta menggunakan pos-pos kunci di dalam laporan laba rugi.
Dalam penyajiannya, menurut Hackel dan Livnat (1996, hal 146-164), Laporan arus kas
dibagi dalam tiga kelompok yaitu:
1.

Aktivitas Operasional (Operating)


Adalah kelompok yang meliputi seluruh transaksi dan kegiatan lainnya yang tidak
termasuk di dalam kegiatan investasi maupun pembiayaan perusahaan. Secara lebih
jelas, arus kas yang berasal dari kegiatan operasional meliputi arus kas dari kegiatan
produksi, distribusi barang dan penyediaan jasa. Arus kas dari kegiatan operasi adalah
arus kas hasil dari transaksi dan kegiatan lainnya yang ikut menentukan laba bersih.

2.

Aktivitas Investasi (Investing)


Adalah kelompok yang meliputi pembelian dan penagihan piutang, pengembalian
persediaan barang dagang, pembayaran pinjaman, pengadaan serta penjualan ekuitas
dan harta kekayaan perusahaan (tanah), bangunan, dan peralatan serta aktiva-aktiva
produktif lainnya, yaitu aktiva yang digunakan oleh perusahaan untuk melakukan
produksi barang dan jasa.

3.

Aktivitas Pendanaan atau Pembiayaan (Financing)


Adalah kelompok yang meliputi perolehan sumber daya dari para pemilik dan
pemberian hasil atas investasi yang telah dilakukan, peminjaman, serta pembayaran
kembali hutang oleh pemiliknya atau sebaliknya penyelesaian kewajiban perusahaan
kepada pemilik, dan perolehan serta pembayaran sumber daya lainnya yang berasal
dari pembiayaan jangka panjang.

Dalam penyajiannya, suatu perusahaan dapat memilih salah satu dari dua konsep penyajian.
Menurut Munawir (1998, hal 27-28) dijelaskan sebagai berikut:
1.

Jika perusahaan mengunakan clean surplus principle maka semua laba rugi insidentil
akan tampak dalam laporan laba rugi dan laporan laba ditahan perusahaan hanya berisi
net income yang telah ditransfer dari laporan laba rugi, dan terjadinya deklarasi atas
pembayaran deviden dan penyisihan dari laba.

2.

Jika perusahaan menggunakan non clean surplus principle maka dalam laporan laba
rugi hanya menentukan hasil dari kegiatan operasi normal perusahaan pada periode itu,
sedangkan laba rugi yang timbul secara insidentil akan tampak pada laporan ditahan.


2.2. Analisis Laporan Keuangan
Sebelum dibahas mengenai pengertian analisis rasio keuangan, maka akan dibahas
terlebih dahulu mengenai apa yang dimaksud dengan analisis laporan keuangan. Analisis
rasio hanyalah merupakan salah satu bentuk dari apa yang disebut sebagai analisis laporan
keuangan.
Menurut Woelfel (1997, hal 1) menyatakan bahwa analisis laporan keuangan adalah sebagai
berikut:
Analisis laporan keuangan merupakan suatu proses yang berguna untuk memeriksa data
keuangan masa lalu dan saat sekarang dengan tujuan untuk melakukan evaluasi performa dan
melakukan estimasi resiko suatu potensi di masa yang akan datang.
Sedangkan menurut Karnadi (1993, hal 10), analisis laporan keuangan dapat berupa :
1.

Analisis Vertikal
Adalah analisis yang bersifat vertikal dengan memperbandingkan data-data rasio
keuangan perusahaan dari suatu tanggal tertentu dan memperbandingkannya dengan
data-data dari industri secara keseluruhan. Pendekatan ini didasarkan pada premis
bahwa beberapa kekuatan ekonomi dan bisnis yang paling mendasar memaksa seluruh
perusahaan dalam suatu industri untuk berperilaku secara serupa.

2.

Analisis Horizontal
Adalah analisis yang bersifat horizontal dengan memperbandingkan rasio- rasio
keuangan perusahaan dari tahun ke tahun yang lampau dengan tujuan untuk meneliti
arah pergerakannya (tren) dari rasio-rasio perusahaan selama kurun waktu tertentu.
Analisis ini seringkali pula disebut sebagai time series analysis, atau dinamakan
analisis keuangan yang dinamis.
Analisis rasio menggambarkan mengenai suatu hubungan atau perimbangan antara

suatu jumlah tertentu dengan jumlah lainnya yang terdapat di dalam laporan keuangan,
sebagaimana dijelaskan berikut ini.
Menurut Wild dan Bernstein (2001, hal 83):
Analisis rasio keuangan dapat mengungkapkan hubungan dan juga dasar- dasar dari
perbandingan yang mengumpulkan kondisi dan kecendrungan dari perusahaan.
Menurut Subramanyam, Wild, dan Halsey (2007, hal 30)
Analisis rasio mendeskripsikan mengenai hubungan secara matematika antara dua nilai.


Setelah melihat tujuan dari analisis laporan keuangan, maka dapat disimpulkan bahwa
analisis rasio menjadi sangat bermanfaat baik bagi pihak- pihak penguna eksternal, dalam hal
ini adalah calon investor dan kreditur perusahaan maupun pengguna internal perusahaan,
misalnya manajemen untuk dapat menentukan kebijakan-kebijakan yang dibutuhkan untuk
waktu yang akan datang.
Rasio keuangan dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan penganalisisnya. Oleh karena
itu, macam dari rasio keuangan menjadi sangat banyak jumlahnya. Penggolongan angka rasio
didasarkan pada sumbernya sebenarnya kurang bermanfaat bagi penganalisis karena yang
paling penting bagi penganalisis adalah bukan darimana data tersebut diperoleh melainkan
arti atau guna dari angka rasio tersebut, atau kesimpulan yang dapat diperoleh dari angka
rasio tersebut.
Dalam penggolongan rasio berdasarkan atas tujuan analisis ini terdapat berbagai
macam istilah-istilah yang berbeda.
Weston dan Copeland (1995, hal 238-256), membagi rasio menjadi tiga kelompok besar yang
ketiganya saling berhubungan dan harus dikaitkan satu dengan lainnya untuk membentuk
suatu artian tersendiri, yaitu:
2.2.1. Ukuran kinerja (performance measures)
Ukuran

kinerja

mencerminkan

keputusan-keputusan

strategis,

operasi

dan

pembiayaan. Strategi ini meliputi bidang-bidang keputusan yang penting bagi perusahaan
seperti pemilihan daerah-daerah pemasaran produk tempat perusahaan menjalankan kegiatan
operasinya. Apakah akan memfokuskan diri pada area produk terpilih atau akan mencoba
sekelompok besar pembeli potensial, dan sebagainya. Ukuran kinerja dianalisis menjadi tiga
kelompok besar, yaitu:
2.2.1.1. Rasio profitabilitas (profitability ratio)
Rasio ini mengukur efektivitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan
dari penjualan investasi. Rasio ini terdiri dari:
a.

Laba kotor terhadap penjualan (Gross profit margin)


Margin Laba Kotor = Laba Kotor
Penjualan
Rasio yang membandingkan antara laba kotor (Gross Profit) dengan penjualan bersih.

b.

Laba bersih terhadap penjualan (Net profit margin)


Margin Laba Bersih = Laba Bersih Setelah Pajak
Penjualan


Rasio ini sering pula disebut net profit margin atau return on sales yang menunjukkan
return yang diperoleh dari setiap rupiah penjualan perusahaan. Jika profit margin suatu
perusahaan lebih rendah dari rata-rata rasio industry sejenis, hal ini dapat disebabkan
oleh harga jual perusahaan yang lebih rendah dari perusahaan pesaing atau harga pokok
penjualan yang lebih tinggi daripada pesaing, atau kedua-duanya sekaligus.
c.

Laba bersih terhadap total aktiva (Return on investment)


Laba Bersih Terhadap Total Aktiva = Laba Bersih Setelah Pajak
Total Aktiva
Analisis Return on investment (ROI) dalam sistem keuangan mempunyai arti yang
sangat penting sebagai salah satu teknik analisis keuangan yang bersifat menyeluruh
(komprehensif). Analisis ROI ini merupakan salah satu bentuk dari rasio profitabilitas
yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan
dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan dalam kegiatan operasi
perusahaan

untuk

menghasilkan

keuntungan.

Dengan

demikian

rasio

ini

menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari hasil kegiatan perusahaan (Net


income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan
keuntungan atau laba tersebut (Total assets).
d.

Laba bersih terhadap total modal (Return on net worth)


Laba Bersih Terhadap Total Modal = Laba Bersih Setelah Pajak
Ekuitas Pemegang Saham
Rasio ini sering disebut dengan istilah Rentablitas Modal Sendiri atau Return on Equity
(ROE).

e.

Tingkat profitabilitas marginal


Tingkat Profitabilitas Marginal = Perubahan Net Income
Perubahan Total Modal
Rasio profitabilitas marginal ini dianalisis dengan membandingkan rasio profitabilitas
rata-rata yang telah dihitung sebelumnya. Bila profitabilitas marginal lebih rendah
daripada

profitabilitas

rata-rata,

investasi-investasi

baru

memperoleh

tingkat

pengembalian yang lebih rendah atau rasio rata-rata mencerminkan nilai denominator
yang teralu rendah.
2.2.1.2. Rasio pertumbuhan (growth ratio)
Rasio mengukur kemampuan perusahaan untuk mempertahankan posisi ekonomisnya
dalam pertumbuhan dan industri atau pasar produk dimana perusahaan beroperasi.Rasio ini


menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan posisi usahanya dalam
perkembangan ekonomi dan industri.Dalam mengadakan analisis perbandingan ini perlu
dibedakan antara growth sebagai akibat dari inflasi dan growth yang secara riil terjadi di
dalam perusahaan yang bersangkutan.
Dalam menghitung growth rate dari suatu perusahaan perlu dihitung tingkat
pertumbuhan penjualan, laba operasi atau laba usaha, laba bersih sesudah pajak, earning per
saham biasa, deviden per saham, harga pasar, dan nilai buku dari saham biasa.
2.2.1.3. Rasio Penilaian (Valuation Ratio)
Rasio ini merupakan tolak ukur yang mengkaitkan hubungan antara harga pasar saham
biasa dengan pendapatan perusahaan dengan nilai buku saham tersebut.
Rasio-rasio ini dapat memberikan petunjuk kepada manajemen bagaimana para
investor menilai kinerja perusahaan dan prospek yang diperkirakan di masa yang akan datang.
Rasio-rasio penilaian adalah ukuran kinerja yang paling menyeluruh untuk suatu perusahaan,
karena rasio ini mencerminkan pengaruh gabungan dari rasio hasil pengembalian dan resiko.
2.2.2. Ukuran kebijakan keuangan (financial policy measures)
Rasio yang digunakan adalah:
2.2.2.1. Rasio leverage
a) Rasio hutang (Debt ratio)
Debt Ratio = Total Kewajiban
Total Aktiva
Rasio ini menunjukkan besarnya modal dari luar perusahaan dibandingkan dengan
seluruh modal yang tertanam di dalam perusahaan. Semakin tinggi debt ratio, maka
hal ini menunjukkan bahwa aktiva perusahaan lebih banyak dibelanjai dengan
hutang. Para kreditur menginginkan debt ratio yang rendah, karena bila semakin
tinggi rasio ini maka berarti semakin besar resiko para kreditur. Dengan debt ratio
yang tinggi tersebut sulit bagi perusahaan untuk menarik modal pinjaman baru
kecuali jika perusahaan ini menambah modal sendirinya terlebih dahulu.
b) Financial Leverage
Financial Leverage = Total Kewajiban
Total Modal Sendiri
Financial leverage ratio ini merupakan salah satu rasio yang sangat penting, karena
berkaitan dengan masalah trading on equity yang dapat memberikan pengaruh positif
maupun negatif terhadap rentabilitas modal sendiri dari perusahaan tersebut. Dalam
menghitung financial leverage digunakan total tangible net worth, yaitu modal


sendiri setelah dikurangi dengan intangible assets, misalnya goodwill, hak paten,
biaya-biaya pra operasi dan biasanya juga dikurangi dengan biaya-biaya yang
dilakukan kapitalisasi, misalnya kerugian transaksi valuta asing akibat terjadinya
devaluasi, dan lain sebagainya.
c) Times Interest Earned Ratio (TIER)
Times Interest Earned Ration = Laba Sebelum Bunga dan Pajak
Biaya Bunga
Rasio ini sering pula disebut sebagai coverage ratio yaitu suatu alat untuk
mengukur seberapa jauh laba dari usaha perusahaan (laba sebelum bunga dan pajak
atau sering kali disebut sebagai EBIT) dapat turun sebelum menimbulkan kesulitan
bagi perusahaan untuk membayar kewajiban bunga pinjamannya.
d) Debt Service Coverage Ratio
Debt Service Coverage Ratio = Laba Operasi + Penyusutan
Bunga + Sewa Guna + Angsuran Pokok Pinjaman
(1-t)
Debt Service Coverage Ratio mengukur kewajiban perusahaan dalam bentuk
pembayaran angsuran pokok pinjaman.
2.2.2.2. Rasio likuiditas (Liquidity ratio)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan di dalam memenuhi kewajibannya yang akan
segera jatuh tempo. Rasio yang digunakan adalah:
a) Rasio lancar (Current ratio)
Current Ratio = Aktiva Lancar
Kewajiban Lancar
Rasio ini menggambarkan tingkat solvabilitas jangka pendek daripada perusahaan
karena rasio ini menggambarkan sampai seberapa banyak kewajiban perusahaan
kepada para kreditur jangka pendek diharapkan akan dapat dipenuhi dengan aktiva
lancar perusahaan yang akan berubah menjadi uang kas pada saat kewajiban tersebut
akan dilunasi.
b) Cash ratio
Cash Ratio = Kas dan Setara Kas
Kewajiban Lancar


Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan di dalam memenuhi kewajiban
lancarnya hanya dengan mengendalikan dari uang kas atau bank dengan
mengikutsertakan saham biasa atau efek.

c) Rasio cair (Quick ratio atau Acid test ratio)


Quick Ratio = Aktiva Lancar - Persediaan
Kewajiban Lancar
Rasio ini seringkali juga disebut sebagai Acid test ratio. Rasio ini menunjukkan
kemampuan perusahaan di dalam memenuhi kewajiban lancarnya hanya dengan
mengendalikan dari uang kas atau bank dan likuidasi dari piutang dagangnya tanpa
mengikut persediaan perusahaan.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Analisis Laporan Keuangan
3.1.1.

Analisis Neraca

3.1.1.1. Aset
Selama periode 2012 hingga Semester I/2014, struktur aset GIA menunjukkan
kencederungan sebagai berikut:
1. Total Aset (Total Assets) mengalami peningkatan sebesar 22,66% dari USD 2,52
milyar per 31 Desember 2012 menjadi USD 3,09 milyar per 30 Juni 2014. Di tahun
2013, pertumbuhan aset GIA mencapai 17,31% menjadi USD 2,95 milyar, sedangkan
di Semester I/2014, pertumbuhan asetnya relatif lebih kecil, hanya sebesar 4,57%.
2. Petumbuhan aset tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan Total Aset Tidak
Lancar (Non Current Assets) GIA sebesar 23.70% dari USD 1,88 milyar per 31
Desember 2012 menjadi USD 2,33 milyar per 30 Juni 2014. Kondisi ini cukup wajar
karena sesuai dengan nature bisnisnya, Total Aset GIA memang lebih banyak
didominasi oleh Aset Tidak Lancar (72% - 75%) dan program Quantum Leap yang
dimulainya sejak 2011 menyebabkan GIA cenderung lebih ekspansif.
3.

Meskipun hanya memberikan kontribusi sekitar seperempat dari Total Asetnya, Aset
Lancar GIA didominasi oleh Kas dan Setara Kas (Cash and Cash Equivalents) sebesar
+ 50%-nya. Tidak heran jika Aset Lancar GIA berfluktuasi mengikuti perubahan Kas
dan Setara Kasnya. Pada tahun 2013, Kas dan Setara Kas GIA meningkat cukup
signifikan sebesar 45,88% menjadi USD 475,26 juta terutama dari Penerimaan
Pengembalian Uang Muka Pembelian Pesawat serta tambahan Pinjaman Jangka
Panjang dan penerbitan Sustainable Bond Tahap I/2013, sedangkan Aset Lancarnya
naik sebesar 28,68% menjadi USD 819,13 juta. Sementara itu, pada Semester I/2014
Kas dan Setara Kas menurun sebesar 22,68% menjadi USD 367,49 juta, yang
kemudian diikuti dengan penurunan Aset Lancarnya sebesar 7,04% menjadi USD
761,45 juta.

4.

Selain Kas dan Setara Kas, komponen lainnya yang memberikan kontribusi cukup
signifikan (+ 20%) terhadap Aset Lancar GIA adalah Piutang Usaha kepada Pihak
Ketiga (Trade Account Receivables to Third Parties) yang meningkat secara konsisten
sejak tahun 2012. Pada tahun 2013, Piutang Usaha kepada Pihak Ketiga meningkat
sebesar 9,29% dari USD 124,39 juta per 31 Desember 2012 menjadi USD 135,95 juta
per 31 Desember 2013, yang kemudian diikuti dengan kenaikan yang lebih signifikan
sebesar 22,26% di Semester I/2014 menjadi USD 166,20 juta.


5. Sementara itu, Aset Tidak Lancar GIA yang mengalami peningkatan sebesar 13,46% di
tahun 2013 dan 9,02% di Semester I/2014 didominasi oleh tiga komponen berikut ini:
a. Aset Tetap (Property and Equipment) yang secara konsiten meningkat dari USD

789,08 juta per 31 Desember 2012 menjadi USD 863,10 juta per 31 Desember
2013 dan USD 904,26 juta per 30 Juni 2014 serta mendominasi sekitar 29% - 32%
dari Total Aset GIA selama periode 2012 hingga Semester I/2014.
b. Dana Perawatan Pesawat dan Uang Jaminan (Maintenance Reserve Fund and

Security Deposits) yang menunjukkan trend meningkat sejak 2012 dari USD
461,93 juta menjadi USD 617,62 juta (2013) dan USD 708,07 juta (Semester
I/2014) dengan kontribusi terhadap Total Aset sebesar 18% - 23% selama periode
2012 hingga Semester I/2014.
c. Uang Muka Pembelian Pesawat (Advances for Purchase of Aircraft) yang juga

meningkat dari USD 497,16 juta per 31 Desember 2012 menjadi USD 500,37 juta
per 31 Desember 2013 dan USD 522,18 juta per 30 Juni 2014 dengan dominasi
sekitar 17% - 20% dari Total Aset GIA selama periode 2012 hingga Semester
I/2014.
Kenaikan pada ketiga akun tersebut di atas cenderung sejalan dengan ekspansi armada GIA
sebagaimana tercantum dalam program Quantum Leap-nya. Selama periode dua setengah
tahun terakhir, armada GIA meningkat dari 106 unit (termasuk 84 armada sewa) per 31
Desember 2012 menjadi 140 unit (termasuk 117 armada sewa) per 31 Desember 2013.
3.1.1.2.

Kewajiban
Di sisi kewajiban terlihat kecenderungan sebagai berikut selama periode 2012 hingga

Semester I/2014:
1. Total Kewajiban (Total Liabilities) GIA mendominasi sekitar 56% - 66% dari seluruh
pendanaan Total Asetnya dan mengalami peningkatan cukup signifikan sebesar
45,85% selama periode dua setengah tahun terakhir. Pada tahun 2013, Total Kewajiban
tersebut meningkat sebesar 30,90% dari USD 1,40 milyar per 31 Desember 2012
menjadi USD 1,84 milyar per 31 Desember 2013, sedangkan per 30 Juni 2014
mencapai USD 2,05 milyar atau meningkat sebesar 11,41%.
2. Selama periode 2012 hingga 2013, Total Kewajiban GIA lebih banyak berasal dari
Kewajiban Lancarnya (Current Liabilities) dengan dominasi sekitar 54%, namun pada
Semester I/2014 jumlah Kewajiban Tidak Lancar (Non Current Liabilities) GIA
cenderung lebih besar dibandingkan dengan Kewajiban Lancarnya dengan kontribusi
sekitar 56% dari Total Kewajiban.
3. Perubahan struktur kewajiban GIA tersebut disebabkan oleh adanya penurunan
Kewajiban Lancar sebesar 8,38% pada Semester I/2014 dari USD 983,89 milyar per 31


Desember 2013 menjadi USD 901,44 milyar per 30 Juni 2014, setelah sebelumnya
mengalami peningkatan sebesar 30,45% pada tahun 2013 dari USD 754,21 milyar per
31 Desember 2012. Kewajiban Lancar tersebut terutama didominasi oleh komponen
Kewajiban Jangka Panjang yang Jatuh Tempo dalam Satu Tahun (Current Maturities
of Long-Term Liabilities) yang mencapai sekitar 8% - 12% dari seluruh pendanaan
Total Aset GIA selama periode 2012 hingga Semester I/2014. Tak heran jika fluktuasi
Kewajiban Lancar GIA mengikuti perubahan Kewajiban Jangka Panjang yang Jatuh
Tempo dalam Satu Tahunnya yang meningkat signifikan sebesar 87,26% dari USD
186,05 juta per 31 Desember 2012 menjadi USD 348,41 juta per 31 Desember 2013,
namun kemudian menurun sebesar 25,00% menjadi USD 261,29 juta per 30 Juni 2014.
Akun lainnya yang menunjukkan tren fluktuasi yang sama adalah Hutang Usaha
(terutama yang berasal dari Pihak Terkait) yang memiliki kontribusi sekitar 5% - 6%
dari seluruh pendanaan Total Asetnya selama periode 2012 hingga Semester I/2014.
Pada tahun 2013, Hutang Usaha GIA baik dari Pihak Terkait maupun Pihak Ketiga
mengalami peningkatan sebesar 18,86% dari USD 173,47 juta per 31 Desember 2012
menjadi USD 206,19 juta per 31 Desember 2013, namun kemudian menurun sebesar
22,54% pada Semester I/2014 menjadi USD 159,72 juta.
4. Komponen lainnya yang memberikan kontribusi cukup signifikan (11% - 17%) dari
Kewajiban Lancar GIA adalah Pendapatan Diterima Dimuka (Unearned Revenues)
yang terutama berasal dari Jasa Penerbangan Berjadwalnya. Sejak tahun 2012,
Pendapatan Diterima Dimuka tersebut meningkat secara konsisten sebesar 4,31% dari
USD 162,27 juta per 31 Desember 2012 menjadi USD 169,27 juta per 31 Desember
2013 dan sebesar 32,23% pada Semester I/2014 hingga mencapai USD 223,82 juta.
5. Sementara itu, Kewajiban Tidak Lancar GIA menunjukkan peningkatan setiap
tahunnya dari USD 648,83 juta per 31 Desember 2012 menjadi USD 852,75 juta per 31
Desember 2013 atau meningkat sebesar 31,43% dan USD 1,14 milyar per 30 Juni 2014
atau bertambah sebesar 34,25%. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh
penambahan Kewajiban Jangka Panjang (Non Current Maturities of Long-Term
Liabilities) GIA yang mendominasi sekitar 19% - 32% dari seluruh pendanaan Total
Asetnya, seiring dengan pengembangan bisnis terutama ekspansi armadanya melalui
program Quantum Leap. Pada tahun 2013, Kewajiban Jangka Panjang (setelah
dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun) GIA meningkat sebesar + 43%
per periode dari USD 473,58 juta per 31 Desember 2012 menjadi USD 681,14 juta per
31 Desember 2013 dan USD 978,08 juta per 30 Juni 2014. Sebagian besar Kewajiban
Jangka Panjang (Long-Term Loans) tersebut berasal dari Pinjaman Jangka Panjang
yang meningkat sebesar 122,27% dari USD 294,82 juta (2012) menjadi USD 625,82
juta (Semester I/2014), sedangkan sisanya berasal dari Utang Obligasi (Bonds Payable)


yang diterbitkan sejak 2013 dan mencapai USD 165,97 juta per 30 Juni 2014 serta
Kewajiban Sewa Pembiayaan (Lease Liabilities) dan Kewajiban Estimasi Biaya
Pengembalian dan Pemeliharaan Pesawat (Estimated Liability for Aircraft Return and
Maintenance Cost) yang masing-masing mencapai USD 112,51 juta dan USD 73,78
juta per 30 Juni 2014.
3.1.1.3.

Modal
Di sisi lain, Ekuitas GIA selama periode 2012 hingga Semester I/2014 menunjukkan

kecenderungan sebagai berikut:


1.

Total Ekuitas mengalami sedikit peningkatan sebesar 1,27% di tahun 2013 dari USD
1,11 milyar per 31 Desember 2012 menjadi USD 1,12 milyar per 31 Desember 2013,
namun di Semester I/2014 jumlahnya menurun sebesar 23,08% menjadi USD 1,04
milyar. Oleh sebab itu, kontribusi Total Ekuitas terhadap seluruh pendanaan Total Aset
GIA cenderung menurun dari 44,28% per 31 Desember 2012 menjadi 37,82% per 31
Desember 2013 dan 33,75% per 30 Juni 2014.

2.

Penurunan Total Ekuitas sebesar USD 74,73 juta tersebut terutama dipengaruhi oleh
merosotnya

Saldo

Laba

yang

Belum

Dicadangkan

(Retained

Earnings

Unappropriated) GIA pada Semester I/2014 dari USD 118,39 juta per 31 Desember
2013 menjadi minus USD 93,87 juta (Saldo Rugi) per 30 Juni 2014 akibat Rugi Bersih
sebesar USD 211,74 juta yang dialami GIA selama Semester I/2014.
3.

Sementaraitu, Modal Saham (Capital Stock) yang memberikan kontribusi sekitar 39% 46% dari seluruh pendanaan Total Aset GIA cenderung stabil pada tahun 2013 (USD
1,15 milyar) namun kemudian meningkat sebesar11,36% pada Semester I/2014 (USD
1,28 milyar). Nilai Modal Saham ini cenderung lebih besar daripada Total Ekuitas
GIA. Hal ini disebabkan oleh dua komponen Ekuitas yang bersaldo negatif, yaitu Saldo
Laba yang Belum Dicadangkan per 30 Juni 2014 dan Komponen Ekuitas Lainnya
(Other Component of Equity) per 31 Desember 2012 (minus USD 149,24 juta), 31
Desember 2013 (minus USD 161,59 juta), dan 30 Juni 2014 (minus USD 150,26 juta).
Saldo negative Komponen Ekuitas Lainnya tersebut terutama disebabkan oleh
Akumulasi Selisih Kurs Penjabaran Laporan Keuangan (Cumulative Translation
Adjustments).

3.1.2.

Analisis Laporan Laba Rugi


Laporan Laba Rugi GIA periode 2012 hingga Semester I/2014 menunjukkan kondisi

sebagai berikut:
1.

Tahun 2013, Total Pendapatan Usaha (Total Operating Revenues) GIA mengalami
pertumbuhan sebesar 7,02% dari USD 3,47 milyar per 31 Desember 2012 menjadi


USD 3,72 milyar per 31 Desember 2013. Sementara per 30 June 2014, Total
Pendapatan Usaha yang dibukukan mencapai USD 1,73 milyar, menurun sebesar
6,44% (anualisasi) dibandingkan dengan posisi 31 Desember 2013, namun meningkat
tipis sebesar 0,75% jika dibandingkan dengan periode yang sama (Semester I) tahun
2013. Kondisi ini relatif wajar mengingat peak season industri penerbangan cenderung
terjadi pada Semester II setiap tahunnya, seiring dengan tibanya musim liburan
sekolah, hari raya keagamaan (Idul Fitri dan Natal), serta ibadah haji.
2.

Sebagian besar Total Pendapatan Usaha tersebut berasal dari Penerbangan Berjadwal
(Scheduled Airline Services), dengan kontribusi sekitar 83% - 92% selama periode
2012 hingga Semester I/2014, sedangkan sisanya berasal dari Penerbangan Tidak
Berjadwal (Non-scheduled Airline Services) dan Lainnya (Others). Pendapatan usaha
dari Penerbangan Berjadwal tersebut cenderung meningkat setiap tahunnya dari USD
2,89 milyar (2012) menjadi USD 3,17 milyar (2013) dan USD 1,59 milyar (Semester
I/2014), seiring dengan peningkatan jumlah penumpangnya dari 20,4 juta (2012)
menjadi 25 juta (2013) berkat program Garuda Travel Fair (GATF), promosi early
bird, dan pengembangan e-commerce.

3.

Sedangkan berdasar segmen geografisnya, sekitar 78% dari Total Pendapatan Usaha
GIA berasal dari penerbangan domestic (terutama Jakarta yang memberikan kontribusi
sekitar 53% - 59% dari Total Pendapatan Usaha) dan sisanya berasal dari penerbangan
internasional (terutama Tokyo dengan kontribusi sebesar + 11%).

4.

Di sisi biaya, Total Beban Usaha (Total Operating Expenses) GIA juga meningkat
setiap tahunnya dari USD 3,29 milyar per 31 Desember 2012 menjadi USD 3,71 milyar
per 31 Desember 2013 (12,61%) dan USD 1,96 milyar per 30 Juni 2014 (5,69%
anualisasi atau 14,76% year-on-year). Tren peningkatan tersebut juga ditunjukkan oleh
hamper semua komponen Beban Usaha GIA, terutama Operasional Penerbangan
(Flight Operations) yang mendominasi lebih dari 50% Total Beban Usaha. Tahun
2013, Operasional Penerbangan GIA meningkat sebesar 17,59% dari USD 1,91 milyar
per 31 Desember 2012 menjadi USD 2,24 milyar per 31 Desember 2013, sedangkan
pada Semester I/2014 peningkatannya mencapai 6,75% (anualisasi) atau 19,95% (y-oy) menjadi sebesar USD 1,20 milyar. Peningkatan Operasional Penerbangan tersebut
terutama disebabkan oleh tingginya harga bahan bakar jet (avtur) yang merupakan
contributor terbesar Operasional Penerbangan (+ 63%) serta meningkatnya beban sewa
dan carter pesawat akibat apreasiasi USD terhadap Rupiah dan penambahan armada
sewa untuk menunjang ekspansi bisnis GIA.

5.

Komponen lainnya yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap Total Beban
Usaha GIA dan mengalami peningkatan setiap tahunnya selama periode 2012 hingga
Semester I/2014 mencakup Tiket, Penjualan, dan Promosi (Ticketing, Sales, and


Promotion), Pemeliharaan dan Perbaikan (Maintenance and Overhaul), Pelayanan
Penumpang (Passenger Services), Bandara (User Charges and Station), serta
Administrasi dan Umum (General and Administrative).
6.

Dengan Total Beban Usaha yang melebihi Total Pendapatan Usahanya pada Semester
I/2014, GIA mengalami Rugi Kotor (Gross Loss) sebesar USD 222,03 juta per 30 Juni
2014. Kondisi ini cenderung kontras jika dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya dimana GIA masih dapat membukukan Laba Kotor (Gross Income)
meskipun dengan tren menurun dari USD 178,05 juta per 31 Desember 2012 menjadi
USD 6,33 juta per 31 Desember 2013. Pada Semester I/2013 pun GIA masih
membukukan Laba Kotor sebesar USD 17,22 juta.

7.

Ditambah dengan adanya Kerugian Selisih Kurs (Loss on Foreign Exchange) sebesar
USD 12,86 juta pada Semester I/2014, Rugi Usaha (Loss from Operations) GIA
meningkat menjadi USD 233,92 juta. Sementara di tahun-tahun sebelumnya, Laba
Usaha (Income from Operations) yang dibukukan cenderung lebih besar jika
dibandingkan dengan Laba Kotornya karena adanya Keuntungan Selisih Kurs (Gain on
Foreign Exchange). Meskipun demikian, Laba Usaha GIA tetap menunjukkan tren
menurun dari USD 168,07 juta per 31 Desember 2012 menjadi USD 56,45 juta per 31
Desember 2013.

8.

Lebih lanjut, seiring dengan bertambahnya Hutang Bank dan Lembaga Keuangan serta
Kewajiban Jangka Panjang GIA selama periode 2012 hingga Semester I/2014, Beban
Keuangan (Finance Cost) yang harus dibayarkan pun meningkat signifikandari USD
25,22 juta per 31 Desember 2012 menjadi USD 59,84 juta (137,23%) per 31 Desember
2013 dan USD 42,83 juta (43,15% anualisasi) per 30 Juni 2014. Akibatnya, Laba
Sebelum Pajak (Income Before Tax) GIA menunjukkan tren penurunan yang semakin
tajam dari USD 151,53 juta (2012) menjadi USD 8,82 juta (2013) dan bahkan berubah
menjadi Rugi Sebelum Pajak (Loss Before Tax) sebesar USD 266,38 juta.

9.

Meskipun demikian, Manfaat Pajak (Tax Benefits) yang dinikmati GIA sejak tahun
2013 mampu memperkecil Rugi Bersih Periode Berjalan (Net Loss for the Current
Period) per 30 Juni 2014 menjadi sebesar USD 211,74 juta. Sementara itu, Laba Bersih
Periode Berjalan (Net Income for the Current Period) untuk tahun-tahun sebelumnya
mencapai USD 110,84 juta per 31 Desember 2012 dan USD 11,20 juta per 31
Desember 2013.


DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Akuntan Indonesia, 1999, Standar Akuntansi Keuangan, Buku 1 & 2, Jakarta, Salemba
Empat.
Arthur J. Keown et.al., Dasar-Dasar Manajemen Keunangan, Buku 2,7th ed. terj. Chaerul D.
Djakman, S.E., MBA, dan Dwi Sulistyorini, S.E., M.M., (Jakarta: Salemba Empat, 2000).
Skousen, K.F dan Smith, J.M, 2007, Akuntansi Intermediate jilid 1 & 2, edisi kesembilan,
Penerbit : Erlanga, Jakarta.
Wild, John J, K.R. Subramanyam dan Robert F. Halsey. 2007. Analisis Laporan Keuangan.
Edisi Delapan. Terjemahan Yanivi S. Bachtiar dan S. Nurwahyu Harahap. Jakarta: Salemba
Empat.
Short, Daniel G; Libby, Robert; Libby, Patricia A. (2007). Financial Accounting :
A Global Perspective. Fifth Edition. New York : Mc-Graw-Hill Education
Baridwan, Zaki. (2000). Standart akuntansi keuangan. salemba empat, jakarta
Carl S. Warren da James M. Reeve, (2005). Pengantar akuntansi. edisi 21. salemba empat,
Jakarta.
Helfert, Erich A., (1996), Tehnik Analisis Keuangan: Petunjuk Praktis Untuk Mengelola dan
Mengukur Kinerja Perusahaan, Edisi Kedelapan, Erlangga, Jakarta.
Munawir. (1998). Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty
Woelfel, Charles, 1997, Memantau Kesehatan Perusahaan Melalui Laporan Keuangan, Abdi
Tandur, Jakarta.
Karnadi. steve, 1993, Manajemen Pembelanjaan, yayasan promotion humana, Jakarta.
Weston dan Copeland, 2005, Manajemen Keuangan, alih bahasa Jaka Wasana, Kirbrandoko,
cetakan ketujuh, Penerbit Erlangga, Jakarta.


LAMPIRAN 1
BALANCE SHEET


LAMPIRAN 2
PROFIT & LOSS
PT GARUDA INDONESIA (PERSERO) Tbk
PROFIT & LOSS

Audited
30 June 2014
Amount
%

Audited
31 December 2013
Amount
%

In USD
Audited
31 December 2012
Amount
%

OPERATING REVENUES
Scheduled airline services
Non-scheduled airline services
Others
Total Operating Revenues

1,591,515,587
5,986,818
140,800,533
1,738,302,938

91.56% 3,170,086,191 85.31% 2,887,250,744


0.34%
215,965,887
5.81%
269,091,577
8.10%
330,024,508
8.88%
316,126,641
100.00% 3,716,076,586 100.00% 3,472,468,962

OPERATING EXPENSES
Flight operations
Ticketing, sales and promotion
Maintenance and overhaul
Passenger services
User charges and station
General and administrative
Hotel operation
Transportation operation
Network operation
Total Operating Expenses

1,198,139,685
171,195,682
164,324,152
147,465,895
134,523,325
111,096,519
16,650,131
8,488,546
8,447,460
1,960,331,395

68.93% 2,244,840,144
9.85%
335,842,135
9.45%
288,213,715
8.48%
283,500,861
7.74%
266,998,356
6.39%
218,772,364
0.96%
33,758,910
0.49%
19,816,371
0.49%
18,007,374
112.77% 3,709,750,230

83.15%
7.75%
9.10%
100.00%

60.41% 1,908,975,113
9.04%
317,443,935
7.76%
288,853,664
7.63%
263,949,418
7.18%
240,479,502
5.89%
213,737,827
0.91%
25,809,070
0.53%
18,290,868
0.48%
16,883,310
99.83% 3,294,422,707

54.97%
9.14%
8.32%
7.60%
6.93%
6.16%
0.74%
0.53%
0.49%
94.87%

OTHER INCOME (CHARGES)


Gain on foreign exchange
Others
Net

(12,863,297)
976,555
(11,886,742)

-0.74%
0.06%
-0.68%

47,928,641
2,193,278
50,121,919

1.29%
0.06%
1.35%

9,449,819
(19,423,970)
(9,974,151)

0.27%
-0.56%
-0.29%

INCOME FROM OPERATIONS

(233,915,199)

-13.46%

56,448,275

1.52%

168,072,104

4.84%

(171,450)
10,534,430
(42,831,032)

-0.01%
0.61%
-2.46%

1,860,416
10,347,000
(59,840,088)

0.05%
0.28%
-1.61%

1,927,546
6,755,823
(25,224,919)

0.06%
0.19%
-0.73%

(266,383,251)

-15.32%

8,815,603

0.24%

151,530,554

4.36%

54,647,518

3.14%

2,384,777

0.06%

(40,687,981)

-1.17%

(211,735,733)

-12.18%

11,200,380

0.30%

110,842,573

3.19%

Equity in net income (loss) of associates


Finance income
Finance cost
INCOME BEFORE TAX
TAX BENEFITS (EXPENSE)
NET INCOME FOR THE YEAR


LAMPIRAN 3
CASH FLOW


LAMPIRAN 4
RASIO

PT GARUDA INDONESIA (PERSERO) Tbk


RATIO
Liquidity Ratio
Current Ratio
Quick Ratio
Cash Ratio
Activity Ratio
Assets Turnover
Fixed Assets Turnover
Account Receivables Turnover
Collection Period (days)
Inventory Turnover
Inventory Period (days)
Account Payable Turnover
Account Payable Period (days)

H1/2014

2013

2012

84.47%
74.53%
40.77%

83.25%
74.07%
48.30%

84.40%
73.34%
43.20%

1.13
3.84
20.53
18
43.76
8
24.55
15

1.26
4.31
26.55
14
41.07
9
17.99
20

1.38
4.35
26.82
13
39.48
9
18.99
19

Solvency Ratio
Debts to Assets Ratio
Debts to Equity Ratio
Short-term Leverage
Long-term Leverage
Interest Bearing Debts to Equity Ratio
Time Interest Earned Ratio
Debt Service Coverage Ratio

66.25%
196.30%
86.48%
109.83%
123.84%
-5.22
-0.70

62.18%
164.40%
88.07%
76.33%
96.21%
1.15
0.70

55.72%
125.84%
67.64%
58.19%
59.67%
7.01
0.82

Profitability Ratio
Gross Profit Margin
Operating Profit Margin
Net Profit Margin
Return on Asset (ROA)
Return on Equity (ROE)

-12.77%
-13.46%
-12.18%
-13.71%
-40.62%

0.17%
1.52%
0.30%
0.38%
1.00%

5.13%
4.84%
3.19%
4.40%
9.94%

Anda mungkin juga menyukai