Disusun Oleh :
Ade Pratiwi ( PO.71.39.014.040 )
Kelas
Reguler II B
I.
Pengantar
Sistem saluran pernafasan memiliki fungsi utama dalam menyuplai
II.
TEORI
1. Gangguan Saluran Pernafasan
b. Bronchitis Kronis
Penyakit ini bercirikan batuk produktif menahun dengan
pengeluaran banyak dahak, tanpa sesak napas atau hanya ringan.
Bronchitis kronis, penyakit obstruktif yang paling sering terjadi ditandai
dengan,
1. Produksi lendir yang banyak dalam saluran nafas
2. Batuk kronis atau praktis setiap hari terjadi batuk produktif,
yang terjadi sekurang-kurangnya 3 bulan dalam satu tahun.
Penyakit ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yang ( seperti
merokok)
merusak
selaput
lendir,
sehingga
mekanisme
7.
Jenis-jenis Batuk
1. Batuk Produktif atau Batuk Berdahak
Batuk merupakan suatu mekanisme perlindungan dengan
fungsi mengeluarkan zat-zat asing (kuman, debu, dan sebagainya)
dan dahak dari batang tenggorokan. Dahak ini terdapat di saluran
pernafasan dengan bagian bawah (tenggorokan dan paru-paru).
Maka jenis batuk ini tidak boleh ditekan, tetapi kenyataannya batuk
yang hebat dapat mengganggu tidur dan melelahkan pasien atau pun
berbahaya, misalnya setelah pembedahan.
5
mengandung
antihistamin,
yang
dapat
menimbulkan
rasa
mengantuk.
2. Mukolitik
Zat-zat ini berdaya merombak dan melarutkan dahak sehingga
viskositas berkurang dan mudah dikeluarkan. Mukolitik bekerja sebagai
deterjen dengan mencairkan dan mengencerkan secret mukosayang kental
sehingga dapat dikeluarkan.
3. Ekspektoran
Golongan ini tidak menekan refleks batuk, melainkan bekerja
dengan mengencerkan dahak sehingga lebih mudah mudah dikeluarkan.
Obat golongan ini harus digunakan secara hati-hati pada penderita tukak
sekresi
bronkhus
dengan
demikian
dan
6. Kortikosteroid
Kortikosteroid berkhasiat meniadakan efek mediator, seperti
peradangan dan gatal-gatal. Penggunaannya terutama bermanfaat pada
serangan asma akibat infeksi virus, selian itu juga pada infeksi bakteri
untuk melawan reaksi peradangan. Untuk mengurangi hiperreaktivitas
bronchi, zat-zat ini dapat diberikan per inhalasi atau peroral. Penggunaan
oral untuk jangka waktu lama hendaknya dihindari, karena menekan
fungsi anak ginjal dan dapat mengakibatkan osteoporosis.
7. Antitusif
Obat-obat yang menghentikan rangsangan batuk menurunkan
frekuensi dan intensitas dorongan batuk dengan menekan repleks batuk
akibat penghambatan pusat batuk dalam batang otak dan atau melalui
blokade reseptor sensorik dalam saluran bronkhus.
Klasifikasi antitusif
1. Antitusif yang bekerja sentral, efek yang meredam pada pusat batuk
di medula oblongata
a. Opioid, beberapa turunan morfin tidak digunakan sebagai
mempunyai
kerja
dan
- Dekstrometorpan
a. Penggunaaan terapi: batuk merangsang (menyerupai kejang).
b. Farmakodinamik: efek; derivat morfin sintetik dengan efek antitusiv
sentral.
c. Efek samping: kadang-kadang rasa lelah, vertigo, mual, pengurangan
nafsu makan, keluhan lambung-usus, muntah dan tidak menyebabkan
ketergantungan.
d. Interaksi: zat-zat penghambat MAO, keadaan emosional dan hiperpireksi.
Obat penekan sentral: saling menguatkan efek.
e. Kontra indikasi: asma bronkhial dan kerusakan hati.
10
11
12
Dosis: oral 3-4 dd 10-20 mg (bromida) p.c. ank-anak 2-6 tahun 3-4
dd 8 mg, 6-12 tahun 3-4 dd 15 mg.
2. Antihistaminika
a. Prometazin: (*Phenergen, *Phenergen exp,)
Efek samping: antikolinergikanya dapat menyebabkan gangguan
buang air kecil dan akomodasi pada manula.
Dosis: 3 dd 25-50 mg (garam HCl) d.c, anak-anak di atas 1 tahun 2-4
dd 0,2 mg/kg. *Oksomemazin (Doxergan, *Toplexil)
Dosis: 2-3 dd 15 mg, anak-anak 1-2tahun 2,5-10 mg sehari, 2,5 tahun
10-20 mg sehari, 5-10 tahun 2-3 dd 10 mg.
b. Difenhidramin: (Benadryl)
Efek samping: Pada bayi dapat menimbulkan perangsangan
paradoksal misalnya mengeringnya selaput lendir karena efek
antikolinergis.
Dosis: 3-4 dd 25-50 mg.
3. Mukolitika
a. Asetilsistein: Fluimucil
Efek samping: yang paling sering terjadi adalah mual dan muntah,
maka penderita tukak lambung perlu waspada.
Dosis: oral 3-6 dd 200 mg atau 1-2 dd 600 mg granulat, anak-anak 27 tahun 2 dd 200 mg, dibawah 2 tahun 2 dd 100 mg. Sebagai
antidotum keracunan parasetamol, oral 150 mg/kg berat badan dari
larutan 5%, disusul dengan 75 mg/kg setiap 4 jam.
b. Bromheksin: Bisolvon,Mosavon
Efek samping: gangguan saluran cerna, perasaan pusing dan
berkeringat, tetapi jarang terjadi. Pada inhalasi dapat terjadi
bronchokonstriksi ringan.
Dosis: oral 3-3 dd 8-16 mg (klorida), anak-anak 3 dd 1,6-8 mg,
tergantung dari usia.
4. Ekspektoransia
a. Kaliumiodida
Efek samping: berupa gangguan tiroid, struma, urticaria, dan iodakne, juga hiperkaliema (pada fungsi ginjal buruk).
Dosis: pada batuk oral 3 dd 0,5-1 g, maks 6 g sehari. Bagi pasien
yang tidak boleh diberikan kalium, obat ini dapat diganti dengan
natriumiodida dengan khasiat sama.
b. Amoniumklorida
Efek samping: hanya terjadi pada
dosis
tinggi
berupa
15
DAFTAR PUSTAKA
Tjay, Hoan, K. Rahardja. 2007. Obat-obat penting. Jakarta:
Gramedia.
Mutschler, Ernst. 2006. Dinamika Obat. Bandung: Penerbit ITB
Olson, James. 2004. Belajar Mudah Farmakologi. Jakarta:ECG.
http://itablewblewew.blogspot.co.id/2012/10/obat-batuk.html.
Diakses tanggal 18 Maret 2016.
http://ipc223.weblog.esaunggul.ac.id/wpcontent/uploads/sites/344/2014/10
/Keperawatan-Sistem-respirasi-1-Pertemuan-6.ppt.Diakses
tanggal
18
Maret 2016.
http://nissa-uchil.blogspot.co.id/2014/03/farmakologi-obat-saluranpernafasan.html Diakses tanggal 18 Maret 2016.
16