Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH

KIMIA ANALISIS KLINIS DAN FORENSIK


ANALISIS TOTAL MERKURI (Hg) PADA RAMBUT
MENGGUNAKAN INSTRUMEN CV-AAS

Dosen Pengampu:
Armeida Dwi Ridhomati Madjid, M.Si

Oleh:
Hanifah Hasna Fauziyyah (13630063)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Sumber daya alam menjadi faktor yang tidak dapat

terpisahkan dengan kehidupan manusia karena manusia tidak


dapat hidup tanpa adanya sumber daya alam. Ketergantungan
inilah yang sangat berpengaruh terhadap pemanfaatan dan
pengelolaan

sumber

daya

alam

yang

ada

di

lingkungan.

Kemajuan ilmu dan teknologi disamping berdampak positif bagi


pertumbuhan ekonomi, disisi lain berdampak

negatif

bagi

lingkungan dan makhluk hidup yaitu berupa pencemaran.


Kontaminasi lingkungan berupa pencemaran air semakin lama
semakin meningkat. Salah satu penyebab pencemaran air adalah
pencemaran logam berat di perairan. Pencemaran logam berat
merjadi

ancaman

yang

besar

bagi

lingkungan

sedangkan

perairan salah satu tempat sumber daya alam yang potensial


dan urgen bagi kehidupan makhluk hidup.
Menurut (Soemirat 2003) taraf toksisitas logam berat
sangat beragam bagi berbagai organisme, tergantung dari
berbagai

aspek

yang

antara

lain

spesies,

cara

toksikan

memasuki tubuh, frekuensi dan lamanya paparan, konsentrasi


toksikan, bentuk dan sifat fisika/kimia toksikan serta kerentanan
berbagai spesies terhadap toksikan. Akumulasi merkuri di dalam
tubuh biota perairan dapat terjadi melalui rantai makanan,
dimana

akumulasi

tertinggi

akan

didapat

pada

konsumen

teratas.
Merkuri yang terbuang ke aliran sungai seperti pada sisa
proses amalgamasi dari aktivitas penambangan emas tanpa ijin
yang akan mengalami proses metilisasi dengan bantuan bakteri.
Persenyawaan merkuri yang terdapat dalam air dan endapan

dasar perairan oleh aktivitas kehidupan bakteri akan diubah


menjadi Hg2+ dan HgO. Logam yang dihasilkan oleh aktivitas
bakteri ini karena faktor fisika dapat menguap ke udara, namun
pada akhirnya merkuri yang menguap akan kembali ke badan
perairan oleh hujan. Ion Hg2+ akan berubah menjadi ion metil
merkuri (CH3Hg) melalui proses metilasi. Metabolisme normal
pada hampir semua organisme hidup dipastikan akan melibatkan
reaksi metilasi sehingga ion metil merkuri yang ada dalam badan
perairan akan dimakan oleh biota perairan dan selanjutnya
masuk dalam sistem rantain makanan.
Merkuri masuk ke dalam tubuh selain melalui sistem
rantai makanan juga dapat terjadi akibat aktivitas manusia
sehari-hari seperti mengkonsumsi air sungai yang tercemar oleh
merkuri, mandi dan gosok gigi dengan menggunakan air sungai
yang

tercemar

merkuri,

bekerja

di

daerah

PETI

dan

mengkonsumsi sayuran yang dihasilkan dari sekitar aliran sungai


yang tercemar oleh merkuri. Hasil penelitian pada sayuran
diperoleh kandungan merkuri dengan kisaran 0,6 mg/kg-50,9
mg/kg (DH et al. 2011).
Merkuri bersifat neutrotoksin, masuk ke ekosistem akuatik
melalui

deposisi

atmosferik

maupun

bersumber

dari

eksternalisasi limbah industri (Suseno et al. 2010). Bioakumulasi


bahan-bahan kimia pada organisme perairan merupakan suatu
kriteria yang penting terhadap dampak yang ditimbulkan.
Khususnya terhadap manusia yang terpapar malalui makanan
misalnya ikan (Geyer et al. 2000). Organisme perairan dapat
mengakumulasi merkuri dari air, sedimen, dan makanan yang
dikonsumsi (Lasut 2009). Gejala keracunan merkuri ditandai
dengan sakit kepala, sukar menelan, penglihatan kabur, dan
daya ingat menurun. Selain dari itu, orang yang keracunan
merkuri merasa tebal di bagian kaki dan tangannya, mulut terasa

tersumbat, gusi membengkak dan sering disertai diare. Kematian


akan

terjadi

karena

kondisi

tubuh

yang

makin

lemah

(Kristianingrum 2007).
Kejadian

keracunan

merkuri

sering

terjadi

seperti

Minamata Disease yaitu kejadian keracunan merkuri di Kota


Minamata,

Jepang.

Penyakit

ini

disebut

sebagai

tragedi

pencemaran merkuri yang dramatis pada tahun 1958. Tragedi ini


menyebabkan

pencemaran

merkuri

pada

ikan

dan

mengakibatkan 1.000 orang meninggal dan menghabiskan biaya


sebesar $342 juta untuk membersihkan Teluk Minamata dari
limbah pabrik kimia Chisso Corp. Kasus keracunan merkuri juga
pernah terjadi di Irak pada tahun 1971, lebih dari 6.500 orang
dirawat ke rumah sakit karena keracunan merkuri dan sebanyak
450 orang meninggal dunia.5 Di Pakistan pada tahun 1963 juga
terjadi

keracunan

merkuri

yang

mengakibatkan

orang

meninggal dan 34 lainnya dirawat. Guatemala tahun 1966 juga


terjadi kasus keracunan merkuri yang menyebabkan 20 orang
meninggal dan 45 orang lainnya dirawat (Palar 2008).
Di Indonesia kasus keracunan merkuri pada penduduk
terjadi di beberapa tempat, misalnya kasus teluk Buyat akibat
dari pencemaran penambangan emas PT. Newmont dan aktivitas
penambangan emas tanpa ijin (PETI) yang mencemari beberapa
bantaran sungai di Kalimantan Tengah. Pemeriksaan yang
dilakukan terhadap empat orang warga yang tinggal di sekitar
teluk Buyat didapatkan adanya kandungan merkuri dalam darah
yang melebihi ambang batas. Data yang diperoleh WALHI yang
terjadi di Kalimantan Tengah yaitu kadar merkuri di permukaan
air Sungai Rungan mencapai 0,008 mg/l dan di Sungai Kahayan
0,005 mg/l. Padahal, ambang batasnya 0,001 mg/l. Kadar
merkuri di tubuh ikan lokal, yaitu ikan baung yang hidup di dasar
sungai mencapai 0,257 mg/l di Sungai Rungan, dan 0,676 mg/l di

Sungai Kahayan. Ambang batas kandungan merkuri dalam ikan


seharusnya 0,4 mg/l. Kadar merkuri di dasar sungai juga di atas
ambang batas, yaitu 0,554 mg/l di Sungai Rungan, dan 0,789
mg/l di Sungai Kahayan. Padahal, ambang batas yang ditetapkan
untuk sedimen hanya 0,005 mg/l (Heriamariaty 2011).
Salah satu cara untuk mendeteksi kadar merkuri pada
manusia adalah dengan mengukur kadar merkuri dalam rambut.
Rambut merupakan salah satu jaringan tubuh yang dapat
mengakumulasi merkuri dan merupakan rekaman sejarah yang
dapat merefleksikan perubahan metabolisme. National Institute
for Minamata Disease (2006) menyatakan bahwa konsentrasi
merkuri tertinggi dalam tubuh manusia terakumulasi pada
rambut.
Menurut (US-EPA 1984) kadar merkuri dalam rambut ratarata 250 kali lebih tinggi dari kadar merkuri dalam darah dan
sepuluh kali lebih tinggi dari konsentrasi metilmerkuri dalam urin.
Analisis

rambut

memiliki

kelebihan

dalam

mendeteksi

keberadaan logam berat yaitu jika analisis menggunakan darah


dan

urin

kurang

dapat

memberikan

indikasi

dari

jalur

pengeluaran serta pengurangan tumpukan logam dari tubuh.


Kedua tes ini tidak dapat menggambarkan kondisi dalam jangka
panjang mengenai banyaknya racun metal di dalam tubuh.
Berbeda dengan analisis rambut yang dapat mengidentifikasi
kekurangan nutrisi dan logam beracun dalam jangka panjang
(Tabrizian 2013).
Berbagai metode analisis merkuri tersebut, antara lain
adalah ICP-MS (Inductively Coupled Plasma Mass Spectrometry),
NAA (Neutron Activation Analysis), CV-AAS (Cold Vapor Atomic
Absorption

Spectrometry),

dan

ASV

(Anodic

Stripping

Voltammetry). Berbagai metode analisis tersebut memerlukan


instrument yang mahal harganya dan juga biaya operasionalnya.

Oleh karena itu tidak tersedia pada setiap lembaga, meskipun


lembaga tersebut sebenarnya memerlukan dalam kaitannya
dengan pemantauan limbah. Berbagai instrument tersebut hanya
dimiliki oleh institusi tertentu, dapat disebutkan, antara lain
LPPTUGM, laboratorium PPNY-BATAN. Salah satu metode analisis
merkuri yang telah banyak dilakukan oleh para peneliti yaitu
metode CV-AAS atau disebut juga metode pembentukan uap
dingin. Metode CV-AAS ini hanya dapat digunakan khusus untuk
atomisasi merkuri. Metode CV-AAS ini mempunyai keunggulan
dalam hal selektivitas dan sensitivitas yang cukup baik untuk
analisis merkuri total dalam sampel (Kristianingrum Susila 2009).
1.2.

Tujuan

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:


a. Mengetahui validasi metode CV-AAS yang meliputi batas
deteksi (LOD), akurasi, presisi, dan bias

(kesalahan)

metode uji yang digunakan


b. Untuk mengetahui metode analisis merkuri yang terdapat
dalam rambut menggunakan CV-AAS
c. Untuk mengetahui kadar merkuri yang terdapat pada
rambut
1.3. Urgensi Penelitian
Urgensi penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Masyarakat

dapat

mengetahui

kadar

merkuri

yang

terkandung dalam rambut sebagai parameter keberadaan


merkuri dalam tubuh.
b. Peneliti dapat mengetahui metode yang valid dan presisi
untuk menganalisis merkuri sehingga dapat dikembangkan
kembali.

1.4.

Manfaat Penelitian

Manfaat pada penelitian ini adalah sebagai berikut:


a. Memberikan informasi bagi peneliti untuk mengembangkan
penelitian lebih mendalam dari metode sebelumnya.
b. Memberikan informasi kadar merkuri dalam rambut untuk
melindungi dan mencegah gangguan kesehatan karena
pencemaran merkuri.
c. Memberikan pengetahuan mengenai analisis kadar merkuri
bagi peneliti.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Merkuri
2.1.1.
Definisi Merkuri
Merkuri atau air raksa mempunyai nama kimia hydrargyrum
yang berbentuk cair keperakan dalam tekanan dan suhu kamar.
Merkuri dilambangkan dengan Hg. Pada tabel periodik unsur
kimia, merkuri menempati urutan (NA) 80 dan mempunyai bobot
atom 200,59. Secara umum logam merkuri memiliki sifat-sifat
dasar sebagai berikut (Palar 2008):
a) Berwujud cair pada suhu kamar (25 0C) dengan titik beku
paling rendah sekitar 39 0C.
b) Masih berwujud cair pada suhu 396 0C dan telah terjadi
pemuaian secara menyeluruh pada suhu tersebut.
c) Merupakan logam yang paling mudah menguap jika
dibandingkan dengan logam-logam lainnya.
d) Memiliki tahanan listrik yang sangat tinggi sehingga
menjadikan merkuri sebagai konduktor yang baik.
e) Dapat melarutkan bermacam-macam logam

untuk

membentuk amalgam.
f) Merkuri merupakan unsur yang sangat beracun bagi semua
makhluk hidup baik dalam bentuk unsur tunggal (logam)
ataupun persenyawaan.
Bijih merkuri juga ditemukan pada batu dan bercampur
dengan bijih lain seperti tembaga, emas, timah, seng, dan perak.
Menurut (Inswiasri 2008) dalam jurnal ekologi kesehatan bahwa
merkuri muncul di lingkungan secara alamiah dalam beberapa
bentuk yaitu :
1. Metal Merkuri (Hg)
Metal merkuri merupakan logam berwarna putih berkilau,
berbentuk cair dalam suhu kamar dan membentuk uap merkuri

yang tidak berwarna dan tidak berbau. Penguapan merkuri


berbanding lurus dengan suhu. Semakin tinggi suhu, semakin
cepat merkuri akan menguap. Metal merkuri masih digunakan
dalam beberapa obat tradisional di Amerika Latin dan Asia, serta
digunakan dalam acara-acara ritual seperti Voodoo, Santeria, dan
Espiritismo suku Caribia. Digunakan juga dalam pembuatan
termometer dan barometer. Metal merkuri banyak digunakan
untuk produksi gas klorin kaustik, baterai, saklar listrik, dan
pemurnian

emas.

Untuk

bahan

penambal

gigi

biasanya

mengandung merkuri metal 50%.


2. Merkuri Anorganik
Senyawa

merkuri

anorganik

terjadi

ketika

merkuri

dikombinasikan dengan elemen lain seperti klorin, sulfur atau


oksigen. Senyawa-senyawa tersebut biasa disebut garam-garam
merkuri. Senyawa merkuri anorganik berbentuk bubuk putih
kecuali merkuri sulfide (HgS) yang biasa disebut Sinabar,
berwarna merah dan akan menjadi hitam setelah terkena sinar
matahari. HgS digunakan untuk pigmen cat berwarna merah
terang (Chamid et al. 2010). Senyawa merkuri anorganik
digunakan sebagai fungisida. Garam garam merkuri anorganik
termasuk

amoniak,

merkuri

klorida,

dan

merkuri

iodide

digunakan untuk krim pemutih kulit. Merkuri chlorida (HgCl2)


adalah sebagai antiseptik atau disinfektan. Pada waktu lampau,
merkurous klorid digunakan dalam bidang kedokteran untuk obat
penjahar, obat cacing, dan bahan penambal gigi. Produk ini
termasuk mercurochrome (mengandung 2% merkuri sulfida) dan
merkuri oksida digunakan untuk zat warna pada cat. Sedangkan
merkuri sulfida digunakan sebagai pewarna merah pada tattoo.
Merkuri klorida juga digunakan sebagai katalis, industri baterai
kering, dan fungisida dalam pengawetan kayu. Merkuri asetat
digunakan untuk sintesa senyawa organomerkuri sebagai katalis

dalam reaksi-reaksi polimerisasi organik dan sebagai reagen


dalam kimia analis. Senyawa-senyawanya banyak digunakan
sebagai disinfektan, pestisida, bahan cat, antiseptik, baterai
kering, photografi, pabrik kayu, dan pabrik tekstil. Penyerapan
dan pengendapan merkuri anorganik yang terhirup tergantung
ukuran partikel, kelarutan, dan lain-lain. Sekitar 10 - 15%
pemaparan merkuri anorganik melalui mulut, kemudian diserap
oleh sistem gastrointestinal dan mengendap dalam tubuh (Rianto
2010).
3. Merkuri organik
Senyawa merkuri organik terjadi ketika merkuri bereaksi
dengan karbon atau organomerkuri. Jenis organomerkuri yang
paling

populer

adalah

metil

merkuri

(dikenal

dengan

monometilmercuri) CH3 Hg - COOH. Pada waktu yang lampau,


senyawa

organomerkuri

yang

dikenal

adalah

fenilmerkuri.

Organomerkuri lainnya adalah dimetilmerkuri (CH3 Hg - CH3)


yang juga digunakan sebagai standar referensi tes kimia. Di
lingkungan

ditemukan

membahayakan

bagi

dalam

jumlah

kecil

namun

sangat

manusia

dan

hewan.

Metil

merkuri

dihasilkan dari proses mikroorganisme (bakteria dan fungi) di


lingkungan. Sampai tahun 1970 metil merkuri dan etil merkuri
digunakan untuk mengawetkan biji-bijian dan infeksi fungi.
Setelah diketahui adanya efek negatif terhadap kesehatan,
penggunaan metil merkuri dan etil merkuri sebagai fungisida bijibijian dilarang. Sampai tahun 1991-an penggunaan fenil merkuri
sebagai

antifungi

pada

cat

masih

diperbolehkan,

tetapi

penggunaan ini selanjutnya juga dilarang karena akan terjadi


penguapan merkuri (Inswiasri 2008).
2.1.2.

Kegunaan Merkuri

Beberapa senyawa merkuri anorganik digunakan sebagai


fungisida. Garam anorganik raksa, termasuk merkuri klorida dan
merkuri iodida teramoniasi, telah digunakan dalam krim pemutih
kulit. Merkuri klorida adalah agen antiseptik atau disinfektan
topikal. Dahulu, merkuri klorida digunakan secara luas dalam
produk obat pencahar, obat cacing, dan serbuk gigi. Sejak saat
itu telah digantikan oleh agen yang lebih aman dan lebih efektif.
Bahan kimia lainnya yang mengandung merkuri masih digunakan
sebagai antibakteri. Produk tersebut termasuk mercurochrome
(mengandung

sejumlah

kecil

merkuri,

2%),

timerosal

dan

fenilmerkuri nitrat, yang digunakan dalam jumlah kecil sebagai


pengawet dalam beberapa obat resep dan obat bebas (Agency
for Toxic and Disease Registry 1999). Timerosal digunakan
sebagai pengawet dalam sediaan tetes mata (Rowe et al. 2006).
Dalam industri khlor-alkali, merkuri digunakan untuk
menangkap logam natrium. Logam natrium tersebut dapat
ditangkap oleh merkuri melalui proses elektrolisa dari larutan
garam natrium klorida. Sedangkan dalam industri kertas banyak
digunakan senyawa fenil merkuri asetat yang digunakan untuk
mencegah pembentukan kapur pada kertas basah selama proses
penyimpanan. Merkuri juga digunakan dalam industri cat untuk
mencegah pertumbuhan jamur sekaligus sebagai komponen
pewarna (Alfian 2006).
2.1.3.

Toksisitas Merkuri

Pajanan akut terhadap uap merkuri bisa menyebabkan


gejala dalam beberapa jam berupa rasa lemah, menggigil, rasa
logam, mual, muntah, diare, batuk dan sesak napas. Pajanan
kronis terhadap uap merkuri menyebabkan toksisitas yang timbul
lambat

terutama

gejala

neurologis

yang

disebut

sindrom

vegetatif astenik. Sindrom ini terdiri dari gejala neurastenik


ditambah tiga atau lebih gejala berikut : peningkatan ambilan

yodium radioaktif oleh kelenjar tiroid, takikardia, nadi labil,


gingivitis, dermografia dan peningkatan merkuri dalam urin.
Pajanan

yang

terus-menerus

menimbulkan

tremor

dan

perubahan psikologis misalnya depresi, iritabilitas, rasa malu


berlebihan, insomnia, emosi labil, pelupa, bingung dan gangguan
vasomotor (perspirasi berlebihan dan kemerahan di wajah)
keseluruhan gejala ini disebut eretism (Gunawan 2009).
Merkuri anorganik dan ionik (misalnya, merkuri klorida)
dapat menyebabkan toksisitas akut berat. Pengendapan protein
selaput lendir akibat garam merkuri mengakibatkan warna mulut,
faring dan saluran cerna keabu-abuan disertai nyeri hebat dan
muntah.

Efek

korosif

Hg

anorganik

pada

mukosa

usus

menyebabkan hematoschezia yang ditandai dengan mukosa


lepas dalam tinja. Efek sistemik paling serius dan paling sering
terjadi akibat Hg anorganik ialah toksisitas renal. Terjadi nekrosis
tubuli ginjal disertai oliguria atau anuria; namun kerusakan
glomerular lebih menonjol (Gunawan 2009).
Sindrom akrodinia (pink disease) umumnya juga akibat
pajanan

kronis

terhadap

ion

merkuri

anorganik.

Sindrom

akrodinia berupa eritem ekstremitas, dada dan wajah, dengan


fotofobia, diaforesis, mual, takikardia, dan sembelit atau diare.
Kompleks gejala ini terlihat secara eksklusif akibat termakannya
merkuri dan diduga merupakan reaksi hipersensitivitas terhadap
merkuri (Gunawan 2009).
Kebanyakan data toksikologi Hg organik pada manusia
menyangkut metilmerkuri sebagai akibat pajanan tidak sengaja.
Gejala pajanan metilmerkuri sebagian besar bersifat neurologis
seperti

gangguan

penglihatan

(skotoma

atau

penyempitan

medan penglihatan), ataksia, parestesia, neurastenia, kehilangan


pendengaran, disartri, kemunduran mental, tremor, gangguan
motorik, paralisis dan kematian. Efek metilmerkuri pada fetus

dapat

terjadi

walaupun

ibunya

asimtomatik,

yaitu

berupa

kemunduran mental dan gangguan neuromuskular (Gunawan


2009).

2.1.4.

Biomarker Pajanan Merkuri

Biomarker

dapat

digunakan

untuk

memperkirakan

pajanan (jumlah yang diabsorbsi atau dosis internal), efek-efek


bahan kimia, dan dapat digunakan juga untuk mengetahui
apakah berasal dari makanan, lingkungan, atau tempat kerja.
Biomarker dapat digunakan untuk melihat hubungan kausalitas
dan dosis respon dalam penilaian risiko, diagnosis klinis, dan
monitoring (Inswiasri 2008).
Biomarker yang akurat dan reliabel untuk mengukur
merkuri dalam tubuh adalah darah, urin, rambut, dan kuku
(Grandjean et al. 2005). Pengukuran tersebut berfungsi untuk
rnemperkirakan dampak negatif terhadap kesehatan yang akan
muncul akibat pajanan merkuri. Darah dan urin digunakan
sebagai biomarker untuk merkuri metal atau merkuri anorganik.
Untuk pajanan metil merkuri darah diambil beberapa hari setelah
pajanan karena sebagian besar bentuk merkuri dalam darah
akan turun 50 % setiap 3 hari jika pajanan dihentikan. Oleh
karena itu, kadar merkuri dalam darah merupakan informasi
yang sangat bermanfaat untuk pajanan yang baru terjadi
dibanding pajanan jangka panjang. Rambut dan darah digunakan
sebagai indikator keracunan metil merkuri. Untuk fetal, rambut
ibu dan darah tali pusat sebagai indikatornya(Mahaffey R, 2005).
Rambut adalah bagian tubuh makhluk hidup yang banyak
mengandung protein struktural yang tersusun oleh asam-asam
amino sistein yang mengandung ikatan disulfida (- S S -) dan
sistein yang mengandung gugus sulfhidril (-SH) yang mempunyai

kemampuan mengikat logam berat yang masuk ke dalam tubuh.


Terdapatnya merkuri dalam rambut merupakan indikator paparan
kronik terhadap merkuri (Handayani, 2012).
Analisis

merkuri

mengunakan

rambut

mempunyai

kelebihan dibanding dengan biomarker lain seperti darah, urin,


dan kuku. Rambut dapat menggambarkan kondisi dalam jangka
panjang mengenai banyaknya merkuri dalam tubuh. berbeda
dengan darah dan urin; darah hanya dapat mengukur komponen
yang terserap sementara dalam sirkulasi sebelum pembuangan
dan penyimpanan. Sedangkan urin hanya mencerminkan kadar
logam berat yang dilepaskan oleh ginjal dari darah untuk jangka
pendek yaitu beberapa jam saja (Tabrizian 2013).
Analisis rambut dapat mengidentifikasi kekurangan nutrisi
jangka

panjang

menemukan

yang

logam

merupakan

berat

yang

akar

penyakit

berpotensi

serta

menimbulkan

penyakit. Rambut memberikan informasi tentang nomor, tipe,


dan jumlah logam berat. proses pertumbuhan rambut dapat
digunakan sebagai rekonstruksi pemajanan pada masa silam
yaitu 10 cm rambut sama dengan 300 hari (Koeswadji & Dkk
1991 dalam Hartono, 2003).
Menurut WHO (1991) dalam (Warsono, 2002) bahwa
rambut merupakan media indikator yang berguna bagi orang
yang keracunan merkuri, konsentrasi merkuri pada rambut
kepala setara dengan konsentrasi merkuri dalam darah pada saat
pembentukan

rambut,

tetapi

hubungan

antara

konsentrasi

rambut, darah, dan urin belum diketahui. Selain itu, rambut


dapat digunakan untuk membedakan kontaminasi internal dan
eksternal. Rambut bagian dalam yang selalu tertutup hanya
mencerminkan kontaminasi internal, sedangkan rambut kepala
menunjukkan kontaminasi total (internal dan eksternal).

2.1.5.

Dampak Merkuri Terhadap Kesehatan Manusia

Berdasarkan sifat fisik dan kimia, merkuri memiliki daya


racun yang tinggi dibandingkan logam-logam lainnya. Pajanan
merkuri

ke dalam tubuh

manusia

bisa

melalui

makanan,

minuman, pernafasan, dan kulit. Menurut Harold, et al (1999)


dalam Warsono (2000), merkuri dapat masuk ke dalam tubuh
manusia melalui pernapasan, pencernaan, dan peresapan. Uap
merkuri mempunyai efek racun yang lebih berbahaya daripada
merkuri dalam bentuk cair karena lebih mudah masuk dan
diserap tubuh melalui inhalasi. Penyerapan merkuri organik
(MeHg) di dalam tubuh dapat mencapai 95% kemudian akan
terakumulasi dalam ginjal, otak, hati, janin, dan rambut.
Gejala klinis keracunan merkuri sangat tergantung pada
dosis dan lama pajanan sampai timbulnya gejala keracunan
(dose-effect

relationship).

Gejala

yang

teringan

adalah

paraesthesia kemudian akan terjadi kelumpuhan, penyempitan


luas pandang, kebutaan, dan gangguan pendengaran. Gejalagejala tersebut merupakan sifat dan gejala keracunan merkuri
meskipun

tidak

dapat

dikatakan

sebagai

gejala

spesifik

(Tugaswati, 1997). Menurut Widowati (2008) keracunan akut bisa


terjadi pada konsentrasi uap merkuri 0,5 - 1,2 mg/m3 dengan
gejala faringitis, mual, dan shock. Apabila

paparan terus

berlanjut dapat menimbulkan pembengkakan kelenjar ludah,


nefritis, hepatitis serta gangguan sistem syaraf pusat seperti
tremor,

gagap.

Penelitian

uap

merkuri

28,8

mg/m3

mengakibatkan kerusakan parah pada ginjal, hati, otak, jantung,


paru-paru, dan usus besar.

Menurut Nina (2007) beberapa hal terpenting yang dapat


dijadikan patokan terhadap efek yang ditimbulkan oleh merkuri
terhadap tubuh adalah:
a. Semua senyawa merkuri adalah racun bagi tubuh apabila
berada dalam jumlah yang tidak bisa ditolelir oleh tubuh.
b. Senyawa merkuri yang berbeda menunjukkan karakteristik
yang berbeda juga.
c. Biotransformasi tertentu yang terjadi dalam suatu tata
lingkungan atau dalam tubuh

organisme yang telah

terakumulasi merkuri disebabkan oleh perubahan bentuk


senyawa - senyawa merkuri.
d. Efek yang ditimbulkan oleh merkuri dalam tubuh adalah
menghalangi kerja enzim dan merusak selaput dinding sel.
Keadaan itu disebabkan karena kemampuan merkuri dalam
membentuk ikatan kuat dengan gugus yang mengandung
belerang yang terdapat dalam enzim atau dinding sel.
e. Kerusakan yang diakibatkan oleh logam merkuri dalam
tubuh umumnya bersifat permanen.
Efek merkuri pada kesehatan terutama berkaitan dengan
sistem syaraf. Manifestasi klinis awal pada intoksikasi merkuri
adalah gangguan tidur, perubahan mood yang dikenal sebagai
erethism, kesemutan mulai dari daerah sekitar mulut hingga jari
dan tangan, pengurangan pendengaran, penglihatan, dan daya
ingat. Pada intoksikasi berat, penderita menunjukkan gejala klinis
tremor, gangguan koordinasi, gangguan keseimbangan, jalan
sempoyongan (ataxia). Hal ini diakibatkan terjadi kerusakan pada
jaringan otak kecil (cerebellum).
2.2. Metode Analisis Merkuri
2.2.1.
Definisi CV-AAS
Metode Spekroskopi Serapan Atom digunakan untuk
menganalisis unsur berupa logam, baik logam alkali, alkalitanah,
maupun logam berat. Saat ini perkembangan metode SSA sangat

pesat dengan menggabungkan teknik yang baru seperti STAT


(Slotted Tube Atom Trap), metode analisis hidrida, dan metode
analisis uap dingin, dimana penggabungan teknik atau metode
tersebut dimaksudkan untuk memperoleh hasil analisis yang
lebih akurat.
Seperti halnya penetapan unsur merkuri, oleh Hatch dan
Ott (1986) telah melaporkan cara penentuan logam raksa
dengan menggunakan alat SSA yang digabungkan dengan
metode bejana uap dingin dan memperoleh kepekaan hingga
mencapai ppb (g/l) (Z & Chairuddin 2008).
Beberapa

teknik

digunakan

untuk

penetapan

raksa,

termasuk flame absorbsi spektrometri, elektrothermal atom


absorbsi spektrometri, induksi plasma digabung spektrometri
massa, induksi plasma digabung spektrometer emisi atom,
spektrometer flouresensi atom, dan cold vapour spektrometer
serapan atom, Masing-masing metode memiliki keuntungan dan
kerugian dengan berdasarkan sensitifitas, selektifitas, ataupun
kecepatan analisisnya (Y. et al. 2008).
Selain teknik tersebut dapat juga digunakan metode
pembakaran grafit spektrometer serapan atom, atau cold vapour
spektrometer

flouresensi

atom,

akan

tetapi

cold

vapour

spektrometer serapan atom adalah teknik yang paling banyak


digunakan untuk analisis kuantitatif raksa dalam jumlah kecil
dalam berbagai jenis sampel atau bahan (Silva et al. 2006).
Titik didih yang relatif rendah dan sifat yang mudah
menguap menyebabkan raksa memungkinkan untuk diukur
tanpa melibatkan penggunaan energi panas atau pemanasan
elektrotermal (Y. et al. 2008).
2.2.2.

Prinsip Kerja

Semua

bentuk

sampel

yang

mengandung

merkuri,

termasuk bahan organik, terlebih dahulu mengalami pre-oksidasi


menjadi senyawa ionik merkuri (II), hal ini dapat dicapai dengan
mendidihkan

sampel 5

10

menit

dengan

satu

reagen

pengoksidasi.
Setelah

didinginkan,

kelebihan

reagen

pengoksidasi

dihilangkan dengan penambahan ammonium hidroksida, dan


kemudian senyawa merkuri yang terbentuk direduksi dengan
Timah (II) Chlorida (SnCl2), dan selanjutnya secara langsung
ditentukan kadarnya dengan CV-AAS (Cold Vapour Atom Absorbsi
Spektometer) (Euro Chlor, 2009).
Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom,
atom-atom akan menyerap cahaya tersebut pada panjang
gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Misalkan
merkuri (Hg) menyerap pada 357,3 nm . Apabila cahaya dengan
panjang gelombang tertentu dilewatkan pada suatu sel yang
mengandung atom-atom bebas, maka sebagian cahaya tersebut
akan diserap dan intensitas penyerapan akan berbanding lurus
dengan banyaknya atom bebas logam yang berada pada sel.
Hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi diturunkan dari:
Hukum Lambert: bila suatu sumber sinar monkromatik melewati
medium transparan, maka intensitas sinar yang diteruskan
berkurang

dengan

bertambahnya

ketebalan

medium

yang

mengabsorbsi.
Hukum Beer: Intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara
eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi spesi yang
menyerap sinar tersebut.
Dari kedua hukum tersebut diperoleh suatu persamaan:
A = a.b.c

Dimana:
a = absortivitas molar
b = panjang medium
c = konsentrasi atom-atom yang menyerap sinar
A = absorbansi
Dari persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa absorbansi
cahaya berbanding lurus dengan konsentrasi atom (Day &
Underwood, 1989)
2.2.3.
Gambar

Instrumentasi
skematis

instrument

Cold

Vapour

Atom

Absorbsi

Spektrometer sebagai berikut :

skematis instrument
Komponen penyusun Cold Vapour Atom Absorbsi Spektrometer :
R adalah wadah bahan pereduksi, S adalah wadah sampel, dan C
adalah wadah larutan pembawa
V (Valves selenoid) adalah katub yang menahan sampel V3,
larutan pembawa(V2), dan bahan pereduksi (V1) untuk langsung
masuk ke dalam rangkaian instrumen
P

(Peristaltik

pump)

adalah

pompa

yang

mengontrol

penginjeksian secara otomatis dalam volume tertentu dari

sampel (V3), larutan pembawa (V2), dan bahan pereduksi (V1)


masuk ke dalam Reaction coil. V3 dan V1 bersamaan terbuka,
dan setelah 20 detik V2 akan terbuka yang mendorong campuran
larutan sampel dan bahan pereduksi masuk ke Reaction Coil..
RC (Reaction coil) adalah tempat terjadinya reaksi oksidasi
reduksi dari sampel dan bahan pereduksi yang panjangnya 30
cm.
Ar (Sumber gas Argon/gas pembawa) adalah gas inert yang
mendorong masuknya hasil reaksi dari sampel dan bahan
pereduksi masuk ke Gas-Liquid Separator.
GLS (Gas-Liquid Separtor) adalah tempat terjadi pemisahan dari
gas dan larutan hasil reaksi., di mana gas Argon akan mendorong
gas hasil reaksi masuk ke Atom Absorbsi Spektrometer.
AAS (Atom Absorbsi Spektrometer) adalah instrument yang
digunakan untuk menganalisis kadar logam, yang terdiri dari
komponen : Quartz Cell (tampat gas Hg), heater (pemanas),
sumber

radiasi

(lampu

katoda

mercuri

253,7

nm),

monokromator, detektor, ampifair.


2.2.4.
2.6.4.1.

Tahapan Pelaksanaan
Sampel preparasi

Ada dua metode system oksidasi basah yang dapat


dilakukan dalam sampel preparasi, di mana memberikan akurasi
dan presisi yang tidak signifikan (Perring & Andrey 2001) yaitu :
a. High Pressure Ashing (HPA)
Menggunakan

tekanan

maksimum

150

bar,

suhu

maksimum 320o C, volume bejana kuarsa 15 ml dengan cetakan


rongga pemanasan 14 sampai 21, dengan menggunakan asam
nitrat 10% sebagai pengoksidasi (Perring & Andrey 2001),
b. Mycrowave Digestion (MDS)

Menggunakan bejana kuarsa atau bejana Teflon sebagai


tempat sampel yang ditambahkan reagen pengoksidasi 3 ml
HNO3 65% dan 0,5 ml H2O2 30%, dengan daya 600 W, pada
suhu kamar, selama 30 menit (Perring & Andrey 2001).
Dari kedua metode ini tersebut diatas yang banyak
digunakan adalah Mycrowave Digestion karena untuk analisis
logam dalam jumlah kecil atau sangat kecil, dengan temperature
tinggi, pada bejana tertutup, dan penyiapan sampel yang sangat
cepat, serta menggunaan asam yang sedikit dan penguapan
elemen dapat ditahan (Y. et al. 2008).
Dalam preparasi sampel reaksi yang terjadi adalah reaksi
oksidasi reduksi di mana senyawa merkuri, baik berupa organik
merkuri diubah menjadi ionik merkuri (II).

2.6.4.2. Pengukuran dan pengamatan


Setelah proses sampel preparasi, maka sampel tersebut
didinginkan pada suhu kamar, kemudian dimasukkan dalam labu
ukur 25 ml, kemudian ditambahkan asam klorida HCl 0,2 M
sampai tanda (Zhang D., 1999).
Dibuat larutan pereduksi Timah II chloride (SnCl2) 10%
dalam asam klorida, dipilih SnCl2karena berdasarkan penelitian
Perring L. dan Andrey D., 2001, bahwa penggunaan SnCl2dapat
mengurangi pengaruh gangguan dari logam berat lain dalam
melakukan analisis, dengan nilai recovery SnCl4 mencapai 100%
sedangkan untuk NaBH4 hanya 80%, dan konsentrasi SnCl2 10%
karena mulai 8 % sampai 12 % hasil recoverynya mencapai 90%.
Setelah

Sampel

dan

bahan

pereduksi

sudah

siap,

selanjutnya disiapkan larutan pembawa HCL 3%v/v, di mana


larutan sampel dimasukkan dalam wadah V3, bahan pereduksi

dalam V1, dan larutan pembawa V2. Kemudian dirangkai ke


instrument CVAAS. Katub selang untuk V1 dan V3 dibuka secara
bersamaan, sehingga sampel dan bahan preduksi dalam jumlah
yang sama pada waktu bersamaan diinjeksikan atau mengalir
masuk

ke

dalam

rangkaian

instrument

dengan

bantuan

peristaltik pump P, sehingga sampel dan bahan pereduksi


bercampur dan terjadi reaksi reduksi oksidasi dalam Reaction
Coil (RC) sebagai berikut :
Sn2+ + Hg2+ Sn4+ + Hg0 (Dean J.R., 1997)
Hasil reaksi tersebut akan didorong oleh gas Argon masuk
ke GLS (Gas-Liquid Separator) untuk memisahkan larutan dan
gas yang terbentuk dari hasil reaksi, gas Hg yang terbentuk
didorong oleh gas argon masuk ke cell quartz yang akan disinari
lampu katoda dengan panjang gelombang 253,7 nm untuk
mengetahui absorbannya (Silva et al. 2006).
2.6.4.3. Analisis Data
Untuk mengukur konsentrasi dalam jumlah kecil, maka
dibuat larutan baku markuri dengan konsentrasi 0.010.04 ppm,
kemudian diukur absorbannya dan dibuat kurva baku antara
konsentrasi dan absorban. Dari kurva baku tersebut dibuat
persamaan garis lurus, di mana hasil penelitian Peregrino C.P,
2011, mendapatkan persamaan garis lurus

Abs = 0.0293 +

0.0041 CHg (ppm) dengan koofisien korelasi 0.9984, dan batas


pencapaian

pengukuran

0,005

ppm.

Setelah

mendapatkan

persamaan garis lurus maka dilanjutkan dengan menghitung


kadar Hg dari sampel sebagai berikut :
Kadar Hg (CHg) = Abs Hg 0,0293 / 0,0041
2.6.4.4. Mengatasi Logam Pengganggu dalam Analisis
Selektivitas Cold Vapour Atom Absorpsi Spektrometer
(CVAAS) dalam menganalisis Hg terhadap kehadiran beberapa

logam lainnya telah diteliti oleh Perring L dan Andrey D., 2001,
di mana didapatkan bahwa, jika menggunakan bahan pereduksi
SnCl2 lebih dapat mengatasi gangguan kehadiran logam lain
dalam analisis dibandingkan dengan NaBH4, hal ini jika sampel
Hg 0,005 mg/l dianalisis, dan dibandingkan dengan campuran
sampel Ca (75 mg/L) , Na (50 mg/L),K (100 mg/L), Mg (25 mg/L),
P (50 mg/L), Fe (2.5 mg/L), Zn (1 mg/L), Mn (0.0125mg/L), Cu
(0.5 mg/L), Fe (0.1 mg/L), Sn (0.1 mg/L), Zn (0.1 mg/L), As (0.05
mg/L), Al (0.05 mg/L), Pb (0.02 mg/L), Cu (0.02 mg/L), Mo (0.02
mg/L), Cd (0.01 mg/L), Se (0.01 mg/L), Cr (0.01 mg/L), Mn (0.01
mg/L), and Hg (0.005 mg/L), maka didapatkan hasil recovery dari
SnCl2 mencapai 100% sedangkan NaBH4hanya sekitar 80%.
Penelitian juga telah dilakukan oleh Zhang D., 1999, di
mana didapatkan bahwa kehadiran logam Zn, Cd, Ar, Se, Te, Gr,
dan

Sn

dalam

jumlah

tertentu

tidak

mengganggu

dalam

pengukuran atau analisis Hg dengan Cold Vapour Atom Absorpsi


Spektrometer, sedangkan untuk logam Cu, Ni, Fe, Mn, Co, dan Cr
dapat dihilangkan dengan mereaksikan larutan sampel dengan
0,5 ml EDTA 2%.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah
sampel rambut manusia, Standar Referensc Material (SRM)
Oyster Tissue 15660 buatan Jennan, Larutan NaOH 20%, SnCh. 2
H20 10 %, H2S04 pekat, HN03 supra pure dan serbuk merkuri
(masing-masing buatan E. Merck) dan akuatrides.
3.2. Alat
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah
Seperangkat alat Spektrofotometer Serapan Atom Uap Dingin
(CY-AAS),

kompresor,

neraca

analitik,

pipet

eppendorf,

seperangkat alat destilasi asam nitrat, tabung kuarsa, alat-alat


gelas dan kompor pemanas (hot plate).
3.3. Cara Kerja
3.3.1.
Pembuatan Pereaksi
a. Membuat larutan NaOH 20%
Akuatrides dimasukkan ke dalam labu takar volume I liter,
tambahkan 200 gram NaOH, diaduk dengan pengaduk magnet
hingga larut. Volume ditepatkan hingga tanda batas, dikocok
hingga homogen dan larutan bisa digunakan setelah dingin.
b. Membuat larutan SnCl2 10%
Akuatrides sebanyak 800 mL dimasukkan ke dalam labu
takar I liter, dimasukkan H2S04 pekat sedikit demi sedikit sampai
tanda

batas,

diaduk

lalu

ditunggu

dingin.

Setelah

dingin

masukkan 100 g SnCl2. 2 H2O, diaduk-aduk hingga larut


kemudian dialiri gas N2 selama 1 jam untuk mengusir gas-gas
dan merkuri yang mungkin ada.

c. Membuat larutan induk Hg 10 ng/mL


Merkuri (Hg) serbuk sebanyak 10 mg dimasukkan ke
dalam labu takar I liter, ditambahkan 200 mL HN03 supra pure,
diaduk hingga larut dan ditepatkan dengan akuatrides sampai
tanda batas. Dari larutan induk ini diambil 100 JlL, dimasukkan ke
dalam labu takar 100 mL, ditambah 20 mL HN03 supra pure,
ditepatkan

dengan

akuatrides

sampai

tanda

batas,

maka

diperoleh larutan dengan konsentrasi Hg 10 ng/mL.


3.3.2.

Preparasi Sampel Rambut

Rambut

dipotong

kecil-kecil

menggunakan

gunting

stainless steel, direndam dalam alkohol selama satu hari satu


malam. Hasil perendaman selanjutnya dicuci dengan asam nitrat
1 N, dibilas dengan akuatrides 3-4 kali, dikeringkan dalam oven
pada suhu 50 oC. Contoh rambut yang sudah kering ini kemudian
dilakukan proses pelarutan yaitu dengan cara ditimbang seberat
0,5 g contoh rambut, kemudian dimasukkan ke dalam tabung
kuarsa, ditambahkan ke dalam masing-masing tabung kuarsa 5
mL HN03 supra pure, kemudian tabung ditutup rapat-rapat dan
diklem. Tabung kuarsa dipanaskan menggunakan hot plate pada
suhu 180 oC selama 4 jam. Hasil pelarutan ditepatkan volumenya
menjadi 20 mL dengan menambahkan akuatrides kedalam
tabung tersebut. Larutan contoh ini siap untuk dianalisis.
3.3.3.

Preparasi SRM Oyster Tissue

Sebelum digunakan SRM Oyster Tissue dipanaskan dulu


dalam oven pada suhu 80

C selama 1 jam, lalu didinginkan

dalam eksikator. Ditimbang SRM Oyster Tissue masing-masing


seberat 0,5 g, kemudian masing-masing dimasukkan kedalam
tabung

kuarsa.

Prosedur

selanjutnya

sama

seperti

pada

pelarutan contoh rambut. Untuk membuat larutan blanko, tabung


kuarsa diisi 10 ml HNO3 supra pure, kemudian tabung ditutup

rapat-rapat dan diklem. Selanjutnya dilakukan prosedur seperti


pada pelarutan contoh.
3.3.1.

Validasi Metode CV-AAS

Validasi metode dilakukan dengan menggunakan SRM


oyster Tissue 15660 buatan Wino pal Forshung Jerman. Dipipet
masing-masing sebanyak 100 L dengan pipet eppendorf dari 5
larutan SRM hasil pelarutan, dimasukkan ke dalam tabung
analisis yang telah berisi 50 mL larutan SnCl 2 10 % dalam
suasana H2SO4 pekat, diaduk dengan mengalirkan udara dari
kompresor. Uap merkuri akan tereduksi dan terbawa oleh aliran
udara dan akan dideteksi oleh mercury monitor. Penetapan
konsentrasi total merkuri dilakukan pada kondisi operasi yang
optimum. Untuk setiap kali pengukuran standar SRM juga
dilakukan kalibrasi dengan mengukur standar Hg I ng yaitu
dengan memasukkan larutan induk Hg 10 ng/mL sebanyak 100
L dan dilakukan analisis yang sarna seperti pada analisis SRM.
Perhitungan

konsentrasi

total

merkuri

dilakukan

secara

komparatif yaitu dengan membandingkan antara tinggi spektra


SRM dengan tinggi spektra standar Hg.
3.3.2.

Analisis Total Merkuri dalam Sampel Rambut

Prosedur analisis total merkuri dalam contoh sama seperti


pada analisis total merkuri dalam SRM Oyster Tissue, yaitu
diambil masing-masing sebanyak 100 L menggunakan pipet
eppendorf

larutan

contoh

yang

telah

siap

dianalisis

lalu

dimasukkan ke dalam tabung analisis yang telah berisi 50 mL


larutan SnCl2 10 % dalam suasana HzS04 pekat, diaduk dengan
mengalirkan udara dari kompresor. Selanjutnya prosedur sama
dengan analisis merkuri dalam SRM. Penetapan konsentrasi total
merkuri terhadap blanko dan sistem dilakukan dengan cara kerja
yang sarna seperti pada larutan contoh uji.

BAB IV
PEMBAHASAN

Penentuan unsur runut merkuri sulit dilakukan. Hal ini


disebabkan oleh volatilitas dari senyawa merkuri tersebut. Oleh
karena itu perlu dilakukan metode basah dengan perlakuan asam
(acid treatment). Merkuri juga sering berkontaminasi dengan
reagent atau bahan-bahan di laboratorium. Sebaiknya merkuri
dipisahkan terlebih dahulu sebelum dianalisis, di antaranya
dengan elektrolisis, volatilisasi, dan ekstraksi ditizon. Cara
terakhir ini paling sering digunakan. Dalam penentuannya
digunakan pembentukan kompleks dengan ditizon atau dengan
dinaftiltiokarbazon (Pinta, 1975).
Salah satu metode analisis merkuri yang telah banyak
dilakukan oleh para peneliti yaitu metode CV-AAS atau disebut
juga metode pembentukan uap dingin. Metode CV-AAS ini hanya
dapat digunakan khusus untuk atomisasi merkuri. Metode CVAAS ini mempunyai keunggulan dalam hal selektivitas dan
sensitivitas yang cukup baik untuk analisis merkuri total dalam
sampel.

Kelemahan

metode

CV-AAS

adalah

tidak

dapat

mendeteksi berbagai jenis merkuri yang ada dalam sampel.


Logam berat merkuri (Hg) merupakan unsur yang dalam
keadaan nonnal tidak terdapat dalam tubuh manusia, tetapi
mempunyai sifat mudah terakumulasi dalam jaringan tubuh.
Merkuri dapat diserap oleh tubuh melalui pencemaan makanan,
paru-paru atau kulit. Adanya merkuri yang berlebihan dalam
tubuh

bisa

mengakibatkan

menurunnya

koordinasi

system

syaraf, dan kepandaian, serta berkurangnya daya pendengaran


dan penglihatan.'2). Menurut Mance (1987) seperti yang dikutip
Umi Zakiyah (3), dikatakan bahwa tingkat dosis yang dapat
menyebabkan kematian dapat tercapai apabila kadar Hg yang

masuk ke dalam tubuh sebanyak 0,2-1,0 gram. Apabila orang


menghirup udara yang mengandung uap merkuri > 100!tglm3
setiap hari selama 5-8 jam maka akan menyebabkan disfungsi
pada berbagai organ tubuh. Metode CY-AAS memiliki beberapa
keunggulan antara lain mempunyai kepekaan, ketepatan dan
ketelitian yang tinggi serta bisa untuk analisis dalam orde ultra
mikro (ppt). Pada metode ini contoh atau cuplikan yang
mengandung Hg dipreparasi terlebih dahulu dan kandungan Hg
ditentukan

dengan

cara

atomisasi.

Merkuri

dalam

contoh

berbentuk Hg+/HgH. Reduktor sangat kuat SnCh dalam suasana


H2S04 pekat yang mampu mereduksi sekitar 95 % digunakan
dalam metode ini sehingga Hg dalam contoh diubah menjadi Hg
netral (Hgo) yang mudah menguap. Uap Hg yang terbentuk
dilewatkan kolom yang berisi larutan NaOH 20 % untuk mengikat
senyawa-senyawa

organik

yang

ada,

kemudian

dilewatkan

akutrides untuk pencucian senyawa NaOH yang mungkin masih


terbawa dalam uap Hg. Selanjutnya uap Hg dikeringkan dengan
melewatkan melalui kolom yang berisi silika gel, dan masuk ke
ruang elektrode Au sehingga akan terbentuk amalgam Au-Hg.
Amalgam yang terbentuk dipanaskan dan akan tertangkap oleh
detektor spektrometer. Pada saat atom-atom Hg dilewatkan
melalui lampu katoda merkuri maka atom-atom tersebut akan
menyerap tenaga dan berada pada tenaga eksitasi. Pengurangan
intensitas radiasi yang diberikan sebanding dengan jumlah atom
pada tingkat tenaga dasar yang menyerap energi radiasi
tersebut. Dengan mengukur intensitas radiasi yang diteruskan
atau mengukur intensitas radiasi yang diserap, maka konsentrasi
Hg dalam contoh dapat ditentukan dengan membandingkan
antara

spektra

contoh

dengan

spektra

standar.

Untuk

memperoleh ketepatan hasil analisis periu diperhatikan beberapa


parameter yang berpengaruh pada metode CY-AAS antara lain

waktu pengadukan, waktu tunda, waktu pemanasan dan waktu


pendinginan.
4.1.

Parameter-parameter

yang

berpengaruh

pada

Metode CV-AAS
Parameter-parameter yang berpengaruh pada metode CVAAS antara lain adalah sebagai berikut:
a. Waktu pengadukan (T1)
Waktu pengadukan adalah waktu yang diperlukan untuk
mereduksi senyawa-senyawa Hg yang ada dalam contoh uji
menggunakan SnCl2 10 % dalam suasana H2S04 pekat. Apabila
waktu

pengadukan

yang

digunakan

tidak

dalam

kondisi

optimum, maka akan mempengaruhi hasil analisis, hal ini


dimungkinkan karena pada proses pengadukan terjadi reduksi
merkuri oleh SnCI2 dari bentuk ion positif menjadi bentuk netral
dan akan menguap sebagai atom-atom merkuri bebas, dan
apabila kondisi tidak optimum maka merkuri bebas yang
ditangkap elektrode Au tidak sempuma, sehingga hasil analisis
juga tidak optimal.

b. Waktu Tunda (T2)


Waktu

tunda

menyempumakan

adalah

proses

waktu

reduksi

yang
Hg.

diperIukan

Disini

aliran

untuk
udara

diperkecil agar aliran uap Hg yang terbawa dari elektrode emas


ke monitor bisa lebih konstan. Dengan adanya waktu tunda
diharapkan reaksi pembentukan amalgam AuHg juga lebih
sempuma.
c. Waktu Pemanasan (T3)
Waktu pemanasan adalah waktu yang dibutuhkan untuk
menguraikan kembali senyawa amalgam AuHg yang terbentuk

menjadi uap Hg kembali. Uap Hg yang terbentuk ini akan


didorong

oleh

aliran

udara

kompresor

masuk

ke

dalam

spektrometer yang sudah diatur pada panjang gelombang Hg.


Jumlah kandungan total merkuri dalam contoh akan terdeteksi
dan dicatat oleh rekorder yang ditampilkan dalam bentuk
spektrum
d. Waktu Pendinginan (T4).
Waktu pendinginan adalah waktu yang diperlukan untuk
mendinginkan kembali elektrode emas dengan menghembuskan
udara dari kompresor secara mendadak dan cepat untuk
menghindarkan kerusakan pada elektrode emas.
Pada penentuan kondisi optimum operasi dengan alat CVAAS diperoleh hasil sebagai berikut :

Waktu
Waktu
Waktu
Waktu

pengadukan (T1) = 70 detik


tunda (T2) = 15 detik
pemanasan (T3) = 13 detik
pendinginan (T4) = 25 detik

4.2. Validasi Metode CV-AAS


Validasi

Metode

merupakan

suatu

proses

untuk

mengkonfirmasi bahwa suatu metode mempunyai unjuk kerja


yang konsisten , sesuai dengan apa yang dikehendaki dalam
penerapan metode tersebut.

Penelitian kali ini telah dilakukan

unjuk kerja metode pengujian total merkuri (Hg) menggunakan


Spektrofotometer Serapan Atom Uap Dingin (CV-AAS) dalam
contoh bahan biologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
unjuk kerja (validasi) metode pengujian alat CV-AAS. Unjuk kerja
metode pengujian yang ditentukan meliputi batas deteksi (LOD),
akurasi, presisi, dan bias (kesalahan) metode uji yang digunakan.
Sebagai bahan standar yang digunakan adalah SRM Oyster
Tissue buatan Winopal Forshung Jerman, sedangkan contoh uji
bahan biologis adalah rambut manusia.

Berikut adalah hasil analisis total merkuri dalam SRM


Oyster Tissue 15660 dapat dilihat seperti pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1. Hasil analisis total merkuri dalam SRM Oyster Tissue
15660 buatan Winopal Forshung Jerman
Berat

Conto

Blank

Siste

Stand

Kadar

Hasil

(gram

ar

Sertifik

analisi

(skala

(skala

(skala

(skala

at

0,315

)
34

)
4,5

)
0,8

)
55,0

(ng/g)
57,0

(ng/g)
56,17

0,363

35

4,5

0,8

54,0

58,24

0,435

39

4,5

0,8

55,5

55,98

0,8

56,0

57,31
56,83
0,93

41
4,5
Rerata
Simpangan baku (S)

Dari hasil di atas dapat dihitung unjuk kerja (validasi)


metode CY-AAS untuk pengujian merkuri (Hg) yang meliputi
batas deteksi (LOD), akurasi, presisi, bias (kesalahan) metode.
Unjuk kerja (validasi) metode pengujian :
1. Batas deteksi (LOD : limit of detection) adalah konsentrasi
terendah yang bisa dideteksi dengan tingkat keyakinan yang
tinggi.
Batas deteksi (LOD) = Blanko + 3 Sblanko
Batas deteksi (LOD) = 0,0818 + 3 (0,001 ) = 0,085 ng
2. Akurasi adalah kedekatan hasil analisis rata-rata dengan nilai
sebenamya

(true

value).

Akurasi

juga

menggambarkan

kesalahan sistematik (systematic error) atau bias.


Kadar Hg rata-rata dalam SRM Oyster Tissue hasil pengukuran
= 56,88 ng/g
Kadar Hg dalam sertifikat SRM Oyster Tissue = 57,0 ng/g
Akurasi = 56,83/57,0 x 100% = 99,70 %
3. Presisi
adalah
variabilitas
hasil-hasil
analisis
yang
bersangkutan.

Presisi

menggambarkan

kesalahan

acak

(random error). Nilai presisi biasanya dinyatakan dalam bentuk


nilai RSD (relative standard deviation).

Presisi (RSD) = S / x rata-raXta 100%


Presisi (RSD) = 0,93 / 56,83 x 100 % = 1,64 %
4. Bias (kesalahan) adalah perbedaan hasil analisis rata-rata
dengan nilai acuan.
Bias = 56,83 - 57,0 ng/g = 0,17 ng/g (0,30 %)
Dari unjuk kerja metode CY-AAS diperoleh hasil yang
cukup baik, terutama karena kesalahan (bias) cukup kecil < 1 %
(akurasi 99,70 %) dan presisi 1,64 %, sehingga analisis merkuri
dalam contoh selanjutnya dengan CY-AAS bisa dilakukan.
4.3. Analisis Total Merkuri pada Rambut
Hasil analisis merkuri dalam contoh uji bahan biologis
(rambut dan gusi tiruan) dapat dilihat pada Tabel 2.
Contoh

Bera

Blank

Siste

Stand

Cont

Kadar

Rerata

ar

oh

Hg

kadar Hg

cont

(skal

(skal

(skala

(skal

(ng/g)

(ng/g)

oh

a)

a)

a)

Rambut

(g)
0,33

0,5

0,5

70,5

47,50 406,9

406,93

48,00 3

4,33

47,00 411,2
0,5

0,5

59,5

52,50 6

Rambut

0,25

51,50 402,6

699,07

56,50 0

34,90

0,5

0,5

70,5

70,00 685,8
69,50 8

Rambut

0,34

0,5

0,5

58,0

70,50 672,6

572,25

37,00 9

4,12

39,50 738,6
39,50 4
Rambut

0,23

0,5

0,5

70,5

56,00 572,2

555,45

52,50 5

21,01

51,50 568,1

4
Rambut

0,28

576,3

537,20

24,03

531,2
0
567,5
8
567,5
8
564,3
1
528,7
2
518,5
6
Berdasarkan tabel 2, kadar total merkuri (Hg) dalam 5
rnacam contoh uji rambut tidak sama, harganya bervariasi dari
406,93 699,07 ppb. Hal ini bisa mungkin terjadi karena
tergantung

kemampuan

seseorang

untuk

mengekskresikan

merkuri melalui rambut tidak sama, selain itu juga ada pengaruh
lain seperti faktor pola makan, jenis kelamin dan faktor usia,
namun konsentrasi ini masih aman karena menurut WHO atau
FAO batas ambang merkuri yang diijinkan adalah 5 - 6 ppm.

BAB V
KESIMPULAN
Hasil penelitian diatas dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu
sebagai berikut:
1. Metode

CV-AAS

(Cold

Vapour

Atomic

Absorption

Spectrophotometry) merupakan rnetode uji yang cukup


handal dan cukup valid karena kesalahan analisis < 1%
(0,3 %)
2. Hasil unjuk kerja (validasi) metode CY-AAS dengan SRM
Oyster Tissue 15660 buatan Winopal Forshung Jennan
untuk pengujian total merkuri adalah batas deteksi (LOD) =
0,085 ng, akurasi = 99,70 %, presisi (RSD) = 1,64 % dan
bias (kesalahan) = 0,30 %. Dari hasil validasi metode
menunjukkan bahwa kadar merkuri hasil pengukuran
berada dalam rentang nilai sertifikat.
3. Kandungan merkuri (Hg) total dalam contoh rarnbut adalah
bervariasi antara 406,93 699,07 ppb masih dalam batas
aman.

DAFTAR PUSTAKA

Agency for Toxic and Disease Registry, 1999. Toxicological Profile for Mercury,
U.S.
Alfian, Z., 2006. Merkuri, antara manfaat dan efek penggunaannya bagi kesehatan
manusia dan lingkungan. Naskah Pidato Pengukuhan Guru Besar. USU.
Available at: http://library.usu.ac.id/download/e-book/zul alfian.pdf.
Chamid, C., Yulianita, N. & Renosori, P., 2010. Kajian Tingkat Konsentrasi
Merkuri (Hg) pada Rambut Masyarakat Kota Bandung. , pp.107131.
DH, A., Anies & H, S., 2011. Kadar Merkuri pada Rambut Masyarakat di Sekitar
Penambangan Emas Tanpa Ijin. Media Medika Indonesiana, 45(111),
pp.181187.
Geyer et al., 2000. Bioaccumulation and Occurrence of Endocrine-Disrupting
Chemicals (EDCs), Persistent Organic Pollutants (POPs), and Other
Organic Compounds in Fish and Other Organisms Including Human,
Springer-Verlag Berlin Heidelberg.
Grandjean, P. et al., 2005. Umbilical Cord Mercury Concentration as Biomarker
of Prenatal Exposure to Methylmercury. Environmental Health Perspectives,
7(113), pp.905908.
Gunawan, S.G., 2009. Farmakologi dan terapi 5th ed., Jakarta: Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Handayani, T., 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kadar Merkuri
(Hg) Rambut Ibu di Area Penambangan Emas Tradisional Desa Jendi
Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri, Semarang.
Hartono, W., 2003. Faktor Faktor yang Berhubungan Dengan Kadar Merkuri
dalam Rambut pada Pekerja Laboratorium di Balai Laboratorium
Kesehatan Bandar Lampung Tahun 2003, Depok.
Heriamariaty, 2011. Upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran air

akibat penambangan emas di sungai kahayan. MIMBAR HUKUM, 23(3),


pp.431645.
Inswiasri, 2008. Paradigma Kejadian Penyakit Pajanan Merkuri (Hg). Ekologi
Kesehatan, 7(2), pp.775785.
Koeswadji & Dkk, 1991. Analisis Kadar Merkuri dan Kadmium Dalam Beberapa
Hewan laut di Muara Sungai Kalimas. Pusat Studi Lingkungan Universitas
Airlangga, 11(3), pp.147156.
Kristianingrum, S., 2007. MODIFIKASI METODE ANALISIS SPESIASI
MERKURI DALAM LINGKUNGAN PERAIRAN. , pp.7275.
Kristianingrum Susila, 2009. Kajian teknik analisis merkuri yang sederhana,
selektif, prekonsentrasi, dan penentuannya secara spektrofotometri. , pp.345
350.
Lasut, M.T., 2009. Proses Bioakumulasi dan Biotransfer Merkuri ( Hg ) pada
Organisme Perairan di dalam Wadah Terkontrol. Jurnal Matematika dan
Sains, 14(3), pp.8995.
Mahaffey R, K., 2005. Mercury Exposure: Medical dan Public Health Issues.
Transactions of the American Clinical and Climatological Assosiation. , 116.
Palar, 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat, Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Perring, L. & Andrey, 2001. Optimization and Validation of Total Mercury
Determination in Food Products by Cold Vapor AAS: Comparison of
Digestion Methods and With ICP-MS Analysis. Atomic Spectroscopy, 22(5).
Rianto, S., 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keracunan
Merkuri pada Penambang Emas Tradisional di Desa Jendi Kecamatan
Selogiri Kabupaten Wonogiri, Semarang.
Rowe, R., C, S. & P.J, O., 2006. Handbook of Pharmaceutical Excipient fifth.,
London: Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association.
Silva, M.F., Toth & Rangel, 2006. Determination of Mercury in Fish by Cold

Vapor Atomic Absorption Spectrophotometry Using a Multicommuted Flow


Injection Analysis System. Analytical Sciences, The Japan Society for
Analytical Chemistry, 22.
Soemirat, 2003. Toksikologi Lingkungan, Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Suseno, H. et al., 2010. BIOAKUMULASI MERKURIA ANORGANIK DAN
METIL MERKURI OLEH Oreochromis mossambicus: PENGARUH
KONSENTRASI MERKURI ANORGANIK DAN METIL MERKURI
DALAM AIR. Jurnal Teknologi Pengelolahan Limbah, 13(1), pp.4962.
Tabrizian, I., 2013. Rambut Bisa Menyikap Adanya Racun. Harian Kompas.
Available

at:

http://health.kompas.com/read/2010/04/15/1405482/Rambut.Bisa.Menyingka
p.Adanya.Racun [Accessed December 10, 2016].
US-EPA, 1984. Mercury Health Effect Update, Health Issue Assesment,
Washington DC.
Warsono, 2002. Pengaruh Bahan Tambal Amalgam Terhadap Kadar Merkuri pada
Darah, Urin, Tinja, dan Rambut Kepala. Jurnal Kedokteran Gigi UI, 7(1),
pp.2330.
Y., C. et al., 2008. Determination of Trace Mercury in Chinese Herbal Medicine
by Cold Vapour Generation-Atomic Fluorescence Spectrometry. Asian
Journal of Chemistry, 20(6), pp.46394646.
Z, A. & Chairuddin, 2008. Analisis Logam Raksa Dengan Metode
Spektrofotometer Serapan Atom Yang Digabungkan Dengan Tehnik CVHGA
Yang Komersil Dan Yang Dimodifikasi. Jurnal Teknologi Proses, 7, pp.40
44.

DIAGRAM ALIR
1. Membuat Larutan NaOH 20 %
200 gram NaOH
Dimasukkan aquatrides ke dalam labu takar 1 liter
Ditambahkan 200 gram NaOH
Diaduk menggunakan stirrer
Ditandabataskan
Dikocok hingga homogen
Didinginkan

HASIL
2. Membuat Larutan SnCl2%
SnCl2.H2O
Dimasukkan aquatrides 800 mL ke dalam labu takar 1 liter
Dimasukkan H2SO4 pekat sedikit demi sedikit sampai tanda batas
Ditambahkan 100 gram SnCl2.H2O
Diaduk hingga larut
Dialiri gas N2 selama 1 jam

HASIL
3. Membuat Larutan Induk Hg 10 ng/L
10 mg Merkuri (Hg)
Dimasukkan ke dalam labu takar 1 liter
Ditambahkan 200 mL HNO3 supra pure
Diaduk menggunakan hingga larut
Ditandabataskan menggunakan aquatrides
Diambil 100 L
Larutan induk Hg
Dimasukkan kedalam labu takar 100 mL
Ditambahkan 20 mL HNO3 supra pure
Ditandabataskan menggunakan aquatrides

Larutan Hg 10 ng/mL

4. Preparasi Contoh Uji Rambut


Rambut Manusia
Dipotong menggunakan gunting stainless steel
Direndam dalam alkohol selama satu hari satu malam
Dicuci dengan asam nitrat 1 N
Dibilas dengan aquatrides 3-4 kali
Dikeringkan dalam oven pada suhu 50oC
Ditimbang 0,5 gram
Rambut Kering
Dimasukkan dalam tabung kuarsa
Ditambahkan 5 mL HNO3 supra pure
Tabung ditutup rapat-rapat dan di klem
Tabung dipanaskan suhu 180 oC selama 4 jam
Ditambahkan aquatride sampai 20 mL
Dianalisis

HASIL
5. Preparasi SRM Oyster Tissue
SRM Oyster Tissue
Dipanaskan dalam oven bersuhu 80 oC selama 1 jam
Didinginkan dalam eksikator
SRM Oyster Tissue (pelarutan)
Ditimbang 0,5 gram
Dimasukkan dalam tabung kuarsa
Ditambahkan 10 mL HNO3 supra pure
Tabung ditutup rapat-rapat dan di klem
Tabung dipanaskan suhu 180 oC selama 4 jam
Ditambahkan aquatrides sampai 20 mL
Dianalisis

HASIL

6. Validasi Metode CV-AAS


SRM Oyster Tissue 15660
Dipipet masing-masing sebanyak 100 L dengan pipet eppendorf
Dimasukkan dalam tabung analisis yang berisi 50 mL SnCl2 10% dalam suasana H2SO4 pekat
Diaduk dengan mengalirkan udara dari kompresor
Dianalisis

HASIL

7. Analisis Total Merkuri dalam Contoh


Sampel (Rambut)
Dipipet masing-masing sebanyak 100 L dengan pipet eppendorf
Dimasukkan dalam tabung analisis yang berisi 50 mL SnCl2 10% dalam suasana H2SO4 pekat
Diaduk dengan mengalirkan udara dari kompresor
Dianalisis

HASIL

Anda mungkin juga menyukai

  • Peserta Wisuda Periode 1 Tahun 2018
    Peserta Wisuda Periode 1 Tahun 2018
    Dokumen12 halaman
    Peserta Wisuda Periode 1 Tahun 2018
    HanifahHasna
    Belum ada peringkat
  • Bab 2 Kelompok
    Bab 2 Kelompok
    Dokumen12 halaman
    Bab 2 Kelompok
    HanifahHasna
    Belum ada peringkat
  • PKL Netania Kasih
    PKL Netania Kasih
    Dokumen7 halaman
    PKL Netania Kasih
    HanifahHasna
    Belum ada peringkat
  • Vektor
    Vektor
    Dokumen38 halaman
    Vektor
    HanifahHasna
    Belum ada peringkat
  • Jurnal STA
    Jurnal STA
    Dokumen4 halaman
    Jurnal STA
    HanifahHasna
    Belum ada peringkat
  • 4 Daftar Isi
    4 Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    4 Daftar Isi
    HanifahHasna
    Belum ada peringkat
  • 12 Dapus
    12 Dapus
    Dokumen4 halaman
    12 Dapus
    HanifahHasna
    Belum ada peringkat
  • 1 Cover
    1 Cover
    Dokumen1 halaman
    1 Cover
    HanifahHasna
    Belum ada peringkat
  • 8 Abstrak
    8 Abstrak
    Dokumen2 halaman
    8 Abstrak
    HanifahHasna
    Belum ada peringkat
  • 9 Bab I
    9 Bab I
    Dokumen6 halaman
    9 Bab I
    HanifahHasna
    Belum ada peringkat