Dosen Pengampu:
Armeida Dwi Ridhomati Madjid, M.Si
Oleh:
Hanifah Hasna Fauziyyah (13630063)
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Sumber daya alam menjadi faktor yang tidak dapat
sumber
daya
alam
yang
ada
di
lingkungan.
negatif
bagi
ancaman
yang
besar
bagi
lingkungan
sedangkan
aspek
yang
antara
lain
spesies,
cara
toksikan
akumulasi
tertinggi
akan
didapat
pada
konsumen
teratas.
Merkuri yang terbuang ke aliran sungai seperti pada sisa
proses amalgamasi dari aktivitas penambangan emas tanpa ijin
yang akan mengalami proses metilisasi dengan bantuan bakteri.
Persenyawaan merkuri yang terdapat dalam air dan endapan
tercemar
merkuri,
bekerja
di
daerah
PETI
dan
deposisi
atmosferik
maupun
bersumber
dari
terjadi
karena
kondisi
tubuh
yang
makin
lemah
(Kristianingrum 2007).
Kejadian
keracunan
merkuri
sering
terjadi
seperti
Jepang.
Penyakit
ini
disebut
sebagai
tragedi
pencemaran
merkuri
pada
ikan
dan
keracunan
merkuri
yang
mengakibatkan
orang
rambut
memiliki
kelebihan
dalam
mendeteksi
urin
kurang
dapat
memberikan
indikasi
dari
jalur
Spectrometry),
dan
ASV
(Anodic
Stripping
Tujuan
(kesalahan)
dapat
mengetahui
kadar
merkuri
yang
1.4.
Manfaat Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Merkuri
2.1.1.
Definisi Merkuri
Merkuri atau air raksa mempunyai nama kimia hydrargyrum
yang berbentuk cair keperakan dalam tekanan dan suhu kamar.
Merkuri dilambangkan dengan Hg. Pada tabel periodik unsur
kimia, merkuri menempati urutan (NA) 80 dan mempunyai bobot
atom 200,59. Secara umum logam merkuri memiliki sifat-sifat
dasar sebagai berikut (Palar 2008):
a) Berwujud cair pada suhu kamar (25 0C) dengan titik beku
paling rendah sekitar 39 0C.
b) Masih berwujud cair pada suhu 396 0C dan telah terjadi
pemuaian secara menyeluruh pada suhu tersebut.
c) Merupakan logam yang paling mudah menguap jika
dibandingkan dengan logam-logam lainnya.
d) Memiliki tahanan listrik yang sangat tinggi sehingga
menjadikan merkuri sebagai konduktor yang baik.
e) Dapat melarutkan bermacam-macam logam
untuk
membentuk amalgam.
f) Merkuri merupakan unsur yang sangat beracun bagi semua
makhluk hidup baik dalam bentuk unsur tunggal (logam)
ataupun persenyawaan.
Bijih merkuri juga ditemukan pada batu dan bercampur
dengan bijih lain seperti tembaga, emas, timah, seng, dan perak.
Menurut (Inswiasri 2008) dalam jurnal ekologi kesehatan bahwa
merkuri muncul di lingkungan secara alamiah dalam beberapa
bentuk yaitu :
1. Metal Merkuri (Hg)
Metal merkuri merupakan logam berwarna putih berkilau,
berbentuk cair dalam suhu kamar dan membentuk uap merkuri
emas.
Untuk
bahan
penambal
gigi
biasanya
merkuri
anorganik
terjadi
ketika
merkuri
amoniak,
merkuri
klorida,
dan
merkuri
iodide
populer
adalah
metil
merkuri
(dikenal
dengan
organomerkuri
yang
dikenal
adalah
fenilmerkuri.
ditemukan
membahayakan
bagi
dalam
jumlah
kecil
namun
sangat
manusia
dan
hewan.
Metil
merkuri
antifungi
pada
cat
masih
diperbolehkan,
tetapi
Kegunaan Merkuri
sejumlah
kecil
merkuri,
2%),
timerosal
dan
Toksisitas Merkuri
terutama
gejala
neurologis
yang
disebut
sindrom
yang
terus-menerus
menimbulkan
tremor
dan
Efek
korosif
Hg
anorganik
pada
mukosa
usus
kronis
terhadap
ion
merkuri
anorganik.
Sindrom
gangguan
penglihatan
(skotoma
atau
penyempitan
dapat
terjadi
walaupun
ibunya
asimtomatik,
yaitu
berupa
2.1.4.
Biomarker
dapat
digunakan
untuk
memperkirakan
merkuri
mengunakan
rambut
mempunyai
panjang
menemukan
yang
logam
merupakan
berat
yang
akar
penyakit
berpotensi
serta
menimbulkan
rambut,
tetapi
hubungan
antara
konsentrasi
2.1.5.
ke dalam tubuh
manusia
bisa
melalui
makanan,
relationship).
Gejala
yang
teringan
adalah
tidak
dapat
dikatakan
sebagai
gejala
spesifik
paparan terus
gagap.
Penelitian
uap
merkuri
28,8
mg/m3
teknik
digunakan
untuk
penetapan
raksa,
flouresensi
atom,
akan
tetapi
cold
vapour
Prinsip Kerja
Semua
bentuk
sampel
yang
mengandung
merkuri,
sampel 5
10
menit
dengan
satu
reagen
pengoksidasi.
Setelah
didinginkan,
kelebihan
reagen
pengoksidasi
dengan
bertambahnya
ketebalan
medium
yang
mengabsorbsi.
Hukum Beer: Intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara
eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi spesi yang
menyerap sinar tersebut.
Dari kedua hukum tersebut diperoleh suatu persamaan:
A = a.b.c
Dimana:
a = absortivitas molar
b = panjang medium
c = konsentrasi atom-atom yang menyerap sinar
A = absorbansi
Dari persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa absorbansi
cahaya berbanding lurus dengan konsentrasi atom (Day &
Underwood, 1989)
2.2.3.
Gambar
Instrumentasi
skematis
instrument
Cold
Vapour
Atom
Absorbsi
skematis instrument
Komponen penyusun Cold Vapour Atom Absorbsi Spektrometer :
R adalah wadah bahan pereduksi, S adalah wadah sampel, dan C
adalah wadah larutan pembawa
V (Valves selenoid) adalah katub yang menahan sampel V3,
larutan pembawa(V2), dan bahan pereduksi (V1) untuk langsung
masuk ke dalam rangkaian instrumen
P
(Peristaltik
pump)
adalah
pompa
yang
mengontrol
radiasi
(lampu
katoda
mercuri
253,7
nm),
Tahapan Pelaksanaan
Sampel preparasi
tekanan
maksimum
150
bar,
suhu
Sampel
dan
bahan
pereduksi
sudah
siap,
ke
dalam
rangkaian
instrument
dengan
bantuan
Abs = 0.0293 +
pengukuran
0,005
ppm.
Setelah
mendapatkan
logam lainnya telah diteliti oleh Perring L dan Andrey D., 2001,
di mana didapatkan bahwa, jika menggunakan bahan pereduksi
SnCl2 lebih dapat mengatasi gangguan kehadiran logam lain
dalam analisis dibandingkan dengan NaBH4, hal ini jika sampel
Hg 0,005 mg/l dianalisis, dan dibandingkan dengan campuran
sampel Ca (75 mg/L) , Na (50 mg/L),K (100 mg/L), Mg (25 mg/L),
P (50 mg/L), Fe (2.5 mg/L), Zn (1 mg/L), Mn (0.0125mg/L), Cu
(0.5 mg/L), Fe (0.1 mg/L), Sn (0.1 mg/L), Zn (0.1 mg/L), As (0.05
mg/L), Al (0.05 mg/L), Pb (0.02 mg/L), Cu (0.02 mg/L), Mo (0.02
mg/L), Cd (0.01 mg/L), Se (0.01 mg/L), Cr (0.01 mg/L), Mn (0.01
mg/L), and Hg (0.005 mg/L), maka didapatkan hasil recovery dari
SnCl2 mencapai 100% sedangkan NaBH4hanya sekitar 80%.
Penelitian juga telah dilakukan oleh Zhang D., 1999, di
mana didapatkan bahwa kehadiran logam Zn, Cd, Ar, Se, Te, Gr,
dan
Sn
dalam
jumlah
tertentu
tidak
mengganggu
dalam
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah
sampel rambut manusia, Standar Referensc Material (SRM)
Oyster Tissue 15660 buatan Jennan, Larutan NaOH 20%, SnCh. 2
H20 10 %, H2S04 pekat, HN03 supra pure dan serbuk merkuri
(masing-masing buatan E. Merck) dan akuatrides.
3.2. Alat
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah
Seperangkat alat Spektrofotometer Serapan Atom Uap Dingin
(CY-AAS),
kompresor,
neraca
analitik,
pipet
eppendorf,
batas,
diaduk
lalu
ditunggu
dingin.
Setelah
dingin
dengan
akuatrides
sampai
tanda
batas,
maka
Rambut
dipotong
kecil-kecil
menggunakan
gunting
kuarsa.
Prosedur
selanjutnya
sama
seperti
pada
konsentrasi
total
merkuri
dilakukan
secara
larutan
contoh
yang
telah
siap
dianalisis
lalu
BAB IV
PEMBAHASAN
Kelemahan
metode
CV-AAS
adalah
tidak
dapat
bisa
mengakibatkan
menurunnya
koordinasi
system
dengan
cara
atomisasi.
Merkuri
dalam
contoh
organik
yang
ada,
kemudian
dilewatkan
spektra
contoh
dengan
spektra
standar.
Untuk
Parameter-parameter
yang
berpengaruh
pada
Metode CV-AAS
Parameter-parameter yang berpengaruh pada metode CVAAS antara lain adalah sebagai berikut:
a. Waktu pengadukan (T1)
Waktu pengadukan adalah waktu yang diperlukan untuk
mereduksi senyawa-senyawa Hg yang ada dalam contoh uji
menggunakan SnCl2 10 % dalam suasana H2S04 pekat. Apabila
waktu
pengadukan
yang
digunakan
tidak
dalam
kondisi
tunda
menyempumakan
adalah
proses
waktu
reduksi
yang
Hg.
diperIukan
Disini
aliran
untuk
udara
oleh
aliran
udara
kompresor
masuk
ke
dalam
Waktu
Waktu
Waktu
Waktu
Metode
merupakan
suatu
proses
untuk
Conto
Blank
Siste
Stand
Kadar
Hasil
(gram
ar
Sertifik
analisi
(skala
(skala
(skala
(skala
at
0,315
)
34
)
4,5
)
0,8
)
55,0
(ng/g)
57,0
(ng/g)
56,17
0,363
35
4,5
0,8
54,0
58,24
0,435
39
4,5
0,8
55,5
55,98
0,8
56,0
57,31
56,83
0,93
41
4,5
Rerata
Simpangan baku (S)
(true
value).
Akurasi
juga
menggambarkan
Presisi
menggambarkan
kesalahan
acak
Bera
Blank
Siste
Stand
Cont
Kadar
Rerata
ar
oh
Hg
kadar Hg
cont
(skal
(skal
(skala
(skal
(ng/g)
(ng/g)
oh
a)
a)
a)
Rambut
(g)
0,33
0,5
0,5
70,5
47,50 406,9
406,93
48,00 3
4,33
47,00 411,2
0,5
0,5
59,5
52,50 6
Rambut
0,25
51,50 402,6
699,07
56,50 0
34,90
0,5
0,5
70,5
70,00 685,8
69,50 8
Rambut
0,34
0,5
0,5
58,0
70,50 672,6
572,25
37,00 9
4,12
39,50 738,6
39,50 4
Rambut
0,23
0,5
0,5
70,5
56,00 572,2
555,45
52,50 5
21,01
51,50 568,1
4
Rambut
0,28
576,3
537,20
24,03
531,2
0
567,5
8
567,5
8
564,3
1
528,7
2
518,5
6
Berdasarkan tabel 2, kadar total merkuri (Hg) dalam 5
rnacam contoh uji rambut tidak sama, harganya bervariasi dari
406,93 699,07 ppb. Hal ini bisa mungkin terjadi karena
tergantung
kemampuan
seseorang
untuk
mengekskresikan
merkuri melalui rambut tidak sama, selain itu juga ada pengaruh
lain seperti faktor pola makan, jenis kelamin dan faktor usia,
namun konsentrasi ini masih aman karena menurut WHO atau
FAO batas ambang merkuri yang diijinkan adalah 5 - 6 ppm.
BAB V
KESIMPULAN
Hasil penelitian diatas dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu
sebagai berikut:
1. Metode
CV-AAS
(Cold
Vapour
Atomic
Absorption
DAFTAR PUSTAKA
Agency for Toxic and Disease Registry, 1999. Toxicological Profile for Mercury,
U.S.
Alfian, Z., 2006. Merkuri, antara manfaat dan efek penggunaannya bagi kesehatan
manusia dan lingkungan. Naskah Pidato Pengukuhan Guru Besar. USU.
Available at: http://library.usu.ac.id/download/e-book/zul alfian.pdf.
Chamid, C., Yulianita, N. & Renosori, P., 2010. Kajian Tingkat Konsentrasi
Merkuri (Hg) pada Rambut Masyarakat Kota Bandung. , pp.107131.
DH, A., Anies & H, S., 2011. Kadar Merkuri pada Rambut Masyarakat di Sekitar
Penambangan Emas Tanpa Ijin. Media Medika Indonesiana, 45(111),
pp.181187.
Geyer et al., 2000. Bioaccumulation and Occurrence of Endocrine-Disrupting
Chemicals (EDCs), Persistent Organic Pollutants (POPs), and Other
Organic Compounds in Fish and Other Organisms Including Human,
Springer-Verlag Berlin Heidelberg.
Grandjean, P. et al., 2005. Umbilical Cord Mercury Concentration as Biomarker
of Prenatal Exposure to Methylmercury. Environmental Health Perspectives,
7(113), pp.905908.
Gunawan, S.G., 2009. Farmakologi dan terapi 5th ed., Jakarta: Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Handayani, T., 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kadar Merkuri
(Hg) Rambut Ibu di Area Penambangan Emas Tradisional Desa Jendi
Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri, Semarang.
Hartono, W., 2003. Faktor Faktor yang Berhubungan Dengan Kadar Merkuri
dalam Rambut pada Pekerja Laboratorium di Balai Laboratorium
Kesehatan Bandar Lampung Tahun 2003, Depok.
Heriamariaty, 2011. Upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran air
at:
http://health.kompas.com/read/2010/04/15/1405482/Rambut.Bisa.Menyingka
p.Adanya.Racun [Accessed December 10, 2016].
US-EPA, 1984. Mercury Health Effect Update, Health Issue Assesment,
Washington DC.
Warsono, 2002. Pengaruh Bahan Tambal Amalgam Terhadap Kadar Merkuri pada
Darah, Urin, Tinja, dan Rambut Kepala. Jurnal Kedokteran Gigi UI, 7(1),
pp.2330.
Y., C. et al., 2008. Determination of Trace Mercury in Chinese Herbal Medicine
by Cold Vapour Generation-Atomic Fluorescence Spectrometry. Asian
Journal of Chemistry, 20(6), pp.46394646.
Z, A. & Chairuddin, 2008. Analisis Logam Raksa Dengan Metode
Spektrofotometer Serapan Atom Yang Digabungkan Dengan Tehnik CVHGA
Yang Komersil Dan Yang Dimodifikasi. Jurnal Teknologi Proses, 7, pp.40
44.
DIAGRAM ALIR
1. Membuat Larutan NaOH 20 %
200 gram NaOH
Dimasukkan aquatrides ke dalam labu takar 1 liter
Ditambahkan 200 gram NaOH
Diaduk menggunakan stirrer
Ditandabataskan
Dikocok hingga homogen
Didinginkan
HASIL
2. Membuat Larutan SnCl2%
SnCl2.H2O
Dimasukkan aquatrides 800 mL ke dalam labu takar 1 liter
Dimasukkan H2SO4 pekat sedikit demi sedikit sampai tanda batas
Ditambahkan 100 gram SnCl2.H2O
Diaduk hingga larut
Dialiri gas N2 selama 1 jam
HASIL
3. Membuat Larutan Induk Hg 10 ng/L
10 mg Merkuri (Hg)
Dimasukkan ke dalam labu takar 1 liter
Ditambahkan 200 mL HNO3 supra pure
Diaduk menggunakan hingga larut
Ditandabataskan menggunakan aquatrides
Diambil 100 L
Larutan induk Hg
Dimasukkan kedalam labu takar 100 mL
Ditambahkan 20 mL HNO3 supra pure
Ditandabataskan menggunakan aquatrides
Larutan Hg 10 ng/mL
HASIL
5. Preparasi SRM Oyster Tissue
SRM Oyster Tissue
Dipanaskan dalam oven bersuhu 80 oC selama 1 jam
Didinginkan dalam eksikator
SRM Oyster Tissue (pelarutan)
Ditimbang 0,5 gram
Dimasukkan dalam tabung kuarsa
Ditambahkan 10 mL HNO3 supra pure
Tabung ditutup rapat-rapat dan di klem
Tabung dipanaskan suhu 180 oC selama 4 jam
Ditambahkan aquatrides sampai 20 mL
Dianalisis
HASIL
HASIL
HASIL