Anda di halaman 1dari 16

FARMAKOLOGI II

Gangguan Saluran Pernapasan

Disusun Oleh :
Ade Pratiwi ( PO.71.39.014.040 )
Kelas

Reguler II B

Dosen Pembimbing : Dr. Drs. Sonlimar Mangunsong., Apt, M.Kes

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


PALEMBANG
JURUSAN FARMASI
TAHUN AKADEMIK 2015/2016

I.

Pengantar
Sistem saluran pernafasan memiliki fungsi utama dalam menyuplai

oksigen. Pada tubuh manusia saluran pernapasan memiliki peran penting,


apabila dalam satu menit saja kita tidak dapat menyuplai oksigen dalam
tubuh, maka akan berakibat fatal yang dapat menimbulkan kerusakan
irrreversible pada otak, pingsan, dan dapat menyebabkan kematian.
Semakin memburuknya kualitas udara di bumi, dan perubahan cuaca
yang ekstrim dapat menimbulkan penaykit pada saluran pernafasan. Dalam
kasusnya, kita sering menjumpai dari yang paling ringan seperti batuk, pilek,
radang tenggorokan, sampai yang paling berat seperti asma, radang paru-paru,
emfisema, bronchitis, dan lain-lain. Penyakit-penyakit saluran pernafasan,
yang bersama penyakit infeksi, menempati posisi teratas dalam urutan/pola
penyakit di Indonesia.

II.

TEORI
1. Gangguan Saluran Pernafasan

Pernafasan atau respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan


oksigen, pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh.
Manusia dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan
membuang karbondioksida ke lingkungan.
Penyakit pada saluran pernapasan yang dikenal dengan istilah CARA
(Chronic Aspecific Respiratory Affections) yang mencakup semua penyakit
saluran pernapasan yang bercirikan penyumbatan (obstruksi) bronchi disertai
pengembangan mukosa (udema) dan sekresi dahak (sputum) berlebihan.
Gejala terpenting dari penyakit saluran pernapasan antara lain sesak napas
(dyspnoe) saat mengeluarkan tenaga atau selama istirahat dan/atau sebagai
serangan akut, juga batuk kronis dengan pengeluaran dahak yang kental.
Penyumbatan bronchi dengan sesak napas, yang merupakan sebab
utama asma dan COPD, diperkirakan dapat terjadi menurut mekanisme
berikut, yaitu berdasarkan hiperreaksitivitas bronchi (HRB), reaksi alergi atau
infeksi saluran pernapasan .
Penyakit akibat gangguan saluran pernafasan antara lain:
1. Asma (Asthma Bronchiale)
2. Bronchitis Kronis
3. Emfisema
Selain itu, pada banyak gangguan saluran pernafasan, salah satu gejala
yang sering ditimbulkannya adalah batuk.
2.2 Etiologi dan Patofisiologi
a. Asma (Asthma Bronchiale)
Asma atau bengek adalah suatu penyakit peradangan steril kronis
yang bercirikan serangan sesak napas akut secara berkala, mudah
tersengal-sengal, disertai batuk dan hipersekresi dahak. Berlainan dengan
COPD, obstruksi saluran napas pada asma bersifat reversible dan serangan
biasanya berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam.
Penyebabnya yaitu adanya peradangan steril kronis dari saluran
pernapasan dengan mastcells dan granulosit eosinofil sebagai pemeran
penting. Selain itu juga terdapat hiperreaktivitas bronchi terhadap berbagai
stimuli aspesifik yang dapat memicu serangan (Tjay, 2002).

b. Bronchitis Kronis
Penyakit ini bercirikan batuk produktif menahun dengan
pengeluaran banyak dahak, tanpa sesak napas atau hanya ringan.
Bronchitis kronis, penyakit obstruktif yang paling sering terjadi ditandai
dengan,
1. Produksi lendir yang banyak dalam saluran nafas
2. Batuk kronis atau praktis setiap hari terjadi batuk produktif,
yang terjadi sekurang-kurangnya 3 bulan dalam satu tahun.
Penyakit ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yang ( seperti
merokok)

merusak

selaput

lendir,

sehingga

mekanisme

pembersihan (epitel penggerak) dipengaruhi dan mengakibatkan


produksi lendir yang berlebihan, yang akhirnya menyebabkan lagi
batuk kronis. Keadaan patologis yang ditandai dengan pembesaran
dan juga perubahan struktur paru-paru ( hilangnya serabut elastis,
kolepsnya septum alkeoli, reduksi jaringan kapiler), dinamakan
enfisema paru-paru
c. Emfisema Paru
Emfisema bercirikan dilatasi dan destruksi dari jaringan paru-paru,
yang mengakibatkan sesak napas terus-menerus dan menghebat pada
waktu mengeluarkan tenaga. Gelembung paru (alveoli) terus mengembang
dan rongganya membesar sehingga dinding-dindingnya yang mengandung
pembuluh darah menjadi amat tipis dan sebagian akhirnya rusak sehingga
permukaan paru untuk penyerapan oksigen dapat berkurang di bawah 30%
hingga jantung harus bekerja lebih keras untuk memenuhi akan oksigen.
Tonus di cabang-cabang batang nadi (aorta) bertambah dan tekanan darah
di arteri paru-paru meningkat. Sehingga menimbulkan kegagalan ventrikel
jantung dan terjadilah cor pulmonale (jantung membesar).
Penyebab emfisema adalah :
a. Bronchitis kronis dengan batuk bertahun-tahun lamanya, juga asma.
b. Merokok
c. Asap rokok, mengandung zat-zat yang menstimulasi enzim elastase
yang merombak serat-serat elastin dalam dinding gelembung paru,

sehingga kekenyalannya menurun, terjadi kelainan irreversible dalam


bentuk fibrosis dan destruksi dari dinding gelembung bersama
pembuluh darahnya.
d. Batuk
Batuk adalah suatu refleks fisiologi pada keadaan sehat maupu
sakit dan dapat ditimbulkan oleh berbagai sebab. Refleks batuk umumnya
diakibatkan oleh rangsangan dari selaput lendir saluran pernapasan, yang
terletak di beberapa bagian di tenggorokan. Bagian ini sangat peka
terhadap berbagai zat perangsang yang dapat mencetuskan batuk. Karena
rangsangan saluran pernapasan, maka terjadilah pengeluaran napas secara
tiba-tiba dengan kekuatan besar, otot dalam dinding perut dan sekat rongga
badan ditekan dengan tiba-tiba ke atas, sehingga angin yang dikeluarkan
menggetarkan selaput suara, maka terjadilah batuk.
Penyebab Batuk
1.
Alergi (asma)
2.
Sebab-sebab mekanis (asap rokok, debu, tumor paru)
3.
Perubahan suhu yang mendadak dan rangsangan kimiawi (gas, bau)
4.
Peradangan akibat infeksi virus (virus salesma, influenza, dan cacar
air dihulu tenggorok)
5.
Peradangan dari jaringan paru, tumor, dan efek samping beberapa
obat.
6.

Gejala penyakit kanker paru, tifus, dekompensasi jantung, asma,

7.

keadaan psikis, dan penyakit cacing gelang.


Stimulasi reseptor-reseptor di mukosa dari seluruh saluran nafas, dan
juga dalam lambung.

Jenis-jenis Batuk
1. Batuk Produktif atau Batuk Berdahak
Batuk merupakan suatu mekanisme perlindungan dengan
fungsi mengeluarkan zat-zat asing (kuman, debu, dan sebagainya)
dan dahak dari batang tenggorokan. Dahak ini terdapat di saluran
pernafasan dengan bagian bawah (tenggorokan dan paru-paru).
Maka jenis batuk ini tidak boleh ditekan, tetapi kenyataannya batuk
yang hebat dapat mengganggu tidur dan melelahkan pasien atau pun
berbahaya, misalnya setelah pembedahan.
5

2. Batuk Non-Produktif atau Batuk Kering


Batuk ini bersifat kering tanpa adanya dahak, seperti pada
batuk rejan atau pada tumor. Tenggorokan terasa gatal, sehingga
merangsang timbulnya batuk. Batuk jenis ini tidak bermanfaat, maka
haruslah dihentikan. Batuk ini disebabkan karena infeksi saluran
pernafasan bagian atas seperti hidung dan tenggorokan. Namun pada
beberapa kasus batuk ini juga bisa muncul karena infeksi saluran
pernafasan bawah seperti bronchiolitis dan peradangan saluran udara
kecil di paru-paru atau pneumonia, batuk ini bisa jadi memburuk
ketika cuaca panas, saat berada di ruangan yang hangat atau panas.
Tipe-tipe Batuk
1. Batuk Akut
Yaitu batuk yang dapatberlangsungkurangdari 3 minggu.
2. Batuk Kronik
Yaitu batuk yang berkepanjangan, dapat berlangsung> 8 minggu.
2.3 Penggolongan Obat Saluran Pernafasan
1. Antihistaminika
Semua antihistamin memberikan manfaat potensial pada terapi
alergi nasal, rhinitis alergik. Sifat antikolinergik pada kebanyakan
antihistamiin menyebabkan mulut kering dan pengurangan sekresi,
membuat zat ini berguna untuk mengobati rhinitis yang ditimbulkan oleh
flu. Antihistamin juga mengurangi rasa gatal pada hidung yang
menyebabkan penderita bersin banyak obat-obat flu yang dapat dibeli
bebas

mengandung

antihistamin,

yang

dapat

menimbulkan

rasa

mengantuk.
2. Mukolitik
Zat-zat ini berdaya merombak dan melarutkan dahak sehingga
viskositas berkurang dan mudah dikeluarkan. Mukolitik bekerja sebagai
deterjen dengan mencairkan dan mengencerkan secret mukosayang kental
sehingga dapat dikeluarkan.
3. Ekspektoran
Golongan ini tidak menekan refleks batuk, melainkan bekerja
dengan mengencerkan dahak sehingga lebih mudah mudah dikeluarkan.
Obat golongan ini harus digunakan secara hati-hati pada penderita tukak

lambung. Farmakodinamik, mekanisme kerja: penurunan viskositas dahak


bronkhial, mempengaruhi aktifitas silia, perangsang produksi surfaktan.
Klasifikasi ekspektoran:
1. Sekretolitika, meninggikan

sekresi

bronkhus

dengan

demikian

mengencerkan lendir. Sekretolitika mengandung, saponin (radix primulae,


radix poligalae) , senyawa yang merangsang muntah (radix ipecacuanhae,
emetin), dan guaiakolkemungkinan bekerja murni secara replektoris.
2. Mukolitika, mengubah sifat fisikokimia sekret, terutama viskositasnya
diturunkan. Mukolitika terdiri dari
a. Bromheksin dan metabolitnya yaitu ambroxol, bekerja menguraikan
mukopolisakarida asam sehingga serabut lendir bronkhus akan terurai.
b. Asetilsistein (fluimucil, mucolytikum lappe), menurunkan viskositas
lendir bronkhus dengan memutuskan jembatan disulfida protein dari
molekul lendir.
c. Karbosistein (transbronchin), berbeda dengan asetilsistein senyawa ini
tidak mempunyai gugus tiol reaktif, dan dapat bereaksi langsung
dengan molekul lendir.
3. Sekretomotorika, menyebabkan gerakan sekret dan batuk untuk
mengeluarkan sekret tersebut. Kerja sekretomotorik dapat dicapai dengan
kerja silia. Untuk ini digunakan beta simpatomimetika dengan kerjanya
yang bermanfaat pada penyakit saluran nafas obstruktif yaitu dengan
brokholitik, dan sebagian juga meningkatkan kerja motilitas silia.
4. Inhalasi
Inhalasi adalah suatu cara penggunaan adrenergika

dan

kortikosteroida yang memberikan beberapa keuntungan dibandingkan


pengobatan per oral. Dalam sediaaninhalasi, obat dihisap sebagai aerosol
(nebuhaler) atau sebagai serbuk halusv (turbuhaler).
Inhalasi dilakukan 3-4 kali sehari 2 semprotan, sebaiknya pada
saat-saat tertentu, seperti sebelum atau sesudah mengelularkan tenaga,
setelah bersentuhan dengan zat-zat yang merangsang (asap rokok, kabut,
alergan, dan saat sesak napas).
5. Kromoglikat
Kromoglikat sangat efektif sebagai obat pencegah serangan asma
dan bronchitis yang bersifat alergis, serta konjungtivitis atau rhinitis
alergica dan alergi akibat bahan makanan.

6. Kortikosteroid
Kortikosteroid berkhasiat meniadakan efek mediator, seperti
peradangan dan gatal-gatal. Penggunaannya terutama bermanfaat pada
serangan asma akibat infeksi virus, selian itu juga pada infeksi bakteri
untuk melawan reaksi peradangan. Untuk mengurangi hiperreaktivitas
bronchi, zat-zat ini dapat diberikan per inhalasi atau peroral. Penggunaan
oral untuk jangka waktu lama hendaknya dihindari, karena menekan
fungsi anak ginjal dan dapat mengakibatkan osteoporosis.
7. Antitusif
Obat-obat yang menghentikan rangsangan batuk menurunkan
frekuensi dan intensitas dorongan batuk dengan menekan repleks batuk
akibat penghambatan pusat batuk dalam batang otak dan atau melalui
blokade reseptor sensorik dalam saluran bronkhus.
Klasifikasi antitusif
1. Antitusif yang bekerja sentral, efek yang meredam pada pusat batuk
di medula oblongata
a. Opioid, beberapa turunan morfin tidak digunakan sebagai

analgesik, tetapi sebagai antitusiv yang bekerja sentral:


Kodein (methilmorfin), masih merupakan antitusiva yang paling banyak
digunakan. Pada dosis lazim yang menekan rangsangan batuk, kodein
hanya sedikit bekerja menghambat pusat pernafasan dan tidak
menyebabkan euporia. Karena itu, adiksi jarang terjadi. Efeksampingnya

terjadi mual, dan obtipasi lemah.


Dihidrokodein (parakodin, remedacen),

efeksamping sebanding dengan kodein.


Hidrokodon (dicodid), hendaknya digunakan dalam kasus-kasus berat,

mempunyai

kerja

dan

karena senyawa ini dapat menyebabkan adiksi seperti morfin.a.


- Noskapin
a. Penggunaan terapi: penyakit jalan pernapasan yang akut, kronis, batuk
iritasi, batuk rejan, asma bronkhial; tindakan prabeda dan pasca beda,
bronkoskopi pada praktur tulang rusuk.
b. Farmakodinamik: efek-efek; antitusiv sentral; alkaloid opium tanpa efek
analgetik; sedativ maupun adiktif, merangsang lemah pada pernapasan,
bronkhodilator.
c. Efek samping: kadang-kadang nyeri kepala, nausea, linglung, vertigo,
dan eksantem.
d. Kontra indikasi: kehamilan dan masa menyusui
8

- Dekstrometorpan
a. Penggunaaan terapi: batuk merangsang (menyerupai kejang).
b. Farmakodinamik: efek; derivat morfin sintetik dengan efek antitusiv
sentral.
c. Efek samping: kadang-kadang rasa lelah, vertigo, mual, pengurangan
nafsu makan, keluhan lambung-usus, muntah dan tidak menyebabkan
ketergantungan.
d. Interaksi: zat-zat penghambat MAO, keadaan emosional dan hiperpireksi.
Obat penekan sentral: saling menguatkan efek.
e. Kontra indikasi: asma bronkhial dan kerusakan hati.

2. Antitusif yang bekerja sentral dan/ atau perifer


Klobutinol
a. Penggunaan terapi: batuk pada infeksi kataral dari saluran nafas bagian
atas. Untuk bronkoskopi jaga i.v., i.m., atau s.k.
b. Farmakodinamik: efek-efek: antitusiv sentral, efek sekuat kodein. Tidak
menyebabkan ketagihan, kelumpuhan pernafasan, sedasi atau obstipasi.
c. Efek samping: jarang rasa lelah, vertigo, gangguan tidur, keluhan GI.
d. Toksisitas: pada over dosis dapat terjadi gejala perangsang sentral,
konvulsiv dan instablitas peredaran darah. Untuk terapi dianjurkan: pada
kejang diazepam i.v., tindangan penunjang sirkulasi, dan tindakan
pengeluaran racun apabila yang ditelan dalam jumlah banyak: bilas
lambung.
e. Kontraindikasi: kehamilan trismester pertama.
Pentoksiverin
a. Penggunaaan terapi: batuk, batuk rejan.
b. Farmakodinamik: efek-efek; efek pada refleks batuk dengan jalan
menekan ambang rangsang dipusat rangsang batuk. Selain itu, juga
bekerja bronkhodilatator lemah (mekanisme yang lebih detail tidak
diurikan).
c. Efek samping: kadang-kadang sedativ, keluhan GI, alergi.
d. Kontra indikasi: massa menyusui, neonatus dan bayi berusia dibawah 4
bulan.
e. Interaksi: penguatan efek sedasi dari dan oleh obat yang menekan sentral.
Yang lain: benproperin, butetamat, dropopizin, natriumdibunat, okseladin,
pipazetat.

2.4 Pengobatan Gangguan Saluran Pernafasan (Dosis dan Efek Samping)


Obat Asma dan COPD
1. Anti- Alergika
Komoglikat: cromolyn sodium, intal, Lomudal/Lomusol
Efek samping: rangsangan local pada selaput lender tenggorok dan
trachea, dengan gejala a.l perasaan kering, batuk-batuk, kadang-kadang
kejang bronchi dan serangan asma selewat.
Wanita hamil dapat menggunakan kromoglikat
Dosis: inhalasi minimal 4 dd 1 puff (20mg) sebagai serbuk halus
dengan menggunakan alat khusus (spinhaler), atau sebagai larutan
(aerosol). Nasal: 4 dd 10 mg serbuk dan untuk mata 4-6 dd 1-2 tetes
dari larutan 2%. Nedocromil. dosis: tracheal 4 dd 4 mg (garam di Na)
2. Adrenergika
a. Adrenalin: epinefrin, Lidonest 5%
Efek samping: berupa efek sentral(gelisah, tumor, nyeri kepala,) dan
terhadap jantung (palpitasi, aritima), terutama pada dosis lebih
tinggi. Timbul pula hiperglikemia, karena efek antidiabetika oral
diperlemah.
Dosis: pada serangan asma i.v 0,3 ml dari larutan 1:1000 yang dapat
diulang dua kali setiap 20 menit
b. Efedrin : *Asmadex, *Asmasolon, * Bronchicum
Efek samping: pada orang peka, efedrin dalam dosis rendah sudah
dapat menimbulkan kesulitan tidur, tremor gelisah, dan gangguan
berkemih, pada overdose, timbul efek berbahaya terhadap SSP dan
jantung (palpitasi).
Dosis: 3-6 dd 25-50 mg, anak-anak 2-3 mg/ g/hari dalam 4-6 dosis,
dalam tetes hidung (anti-mampat) larutan 1%, tidak bolleh
digunakan untuk jangka waktu lama.
Fenilpropanolamin ( norefedrin, *Koldex, Triaminic)
Dosis: 3 dd 25-50 mg (HCl), tetes hidung 1-3%.
c. Isoprenalin: Isuprel, Aleudrin
Penggunaannya sebagai obat asma sudah terdesak oleh adrenergka
dengan khasiat spesifik terhadap reseptor- (jantung), sehingga lebih
jarang menimbulkan efek samping. Turunannya yang berikut juga

dianggap obsolete dan sebaiknya jangan digunakan lagi.


Orsiprenalin (metaproterenol, Alupent, *Silomat comp)

10

Dosis: 4 dd 20 mg (sulfat), i.m atau s.c 0,5 mg yang dapat diulang


setelah jam, inhalasi 3-4 dd 2 semprotan.
3. Beta 2 Mimetika
a. Salbutamol: Ventolin, Volmax, Salbuven. * Ventide
Efek samping: jarang terjadi dan biasanya berupa nyeri kepala,
pusing-pusing, mual, dan temor tangan
Dosis: 3-4 dd 2-4 mg (sulfat), inhalasi 3-4 dd 2 semprotan dari 100
mcg, pada serangan akut, 2 puff yang dapat diulang sesudah 15
menit. Pada serangan hebat i.m atau s.c 250-500 mcg, yang dapat
diulang sesudah 4 jam.
b. Terbutalin: Bricasma, Bricanyl
Dosis: 2-3 dd 2,5- 5 mg (sulfat), inhalasi 3-4 dd 1-2 semprotan dari
250 mcg, maks. 16 puff sehari, s.c 250 mcg, maks 4 kali srhari.
*Fenoterol (Berotec, *Berodual)
Dosis: 3 dd 2,5-5 mg (bromida), suppositoria malam hari 15 mg dan
inhalasi 3-4 dd 1-2 semprotan dari 200 mcg. *Berodual = fenoterol
50 + ipratropium 20 mcg per puff.
c. Salmeterol (Serevent, *Seretide)
Dosis: pemeliharaan 2 dd 50 mcg, pada COPD hebat: 2dd 100 mcg;
anak-anak di atas 4 tahun 2 dd mcg. *Seretide = Salmeterol 50 +
fluticason 100-200-500 mcg per puff (serbuk inhalasi).]
d. Prokaterol: Meptin. Dosis: 2 dd 50 mcg.
e. Teofilin: 1,3 dimetilksantin, Quibron-T/SR, Theobron8
Efek samping: yang terpenting berupa mual dan muntah, baik pada
penggunaan oral maupun rectal atau parenteral.
Dosis: 3-4 dd 125-250 mg microfine (retard). 1 g Teofilin 0 aq= 1,1
g Teofilin 1 aq = 1,17 g aminofilin 0 aq = 1,23 g aminofilin 1 aq.
*aminofilin (teofilin,-etilendiamin, Phyllocontin continus, Euphyllin)
Efek samping: secara oral mengakibatkan gangguan lambung (mual,
muntah), juga pada penggunaan suppositoria dan injeksi i.m (nyeri).
Dosis: Oral 2-4 dd 175-350 mg dalam bentuk tablet salut ( tanpa
dikunyah); pada serangan hebat i.v 240 mg, rectal 2-3 dd 360 mg.
Dosis maks. 1,5 g sehari.
4. Antikolinergika
a. Ipratropium: Atrovent, *Berodual, *Combivent
Efek samping: jarang terjadi dan biasanya berupa mulut kering, mual,
nyeri kepala dan pusing.

11

Dosis: Inhalasi 3-4 dd 2 semprotan dari 20 mcg (bromide).


*Tiotropium ( Spiriva)
Dosis: 1 dd 1 serbuk inalasi ( kapsul 18 mcg Thiotropium) dengan
menggunakan aat khusus HandiHaler.
5. Mukolitika
a. Asetilsistein : AS, Fluimucil
Efek samping: yang paling sering terjadi adalah mual dan muntah,
maka penderita tukak lambung perlu waspada. Sebagai obat inhalasi
dapat menimbulkan kejang-kejang bronchi pada penderita asma.
Pada dosis tinggi dapat menimbulkan reaksi anafilaktis dengan rash,
gatal, udema, hipotensi, broncho spasme.
Wanita hamil dan laktasi boleh menggunakan obat ini
Dosis: oral 3-6 dd 200 mg atau 1-2 dd 600 mg granulat, anak-anak 27 tahun 2 dd 200 mg, dibawah 2 tahun 2 dd 100 mg.
*Karbosistein ( Broncholit, rhinathiol). Dosisnya: 2-3 dd 1 g.
6. Antihistaminika
a. Ketotifen: Zaditen
Efek samping: rasa kantuk, mulut kering, dan perasaan pusing yang
hanya selewat.
Dosis: malam hari 1 mg selama 1 minggu lalu 2 dd 1-2 mg
(fumarat).
b. Oksatomida: Tinset
Efek samping: rasa kantuk, bertambahnya nafsu makan
Dosis: 2 dd 30-60 mg sesudah makan.
7. Antagonis Leukotrien
a. Zafirlukast: Accolate
Efek samping: gangguan ringan lambung usus, nyeri kepala dan
reaksi pada alergi kulit. Obat ini masuk ke ASI.
Dosis: permulaan 2dd 20mg a.c, berangsur-angsur dinaikkan sampai
2 dd 40 mg, anak-anak 7-12 tahun 2 dd 10 mg a.c.
b. Montelukast: Singulair
Efek samping: gangguan saluran cerna, sakit kepala, gejala flu,
mulut kering, pusing, dan rash(kulit).
Dosis pemeliharaan: diatas 15 tahun 1 tablet kunyah (10 mg)
sebelum tidur dengan perut kosong. Anak-anak 6-14 tahun 5 mg.
8. Kortikosteroida
a. Hidrokortison, Prednisolon, Deksametason, Triamsinolon, dll.
Efek samping: gejala cushing (osteoporosis, moonface,
hipertrichosis, impotensi,dll) serta penekanan fungsi anak ginjal.

12

Dosis: Prednisolon untuk kur singkat 25-40 mg sesudah makan pagi


yang setiap 2 hari dikurangi dengan 5 mg- kur selesai dalam 2-3
minggu. Untuk pemeliharaan 5- 10 mg Prednisolon setiap 48 jam,
deksametason/ betametason setiap hari 0,5 mg.
Kortikosteroida- inhalasi (ICS)
Efek samping: penurunan ketahanan local dari mukosa terhadap
infeksi degan akibatnya timulnya infeksi ragi Candida albicans.
Dimulut ( 5% penderita) dan suara parau akibat iritasi tenggorok dan
pita suara.
b. Beklometason (dipropionat): Becotide, beconase, ventide
Dosis: tracheal 3-4 dd 2 puff dari 50 mcg ( dipropionat), intranasal 2
-4 dd 1 puff disetiap lubang hidung.
c. Budesonida: Pulnicort, Rhinocort, Symbicort.
Dosis: tracheal 2dd 2 puff dari 200 mcg, intranasal 2dd 1
puff( Rhinocort). Salep atau krim 0,25 mg/g. *Symbicort:
Budesonida 100/200 + Formoterol 6/6 mcg per inhalasi.
d. Flutikason: Flixonase, Flixotide, Cutivate, Seretide
Efek samping: pada dosis tinggi ( diatas 500 mcg per hari) ternyata
menimbukan efek sistemis a.l anak-anak dihambat pertumbuhannya.
e. Dosis: pemeliharaan asma 2 dd 100-500 mcg (propionate), maks 2 mg
sehari, anak-anak 4-16 tahun 2 dd 50-100 mcg.
f. Flunisolida: Syntaris. Dosis: Pada rhinitis alergi intranasal 2-3 dd 2550 mcg.
Obat-obat Batuk
1. Zat-zat pereda batuk
a. Kodein: metilmorfin, *Codipront
Efek samping: jarang terjadi pada dosis biasa dan terbatas pada
obstipasi, mual dan muntah, pusing dan termangu-mangu.
Dosis: Oral sebagai analgetikum dan pereda batuk 3-5 dd 10-40 mg
dan maks 200 mg sehari. Pada diare 3-4 dd 25-40 mg.
b. Noskapin: narkotin, Mercotin,Longatin
Efek samping: jarang terjadi dan berupa nyeri kepala, reaksi kulit
dan perasaan lelah-latih tidak bersemangat.
Dosis: oral 3-4 kali sehari 15-50 mg, maks 250 mg sehari.
c. Dekstrometorfan: methoxylevorphanol, *Romilar/exp, *Benadryl/
DMP, *Quelidrine, *Triaminic
Efek samping: hanya ringan dan terbatas pada rasa mengantuk,
termangu-mangu, pusing, nyer kepala dan gangguan lambung-usus.
13

Dosis: oral 3-4 dd 10-20 mg (bromida) p.c. ank-anak 2-6 tahun 3-4
dd 8 mg, 6-12 tahun 3-4 dd 15 mg.
2. Antihistaminika
a. Prometazin: (*Phenergen, *Phenergen exp,)
Efek samping: antikolinergikanya dapat menyebabkan gangguan
buang air kecil dan akomodasi pada manula.
Dosis: 3 dd 25-50 mg (garam HCl) d.c, anak-anak di atas 1 tahun 2-4
dd 0,2 mg/kg. *Oksomemazin (Doxergan, *Toplexil)
Dosis: 2-3 dd 15 mg, anak-anak 1-2tahun 2,5-10 mg sehari, 2,5 tahun
10-20 mg sehari, 5-10 tahun 2-3 dd 10 mg.
b. Difenhidramin: (Benadryl)
Efek samping: Pada bayi dapat menimbulkan perangsangan
paradoksal misalnya mengeringnya selaput lendir karena efek
antikolinergis.
Dosis: 3-4 dd 25-50 mg.
3. Mukolitika
a. Asetilsistein: Fluimucil
Efek samping: yang paling sering terjadi adalah mual dan muntah,
maka penderita tukak lambung perlu waspada.
Dosis: oral 3-6 dd 200 mg atau 1-2 dd 600 mg granulat, anak-anak 27 tahun 2 dd 200 mg, dibawah 2 tahun 2 dd 100 mg. Sebagai
antidotum keracunan parasetamol, oral 150 mg/kg berat badan dari
larutan 5%, disusul dengan 75 mg/kg setiap 4 jam.
b. Bromheksin: Bisolvon,Mosavon
Efek samping: gangguan saluran cerna, perasaan pusing dan
berkeringat, tetapi jarang terjadi. Pada inhalasi dapat terjadi
bronchokonstriksi ringan.
Dosis: oral 3-3 dd 8-16 mg (klorida), anak-anak 3 dd 1,6-8 mg,
tergantung dari usia.
4. Ekspektoransia
a. Kaliumiodida
Efek samping: berupa gangguan tiroid, struma, urticaria, dan iodakne, juga hiperkaliema (pada fungsi ginjal buruk).
Dosis: pada batuk oral 3 dd 0,5-1 g, maks 6 g sehari. Bagi pasien
yang tidak boleh diberikan kalium, obat ini dapat diganti dengan
natriumiodida dengan khasiat sama.
b. Amoniumklorida
Efek samping: hanya terjadi pada

dosis

tinggi

berupa

acidosis(khusus pada anak-anak dan pasien ginjal) dan gangguan


14

lambung (mual-muntah), berhubung sifatnya yang merangsang


mukosa.
Dosis: oral 3-4 dd 100 mg, maks. 3 g seharinya.
c. Guaifenesin (gliserilguaiakolat, *Toplexil)
Efek samping: kadangkala berupa iritasi lambung (mual, muntah)
yang dapat dikurangi bila diminum dengan segelas air.
Dosis: oral 4-6 dd 100-200 mg.
d. Minyak terbang (Oleum foeniculi, Oleum cajuputi)
Dosis: sebagai obat inhalasi uap (oabt sedot), k.l 10 tetes
dimasukan ke dalam 1 liter air panas dandihisap uapnya.
e. Ipecacuanhae radix (F.I): *Doveri pulvis
Efek samping: Pada dosis biasa berupa reaksi hipersensitasi dan
muntah-muntah pada dosis lebih tinggi.
Dosis: Oral 3 dd 50 mg
5. Emolliensia
Succus liquiritiae: *Obat Batuk Hitam
Efek samping: pada dosis lebih tinggi dari 3 g sehari berupa nyeri
kepala, udema, dan terganggunya keseimbangan elektrolit, akabat efek
mineralkortikoid dan hipernatriemia dari asam glycyrrizinat. Yang
terkenal adalah hipertensi pada mereka yang makan terlalu banyak drop
(gula-gula succus)
Dosis: oral 1-3 g sehari
III.
Penutup
Penyakit pada saluran pernapasan dikenal dengan istilah CARA
(Chronic Aspecific Respiratory Affections) yang mencakup semua
penyakit saluran pernapasan yang bercirikan penyumbatan (obstruksi)
bronchi disertai pengembangan mukosa (udema) dan sekresi dahak
(sputum) berlebihan.
Penyakit akibat gangguan saluran pernafasan antara lain:
1. Asma (Asthma Bronchiale)
2. Bronchitis Kronis
3. Emfisema
Selain itu, pada banyak gangguan saluran pernafasan, salah satu
gejala yang sering ditimbulkannya adalah batuk.
Obat-obat

pernafasan terdiri dari Antihistaminika, Mukolitik,

Inhalasi, Kromoglikat, Kortikosteroid, dan sebagainya. Dimana setiap obat


mempunyai efek samping dan dosis tersendiri.

15

DAFTAR PUSTAKA
Tjay, Hoan, K. Rahardja. 2007. Obat-obat penting. Jakarta:
Gramedia.
Mutschler, Ernst. 2006. Dinamika Obat. Bandung: Penerbit ITB
Olson, James. 2004. Belajar Mudah Farmakologi. Jakarta:ECG.
http://itablewblewew.blogspot.co.id/2012/10/obat-batuk.html.
Diakses tanggal 18 Maret 2016.
http://ipc223.weblog.esaunggul.ac.id/wpcontent/uploads/sites/344/2014/10
/Keperawatan-Sistem-respirasi-1-Pertemuan-6.ppt.Diakses

tanggal

18

Maret 2016.
http://nissa-uchil.blogspot.co.id/2014/03/farmakologi-obat-saluranpernafasan.html Diakses tanggal 18 Maret 2016.

16

Anda mungkin juga menyukai