2. Pajak
Masih menurut Malkiel, pajak menjadi salah satu penyebab terjadinya diskon pada
closed-end funds oleh karena adanya unrealized capital gain. Tetapi untuk perusahaan
induk, pajak atas capital gain hanya akan muncul apabila mereka menjual saham anak
perusahaan dan kalaupun hal tersebut terjadi, perusahaan induk masih dapat menghindari
timbulnya pajak melalui spin-off saham anak perusahaan (sesuai Section 355 dari kode
pajak Federal) atau struktur transaksi lain yang lebih kompleks.
3. Noise trader
Delong (1990) dan Lee (1991) berpendapat bahwa diskon pada closed-end funds
disebabkan oleh aktivitas para noise trader. Tetapi untuk kasus ini, tidak ada alasan bagi
noise trader untuk lebih tertarik kepada perusahaan induk dibandingkan anak
perusahaannya. Selain itu, tidak terdapat hubungan yang jelas di antara perubahan diskon
pada ke-7 perusahaan induk dalam sampel.
4. Biaya agensi (deadweight management cost)
Menurut Shin dan Stulz (1998) serta Rajan (2000), perusahaan yang terdiversifikasi
(perusahaan induk) cenderung memiliki nilai yang lebih rendah daripada jumlah nilai
komponennya (anak perusahaannya) oleh karena adanya biaya agensi dalam bentuk
alokasi kas secara internal atau konflik internal. Tetapi kenyataannya, penggunaan kas
anak perusahaan oleh perusahaan induk tidak hanya berpengaruh terhadap nilai
kepemilikan perusahaan induk, tetapi juga terhadap nilai kepemilikan investor
independen dari anak perusahaan. Selain itu, sampel yang dipergunakan juga
menunjukkan bahwa saat anak perusahaan menghasilkan kas yang negatif atau mendekati
0, perusahaan induk justru cenderung memiliki arus kas yang positif dan signifikan.
Dengan demikian, hipotesis final yang dapat menjelaskan teka-teki perusahaan induk ini
hanyalah penilaian saham anak perusahaan yang terlalu tinggi (overpricing) oleh karena
adanya permintaan dari noise trader terhadap saham anak perusahaan yang relatif terbatas
yang disertai dengan kendala untuk melakukan short selling. Dalam situasi seperti ini,
perusahaan maupun nvestment banker memiliki insentif untuk mengeksploitasi mispricing
tersebut melalui transaksi yang terkait dengan corporate control guna meningkatkan value
perusahaan dan kesejahteraan pemegang saham. Dengan adanya transaksi yang terkait
dengan corporate control ini, investor akan membayarkan premium yang lebih tinggi kepada
perusahaan induk oleh karena premium pada anak perusahaan sudah tereliminasi oleh
overpricing-nya.
Kesimpulan
Teka-teki perusahaan induk tidak dapat dijelaskan dengan teori rasional (seperti biaya agensi,
pajak, dan likuid tidaknya saham), model risiko noise trader, ataupun kombinasinya. Satusatunya hipotesis yang mampu menjelaskan teka-teki ini secara konsisten adalah adanya
ketidakefisienan pasar dalam bentuk permintaan dari noise trader dan hambatan untuk
melakukan arbitrage karena adanya kendala untuk melakukan short selling.
Hipotesis ketidakefisienan pasar ini didukung oleh fakta bahwa diskon perusahaan induk
merupakan faktor penting dalam transaksi yang terkait dengan corporate control, dan
seringkali menimbulkan differential premium.
Tingginya permintaan terhadap saham anak perusahaan yang jumlahnya relatif terbatas dan
adanya kendala untuk melakukan short selling cenderung menyebabkan harga menjadi tinggi
dan tidak rasional. Mispricing ini berlangsung cukup lama, bahkan saat saham perusahaan
induk tersedia sebagai substitusi bagi saham anak perusahaannya. Semakin besar noise trader
dan semakin sedikit saham pengganti, maka penyimpangan dari harga yang rasional akan
semakin besar. Jika mispricing dapat diidentifikasi, maka perusahaan dan investment banker
dapat menciptakan value dan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham dengan cara
mendesain struktur transaksi agar mispricing tersebut tereksploitasi.