Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, masyarakat sering sekali mengkonsumsi makanan dan minuman
tanpa memperhatikan kebersihannya. Padahal, makanan dan minuman yang telah
terkontaminasi dapat menyebabkan berbagai masalah penyakit pencernaan salah
satunya disentri. Disentri merupakan tipe diare yang berbahaya dan seringkali
menyebabkan kematian dibandingkan dengan tipe diare akut yang lainnya
(Mardani, 2009). Gejala penyakit ini ditandai dengan mulas di perut serta feses
yang encer, berlendir, nanah dan berdarah. Berdasarkan peyebabnya disentri
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu disentri amuba dan disentri basiler. Disentri
amuba disebabkan oleh Entamoeba histolytica dan disentri basiler disebabkan
oleh bakteri Shigella (Putra, 2014).
Di dunia terdapat 600.000 dari 140 juta kasus Shigellosis pada anak dengan
usia dibawah lima tahun meninggal dunia (Ichsan dkk, 2010). Sedangkan dari
hasil data WHO (2014) infeksi Shigellosis yang terjadi di seluruh dunia sebanyak
165 juta kasus disentri yang telah terjadi di negara berkembang dan infeksi ini
dapat menyebabkan kematian sebanyak lebih dari 1 juta kasus disentri. Infeksi
tertinggi yang disebabkan oleh bakteri Shigella adalah 69% dan dapat
menyebabkan kematian sebanyak 61% dari kasus disentri. Di Indonesia sampai
saat ini kejadian disentri amoeba masih belum ada, akan tetapi untuk disentri
basiler dilaporkan 5% dari 3848 orang penderita diare berat menderita disentri
basiler (Syaroni dan Hoesadha, 2006).

Masih tingginya angka penderita disentri ini bukan hanya disebabkan oleh
makanan dan minuman yang terkontaminasi saja, namun sanitasi yang buruk juga
menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi (WHO, 2015). Hal ini
dikarenakan bakteri yang menyerang pencernaan salah satunya Shigella dan pada
umumnya spesies dari bakteri Shigella seperti Shigella flexneri, Shigella boydii
dan Shigella dysentriae paling banyak ditemukan di negara berkembang seperti
Indonesia (Gustiar, 2011).
Penyakit disentri ini dapat diobati dengan penggunaan antibiotik. Namun,
beberapa bakteri telah mengalami resistensi pada antibiotik tertentu. Salah satu
contohnya bakteri Shigella sp. yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan
enzim baru sehingga tidak dapat dihambat oleh antibiotik (Nafianti dan Sinuhaji,
2005). Berdasarkan penelitian Pourakbari dkk. (2010) membuktikan obat untuk
bakteri Shigella boydii yang paling resisten adalah kotrimoksazol dan sefalotin
sebesar 75%, ampisilin sebesar 63%, dan kanamisin sebesar 60%. Maka dari itu,
perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut terhadap obat alternatif dari bahan alam
yang dapat berfungsi dalam pengobatan disentri.
Salah satu tanaman obat yang sering digunakan untuk pengobatan disentri
dan sudah dikembangkan khususnya di daerah Kalimantan Tengah adalah
tanaman bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr). Bentuk dan warna
umbi bawang dayak mirip dengan bawang merah (Nawawi, Rachmawati dan
Aryadi, 2010). Umbinya mengandung senyawa-senyawa bioaktif terdiri dari
senyawa alkaloid, steroid, glikosida, flavonoid, fenolik, saponin, triterpenoid dan
tannin (Galingging, 2009). Senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tannin dan

triterpenoid memiliki mekanisme untuk menghambat aktivitas antibakteri


(Robinson, 1995 ; Cowan 1999; Ajizah, 2004; Utami dan Puspaningtyas, 2013).
Umbi bawang dayak dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif
dan gram negatif. Pada penelitian Temilade (2009) Efek Ekstrak Bawang Dayak
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus yang Diisolasi dari Makanan ekstrak
yang digunakan pada penelitian 250mg/ml yang dilarutkan dalam pelarut DMSO
(Dimethylsulfoxide) kemudian diambil tiap 10 ml untuk dilarutkan lagi dalam
berbagai macam pelarut, yaitu etanol, heksana, aceton, dan campuran etanol
heksana. Pada hasil penelitian didapatkan rata-rata zona hambat dengan pelarut
etanol 15,36 mm, heksana sebesar 14,51 mm, aceton 15,75 mm, dan pelarut
campuran etanol heksana sebesar 14,59 mm.
Berdasarkan penelitian Aulia (2003) juga telah dilakukan Uji Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Umbi Bawang Dayak terhadap Shigella dysenteriae dan
Escherichia colimenunjukan bahwa ekstrak petroleum eter bawang ini memiliki
aktivitas

antibakteri

terhadap

Shigella

dysenteriae,

sedangkan

terhadap

Escherichia coli tidak berpotensi sebagai antibakteri. Sedangkan ekstrak etanolik


memiliki aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli maupun Shigella
dysenteriae. Nilai KBM ekstrak etanol terhadap bakteri Escherichia coli sebesar
20 mg/ml dan 12,5 mg/ml untuk Shigella dysenteriae sedangkan nilai KHM dari
masing-masing ekstrak tidak bisa ditentukan karena pada berbagai variasi kadar
ekstrak sudah dalam keadaan keruh.
Sehubungan dengan latar belakang diatas dan belum adanya dasar secara
ilmiah mengenai penentuan fraksi aktif antibakteri ekstrak bawang dayak

(Eleutherine palmifolia (L.) Merr) dengan bakteri Shigella boydii, maka peneliti
telah melakukan penelitian dengan judul Penentuan Fraksi Aktif Antibakteri
Ekstrak Umbi Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) terhadap Bakteri
Shigella boydii.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas didapatkan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah dapat dilakukan penentuan fraksi aktif antibakteri dari ekstrak umbi
bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) terhadap bakteri Shigella
boydii ?
2. Berapakah diameter hambat fraksi teraktif antibakteri dari berbagai
konsentrasi ekstrak umbi bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr)
terhadap bakteri Shigella boydii ?
3. Berapakah nilai KHM (Kadar Hambat Minimum) fraksi teraktif antibakteri
dari ekstrak umbi bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) terhadap
bakteri Shigella boydii ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk menentukan fraksi aktif
antibakteri dari ekstrak umbi bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.)
Merr) terhadap bakteri Shigella boydii.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengukur diameter hambat fraksi aktif antibakteri dari
berbagai konsentrasi ekstrak umbi bawang dayak (Eleutherine
palmifolia (L.) Merr) terhadap bakteri Shigella boydii.

b. Untuk menentukan nilai KHM (Kadar Hambat Minimum) fraksi aktif


antibakteri dari ekstrak umbi bawang dayak (Eleutherine palmifolia
(L.) Merr) terhadap bakteri Shigella boydii.
D. Manfaat Penelitian
1. Memberikan pengetahuan di bidang obat tradisional, sehingga dapat
memberikan informasi mengenai potensi antibakteri bawang dayak.
2. Menambah referensi agar dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut dan
dapat digunakan sebagai obat alternatif dalam pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA
Ajizah, A., 2004. Sensitivitas Salmonella typhimurium terhadap Ekstrak Daun
Psidium guajava L. Vol. 1(1), hal 31-38.
Aulia, Nuniek., 2003. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Umbi Bawang Dayak
(Eleutherine palmifolia (L.) Merr ) terhadap Shigella dysenteriae dan
Escherichia coli serta Skrining Fitokimianya. Universitas Islam Indonesia,
Yogyakarta

Galingging, R.Y., 2009. Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia) Sebagai


Tanaman Obat Multifungsi. Warta Penelitian dan Pengembangan Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 15, No. 3, Halaman 2-4.
Ichsan B.Z., Sudarsono E., Bestari R.S., Heridho K., 2010. Perbedaan Diare
Karena Shigella, Amoeba, Rotavirus, Giardia, Kolera. Kepaniteraan Klinik
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UNS / RSUD Dr. Moewardi,
Surakarta.
Kroser A.J., 2007. Shigellosis. (http://www.emedicine.com/med/topic2112.htm.)
diakses 27 November 2015.
Mardani,
A.Z.,
2009.
Referat
(https://www.scribd.com/doc/21393467/Referat-Disentri)
November 2015

Disentri.
diakses
15

Nafianti, S., dan A.B Sinuhaji, 2005. Resistensi TrimetoprimSulfametoksazol terhadap Shigellosis. Sari Pediatri. 7 (1): 3944.
Nawawi, A., Rachmawati, W., dan Aryadi, A., 2010. Isolasi dan Identifikasi
Senyawa Kuinon dari Simplisia Umbi Bawang Sabrang (Eleutherine
Americana Merr). (www.bawang%20tiwai/penelitian-obat-bahan-alampaper%20mahasisiwa%20ITB.html.) diakses 15 November 2015
Pourakbari, B., Mamishi, S., Mashoori, N., Mahboobi, N., Ashtiani,
M.H., Afsharpaiman, S., Abedini, M., 2010. Frequency and
antimicrobial susceptibility of Shigella species isolated in
Children Medical Center Hospital, Tehran, Iran 2001-2006.
14 (2): 153-157.
Prihantoro, T., Indra, R., dan Sumarno, 2006. Efek Antibakteri Ekstrak Kulit Buah
Delima (Punica Granatum) Terhadap Shigella Dysentriae Secara In Vitro.
Universitas Brawijaya, Malang.
Putra, H.B, 2014. Patofisiologi Disentri. Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia
Yayasan Perintis, Padang.
Robinson,T., 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. ITB, Bandung. Hal.
71-72, 156-157, 191-193, 281-286.
Syaroni, A., Hoesadha, Y., 2006. Disentri Basiler. Buku Ajar Penyakit Dalam.
FKUI:Jakarta.

Temilade, I.B.O., 2009. Inhibitory Effect of Eleutherine Americana Merr. Extract


on Staphylococcus aureus Isolated from Food. Mc food & Microbiology
and safety : Journal of food science Vol. 74
Tjaniadi, P., Lesmana, M., Subekti, D., Machpud, N., Komalarini, S., Santoso, W.,
Simanjuntak, C.H., Punjabi, N., Campbell, C.R., Alexander, W.K., Corwin,
A.L., Oyofo, B.A., 2007. Antimicrobial resistance of bacterial pathogens
associated with diarrhealpatients in Indonesia. Am J Trop Med Hyg
68:666-70
WHO,2015. Sanitation. (http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs392/en/)
diakses 15 November 2015.

Anda mungkin juga menyukai