Anda di halaman 1dari 44

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

ISSN 1978-3167
Vol V No 2 September 2012

JURNAL
ILMIAH
KESEHATAN
(JIK)

Penerbit:
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH
PEKAJANGAN-PEKALONGAN

STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan 1

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

SUSUNAN REDAKSI
Penasehat
Mokhammad Arifin, SKp.MKep
Pimpinan Redaksi
Milatun Khanifah, SST
Penyunting
Siti Khuzaiyah, SST
Kontributor
Mokhammad Arifin, SKp. Mkep
Emi Nurlaela, SKp.MKep.Sp.Mat
Yuni Sandra, Skep. Ns
Firman Faradisi, Skep. Ns
Wahyu Ersila, SST
Distribusi
Halim Indra Kusuma, S.Kom
Keuangan
Yanuarti Nugrahaningsih, SE
Alamat Redaksi:
LPPM STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
d/a Kampus II, Jl.Raya Ambokembang No.8 Kedungwuni Pekalongan
telp (0285) 785179 Fax (0285) 785555
Email : lppm.stikespkj@gmail.com Web : www.stikesmuh-pkj.ac.id
Redaksi menerima tulisan artikel ilmiah dengan syarat dan ketentuan yang
berlaku. Naskah yang dikirim ke redaksi menjadi hak milik Jurnal Ilmiah
Kesehatan , kecuali jika dilakukan penarikan oleh penulis yang bersangkutan secara
resmi dan tertulis. Terimaksih

STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan 2

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

PENGANTAR REDAKSI

Assalaamualikum Wr. Wb
Ba`da salam semoga Rahmat dan Hidayah Allah senantiasa terlimpah atas kita
semua. Shalawat serta salam senantiasa kita panjatkan kepada Rasulullah SAW
yang senantiasa kita nantikan Syafaatnya kelakdi Yaumil akhir. Alhamdulillah,
pada kesempatan kali ini Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
STIKES Muhammadiyah Pekajangan berhasil menerbitkan kembali jurnal ilmiah
kesehatan (JIK).
Ucapan terimakasih kami haturkan kepada STIKES Muhamadiyah Pekajangan
yang telah memberikan dukungan secara maksimal sehingga jurnal ini dapat
terbit. Terimaksih juga kami sampaikan kepada segenap penulis yang telah
menyumbangkan tulisannya. Tidak lupa kami menyampaikan permohonan maaf
sebesar-besarnya jika dalam penyusunan JIK ini masih banyak kekurangan. Kami
mengaharapkan adanya kritikan dan saran yang membangun dari pembaca.
Kami berharap jurnal ini dapat bermanfaat, baik bermanfaat bagi STIKES
Muhammadiyah Pekajangan pada khususnya, serta bagi pihak-pihak yang
membutuhkan.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Pekajangan, September 2012
Pimpinan Redaksi

Milatun Khanifah, SST

STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan 3

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

Daftar Isi
Hal

Peneliti

Judul

STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan 4

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

Rancangan Instrumen Deteksi Dini Gangguan Jiwa


untuk Kader dan Masyarakat di Kabupaten Pekalongan
Mokhamad Arifin
STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan Prodi DIII Keperawatan,
Jl.Raya Ambokembang No.8 Kedungwuni Pekalongan Indonesia
Telepon +6281391723670 Email: eminurlaelapkj@yahoo.co.id

Kasus gangguan jiwa masih menjadi stigma di masyarakat sehingga perlu


partisipasi semua pihak dalam mengatasi masalah ini khususnya dalam
mensukseskan program Jawa Tengah Bebas Pasung Tahun 2012. Kader
kesehatan merupakan salah satu elemen penting yang diharapkan dapat
membantu pemerintah dalam upaya meningkatkan derajat masyarakat. Penelitian
ini bertujuan untuk memperoleh instrument yang dapat membantu kader dalam
mendeteksi secara dini kasus gangguan jiwa di masyarakat/lingkungan dimana dia
tinggal. Instument awal yang dibuat peneliti di ujikan pada pada kelompok
sampel yang berbeda yaitu kader di wilayah Puskesmas Kedungwuni II, Talun,
Bojong Kabupaten Pekalongan masing-masing 30 responden yang kemudian
dilakukan uji valitas dan reliablitas. Dengan nilai r tabel (Pearson Product
Momment) dengan level of significant 0,05, r tabel pada df-2 = 0,306. Dari 30
item pertanyaan yang dibuat peneliti pada penelitian tahap I (Puskesmas
Kedungwuni II) terdapat 7 item yang tidak valid yaitu item nomor 1 (0,297), 3
(0,269), 12 (0,257), 13 (0,214), 14 (O,146), 15 (0,292). Pada peneltian tahap II
(Puskesmas Talun) dengan 23 item pertanyaan yang tidak valid hanya 1 nomor
yaitu no. 13 (0,280) dan pada penelitian tahap III (Bojong) dengan 22 item
pertanyaan dari analisis semuanya dinyatakan valid dan reliable. Dengan adanya
instrumen deteksi dini ini diharapkan kader dapat segera melaporkan kepada
petugas kesehatan atau pusat pelayanan kesehatan terdekat bila diketahui ada
anggota masyarakat yang mengalami gangguan jiwa untuk kemudian dapat segera
dilakukan tindak lanjut oleh pihak terkait.
Kata Kunci : Rancangan Intrumen, deteksi dini, gangguan jiwa, Kader
PENDAHULUAN
Add life to the years, Add
health to life, and add Years to life
demikian
slogan
Departemen
Kesehatan
RI
yang
artinya
meningkatkan mutu kehidupan,
meningkatkan
kesehatan,
dan
memperpanjang usia. Pembangunan
kesehatan menuju Indonesia sehat
mempunyai
tujuan
untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat

kesehatan masyarakat yang optimal


melalui
terciptanya
masyarakat
bangsa dan negara Indonesia yang
dilandasi oleh penduduknya yang
hidup dengan perilaku dan dalam
lingkungan
sehat,
memiliki
kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu
secara adil dan merata, serta
memiliki derajat kesehatan yang
optimal di seluruh wilayah Republik
Indonesia (Maryam, dkk, 2008: 11).

STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan 5

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

WHO mengatakan seseorang


dikatakan sehat yaitu sehat dari bio,
psiko, sosio, dan spiritual. WHO
(2000) juga menyebutkan bahwa
25% penduduk dunia mengalami
gaangguan mental dan priulaku, dan
hanya 40% yang terdiagnosis. Data
lain meyebutkan bahwa prevalensi
bunuh diri di Indonesia adalah 1,61,8 per 100.000 penduduk. Banyak
faktor yang menyebabkan penderita
gangguan jiwa berat, namun yang
sering terlupakan adalah dampak
akibat dari gangguan jiwa yaitu
dissabily
ketidakmampuan
seseorang melakukan pekerjaanya
karena menurut penelitian Bank
Dunia beban yang ditanggung
karenan gannguan jiwa adalah 8,1 %
diatas penyakit
TBC, kanker, jantung yang semesnya
mendapat perhatian yang serius.
Sayangnya, pelayanan kesehatan
untuk penderita gangguan jiwa
belum optimal. Tidak semua provinsi
memiliki rumah sakit jiwa dan hanya
terdapat 500 dokter spesialis jiwa
yang setengahnyanya bekerja di
Jakarta.(Damayanti, 2007).
Di Rumah Sakit Jiwa
banyak
penderita
jiwa
yang
ditelantarkan
keluarganya
dikarenakan keluarga tidak tahu
bagaimana cara mengatasi kondisi
keluarga saat di rumah keluarga
hanya mampu memberikan obat
itupun kadang putus obat hal ini
dapat
menyebabkan
penderita
gangguan
jiwa
dapat
terjadi
kekambuhan.
Prevalensi
nasional
gangguan jiwa berat adalah 0,3
persen. Penderita gangguan jiwa
berat paling banyak di Jakarta.
Jumlahnya lebih tinggi dari angka
prevalensi nasional yaitu 0,46 persen

(Viora, 2007) jumlah tersebut


berdasarkan riset kesehatan dasar di
478 kabupaten dan kota di seluruh
Indonesia tahun 2007. Dari riset
tersebut dikelompokkan 2 jenis
gangguan jiwa, yaitu gangguan
mental emosional atau psikosomatik
yang prevalensinya 11,6 persen dari
penduduk di atas usia 15 tahun.
Gangguan jiwa jenis ini, jumlah
penderita paling banyak di Jawa
Barat (20 persen), diikuti Sumatera
Barat, Aceh, dan Gorontalo.
Data
di
Kabupaten
Pekalongan menunjukkan jumlah
yang cukup besar yaitu Psikotik
(gangguan jiwa berat) pada tahun
2011 sebanyak 622, Neurosis
(gangguan jiwa ringan) sebanyak
899,
Epilepsi
sebanyak
125,
Keterbelakangan mental 67 kasus.
Dari obeservasi di lapangan masih
dijumpai kasus gangguan jiwa berat
yang
ada
belum
mendapat
penanganan optimal bahkan yang
dalam kondisi dipasung. Menurut
laporan Dinkes Kab. Pekalongan
(2011) Setiap puskesmas sudah ada
penanggungjwab program kesehatan
jiwa dan sudah melakukan kegiatan
berupa
pelatihan
penagangan
kesehatan
jiwa
bagi
petugas
kesehatan bagi petugas kesehatan,
kader, pelayanan Mobil Unit
Kesehatan Jiwa
Kader kesehatan menurut
L.A Gunawan adalah tenaga sukarela
yang dipilih oleh masyarakat dan
bertugas
mengembangkan
masyarakat. Kader yang dinamis
ternyata mampu melaksanakan halhal yang sederhana misalnya :
peyelenggaran dana sehat ditingkat
desa, penyuluhan kesehatan jiwa,
pencarian kasus kesehatan jiwa. Saat
ini belum ada cara yang praktis dan

STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan 6

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

sederhana untuk membantu kader


mengenali kasus gangguan jiwa
khususnya
yang
berat
untuk
kemudian mengambil tindakan yang
tepat untuk penangananya. Hal ini
dikarenakan rendahnya pengetahuan
tentang kesehatan jiwa dan masih
ada stigma dimasyarakat dimana
masyarakat banyak mempunyai
penilaian negatif tetang gangguan
jiwa
sehingga
banyak
kasus
gangguan
jiwa
yang
justru
disembunyikan atau dibiarkan tampa
penanganan.
Penelitian ini ingin mendapatkan
instrumen sederhana deteksi kasus
kejiwaan sehingga kader dapat
mengenali gejala gangguan jiwa dan
kemudian dapat melaporkan pada
tenaga kesehatan atau puskesmas
terdekat di wilayahnya untuk
kemudian
keluarga pasien akan
berobat jalan di puskesmas/rumah
sakit umum atau dirujuk ke RS Jiwa.
Tujuan
penelitian
ini
Diperolehnya rancangan instrumen
deteksi kasus gangguan jiwa untuk
kader dan masyarakat yang teruji
validitasnya.
METODE

STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan 7

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

Gambaran Dukungan Keluarga dalam


Meningkatkan Kesehatan Anggota Keluarganya
di Wilayah Kabupaten Pekalongan

Emi Nurlaela
STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
Jl.Raya Ambokembang No.8 Kedungwuni Pekalongan Indonesia
Telepon +6281391723670 Email: eminurlaelapkj@yahoo.co.id
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran dukungan keluarga dalam
meningkatkan kesehatan anggota keluarganya. Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif, dengan metode pengumpulan data studi dokumen. Hasil penelitian menunjukkan
adanya dukungan keluarga terhadap anggota keluarga yang memberikan air susu ibu,
keluarga yang memiliki anggota keluarga lanjut usia, keluarga menghadapi anggota
keluarganya yang menopause. Hasil penelitian menunjukkan keluarga yang tidak malas
mendengarkan keluhan anggota keluarganya yang mengalami masalah kesehatan 34 %,
sedangkan 12 % keluarga selalu tidak malas mendengarkan keluhan. Keluarga menyatakan
mau selalu membantu mengatasi keluhan 20 %, sedang 16 % keluarga tidak pernah
menyatakan mau membantu mengatasi keluhan. Keluarga yang selalu memperhatikan tanda
gejala masalah atau penyimpangan kesehatan anggota keluarganya 22 %, sedangkan 38 %
keluarga tidak pernah memperhatikan tanda gejala penyimpangan kesehatan yang dirasakan
oleh anggota keluarga. Keluarga yang selalu mengingatkan untuk melakukan tindakan yang
bertujuan mengurangi keluhan 18%, sedangkan 24 % keluarga tidak pernah melakukannnya.
Keluarga yang selalu tidak mengingatkan untuk menghindari kebiasaan buruk yang
mempengaruhi kesehatan 12%, sedangkan 26% tidak pernah tidak mengingatkan untuk
menghindari kebiasaan buruk. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dukungan
keluarga masih kurang kurang dirasakan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar
bagi tenaga kesehatan untuk tetap melibatkan keluarga dalam pengelolaan asuhan,
keterlibatan keluarga didasarkan bukan untuk melepaskan tugas dan tanggung jawab petugas
kesehatan namun menitik beratkan pada dukungan emosional, penghargaan, informasional,
dan instrumental dalam meningkatkan kesehatan anggota keluarganya.
Kata Kunci : Dukungan, Keluarga, Sehat

PENDAHULUAN
Keluarga merupakan unit terkecil
dalam masyarakat. Kesehatan masyarakat
tergantung dari kesehatan keluarga yang
berada di masyarakat tersebut. Pada
kondisi dimana salah satu anggota
keluarga sakit maka keluarga dan
masyarakat sekitar mengalami dampak
langsung maupun tidak langsung dirasakan
(Friedman 1998, h.176).
Keluarga berasal dari kumpulan
individu yang terikat atas dasar
perkawinan ataupun dasar ikatan lainnya
yang saling berinteraksi
dengan

berkomunikasi diantara mereka. Keluarga


memilki
berbagai
macam
bentuk
diantaranya keluarga inti yang terdiri dari
ayah, ibu dan anak; keluarga ekstended
yang merupakan keluarga besar; keluarga
dyad yaitu keluarga tanpa anak; single
family atapun keluarga; dan single adult
yang terdiri dari satu orang dewasa
(Achjar, 2010.h.4).
Beberapa tahapan keluarga diantaranya
adalah keluarga yang melepas anak usia
dewasa, dimana anak tersebut menikah
dan meninggalkan rumah ataupun masih
tinggal dalam satu rumah (Carter &
Mc.Goldrick, 1988 dalam Achjar, 2010) .
STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan


Keluarga baru atau pemula yang
terciptakan tersebut masih dipengaruhi
oleh keluarga sebelumnya apabila hidup
dalam satu rumah ataupun berdekatan
rumah. Pengaruh yang ditimbulkannya
dapat positif atapun sebaliknya. Salah satu
fungsi keluarga adalah memberikan
dukungan terhadap anggotanya. Pengaruh
yang diberikan dari lingkungan sekitar
keluarga tersebut dapat menjadikan suatu
dukungan agar suatu kegiatan yang
dijalankan berhasil namun adapula
pengaruh negatif berupa penolakan yang
menjadikan
hambatan
terhadap
keberhasilan tindakan dilakukan (Niven,
Neil 2002, h.197).
Dukungan keluarga terhadap anggota
keluarganya yang sedang sakit ataupun
memerlukan peningkatan kesehatan sangat
diperlukan. Dari anggota keluarga yang
paling kecil sampai anggota keluarga yang
paling besar dalam artian sudah lanjut usia,
semua membutuhkan dukungan keluarga.
Dukungan berupa pemberian informasi,
pemberian instrumen yang mendukung
penyembuhan, pemberian perhatian dan
kasih sayang, serta pemberian penilaian
penghargaan atas upaya yang telah
dilakukan oleh anggota keluarga yang
sakit. Dukungan sosial keluarga sangat
diperlukan untuk mengatasi berbagai
persoalan
yang
dihadapi
seperti
kecemasan, kepatuhan minum obat,
kepatuhan dalam program diet (Niven,
Neil 2002, h.197).
Adanya dukungan terhadap anggota
keluarga yang sakit ataupun anggota
keluarga yang memerlukan peningkatan
kesehatannya, bukan berarti memberikan
suatu kondisi ketergantungan total dengan
anggota keluarga yang lain, namun
dukungan keluarga diberikan pada
beberapa aktivitas yang tidak dapat
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari dengan harapan aktivitas secara
bertahap dapat dilakuka.
Kurangnya
dukungan
keluarga
terhadap
anggota
keluarganya,
memberikan dampak terhadap motivasi
atau dorongan untuk sembuh dari penyakit

Vol V No 2 September 2012


kurang dirasakan. Motivasi untuk sembuh
dari suatu penyakit dapat berasal dari diri
sendiri dan dapat pula dorongan atau
motivasi untuk sembuh berasal dari luar
individu tersebut. Kedua sumber motivasi
tersebut saling mendukung, mengingat
motivasi yang hanya berasal dari diri
sendiri menjadi lemah apabila tidak
didukung oleh motivasi dari luar seperti
motivasi atau dorongan dukungan dari
keluarga.
Seseorang
yang
kurang
mendapat dukungan dapat mengalami
depresi bahkan adanya upaya untuk bunuh
diri, karena merasa kurang diperhatikan,
merasa sendiri dalam hidup, merasa tidak
dibutuhkan dan sebagainya.
Bagaimana
gambaran
dukungan
keluarga terhadap anggota keluarganya
agar penyembuhan penyakit cepat tercapai
dan kesehatan dapat ditingkatkan, hal
inilah yang perlu dikaji melalui suatu
pendekatan ilmiah penelitian. Dengan
melihat ada tidaknya dukungan diberikan
menjadi
dasar
untuk
perbaikan
pengelolaan asuhan kesehatan pada pasien
yang berasal suatu keluarga, melibatkan
keluarga dalam pemberian asuhan
walaupun sudah ada petugas kesehatan
yang merawat. Memperbaiki persepsi yang
salah mengenai bila dukungan diberikan
maka tidak adanya upaya mandiri yang
dilakukan oleh keluarga yang sakit.
Adapun tujuan penelitian ini adalah
mengetahui gambaran dukungan keluarga
dalam
mempercepat
peningkatan
kesehatan anggota keluarganya. Penelitian
ini menjadi dasar bagi tenaga kesehatan
untuk tetap melibatkan keluarga dalam
pengelolaan asuhan, keterlibatan keluarga
pada didasarkan bukan untuk melepaskan
tugas dan tanggung jawab petugas
kesehatan namun menitik beratkan pada
dukungan
emosional,
penghargaan,
informasional, dan instrumental dalam
mempercepat
peningkatan
kesehatan
anggota keluarganya.

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

METODE
Penelitian yang dilakukan ini adalah
penelitian kuantitatif. Teknik pengambilan
data dalam penelitian yaitu dengan
kuesioner dan studi dokument. Sampel
penelitian ini adalah keluarga dengan
berbagai masalah kesehatan diantaranya
masalah pemberian air susu ibu secara
eksklusif, keluarga dengan masalah
kemandirian lansia, keluarga dengan
masalah reproduksi wanita berupa
menopause. Jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah 50 orang. Penelitian
telah
dilaksanakan
di
Kabupaten
Pekalongan pada bulan Januari.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil penelitian terkait
dengan
dukungan keluarga terhadap pemberian
ASI
Eksklusif
berupa
dukungan
informasional dan dukungan instrumental.
Dukungan
instrumental
berupa
membelikan jamu atau susu untuk
memperlancar air susu ibu. Sedangkan
dukungan informasional berupa informasi
mengenai makanan yang baik untuk
memperlancar air susu ibu. Informasi
mengenai cara mengatasi masalah yang
berhubungan
dengan
pelaksanaan
menyusui bayinya seperti puting susu
lecet, payudara bengkak. Hasil penelitian
tersebut
keluarga
yang
mendapat
dukungan
keluarga
informasional
sebanyak 60 %, dimana anggota keluarga
yang memberikan dukungan
berlatar
belakang pendidikan kesehatan, 20 %
keluarga mempunyai anggota keluarga
yang masih sekolah di kesehatan dan 40 %
sebagai tenaga kesehatan. Hasil penelitian
terkait pemberian ASI eksklusif tidak ada
yang
murni
mendapat
dukungan
informasional dari anggota keluarga yang
bukan berlatar belakang pendidikan
kesehatan.
Sedangkan
dukungan
instrumental dari lima partisipan yang
mendapat mendapat dukungan dari suami
sebanyak dua orang partisipan yaitu
dengan membelikan jamu dan membelikan

Vol V No 2 September 2012


susu untuk meningkatkan produksi air
susu ibu.
Hasil penelitian terkait dengan
dukungan keluarga terhadap wanita
menopause menunjukkan bahwa 50 %
wanita mendapat dukungan emosional, 30
%
wanita
mendapat
dukungan
penghargaan, 50 % wanita mendapat
dukungan informasional, 46 % wanita
mendapat
dukungan
instrumental.
Keluarga selalu tidak memberikan
pinjaman atas usaha yang dilakukan dalam
pengobatan 8 %, sedangkan 20% keluarga
tidak pernah. Keluarga selalu tidak
berusaha mencarikan biaya pengobatan
anggota keluarga 10 %, sedangkan 30 %
tidak pernah. Keluarga yang menyatakan
cukup membawa anggota keluarganya ke
Puskesmas sebagai tempat pelayanan dasar
selalu 6 %, 44 % keluarga tidak pernah.
Keluarga selalu menyediakan fasilitas
untuk keperluan pengobatan 4 %, 32 %
tidak pernah. Keluarga selalu bersedia
mengantarkan ke tempat pelayanan
kesehatan 6 %, sedangkan keluarga yang
tidak pernah mengantarkan ke tempat
pelayanan kesehatan 34 %. Keluarga tidak
memberikan pujian atas usaha yang
dilakukan dalam pengobatan, 8 % selalu,
tidak pernah 20%. Keluarga tidak
mengingatkan
untuk
menghindarkan
kebiasaan buruk 12 %, dan keluarga yang
tidak pernah 26 %. Keluarga selalu
mengingatkan untuk melakukan tindakan
yang bertujuan mengurangi keluhan 18 %,
keluarga tidak pernah 24 %. Keluarga
selalu memperhatikan tanga gejala dari
masalah atau penyimpangan kesehatan
yang dirasakan 22 %, keluarga tidak
pernah memperhatikan tanda gejala
penyimpangan
38
%.
Keluarga
menyatakan selalu mau membantu anggota
keluarganya dalam mengatasi keluhan 20
% dan keluarga yang tidak pernah
melakukannya 16 %. Keluarga selalu tidak
malas mendengarkan keluhan 12 % dan
keluarga tidak pernah melakukannya 34
%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa masih banyak
keluarga yang belum mendapatkan
STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan


dukungan dari keluarga, berbagai faktor
yang
mungkin
menjadi
penyebab
kurangnya dukungan keluarga diantaranya
keluarga mempunyai persepsi tidak
perlunya suatu dukungan diberikan,
keluarga dengan kesibukan pekerjaan
sehingga kurang bisa memberikan
dukungan.

SIMPULAN
Pengelolaan
asuhan
pasien
memerlukan
keterlibatan
keluarga.
Keluarga
dapat
dilibatkan
dalam
mendukung upaya pemenuhan ASI
eksklusif. Untuk mencegah kecemasan
pada
Wanita
Menopause
dan
meningkatkan
Kemandirian
lansia
memerlukan juga dukungan dari keluarga.
Keikutsertaan
atau
keterlibatan
keluarga dalam pengelolaan asuhan pasien
jangan dijadikan suatu upaya untuk
melepaskan tugas dan tanggung jawab
pengelolaan.
Identifikasi
terhadap
intoleransi aktivitas pasien diperlukan
untuk
memastikan
aktivitas
yang
memerlukan bantuan pertolongan oleh
keluarga maupun tenaga kesehatan

ACKNOWLEDGEMENT
(PERSANTUNAN)
Persantunan kami ucapkan terhadap
beberapa orang diantaranya adalah :
Sugiarti, Fina (2010) Hubungan Dukungan
Keluarga Dengan Kemandirian Lansia
(Elderly) Dalam Aktivitas Dasar Seharihari Di Kelurahan Jenggot Kecamatan
Pekalongan Selatan Kota Pekalongan ;
Afriani, Nur Iza (2011) Hubungan Antara
Dukungan Sosial Keluarga Dengan
Tingkat Kecemasan Wanita Usia 45-50
tahun Menghadapi Menopause di Desa
Kesesi Kecamatan Kesesi Kabupaten
Pekalongan;
Marlia,
Eka
(2011)
Pengalaman Ibu
memberikan
ASI
Eksklusif
Di
wilayah
Kabupaten
Pekalongan

Vol V No 2 September 2012

DAFTAR PUSTAKA
Buku Sumber
Achjar, Komang Ayu Henny (2010)
Asuhan Keperawatan Keluarga.
Cetakan I. CV Sagung Seto. Jakarta
Sudarto, Asuhan Keperawatan Keluarga,
dengan pendekatan keperawatan
Transkultural , cetakan I, EGC,
Jakarta
Niven, Neil (2002), Psikologi Kesehatan,
Pengantar
untuk
Perawat
&
Profesional Kesehatan lain , Cetakan
I, EGC, Jakarta
Journal Penelitian
Roustit, Christelle. Campoy, Eric.
Renahy, Emilie. King, Gary. Parizot,
Isabelle. Chuvin, Pierre. (2011).
Family Social Environment In
Childhood and Self-Rate Health In
Young Adulthhood.
Andersen, Montgomery. Borup, I. 2012.
Family Support and The Child as
Health Promoting Agent in Arctic.
Croezen, Simone. Picaver, Susan. Nies,
Haveman Annemien. (2011). Do
Positive or Negative Experiences of
Social Support Relate to Current and
Future Helath? Resulths from the
Doentinchem Cohort Study
Jackson, Erin S. Tucker, Carolyn M,
Herman, Keith. (2007). Health value,
Perceived Social Support and Health
Self-Efficacy as Factors in a HealthPromoting lifestyle

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

Penurunan Tingkat Kecemasan Anak Rawat Inap dengan Permainan


Hospital Story di RSUD Kraton Pekalongan
Yuni Sandra Pratiwi
STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan Prodi DIII Keperawatan,
Jl.Raya Ambokembang No.8 Kedungwuni Pekalongan Indonesia
Telepon +6281390099917 Email: pratiwi_yuni84@yahoo.co.id
Abstract: Sick and hospitalisation were stressors that could caused anxiety of
child. One of treatment to reduce the anxiety of child was play therapy, especially
hospital story, i.e., told story to child used pictured book about hospital schedules
and its routinities, care givers, and answered childs questions about hospital.
This study was animed to know the effect of hospital story toward anxiety of the 68 years old child. This study experimental quasi. A questionnaire was used to
collect the data. The sample taken with purposive sampling approach. Wilcoxon
statistic analysis was used to know the effect of hospital story toward anxiety of
the 6-8 years oldd child. The result of Wilcoxon statistic analysis got Z scores was
4,596 and p-value was 0,000 (p<0,05); it could be concluded that hospital story
had a significant effect toward anxiety of the 6-8 years old child.
Keyword: anxiety, child, hospital story
Abstrak: Kondisi sakit dan hospitalisasi merupakan stressor yang dapat
menyebabkan kecemasan pada anak. Salah satu tindakan untuk menurunkan
kecemasan tersebut adalah terapi bermain, khususnya hospital story, yaitu
bercerita kepada anak menggunakan buku bergambar tentang rutinitas dan jadwal
rumah sakit, pemberi pelayanan (tim kesehatan), dan menjawab pertanyaan yang
diajukan anak tentang rumah sakit. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh
hospital story terhadap kecemasan anak usia 6-8 tahun. Penelitian ini adalah
penelitian quasi eksperimen. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner.
Penentuan sampel dengan purposive sampling. Uji statistik wilcoxon digunakan
untuk mengetahui pengaruh terapi bermain hospital story terhadap kecemasan
anak usia 6-8 tahun. Hasil uji statistik wilcoxon diperoleh skor Z = - 4,596 dan
nilai p = 0,000 (p<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang
signifikan antara terapi bermain hospital story terhadap penurunan kecemasan
anak usia 6-8 tahun.
Kata kunci : kecemasan, anak, hospital story
PENDAHULUAN
Perawatan anak di rumah
sakit merupakan pengalaman yang
penuh dengan stress, baik bagi anak
maupun orang tua. Beberapa bukti
ilmiah
menunjukan
bahwa
lingkungan rumah sakit itu sendiri
merupakan penyebab stress bagi
anak dan orang tuanya, baik

lingkungan fisik rumah sakit seperti


bangunan atau ruang rawat, alat-alat,
bau yang khas, pakaian putih petugas
kesehatan maupun lingkungan sosial,
seperti sesama pasien anak, ataupun
interaksi dan sikap petugas kesehatan
itu sendiri. (Yupi Supartini, 2004)
Kondisi
ini
merupakan
sumber stress (stressor) yang dapat

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

mempengaruhi kondisi psikologis


seorang anak, yang pada tingkat
tertentu dapat menyebabkan seorang
anak jatuh pada kondisi kecemasan,
baik cemas sedang, berat maupun
panik. (Budi Ana Keliat, 2006)
Respon kecemasan anak usia
6-8 tahun terkait hospitalisasi
umumnya sudah muncul ketika anak
baru pertama kali datang untuk
dirawat di rumah sakit, menjerit-jerit
saat sedang menangis dan tidak mau
didekati, mencari-cari orang tua,
menangis
ketika
orang
tua
meningalkan ruangan untuk suatu
keperluan, menolak dan bahkan
menyuruh pergi orang lain yang di
anggapnya asing, selalu ingin
ditemani dan menolak ditemani
orang lain, tidak mau beraktivitas
dan cenderung tidur-tiduran saja,
tidak menunjukan minat atau rasa
antusias, terlihat murung tidak acuh
terhadap
lingkungan,
dan
menunjukan perilaku yang tidak
biasa
dilakukannya
misalnya:
mengompol, menghisap ibu jari,
mengeluarkan air liur. (3) Hal ini
tidak hanya disebabkan oleh kondisi
sakit yang dideritanya, namun juga
dikarenakan persepsi negatif anak
terhadap rumah sakit. Sehingga perlu
suatu aktivitas bermain yang dapat
mengurangi persepsi negatif tersebut.
(Hart, 1999)
Hasil
observasi
yang
dilakukan
di
RSUD
Kraton
Pekalongan
selama tahun 2007,
jumlah anak yang dirawat di Ruang
Anak rata- rata perhari 30 orang dari
33 kapasitas tempat tidur yang
tersedia. Jumlah tersebut hampir 50
% (15 orang) menunjukkan respon
gelisah, cengeng, regresi, sulit
makan, sulit tidur, dan tidak

Vol V No 2 September 2012

kooperatif, terutama pada kelompok


usia 6-8 tahun.
Terapi bermain adalah suatu
aktivitas bermain yang dijadikan
sarana
untuk
menstimulasi
perkembangan anak, mendukung
proses penyembuhan dan membantu
anak lebih kooperatif dalam program
pengobatan
serta
perawatan.
Aktivitas bermain yang diberikan
meliputi
admission
activities,
aktivitas mengenal citra tubuh,
interaksi kelompok, ekspresi seni,
stimulasi harga diri, ekspresi diri,
penurunan ketegangan, aktivitas
untuk isolasi dan imobilisasi,
aktivitas perawatan kesehatan dan
kegiatan
hidup
sehari-hari,
permainan pernafasan, persepsimotor, dan manajemen nyeri. ( Hart,
1999)
Terapi bermain merupakan
salah satu teknik yang akan
membantu penurunan ketegangan
emosional yang dirasakan anak.
Secara bertahap respon psikis
maupun fisiologis kecemasan akan
berkurang dan kepercayaan diri anak
akan berkembang optimal pula.(Hart,
1999)
Hospital Story adalah suatu
aktivitas
bermain
dengan
menceritakan semua hal yang
berkaitan dengan rumah sakit,
khususnya tentang rutinitas kegiatan,
mengenal tim kesehatan, dan
prosedur pengobatan, melalui media
buku cerita bergambar. Hospital
Story termasuk aktivitas bermain
admission activities, yaitu aktivitas
bermain yang dilakukan segera
setelah anak datang ke rumah sakit.
(Hart, 1999)
Namun
terapi
bermain
hospital
story
belum
pernah
dilakukan
di
RSUD
Kraton

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Pekalongan. Hal inilah yang


mendorong peneliti untuk melakukan
penelitian tentang pengaruh terapi
bermain hospital story terhadap
kecemasan anak usia 6-8 tahun yang
dirawat di ruang perawatan anak
RSUD Kraton Pekalongan.
Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh terapi
bermain hospital story terhadap
kecemasan anak usia 6-8 tahun yang
dirawat di ruang perawatan anak
RSUD Kraton Pekalongan.

Vol V No 2 September 2012

Terapi Bermain Hospital Story dan


variabel
dependen
adalah
Kecemasan Anak Usia 6-8 Tahun.
Pengumpulan data pada
penelitian ini adalah kuesioner.
Istrumen yang digunakan adalah
kuesioner, buku cerita rumah sakit
bergambar, kertas, krayon / pensil
warna dan pensil.
Data yang telah dikumpulkan
selanjutnya diolah menggunakan uji
statistik wilcoxon yang digunakan
untuk mengetahui pengaruh terapi
bermain hospital story terhadap
kecemasan anak.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kecemasan Anak
1. Kecemasan Anak Sebelum
Terapi Bermain Hospital Story
Sebelum dilakukan terapi bermain
hospital story sebagian besar anak
atau 60,7% (17 anak) mengalami
kecemasan sedang, 39,3% (11
anak) mengalami kecemasan berat
dan tidak ada anak yang
mengalami kecemasan ringan
seperti tampak pada tabel (tabel
1).

METODE
Jenis penelitian ini adalah
penelitian Quasi Eksperimen karena
mengukur kecemasan anak usia 6-8
tahun (menggunakan kuesioner)
sebelum dan sesudah dilakukan
terapi bermain hospital story
terhadap orang tua dari anak yang
akan diteliti sebanyak 28 orang.
Kemudian dilakukan perlakuan
terapi bermain hospital story
terhadap anak yang diteliti.
Variabel dalam penelitian ini
terdiri dari, variabel independen
(bebas)
dan variabel dependen
(terikat). Dalam penelitian ini
sebagai variabel independen adalah
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Anak Sebelum Terapi
Bermain Hospital Story Di Ruang Anak RSUD Kraton Pekalongan
Tahun 2009
No Tingkat
Frekuensi
Persentase
Kecemasan
(%)
1
Ringan
0
0,00
2
Sedang
17
60,7
3
Berat
11
39,3
Total
28
100
mengalami kecemasan sedang,
42,9% (12 anak ) mengalami
2. Kecemasan Anak Sesudah
kecemasan ringan dan tidak ada
Terapi Bermain Hospital Story
Sesudah dilakukan terapi
anak
yang
mengalami
bermain hospital story sebagian
kecemasan berat seperti tampak
besar anak atau 57,1% (16 anak)
pada tabel (tabel 2).

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Anak Sesudah Terapi


Bermain Hospital Story Di Ruang Anak RSUD Kraton Pekalongan
No Tingkat Kecemasan
Frekuensi
Persentase
(%)
1
Ringan
12
42,9
2
Sedang
16
57,1
3
Berat
0
0,0
Total
28
100
dilakukan
terapi bermain
Perubahan
Kecemasan
Anak
hospital story.
Sebelum dan Sesudah Terapi
Sebagian besar anak atau 82,2%
Bermain Hospital Story
(23 anak) mengalami
1. Perubahan Kecemasan Anak
penurunan tingkat kecemasan,
Sebelum dan Sesudah Terapi
dan 17,8% (5 anak) tidak
Terjadi
perubahan
respon
menunjukan penurunan tingkat
kecemasan
anak
sesudah
kecemasan seperti pada tabel
(tabel 3).
Tabel 3. Perubahan Respon Kecemasan Anak Sebelum Dan Sesudah
Terapi Bermain Hospital Story Di Ruang Anak RSUD Kraton
Pekalongan
No Perubahan
Respon Frekuensi Persentase (%)
Kecemasan Anak
1
Tetap
5
17,8
2
Turun
23
82,2
Total
28
100
artinya terdapat perbedaan yang
2. Perubahan
Rerata
(mean)
bermakna antara pengukuran
Kecemasan Anak Sebelum Dan
sebelum dan sesudah terapi
Sesudah Terapi
bermain hospital story atau
Uji statistik Wilcoxon pada
dengan kata lain terdapat
data responden kecemasan anak
pengaruh terapi bermain hospital
sebelum dan sesudah terapi
story
terhadap
penurunan
bermain
hospital
story,
kecemasan anak seperti pada
diperoleh skor Z = - 4,596
tabel (tabel 4).
dengan nilai p = 0,000 (p<0,05)
Tabel 4.
Perubahan Rerata (mean) Kecemasan Anak Sebelum dan
Sesudah
Terapi Bermain Hospital Story Di Ruang Anak RSUD
Kraton Pekalongan

No

Nilai Rerata (mean)


Z
Sebelum Sesudah Selisih
1 9,96 6,46 3,5 -4,596

p
0,000

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

PEMBAHASAN
A. Tingkat Kecemasan Anak
Sebelum Terapi
Bermain
Hospital Story
Hasil penelitian sebelum
dilakukan terapi bermain hospital
story
17
anak
(60,7%)
mengalami kecemasan sedang,
dan 11 anak (39,3%) mengalami
kecemasan berat. Namun tidak
ada
satupun
anak
yang
menunjukan kecemasan ringan.
Hal ini menggambarkan
bahwa responden mengalami
kecemasan akibat hospitalisasi
yang
dibuktikan
dengan
menunjukan minimal 5 respon
kecemasan
yang diobservasi
dalam kuesioner, seperti : 24
orang tua dari anak yang diteliti
mengatakan anaknya menangis,
17 orang tua dari anak yang
diteliti mengatakan anaknya
menjerit-jerit, 15 orang tua dari
anak yang diteliti mengatakan
anaknya murung, 20 orang tua
dari
anak
yang
diteliti
mengatakan anaknya tidak acuh
terhadap lingkungan, 20 orang
tua dari anak yang diteliti
mengatakan anaknya
tidak
mau didekati orang asing, dan
menolak tindakan pengobatan
atau
perawatan. Keadaan
tersebut sejalan dengan pendapat
Wong bahwa respon kecemasan
anak akibat hospitalisasi lebih
didominasi
oleh
respon
kecemasan
perpisahan
(separation anxiety). Respon ini
terjadi akibat anak harus berpisah
dengan teman dan orang
terdekatnya.
Perilaku
yang
muncul
diantaranya
anak
menangis ketika pertama kali
dirawat di rumah sakit, menjerit-

Vol V No 2 September 2012

jerit saat sedang menangis dan


tidak mau didekati, mencari-cari
orang tua, menangis ketika orang
tua meninggalkan ruangan untuk
suatu keperluan, menolak dan
bahkan
menyuruh pergi
orang lain yang dianggapnya
asing, selalu ingin ditemani dan
menolak ditemani orang lain,
tidak mau beraktivitas dan
cenderung tidur-tiduran
saja,
tidak menunjukan minat atau rasa
antusias, terlihat murung, tidak
acuh terhadap lingkungan, dan
menunjukan perilaku yang tidak
biasa dilakukannya (misalnya:
mengompol, menghisap ibu jari,
dan mengeluarkan air liur).
(Donna L Wong, 2003)
Ekspresi kecemasan anak
juga dapat dimanifestasikan
dalam
penolakan
terhadap
tindakan
pengobatan
atau
perawatan. Perilaku yang muncul
diantaranya
anak
menolak,
menangis, berteriak-teriak, atau
menarik-narik segala sesuatu
yang ada didekatnya ketika
perawat atau dokter melakukan
tindakakan
perawatan
atau
pengobatan.
Beberapa
anak
bahkan biasa menunjukan respon
kecemasan
berupa kekerasan
fisik. Respon ini timbul akibat
anak
tidak
lagi
mampu
mengontrol dirinya. Perilaku
yang muncul diantaranya anak
menyerang dengan
cara fisik
seperti menendang, memukul,
mencubit, atau menggigit bila
didekati orang asing, memakimaki jika ada keinginan yang
tidak
terpenuhi,
dan
jika
diminta
berhenti
menangis,
bertindak sebaliknya (menangis

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

lebih keras). (Donna L Wong,


2003)
B. Tingkat Kecemasan Anak
Sesudah Terapi Bermain
Hospital Story
Setelah dilakukan terapi
bermain hospital story responden
penelitian tidak
ada yang
menunjukan kecemasan berat, 16
anak menunjukan kecemasan
sedang
dan 11 anak
menunjukan kecemasan ringan.
Secara
keseluruhan
terjadi
kecenderungan penurunan respon
kecemasan anak antara sebelum
dan sesudah terapi bermain
hospital story. Namun masih ada
5 anak yang tidak menunjukan
penurunan respon kecemasan. Ini
terjadi
karena
kecemasan
dipengaruhi pula oleh kondisi
penyakit yang diderita anak.
Anak usia 6-8 tahun
dalam perkembangan psikologis
menurut Jean Peaget masuk di
dalam
kongkrit
operasional
dimana anak sudah mulai dapat
berfikir logis, terarah, dapat
memilih,
menggolongkan,
mampu berfikir dari sudut
pandang orang lain dan dapat
mengatasi persoalan dengan
konkret,
dengan
sistematis,
menurut persepsinya. Sehingga,
secara bertahap respon pesikis
maupun fisiologis kecemasan
akan berkurang dan kepercayaan
diri anak akan berkembang
optimal pula. Anak tidak lagi
menjerit-jerit
saat
sedang
menangis, mau ditemani oleh
orang lain, mau beraktivitas,
tidak acuh terhadap lingkungan,
tidak menunjukan perilaku yang
tidak
biasa
dilakukanya

Vol V No 2 September 2012

(misalnya
:
mengompol,
menghisap
ibu
jari,
mengeluarkan air liur), tidak
menolak ketika perawat atau
dokter
melakukan
tindakan
keperawatan pada dirinya, dan
tidak menangis ketika ada
keinginanya
yang
tidak
terpenuhi. (Utaminingsih,2006)
Menurut
Suliswati,
terdapat beberapa faktor yang
dapat mencetuskan kecemasan
pada
anak,
diantaranya
hospitalisasi yang diakibatkan
perubahan status kesehatan anak,
dimana kondisi sakit tertentu
mengharuskan
anak
untuk
dirawat di rumah sakit. Hal ini
selalu
menimbulkan
respon
cemas pada anak, karena anak
harus
menghadapi
kondisi
sakitnya, perubahan lingkungan,
dan perpisahan dengan teman
serta orang-orang terdekatnya.
Kecemasan anak yang yang
dirawat
di
rumah
sakit
ditanggulangi
secara
lintas
disiplin
dengan
melibatkan
berbagai
modalitas
terapi
meliputi: terapi lingkungan,
terapi relaksasi, dan terapi
bermain, khususnya hospital
story. (Hart, 1999)
C. Pengaruh Terapi Bermain
Hospital Story Terhadap
Kecemasan Anak.
Hasil
analisa
data
menggunakan
uji
statistic
Wilcoxon diperoleh skor Z
sebesar 4,596 dengan nilai p
sebesar 0,000 dimana p<0,05.
Selisih rerata (mean) kecemasan
anak sebelum dan sesudah terapi
bermain hospital story diperoleh
perbedaan sebesar 3,5. Hal ini

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

dapat diartikan bahwa terdapat


perbedaan yang signifikan antara
hasil pengukuran kecemasan
anak sebelum dilakukan terapi
bermain hospital story dengan
hasil sesudah diberikan terapi
bermain hospital story. Sehingga
dapat dinyatakan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara
terapi bermain hospital story
terhadap kecemasan anak.
Hal ini sesuai dengan
pernyataan
bahwa
terapi
bermain, khususnya hospital
story, juga membantu anak
beradaptasi dengan lingkungan
dan rutinitas rumah sakit,
sehingga anak yang awalnya
stress dan cemas menjadi lebih
rileks dan kooperatif. (Hart,
1999)
Hospital story adalah
suatu aktivitas bermain yang
bertujuan memberikan informasi
tentang rumah sakit kepada anak
dengan mengorientasikan anak
terhadap rutinitas dan jadwal
rumah sakit, mengidentifikasi
pemberi layanan (tim kesehatan)
diruang
anak,
menjawab
pertanyaan yang diajukan anak
tentang rumah sakit. Aktivitas
tersebut
bertujuan
mengorientasikan anak terhadap
lingkungan rumah sakit, terutama
orientasi personal dan tempat,
sehingga anak lebih mengenal
lingkungan
rumah
sakit,
kegiatan, rutinitas dan orangorang yang terlibat dalam
mengobati dan merawat dirinya.
Perkenalan
anak
terhadap
lingkungan rumah sakit dapat
memperluas lapang persepsi anak
bahwa rumah sakit bukan
lingkungan yang mengancam dan

Vol V No 2 September 2012

membahayakan dirinya. Anak


merasa lebih aman, sehingga
menunjukan penurunan respon
kecemasan. (Hart,1999)
Hasil
penelitian
ini
membuktikan bahwa terapi bermain
hospital story memiliki pengaruh
yang signifikan untuk menurunkan
respon kecemasan anak akibat
hospitalisasi. Hal ini sejalan dengan
penelitian-penelitian sejenis tentang
terapi bermain. Menurut penelitian
Gariapy yang dilakukan di Quebec
Canada dengan 22 responden
menggunakan case control study,
diperoleh hasil bahwa terapi bermain
sangat efektif mengurangi stress
pada anak akibat hospitalisasi dan
mampu meningkatkan mood anak.
Menurut penelitian Veja terapi
bermain
juga
efektif
untuk
dipergunakan
sebagai
terapi
modalitas untuk mempertahankan
perkembangan anak yang menjalani
hospitalisasi.
Penelitian
Utaminingsih di RSU Gresik dengan
24 responden, diperoleh hasil bahwa
terapi bermain (games) sangat efektif
untuk meningkatkan tingkat adaptasi
psikologis anak usia sekolah yang
dirawat di rumah sakit tersebut.
SIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah
diuraikan pada bab sebelumnya,
maka dapat disimpulkan hasil
penelitian sebagai berikut : Sebelum
dilakukan terapi bermain hospital
story, sebagian besar anak atau
60,7% (17 anak)
mengalami
kecemasan sedang, setelah dilakukan
terapi bermain hospital story,
sebagian besar anak atau 57,1% (16
anak) mengalami kecemasan sedang,
ada pengaruh yang signifikan antara
terapi bermain hospital story

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

terhadap penurunan kecemasan anak


yang dirawat di Ruang Anak RSUD
Kraton Pekalongan.
DAFTAR PUSTAKA
Budi Anna Keliat, (2006), Modul
Model
Keperawatan
Profesional Jiwa, Jakarta:
EGC.
Hart, (1999), Therapeutic Play
Activities
For
Hospital
Children, St. Louis : MosbyYear Book Inc.
Setiadi,
(2007),
Konsep
dan
Penulisan Riset Keperawatan,
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Utaminingsih, (2006), Pengaruh
Terapi
Bermain:Games
Terhadap Tingkat Adaptasi
Psikologis Anak Usia Sekolah
di Ruang Anggrek RSU
Kabupaten Gresik, http : /
www.jiptunair.lib.ac.ad/gdl-s12006-utaminingsih.
Yupi Supartini, (2004), Buku Ajar
Konsep Dasar Keperawatan
Anak, Jakarta : EGC.

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

Efektivitas Terapi Murotal dan Terapi Musik Klasik terhadap Penurunan


Tingkat Kecemasan Pasien Pra Operasi di Pekalongan
Firman Faradisi
STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan Prodi DIII Keperawatan,
Jl.Raya Ambokembang No.8 Kedungwuni Pekalongan Indonesia
Telepon +6285742320556 Email: firman_pkj@yahoo.co.id
Abstrak: Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan oleh tekanan dan kebanyakan diakibatkan kecelakaan lalulintas.
Banyak pasien yang mengalami kecemasan sebelum operasi. Kini telah
dikembangkan terapi untuk menangani kecemasan, diantaranya adalah terapi
musik dan terapi murotal untuk mengurangi tingkat kecemasan pasien. Tujuan
penelitian untuk mengetahui perbedaan efektivitas pada kedua terapi dalam
menurunkan kecemasan. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperiment,
tipe pre test and post test design. Sample penelitian adalah pasien fraktur
ekstremitas di RSI Muhammadiyah Pekajangan. Tehnik pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling. Tehnik pengambilan data dengan cara
observasi dan wawancara. Analisa data menggunakan uji t-dependent (paired
sample t test). Hasil pengkajian sebelum diberikan terapi sebagian besar pasien
mengalami cemas sedang. Uji beda tingkat kecemasan dengan terapi musik
diperoleh nilai thitung sebesar 8,887 (p = 0,000 < 0,05) sehingga H0 ditolak. Artinya
pemberian terapi musik efektif menurunkan tingkat kecemasan pasien. Uji beda
tingkat kecemasan dengan terapi murotal diperoleh nilai thitung sebesar 10,920 (p =
0,000 < 0,05) sehingga H0 ditolak artinya pemberian terapi murotal efektif
menurunkan tingkat kecemasan pasien. Uji beda tingkat kecemasan dengan terapi
musik dan murotal diperoleh nilai thitung sebesar 2,946 (p = 0,000 < 0,05) sehingga
H0 ditolak artinya pemberian terapi murotal lebih efektif menurunkan tingkat
kecemasan pasien dibandingkan dengan terapi musik.
Kata Kunci: Fraktur, operasi, kecemasan, terapi musik, terapi murotal
PENDAHULUAN
Kecelakaan lalulintas sering
kali
terjadi
di
negara-negara
berkembang seperti di Indonesia.
Menurut data kepolisian Republik
Indonesia tahun 2003, jumlah
kecelakaan di jalan mencapai 13.399
kasus. Kasus itu menyebabkan
kematian pada 9.865 orang, 6.142
orang mengalami luka berat dan
8.694 luka ringan dan diperkirakan
tiap tahunya akan mengalami
peningkatan. Adapun trauma yang
sering terjadi pada kasus ini adalah
trauma kepala, fraktur (patah tulang),

dan trauma dada (Sujudi, 2008).


Fraktur atau patah tulang adalah
terputusnya kontinuitas jaringan
tulang yang umumnya disebabkan
oleh tekanan atau ruda paksa. Pada
pasien fraktur akan timbul nyeri
dimana hal ini dapat menyebabkan
kecemasan pada pasien. Nyeri yang
timbul diakibatkan oleh terputusnya
kontinuitas jaringan, spasme otot,
gerakan fragmen tulang, dan cidera
pada
jaringan
lunak
(Doengoes,1999).
Penanganan fraktur bisa berupa
konservatif
ataupun
operasi.

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Tindakan operasi terdiri dari reposisi


terbuka, fiksasi interna dan reposisi
tertutup dengan kontrol radiologis
diikuti fiksasi interna, dimana
didalamnya terdapat banyak prosedur
yang harus dilaksanakan (Mansjoer,
2007). Tindakan
pembedahan
merupakan pengalaman yang sulit
bagi hampir semua pasien. Berbagai
kemungkinan buruk bisa saja terjadi
yang akan bisa membahayakan bagi
pasien. Maka tidak heran jika
seringkali pasien dan keluarganya
menunjukan sikap yang agak
berlebihan dengan kecemasan yang
mereka alami.
Beberapa orang kadang tidak
mampu mengontrol kecemasan yang
dihadapi,
sehingga
terjadi
disharmoni dalam tubuh. Hal ini
akan berakibat buruk, karena apabila
tidak
segera
diatasi
akan
meningkatkan tekanan darah dan
pernafasan yang dapat menyebabkan
pendarahan
baik
pada
saat
pembedahan ataupun pasca operasi.
Intervensi keperawatan yang tepat
diperlukan untuk mempersiapkan
klien baik secara fisik maupun psikis
sebelum dilakukan operasi (Efendy,
2005).
Kini
telah
banyak
dikembangkan
terapi-terapi
keperawatan
untuk
menangani
kecemasan ataupun nyeri, salah
satunya adalah terapi musik yang
dapat mengurangi tingkat kecemasan
pada pasien. Terapi musik ini
terbukti berguna dalam proses
penyembuhan
karena
dapat
menurunkan rasa nyeri dan dapat
membuat perasaan klien rileks (Kate
and Mucci, 2002). Hal ini telah
dibuktikan dalam penelitian di tahun
1996, Journal of the American
Medical Association melaporkan

Vol V No 2 September 2012

tentang hasil-hasil suatu studi terapi


musik di Austin, Texas yang
menemukan bahwa setengah dari
ibu-ibu hamil yang mendengarkan
musik selama kelahiran anaknya
tidak
membutuhkan
anestesi.
Rangsangan musik meningkatkan
pelepasan
endofrin
dan
ini
menurunkan kebutuhan akan obatobatan.
Pelepasan
tersebut
memberikan pula suatu pengalihan
perhatian dari rasa sakit dan dapat
mengurangi kecemasan (Campbell,
2001).
Terapi
religi
dapat
mempercepat penyembuhan, hal ini
telah dibukikan oleh berbagai ahli
seperti yang telah dilakukan Ahmad
al Khadi, direktur utama Islamic
Medicine Institute for Education and
Research di Florida, Amerika
Serikat. Dalam konferensi tahunan
ke XVII Ikatan Dokter Amerika,
wilayah missuori AS, Ahmad AlQadhi melakukan presentasi tentang
hasil penelitianya dengan tema
pengaruh Al-Quran pada manusia
dalam perspektif fisiologi dan
psikologi. Hasil penelitian tersebut
menunjukan hasil positif bahwa
mendengarkan ayat suci Al-Quran
memiliki pengaruh yang signifikan
dalam menurunkan ketegangan urat
saraf reflektif dan hasil ini tercatat
dan terukur secara kuantitatif dan
kualitatif oleh sebuah alat berbasis
komputer ( Remolda, 2009).
Terapi murotal dan terapi
musik dapat menurunkan kecemasan,
tetapi apakah terapi murotal itu lebih
cepat
menurunkan
kecemasan
dibandingkan terapi musik belum
diketahui, sehingga peneliti tertarik
untuk meneliti tentang keefektivan
antara pemberian terapi pembacaan
Al-Quran dengan terapi musik

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

terhadap penurunan kecemasan pada


pasien
pre-operasi.
Rencana
penelitian akan dilakukan di RSI
Muhammadiyah Pekajangan. Rumah
Sakit
Islam
Muhammadiyah
Pekajangan adalah rumah sakit
umum yang juga menangani bedah
tulang. Peneliti memilih RSI
Muhammadiyah PKJ karena terdapat
kasus yang sesuai dengan kriteria
penelitian. Dalam penelitian ini
dilakukan pengkajian yang meliputi
gejala-gejala
fisiologis
ataupun
psikologis dimana beberapa item
penilaian kecemasan membutuhkan
pengkajian yang tidak segera, akan
tetapi pasien harus menginap di
Rumah Sakit sehingga dapat dikaji
apakah terjadi perubahan setelah
diberikan terapi. Item-item yang
dimaksud diantaranya adalah item
gangguan tidur.
METODE
Penelitian ini merupakan
penelitian Quasi eksperiment, tipe
pre test and post test design, karena
sebelum diberikan perlakuan atau
terapi, pasien dikaji terlebih dahulu
tingkat
kecemasanya kemudian
setelah diberi perlakuan atau terapi
maka
dikaji
kembali
tingkat
kecemasanya, apakah mengalami
penurunan tingkat kecemasan atau
tidak. Menurut Guy bahwa ukuran
minimal sampel yang dapat diterima
berdasarkan
metode
penelitian
perbandingan
kelompok
statis
minimal 30 subyek (Hasan, 2002).
Sampel dari penelitian ini diambil 30
kasus pre operasi fraktur yang ada
selama dua bulan penelitian.
Pembagian
Sampelnya
adalah
sebagai berikut: 15 pasien: diberikan
terapi musik, 15 pasien: diberikan
terapi murotal.

Vol V No 2 September 2012

Instrumen pengumpulan data


dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan alat ukur
kecemasan
yang
dalam
penggunaannya
menggunakan
metode observasi dan wawancara.
Alat ukur tingkat kecemasan HRS-A
berisi rentang intensitas kecemasan
yang dirasakan klien.
Untuk
mendukung
jalanya
penelitian,
peneliti menggunakan MP3 atau tape
recorder yang berisikan musik klasik
dan murotal. Lembar observasi yang
digunakan peneliti sebagai alat ukur
dalam mengukur intensitas nyeri,
pada penelitian ini merujuk pada
kuisioner
kecemasan
HRS-A
(Hamilton Rating Scale for Anxiety)
dengan skala 0 sampai 4 untuk setiap
item dan dari score <6->27 untuk
penentuan tingkat kecemasan akhir.
Pada
tahun
1961
Hamilton
melakukan
penelitian
dengan
instrument HRS-A (1960). Alat ukur
kecemasan ini sudah dilakukan uji
validitas dan reabilitas dan terbukti
menjadi skala ukur kecemasan yang
valid dan dapat diterima secara
universal (Setyonegoro, 2009).
Pengelolaan dan analisa data
hasil
penelitian
dengan
menggunakan software SPSS 10.0.
Setelah data terkumpul kemudian
dilakukan pengolahan data dengan
Uji T (T-Test), karena uji ini dapat
menguji dua sampel independen
yang tidak berkolerasi

HASIL PENELITIAN
Jenis Kelamin
Berdasarkan
distribusi
jenis kelamin 30 pasien Rumah
Sakit Islam
Muhammadiyah
Pekajangan diperoleh
hasil
seperti pada gambar (gambar 1).

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

12

10

12

10
80%

73,30%

66,70%

Frekuensi

70%

50%

33,30%

40%

Musik

26,70%

Murotal

30%

6
Seb
Ses

20%

Tidak
Cemas

10%

Ringan

Sedang

Berat

Tingkat Kecemasan dengan Terapi Musik

0%
Laki-laki

Jenis Kelamin Perempuan

Gambar 2. Tingkat Kecemasan


Pasien Sebelum dan sesudah
Mendapatkan Terapi Musik

Gambar 1. Distribusi Pasien


Berdasarkan Jenis Kelamin
Analisis Univariate

2.
1. Tingkat Kecemasan Pasien
Sebelum
dan
Sesudah
mendapatkan Terapi Musik
Berdasarkan hasil distribusi
tingkat kecemasan pasien sebelum
dan sesudah mendapatkan terapi
musik diperoleh hasil bahwa
sebelum mendapatkan terapi
musik diketahui Sebagian besar
termasuk
kategori
sedang.
Sedangkan
hasil
distribusi
mengenai tingkat kecemasan
pasien Rumah Sakit Islam
Muhammadiyah
Pekajangan
sesudah
mendapatkan
terapi
musik diketahui sebagian besar
termasuk kategori ringan seperti
tampak pada gambar (gambar 2).

Tingkat Kecemasan Pasien


Sebelum
dan
Sesudah
mendapatkan Terapi Murotal
Hasil distribusi mengenai tingkat
kecemasan pasien Rumah Sakit
Islam
Muhammadiyah
Pekajangan
sebelum
mendapatkan terapi murotal
sebagian besar termasuk kategori
sedang.
Sedangkan
hasil
distribusi
mengenai
tingkat
kecemasan pasien Rumah Sakit
Muhammadiyah
Pekajangan
sesudah mendapatkan terapi
murotal sebagian besar tidak
merasakan adanya kecemasan
seperti tampak pada gambar
(gambar
3).

10

10

8
7

Frekuensi

Frekuensi

60%

5
4

Sebelu
m

3
2
1

1
0

0
Tidak Cemas

Ringan

Sedang

Berat

Tingkat Kecemasan dengan Terapi Murotal

Gambar 3. Tingkat Kecemasan Pasien Sebelum dan sesudah Mendapatkan


Terapi Murottal

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

Hasil Uji Normalitas Kolomogorov


Smirnov
Berdasarkan hasil pengujian
normalitas dengan menggunakan
metode kolmogorov smirnov diatas
diketahui bahwa nilai probabilitas (p)
untuk pasien yang diterapi dengan
musik pada pre test adalah 0,970 >
0,05 dan pada saat post test adalah
0,985 > 0,05 sehingga Ho diterima,
artinya data berdistribusi normal;
sedangkan untuk pasien yang
diterapi dengan murotal pada pre test
diperoleh nilai probabilitas (p)
adalah 0,957 > 0,05 dan pada saat
post test adalah 0,613 > 0,05
sehingga Ho diterima, artinya data
berdistribusi normal seperti tampak
pada tabel (tabel 1).

Tabel 1. Tabel Hasil Uji


Kolmogorof Sminorv
No

Kelompok

1.

Musik

2.

Murotal

Variabel

Pre Test
Post Test
Pre Test
Post Test

Kolmog
orov
Smirnov
Z
0,490
0,458
0,510
0,758

0,970
0,985
0,957
0,613

Gambar 4. Grafik Perbandingan


Tingkat Kecemasan Sebelum dan
Sesudah Terapi Musik
Selanjutnya berikut ini akan
dibahas tentang perbedaan tingkat
Keteran
kecemasan pasien sebelum dan
gan
sesudah mendapatkan terapi murotal.
Normal
Normal
Tabel 2. Hasil Uji Beda
Normal
Kecemasan dengan
Normal

Tingkat
Terapi

Murotal
Adapun untuk lebih jelas
mengenai
perbedaan
tingkat
kecemasan antara sebelum dan
sesudah pemberian terapi musik
dapat dilihat pada gambar (gambar
4).

Kelompok
N
Mean
thitung
Pre Test
15
19,33
10,920
Post Test
15
6,73
Sumber: data primer diolah,
2011
Tabel 2 di atas merupakan
hasil uji beda tingkat kecemasan
responden untuk kelompok yang
dilakukan terapi dengan murotal.
Berdasarkan hasil perhitungan
dengan menggunakan bantuan
program komputer SPSS 15.0 for
windows diperoleh nilai thitung
sebesar 10,920 (p = 0,000 < 0,05)
STIKES Muhammadiyah Pekajangan

P
0,000

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

sehingga H0 ditolak, artinya


tingkat
kecemasan
antara
sebelum dan sesudah terapi
murotal terdapat perbedaan yang
signifikan, sehingga pemberian
terapi
murotal
efektif
menurunkan tingkat kecemasan
pasien.
Adapun untuk lebih jelas
mengenai perbedaan tingkat
kecemasan antara sebelum dan
sesudah pemberian terapi murotal
dapat dilihat pada gambar
gambar (gambar 5).

Tingkat Kecemasan

25,00
20,00

19,33

15,00
10,00
6,73

5,00
0,00
Pre test

Post test
Perlakuan

Gambar 5. Grafik Perbandingan


Tingkat Kecemasan Sebelum
dan Sesudah Terapi Murotal
Selanjutnya berikut ini akan
dibahas tentang perbedaan tingkat
kecemasan
pasien
sesudah
mendapatkan terapi musik dan
murotal.
Tabel 3.Hasil Uji Beda Tingkat
Kecemasan dengan Terapi
Musik dan Murotal
Kelompok
Musik
Murotal
Sumber: data
2011

N
Mean
15
10,33
15
6,73
primer diolah,

Tabel 3 di atas merupakan


hasil uji beda tingkat kecemasan
responden untuk kelompok yang

dilakukan terapi dengan musik dan


murotal.
Berdasarkan
hasil
perhitungan dengan menggunakan
bantuan program komputer SPSS
15.0 for windows diperoleh nilai
thitung sebesar 2,946 (p = 0,000 <
0,05) sehingga H0 ditolak, artinya
tingkat kecemasan antara sesudah
mendapatkan terapi musik dan
murotal terdapat perbedaan yang
signifikan,
sehingga
pemberian
terapi
murotal
lebih
efektif
menurunkan tingkat kecemasan
pasien dibandingkan dengan terapi
musik.
Ketika diperdengarkan musik
klasik, maka harmonisasi dalam
musik klasik yang indah akan masuk
telinga dalam bentuk suara(audio),
menggetarkan genderang telinga,
mengguncangkan cairan diteling
dalam serta menggetarkan sel-sel
rambut di dalam koklea untuk
selanjutnya melalui saraf koklearis
menuju otak dan menciptakan
imajinasi keindahan di otak kanan
dan
otak
kiri.
Yang
akan
memberikan
dampak
berupa
kenyamanan
dan
perubahan
perasaan. Perubahan perasaan ini
diakibatkan karena musik klasik
dapat menjangkau wilayah kiri
kortek cerebri (Mindlin, 2009). Dari
korteks limbik, jaras pendengaran
dilanjutkan ke hipokampus, dan
meneruskan sinyal musik ke
Amigdala yang merupakan area
perilaku
yang bekerja
thitungkesadaran P
pada tingkat bawah sadar, sinyal
2,946diteruskan0,011
kemudian
ke hipotalamus.
Hipotalamus
merupakan
area
pengaturan sebagian fungsi vegetatif
dan fungsi endokrin tubuh seperti
halnya banyak aspek perilaku
emosional,
jaras
pendengaran
diteruskan ke formatio retikularis

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

sebagai penyalur impuls menuju


serat otonom. Serat saraf tersebut
mempunyai dua sistem saraf, yaitu
saraf simpatis dan para simpatis.
Kedua saraf ini dapat mempengaruhi
kontraksi dan relaksasi organ-organ.
Relaksasi dapat merangsang pusat
rasa ganjaran sehingga timbul
ketenangan (Ganong, 2005).
Namun dari data yang
didapat ternyata lebih efektif
menggunakan murotal dibandingkan
terapi musik klasik, karena Terapi
murotal memiliki aspek yang sangat
diperlukan
dalam
mengatasi
kecemasan, yakni kemampuanya
dalam membentuk koping baru untuk
mengatasi
kecemasan
sebelum
operasi. Sehingga secara garis besar
dapat ditarik kesimpulan bahwa
terapi murotal mempunyai dua poin
penting, memiliki irama yang indah
dan juga secara psikologis dapat
memotivasi
dan
memberikan
dorongan
semangat
dalam
menghadapi problem yang sedang
dihadapi. Sedangkan dalam terapi
musik, hanya memiliki satu poin
saja, yaitu memiliki nada yang indah.
Terapi musik memang dapat
menurunkan tingkat kecemasan yang
dapat terlihat dari menurunya
ketegangan, pernafasan,
tekanan
darah, nadi (respon fisiologis). Akan
tetapi setelah terapi musik selesai
dilaksanakan,
pasien
kembali
dihadapkan pada kenyataan akan
operasi yang akan dihadapinya,
sehingga rasa cemas kembali
meningkat. Terbukti ketika malam
hari pasien kembali merasakan
kecemasan, hal ini dapat diketahui
ketika peneliti mengkaji post test
pada sebagian item yang harus dikaji
di pagi hari maka pasien mengeluh
tidur tidak pulas, sering kencing dan

Vol V No 2 September 2012

lain sebagainya. Adapun pada terapi


murotal maka kecemasan baik yang
berupa gejala fisiologis ataupun
psikologis mengalami penurunan
yang signifikan. Bahkan terdapat 3
orang pasien setelah diberikan terapi
murotal mengatakan bahwa mereka
merasa lebih tenang dan siap untuk
melakukan operasi.
Terapi murotal memberikan
dampak psikologis kearah positif, hal
ini dikarenakan ketika murotal
diperdengarkan dan sampai ke otak,
maka murotal ini akan diterjemahkan
oleh otak. Persepsi kita ditentukan
oleh semua yang telah terakumulasi,
keinginan, hasrat, kebutuhan dan pra
anggapan
(Oriordan,
2002).
Keinginan dan harapan terbesar
pasien yang akan menjalani operasi
adalah agar operasi dapat berjalan
lancar dan pasien dapat pulih seperti
semula. Maka kebutuhan terbesar
adalah kekuatan penyokong, yaitu
realitas kesadaran terhadap adanya
Tuhan Yang Maha Esa (Krishna,
2001). Dengan terapi murotal maka
kualitas
kesadaran
seseorang
terhadap Tuhan akan meningkat,
baik orang tersebut tahu arti AlQuran atau tidak. Kesadaran ini akan
menyebabkan totalitas kepasrahan
kepada Allah SWT, dalam keadaan
ini otak berada pada gelombang
alpha, merupakan gelombang otak
pada
frekuensi
7-14HZ.
Ini
merupakan keadaan energi otak yang
optimal dan dapat menyingkirkan
stres
dan
menurunkan
kecemasan(MacGregor,
2001).
Dalam keadaan tenang otak dapat
berpikir dengan jernih dan dapat
melakukan
perenungan
tentang
adanya Tuhan, akan terbentuk
koping, atau harapan positif pada
pasien (Khrisna, 2001).

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian
tentang perbedaan tingkat efektivitas
antara pemberian terapi musik
dengan terapi pembacaan Al-Quran
terhadap
penurunan
tingkat
kecemasan pasien pre-operasi di
Rumah Sakit Islam Pekajangan dapat
ditarik simpulan: tingkat kecemasan
antara sebelum dan sesudah terapi
musik terdapat perbedaan yang
signifikan,
sehingga
pemberian
terapi musik efektif menurunkan
tingkat kecemasan pasien, tingkat
kecemasan antara sebelum dan
sesudah terapi murotal terdapat
perbedaan yang signifikan, sehingga
pemberian terapi murotal efektif
menurunkan tingkat kecemasan
pasien, tingkat kecemasan antara
sesudah mendapatkan terapi musik
dan murotal terdapat perbedaan yang
signifikan,
sehingga
pemberian
terapi
murotal
lebih
efektif
menurunkan tingkat kecemasan
pasien dibandingkan dengan terapi
musik.
Perlu
dipertimbangkan
berbagai hal untuk pasien pra operasi
sebagai berikut: bagi profesi
keperawatan
diharapkan
untuk
senantiasa
melaksanakan
dan
meningkatkan peran mandirinya
dalam upaya mengatasi masalah
kecemasan pada pasien sebelum
pembedahan melalui pemberian
terapi musik atau terapi Al-Quran;
bagi institusi pendidikan kesehatan
diharapkan terus mengkaji berbagai
terapi yang lebih efektif dalam
penanganan cemas dan untuk
meningkatkan ilmu pengetahuan
khususnya dibidang keperawatan;
bagi Rumah Sakit terkait, diharapkan
setelah
diperoleh
hasil
yang
signifikan maka dapat diterapkan

Vol V No 2 September 2012

sebagai terapi tetap dalam proses


penyiapan pasien sebelum operasi;
dalam pemberian terapi, sebaiknya
musik yang diberikan sesuai dengan
jenis musik yang disukai oleh pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: PT. Rinika
Cipta.
Brunner
dan
Suddart,
2002.
Keperawatan Medikal Bedah
penerjemah
Panggabean.
Jakarta: EGC.
Butterton, Mary, 2008. Listening to
Music
in
Psychotherapy.
Oxford: Radcliffe Publishing.
Campbell, D, (2001a). Efek Mozart
bagi Anak, Meningkatkan Daya
Pikir,
Kesehatan
dan
Kreativitas
Anak
Melalui
Musik penerjemah Widodo.
Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
________, D(2001b).Efek Mozart:
Memanfaatkan kekuatan musik
untuk mempertajam pikiran,
mengaktifkan kreativitas dan
menyehatkan tubuh penerjemah
Hermaya. Jakarta: Gramedia.
Crish, Y. 2008,
Konsep Dasar
Operasi.
http:www.yenibeth.com,
tanggal akses : 7-01-2008..
Doengoes, Marlyn, 1999. Rencana
Asuhan Keperawatan Pedoman
untuk
Perencanaan
dan
Pendokumentasian Perawatan
Pasien. Jakarta: EGC.
Efendy,
2005.
Kiat
Sukses
Menghadapi
Operasi.
Yogyakarta: Sahabat Setia.
Emmoto, 2005. The True of Water,
Berbagai Keajaiban Pada Air.
Jakarta: Serambi.

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Ganong, WF, 2005. Buku Ajar


Fisiologi Kedokteran. Jakarta:
EGC.
Gfeller and Thaut.1999. Music
Therapy.
http://www.peacfulmind.com/
music-therapy.htm
Tanggal
Akses : 10-7-2009.
Grace, 2009. Musik dan Dampak
Bagi
Kehidupan.WYKN.
http://www.in
Christ.net.
Tanggal Akses 18 februari
2009.
Gusmian, 2005. Ruqyah Terapi
Religi
Sesuai
Sunnah
Rasulullah
SWT.
Jakarta:
Pustaka Marwa.
Hadi, A, 2008. Seni dan Religiusitas
Spiritualitas Islam.http://baytal-hikmah.com Tanggal akses:
12-7-2009.
Hawari, D, 2002. Dimensi Religi
dalam Praktik Psikiatri dan
Psikologi.
Jakarta:
Balai
Penerbit UI.
Kate and Mucci, 2002. The Healing
Sound of Musik penerjemah
Prakoso. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Khrisna,
A,
2001.
Masnawi,
Bersama Jalaluddin Rumi
Menggapai Langit Biru Tak
Berbingkai.
Jakarta:
PT
Gramedia Pustaka Utama..
Long, B, 2008. Foundation In
Nursing Theory and Practice.
http://books.google.co.id.
Tanggal akses 10-6-2009.
MacGregor, S, 2001. Piece of Mind
Menggunakan
Kekuatan
Pikiran Bawah Sadar untuk
Mencapai Tujuan. Jakarta:
Gramedia.
Mansjoer, A dkk, 2007. Kapita
Selekta Kedokteran. Jakarta:

Vol V No 2 September 2012

Media Aesculapius Fakultas


Kedokteran UI.
Massion, W, 1999. Pengertian
Kecemasan.
http://wangmuba.com Tanggal
Akses: 2009/02/13.
Merritt, S, 2003. Simfoni Otak:
Aktifitas
Musik
yang
Merangsang IQ, EQ, SQ, untuk
Membangkitkan Kreatifitas dan
Imajinas,
penerjemah
Dharma. KAIFA. Bandung.
Mindlin, 2009. Brain Music. http:
//www.editinternational.com
Tanggal Akses: 13-7-2009.
Mukhdam, 2008. Pengaruh Al-Quran
terhadap
Organ
Tubuh.
http.//www.mukhdam.com.
Tanggal akses: 14-02-2009.
Nancy, E, 2006. Introductory
Medical Surgical Nursing.
Edisi 9. E, Lippincott.
Notoatmojo, S, 2002. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Nursalam, 2003. Konsep Dan
Penerapan
Metodologi
Penenlitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Medika Salemba
Oriordan, RNL (1a). 2002. Seni
Penyembuhan Alami
Seni
Penyembuhan Menggunakan
Energi
Jiwa
penerjemah
Aristyawati. Bekasi: Gugus
Press.
_______, RNL (1b). 2002. Seni
Penyembuhan Sufi dengan
Pendekatan Kepada Tuhan
penerjemah
Aristyawati.
Bekasi: Gugus Press.
Psycho
reseach
team,
2008.
Pengaruh pembacaan Al-Quran
Terhadap Pembentukan AutoSugestif.
http://psychologyupdate.com.
Tanggal Akses: 12-7-2009.

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Qadiy, A, 1984. Pengaruh Terapi


Murotal
Terhadap
Organ
Tubuh.
http://www.mailarchive.com. Tanggal akses:
28-8-2009.
Remolda, P, 2009. Pengaruh AlQuran pada Manusia dalam
Perspektif
Fisiologi
dan
Psikologi.
http://www.the
edc.com . Tanggal akses: 14-72009.
Setyonegoro, K, 2009 ( adaptet
1982). Pusat Penelitian dan
Pengembangan Kalbe Farma.
Jakarta:
Cermin
dunia
kedokteran.
Smeltzer, S, 2001. Fraktur Tibia
Fibula
http://Wilkipedia.Org/Wiki/Fra
ktur. Tanggal Akses:9 Maret
2009.
_________, 2003. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah.
EGC. Jakarta.
Stuart, Gail, 2007. Buku Saku
Keperawatan Jiwa.
EGC,
Jakarta.
Sugiono, 2007. Statistika untuk
Penelitian.
ALVABETA.
Bandung.
Sujudi, A, 2008. Berita Kejadian
Kecelakaan di Jalan. http://
Pusdiknakes.or.id.
Tanggal
Akses: 23 Agustus 2009.
Syamsyuhidayat, R.2005. Buku Ajar
Ilmu Bedah.Edisi 2. EGC.
Jakarta.
Tomy, L, 2007. Terapi Musik dalam
perspektif
otak.
http://
www.liveconnector.com.
Tanggal Akses :14-7-2009.
Tubalawoniy, F, 2007. Pengaruh
Pemberian
Terapi
Musik
terhadap Penurunan Tingkat
Nyeri pada Pasien Post

Vol V No 2 September 2012

Operasi di Ambon. Skripsi,


Semarang. UNDIP.
Wijanarko,
Nugroho,
2007.
Evektivitas Pemberian Terapi
Musik terhadap Penurunan
Tingkat Kecemasan di ruang
ICU-ICCU Rumah Sakit Mardi
Rahayu
Kudus.
Skripsi,
Semarang:
UNDIP

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

Peningkatan Hasil Belajar dengan Metode Problem Based Learning dan


Ceramah Pada Mahasiswa Kebidanan di Surakarta
Wahyu Ersila
STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan Prodi DIII Kebidanan
Jl.Raya Pekajangan No.78 Kedungwuni Pekalongan Indonesia
Telepon +6285640151178 Email: ersila.chila88@gmail.com
Abtract: Learning outcomes are changes that led to changes in human attitudes and
behavior. This study aims to improve learning outcomes by methods of problem-based
learning and lectures, and study the behavior of students through student feedback on
problem-based learning method and lecture. Qualitative descriptive method. This study
uses a model cycle. Each cycle consists of four stages: planning, action, observation, and
reflection. Non-regular students study subjects DIII Midwifery polytechnic third semester
Kemenkes Surakarta. Technique of taking the pre test and post test, observation and indepth interviews. Instruments used booklet, observation sheets and interview guides.
Research shows the average value of the learning materials postpartum obstetric
management in the first cycle with the PBL method pre test and post test 62.50 77.20 to
74.36% (29 students who completed the study) and the second cycle with pre test and post
test 65.90 by 81.70 by 87.18% (34 students who completed their study). While the
average value for a lecture on the first cycle of pre test and post test 61.90 68.30 to
65.64% (25 students who completed the second cycle of learning and the pre test and post
test 64.40 at 70.90 with 76.32% (29 students who completed the study. the PBL method,
students assume that the method of interest, cooperation and responsibility to train, train
and enhance critical thinking in the learning activity. while lecturing students lack of
interest, students are less active when learning.
Keywords: learning outcomes, method of problem-based learning and lecture
Abstrak: Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam
sikap dan tingkah lakunya. Penelitian ini bertujuan meningkatkan hasil belajar melalui
metode problem based learning dan ceramah, serta mengetahui perilaku mahasiswa
melalui tanggapan mahasiswa tentang metode problem based learning dan ceramah.
Metode diskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunakan model siklus. Tiap siklus terdiri
dari 4 tahapan, yaitu : perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subyek
penelitian mahasiswa Non reguler semester III DIII Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Surakarta. Teknik pengambilan pre tes dan post tes, observasi serta wawancara
mendalam. Intrumen yang digunakan lembar soal, lembar observasi dan panduan
wawancara. Hasil Penelitian menunjukan rata-rata nilai hasil belajar materi manajemen
kebidanan ibu nifas pada siklus I dengan metode PBL pre tes 62,50 dan post tes 77,20
dengan 74,36% (29 mahasiswa yang tuntas dalam belajarnya) dengan dan pada siklus II
pre test 65,90 dan pos tes sebesar 81,70 dengan 87,18% (34 mahasiswa yang tuntas
belajarnya). Sedangkan rata-rata nilai untuk metode ceramah pada siklus I pre tes 61,90
dan post tes 68,30 dengan 65,64% (25 mahasiswa yang tuntas belajarnya dan pada siklus
II hasil pre tes 64,40 dan post tes sebesar 70,90 dengan 76,32% (29 mahasiswa yang
tuntas dalam belajarnya. Pada metode PBL, mahasiswa mengganggap bahwa metode
yang menarik, melatih kerjasama dan tanggung jawab, melatih berfikir kritis dan
meningkatkan keaktifan dalam belajar. Sedangkan metode ceramah mahasiswa kurang
tertarik, mahasiswanya kurang aktif saat belajar.
Kata kunci : Hasil belajar, Metode problem based learning dan ceramah

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

PENDAHULUAN
Belajar merupakan proses yang
aktif yang harus melibatkan siswa
dalam kegiatan belajar sebagai
respon siswa terhadap stimulus
pengajar, yang diharapkan dapat
mencapai
hasil
belajar
yang
dikehendaki (Dalyono. M, 2005).
Hasil belajar adalah perubahan yang
mengakibatkan manusia berubah
dalam sikap dan tingkah lakunya
(Winkel, dalam Purwanto, 2009).
Proses pengajaran merupakan sebuah
aktivitas sadar untuk membuat siswa
belajar.
Salah
satu
metode
yang
menunjang
pembelajaran
yang
memberdayakan mahasiswa adalah
metode Problem Based Learning,
yang merupakan metode belajar yang
menantang
mahasiswa
untuk
bekerjasama dalam kelompok untuk
mencari solusi dari masalah dengan
mengaitkan rasa keingintahuan serta
analisis mahasiswa untuk berfikir
kritis dan analitis dan mencari
sumber pembelajaran yang sesuai
(Amir T, 2009).
Dari studi pendahuluan
diperoleh keterangan bahwa Askeb
nifas merupakan mata kuliah yang
didapat mahasiswa kebidanan pada
semester III, materi manajemen
kebidanan pada ibu nifas adalah
pokok bahasan ke delapan dari mata
kuliah Askeb nifas. Poltekkes
Surakarta merupakan Institusi
kebidanan yang masih menerapkan
metode ceramah dan belum
menerapkan metode pembelajaran
Problem Based Learning secara
penuh pada setiap mata kuliah yang
ada, untuk itu penerapan metode ini
untuk meningkatkan hasil belajar
berdasarkan pada masalah-masalah

Vol V No 2 September 2012

yang nyata bisa dijadikan dasar


untuk membuat suatu penelitian
tindakan kelas ini.
METODE
Penelitian ini bersifat deskriptif
kualitatif yaitu menggambarkan
bagaimana
meningkatkan
hasil
belajar dengan metode Problem
Based Learning dan ceramah melalui
pre tes dan post tes. Selain itu juga
disertai
dengan
tanggapan
mahasiswa tentang metode PBL dan
ceramah melalui wawancara.
Penelitian ini dilakukan di
Politeknik Kesehatan Surakarta
jurusan D III Kebidanan, di Jl.
Ksatrian No. 2 Danguran, Klaten
Selatan, yang dilaksanakan pada
bulan Oktober tahun 2011. Populasi
pada penelitian ini adalah seluruh
mahasiswa kebidanan semester III
Politeknik Kesehatan Surakarta
tahun 2010/2011. Sampel yang
digunakan pada penelitian ini dengan
teknik cluster sampling, yakni
pengambilan sampel dilakukan pada
pada suatu wilayah tertentu yang
dianggap mewalili populasi yang
akan diteliti (Azwar.A, 2003).
Penentuan yang menjadi sampel
untuk metode PBL atau ceramah
dengan cara di random antara kelas
A dan kelas B, dan setelah diacak
yang keluar adalah kelas A. Dengan
demikian yang menjadi kelas PBL
adalah kelas A dan yang menjadi
kelas ceramah adalah kelas B.
Alat pengumpulan data dalam
penelitian ini ada dua, yaitu
instrumen tes dan non tes. Tes
digunakan untuk mengetahui hasil
belajar
sebelum
dan
setelah
diberikan perlakuan (pre test dan
post test) dalam bentuk soal tes
dengan pilihan benar dan salah.

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

Teknik non tes yang digunakan pada


penelitian ini ada 2 yaitu observasi
dan wawancara.
Teknik yang digunakan untuk
analisis data pada penelitian ini
adalah teknik deskriptif kualitatif
dengan penjelasan sebagai berikut:
data kuantitatif yang diperoleh dari
hasil tes diolah dengan menggunakan
deskripsi persentase. Nilai pre tes
dan post tes yang diperoleh siswa
dirata-rata untuk membandingkan
adanya peningkatan hasil belajar
sebelum dan setelah diberikan
perlakuan. Jika nilai post tes > dari
pre tes maka hasil belajar mengalami
peningkatan yang positif. Nilai
persentase dihitung dengan ketentuan
sebagai berikut:
NK
NP = ------ x 100%
R
Keterangan:
NP = Nilai persentase
NK = Nilai komulatif
R = Jumlah responden
Data kualitatif yang diperoleh dari
observasi dan wawancara. Miles
and Huberman (dalam Sugiyono
2010), mengemukakan bahwa
aktivitas dalam analisis data
kulitatif dilakukan secara interaktif
dan berlangsung secara terus
menerus sampai tuntas, sehingga
datanya sudah jenuh. Aktivitas
dalam analisis data kualitatif
yakni;Reduksi data dimana data
reduksi merupakan data yang
diperoleh dari hasil observasi dan
wawancara ditulis dalam bentuk
rekaman
data,
dikumpulkan,
dirangkum, dan dipilih hal-hal
yang pokok. Langakh berikutnya
adalah penyajian data yang
merupakan gambaran keseluruhan

atau bagian tertentu. Penyajian


data ini ditulis dalam paparan
data.. Berikutnya adalah penarikan
simpulan atau verivikasi yaitu data
yang diperoleh dicari pola,
hubungan, atau hal-hal yang sering
timbul dari data tersebut kemudian
dihasilkan simpulan sementara
yang disebut dengan temuan
peneliti. Hasil simpulan akhir
dilakukan
refleksi
untuk
menentukan
atau
menyusun
rencana tindakan berikutnya.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Tabel 1. Nilai hasil pre tes dan post
tes dengan metode PBL siklus I
No Interval nilai Frekuensi Kriteria
1

Di bawah
55

Tidak
tuntas

55 - 64

Tidak
tuntas

65 - 79

13

Tuntas

80 - 89

13

Tuntas

90 - 100

Tuntas

Tabel 2.

No
1

Nilai hasil pre tes dan post


tes dengan metode
Ceramah siklus I
Interval
Frekuensi Kriteria
nilai
Di
bawah
55

Tidak
tuntas

55 - 64

Tidak
tuntas

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

65 - 79

21

Tuntas

80 - 89

Tuntas

90 100

Tuntas

Minimal (KKM=65). Sedangkan


pembelajaran
dengan
metode
ceramah sebanyak 25 mahasiswa
atau 65,79% dari seluruh mahasiswa
kelas B telah berhasil menyelasaikan
soal dengan nilai sama. Akan tetapi
target penelitian yaitu minimal 75%
dari seluruh mahasiswa kelas A dan
kelas B tuntas KKM dalam
mengerjakan soal pre dan post tes
dengan materi manajemen kebidanan
ibu nifas. Maka dari itu, perlu
diadakan perencanaan ulang untuk
melaksanakan siklus berikutnya.

Hasil pre tes dan post tes pada


siklus pertama menunjukkan bahwa
pembelajaran
dengan
metode
problem based learning sebanyak 29
mahasiswa atau 74,36% dari seluruh
mahasiswa kelas A telah berhasil
menyelesaikan soal dengan nilai
sama atau diatas Kriteria Ketuntasan

Tabel 3. Nilai hasil pre tes dan post tes dengan metode PBL siklus II
No
Interval nilai
Frekuensi
Kriteria
1

Di bawah 55

Tidak tuntas

55 - 64

Tidak tuntas

65 - 79

13

Tuntas

80 - 89

14

Tuntas

90 - 100

Tuntas

Tabel 4. Nilai hasil pre tes dan post tes dengan metode Ceramah siklus II
No

Interval nilai

Frekuensi

Kriteria

Di bawah 55

Tidak tuntas

55 - 64

Tidak tuntas

65 - 79

23

Tuntas

80 - 89

Tuntas

90 - 100

Tuntas

Hasil pre tes dan post tes pada


siklus kedua menunjukkan bahwa
pembelajaran
dengan
metode

problem based learning sebanyak 34


mahasiswa (87,18% ) dari seluruh
mahasiswa kelas A telah berhasil
menyelasaikan soal dengan nilai

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

sama atau diatas Kriteria Ketuntasan


Minimal (KKM=65). Sedangkan
pembelajaran
dengan
metode
ceramah sebanyak 29 mahasiswa
atau 76,32% dari seluruh mahasiswa
kelas B telah berhasil menyelasaikan
soal dengan nilai sama. Dengan ini
berarti terjadi peningkatan hasil
belajar diberikan dengan metode

problem based learning dan ceramah,


karena target penelitian yaitu 75%
siswa memperoleh nilai tuntas KKM
telah
tercapai.
Akan
tetapi
peningkatan hasil belajar mahasiswa
yang diajar menggunakan metode
problem based learning mempunyai
peningkatan nilai yang lebih baik
dari metode ceramah.

Hasil observasi sikap dan


perilaku mahasiswa dalam proses
pembelajaran PBL dan ceramah
dapat diketahui bahwa terdapat
peningkatan
rata-rata
skor
pengamatan untuk mahasiswa dari
siklus I ke siklus II. Namun dapat
kita ketahui bahwa pada metode PBL
pada siklus I mempunyai nilai yang
lebih rendah dari ceramah, namun
pada siklus II metode PBL
mengalami
peningkatan
yang
signifikan. Dengan ini dapat
diketahui bahwa setelah pertemuan
pada siklus II mahasiswa mulai aktif
dan hal tersebut dapat ditunjukkan
dengan skor nilai pengamatan yang
meningkat.
Tanggapan
mahasiswa
tentang ketertarikan mahasiswa

terhadap metode PBL dan ceramah


mempunyai
pernyataan
yang
bervariasi.
Untuk
tanggapan
mahasiswa yang diberikan dengan
metode PBL mereka beranggapan
bahwa
metode
ini
awalnya
membingungkan,
namun
pada
pertemuan
selanjutnya
mereka
menganggap pembelajaran lebih
menarik karena mereka disugguhkan
kasus-kasus yang harus dipecahkan.
Sedangkan untuk mahasiswa yang
diajarkan dengan metode ceramah
mereka menganggap bahwa metode
yang sudah sering disampaikan oleh
pengajar dan membuat bosan saat
diajar.

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

SIMPULAN
Prosentase ketuntasan belajar
siswa pada siklus I dengan metode
PBL sebesar 74,36% (29 mahasiswa
dari 39 mahasiswa tuntas dalam
belajarnya), sedangkan untuk metode
ceramah sebesar 65,64% (25
mahasiswa dari 38 mahasiswa tuntas
dalam belajarnya. Pada siklus II
prosentase
ketuntasan
dengan
metode PBL sebesar 87,18% (34
mahasiswa dari 39 mahasiswa tuntas
dalam belajarnya) sedangkan untuk
metode ceramah sebesar 76,32% (29
mahasiswa dari 38 mahasiswa tuntas
dalam belajarnya). Dengan demikian
terdapat peningkatan ketuntasan
belajar siswa dari siklus I ke siklus
II, dan dapat dilihat peningkatan
prosentase ketuntasan untuk PBL
lebih tinggi bila dibandingkan
dengan ceramah.
Ketertarikan mahasiswa yang
diajarkan dengan metode PBL dan
ceramah,
sesuai
pernyataan
mahasiswa lebih banyak yang
tertarik dengan metode pembelajaran
PBL. Perbedaannya tampak pada
pernyataan mahasiswa bahwa dalam
metode ceramah saat pembelajaran
menjemukan,
dan
membuat
mengantuk saat belajar. Selain itu
juga diperoleh pernyataan bahwa
keaktifan mahasiswa saat belajar
lebih tampak pada PBL.
Untuk meningkatkan hasil belajar
mahasiswa, maka metode PBL bisa
dijadikan metode alternatif untuk
meningkatkan
prestasi
belajar
mahasiswa karena terbukti dapat
meningkatkan nilai pre tes dan post
test saat pembelajaran.
Metode PBL ini hendaknya dapat
diterapkan untuk materi yang lain
yang mempunyai karakteristik yang

Vol V No 2 September 2012

sama dengan materi yang diteliti oleh


peneliti guna meningkatkan prestasi
belajar mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Abdianto, Wahyu Candra. 2011.
Peningkatan
hasil
belajar
matematika melalui peningkatan
motivasi belajar pada siswa
kelas I SD NEGERI 4 Banjarejo
Kecamatan Gabus Kabupaten
Grobogan Tahun 2010/2011.
Universitas Sebelas Maret :
Surakarta.
Ambarwati, dkk. 2008. Asuhan
Kebidanan
Nifas.
Mitra
Cendekia: Yogyakarta.
Amir M. Taufiq. 2009. Inovasi
Pendidikan Melalui Problem
Based
Learning.
Kencana
Prenada Media Group : Jakarta.
Anggraini
Y.
2010.
Asuhan
kebidanan Masa Nifas. Pustaka
Rihama : Yogyakarta.
Anonim. 2010. Problem Based
Learning terhadap hasil belajar
biologi.
http://www.slideshare.net/guestf6
b63af/problem-based-learningterhadap-hasil-belajar-biologi.
Diunduh tanggal 16 Mei 2011
jam 08.33 WIB
Arikunto
S.
2006.
Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Rineka Cipta: Jakarta.
Azwar
A.
2003.
Metodologi
Penelitian. Binarupa Akara :
Batam.
Dalyono.
2005.
Psikologi
Pendidikan.
Rineka
Cipta:
Jakarta.
Dimyati&Mujiono. 2009. Belajar
dan Pembelajaran. Rineka Cipta:
Jakarta.

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Hastono. 2001. Analisa Data. FKMUI: Jakarta.


Hidayat A.Aziz Alimul. 2007.
Metode Penelitian kebidanan dan
teknik Analisis Data. Salemba
Medika : Jakarta.
Kepmenkes RI. 2007. Standar
Asuhan Kebidanan. Menkes RI :
Jakarta
Kusumawati. 2010. Nifas di rumah.
http://6tyawibowo.blogspot.com.
Di unduh tanggal 22 Agustus
2011 jam 06.09 WIB
Notoatmodjo, S .2005. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Rineka
Cipta: Jakarta.
Masidjo.
1995.
Penilaian
Pencapaian Hasil Belajar Siswa
di sekolah. Kanisus: Yogyakarta.
Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil
Belajar.
Pustaka
Pelajar:
Yogyakarta
Riyanto A. 2009. Pengolahan dan
Analisis Data Kesehatan. Nuha
Medika : Yogyakarta
Roestiyah. 2008. Strategi Belajar
Mengajar. Rineka Cipta : Jakarta
Saifuddin, AB. 2002. Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. YBPSP:
Jakarta.
Saifuddin, AB. 2002. Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. YBPSP:
Jakarta.
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Alfabeta: Bandung.
Sujiyatini,dkk. 2010. Catatan Kuliah
Asuhan Ibu Nifas ASKEB III.
Cyrillus Publisher: Yogyakarta.
Sulistyawati A. 2009. Buku Ajar
Asuhan Kebidanan pada Ibu
Nifas. Andi Offset: Yogyakarta.
Suyanto. 2009. Riset Kebidanan.
Mitra Cendikia: Yogyakarta.

Vol V No 2 September 2012

Tim pusdiknakes. 2003. Panduan


Pengajaran Asuhan Kebidanan
Fisiologis Bagi Dosen Diploma
III Kebidanan. Pusdiknakes:
Jakarta.
Triyani.
2008.
Pendidikan
Kebidanan dengan Problem
based
Learning.
http://mbaktri.wordpress.com/20
08/06/27/pendidikan-kebidanandengan-problem-based-learning.
Diunduh tanggal 16 Mei 2011
jam 08.44 WIB
Wahyuni Asti. 2007. Pengaruh
motivasi belajar dan metode
pembelajaran terhadap prestasi
belajar akuntansi siswa kelas 1
jurusan akuntansi SMK Pelita
Nusantara
1
Semarang.
http://scribd.com//Macammacam-Metode-Pembelajaran/.
Diunduh tanggal 20 September
2011 jam 20.02 WIB
Wiknjosastro.
2005.
Ilmu
Kebidanan. YBPSP: Jakarta.
Yuli.
2010.
Pembelajaran
Konvesional.
http://forum.um.ac.id/index.php?t
opic. Diunduh tanggal 20
September 2011 jam 19.40 WIB

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL

1. Artikel yang akan diterbitkan dalam Jurnal Ilmiah Kesehatan STIKES


Muhammadiyah Pekajangan diangkat dari penelitian dosen dan mahasiswa
STIKES Muhammadiyah PekajAngan serta pihak lain yang memiliki bidang
sejenis (Keperawatan dan Kebidanan) atau hasil pemikiran dari beberapa
penelitian yang memiliki topik sama.
2. Artikel ditulis dengan kaidah tata bahasa Indonesia atau bahasa Inggris yang
baku, baik dan benar
3. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris dengan huruf Times
New Romans (font 12)
4. Sistematika Penulisan.
Sistematika penulisan hasil penelitian sebagai berikut:
JUDUL
Penulis 1 dan Penulis 2
Nama Instansi/ Lembaga Penulis1
Alamat Lengkap Instansi Penulis1
Nama Instansi/ Lembaga Penulis 2
Alamat Lengkap Instansi Penulis 2
Email Penulis 1 dan Penulis 2
Abstract
Keywords
Abstrak
Kata Kunci
PENDAHULUAN
METODE PENELITIAN
Sub bab
............
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sub bab
...........

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Sistematika artikel hasil pemikiran adalah sebagi berikut:


JUDUL
Penulis
Nama Instansi/ Lembaga Penulis
Alamat
Abstract
Keywords
Abstrak
Kata Kunci
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Ketentuan tambahan mencakup beberapa hal sebagai berikut:
a) Judul dengan huruf kapital (singkat dan jelas)
Judul dibuat dalam Bahasa Indonesia atau dengan Bahasa Indonesia dan
Bahasa Inggris. Judul artikel yang baik bersifat ringkas, informatif dan
deskriptif, terdiri dari sejumlah kata yang seminimal mungkin, tepat
menggambarkan isi tulisan yang mengandung konsep atau hubungan antar
konsep; tepat dalam memilih dan menentukan urutan kata. Judul disusun
tidak terlalu spesifik. Penggunaan singkatan atau formula kimia sebaiknya
dihindari. Judul ditulis dengan huruf besar (kapital), istilah bahasa asing
ditulis dengan huruf miring (italic).
b) Nama penulis
Ditulis di bawah judul (tanpa gelar) diikuti nama institusi. Penulisan nama
penulis tidak dilengkapi dengan pangkat, kedudukan dan gelar akademik.
Jika penulis lebih dari satu orang, maka semua penulis harus ditulis
lengkap, tidak menggunakan nama singkatan seperti dkk, atau et al dan

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

lain-lain. Penulisan nama semua penulis penting berkaitan dengan


tanggungjawabnya terhadap isi artikel. Karena itu, penulisan setiap nama
harus sepengetahuan dan seijin penulis yang bersangkutan. Pencantuman
nama penulis harus dilengkapi dengan keterangan asal institusi penulis
c) Abstrak
Ditulis dalam bahasa Inggris dan Indonesia (maksimum 250 kata). Abstrak
merupakan suatu ringkasan yang lengkap dan menjelaskan keseluruhan isi
artikel ilmiah. Abstrak umumnya disajikan dalam satu halaman dan satu
paragraf. Sebaiknya isi dari abstrak tidak lebih dari 250 kata. Abstrak yang
baik harus memiliki unsur IMRAD (Introduction, Methods, Result and
Discussion), yaitu:
1)

Argumentasi logis tentang perlunya dilakukan observasi atau


penelitian untuk memecahkan masalah

2)

Pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah

3)

Hasil yang dicapai dalam penelitian

4)

Kesimpulan yang diperoleh

Setiap unsur hendaknya dituangkan dalam kalimat aktif yang singkat dan
jelas. Dengan demikian keseluruhan abstrak tidak terlalu panjang.
d) Kata kunci (keywords).
Kata kunci merupakan kata-kata yang mengandung konsep pokok yang
dibahas dalam artikel. Jumlah bervariasi (3-6 kata tunggal) dituliskan urut
dari yang berifat spesifik ke umum.Sebagai catatan kaki (footnote)
dituliskan Program Studi dan Bidang Kajian Utama, serta alamat
korespondensi penulis,
e) Pendahuluan
Memberikan pengantar mengenai substansi artikel sesuai dengan topik dan
masalahnya, terutama lasan-alasan baik teoritis maupun empiris yang
melatarbelakangi kegiatan penulisan artikel. Pendahuluan memuat secara
eksplisit dengan singkat dan jelas tentang arah, maksud dan tujuan serta
kegunaan artikel. Dengan demikian tidak menimbulkan kerancuan
pengertian, pemahaman dan penafsiran makna bagi pembacanya. Pada

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

pendahuluan juga tertuanh tinjauan pusataka yang disusun secara singkat


untuk mendasari/memperkuat masalah penelitian. Pendahuluan disusun
maksimal dalam 3-4 paragraf (2 halaman ketik)
f) Metode
Metode didiskripsikan secara rinci lengkah/cara penelitian dengan
mengacu pada metode umum. Metode merupakan ringkasan dari
metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian.
g) Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian dan pembahasan tidak hanya sekedar menarasikan hasil
penelitian saja tetapi menunjukkan hubungan yang erat tentang fakta dan
kecendekiaan

peneliti.

Pembahasan

hendaknya

tidak

berisi

spekulasi/argumrntasi yang berlebihan.


h) Simpulan dan Saran
Simpulan

bukan

pengulangan

hasil

penelitian

tetapi

merupakan

generalisasi dari temuan termasuk implikasinya. Saran harus disesuaikan


dengan temuan/hasil penelitian.
j) Acknowledgement dan Daftar pustaka
Acknowledgement dan Daftar pustaka merupakan bagian jurnal atau
artikel. Acknowledgement merupakan penghargaan terhadap pihak-pihak
terkait yang telah memberikan kontribusi dalam pelaksanaan penelitian.
Daftar Pustaka adalah sumber-sumber atau literatur yang digunakan
sebagai acuan dalam penelitian.Daftar Pustaka / rujukan dalam isi naskah
disusun berdasarkan bidang ilmu masing-masing mengikuti pedoman yang
dikeluarkan oleh organisasi intemasional yang menerbitkan publikasi
berkala (lihat lampiran).
5. Abstrak ditulis dengan jarak 1 spasi. Isi naskah ditulis dengan spasi rangkap,
jumlah halaman naskah keseluruhan tidak melebihi 15 halaman dengan ,
format atas dan kiri berjarak 4 cm, kanan dan bawah 3 cm dari tepi kertas
kuarto.

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

6. Penulisan numbering kalimat pendek diintegrasikan dalam paragraf. Contoh:


Indikasi dilakukan episiotomi antara laim: (1) Adanya gawat janin, (2)
Terdapat jaringan parut pada perineum, (3) Distochia bahu dalam persalinan
Penulisan bullet juga diintegrasikan dalam paragraf dengan menggunaka tanda
koma pada antar kata/ kalimat tanpa bullet
7. Tabel dan Ganbar
Untuk tabel dan gambar (grafik sebagai lampiran dicantumkan pada
halaman sesudah teks. Sedangkan tabel dan gambar baik di dalam
naskah maupun bukan harus diberi nomor urut
Tabel dan gambar harus diserati judul. Judul tabel diletakkan di atas
tabel, sedangkan judul gambar diletakkan di bawah gambar.
Sumber acuan tabel atau gambar dicantumkan di bawah tabel atau
gambar
Garis tabel yang dicantumkan hanya pada bagian header dan garis
paling bawah bagian tabel sedangkan untuk garis-garis vertikal
pemisah kolom tidak dimunculkan
Tabel dan gambar bisa diedit dan dalam warna hitam putih yang
representatif
8. cara penulisan rumus, persamaan-persamaan yang digunakan dituliskan dalam
baris terpisah dan diberi nomor secara berurutan dalam parenthesis (justify)
dan diletakkan pada margin kanan disesuaikan dengan baris tersebut.
9. keterangan rumus ditulis dalam satu paragraf tanpa menggunkan simbol sama
dengan (=) masing-masing keterangan notasi rumus dipisahkan dengan koma.
Contoh
P adalah tekanan, COA adalah kardiak Out Put
10. perujukan acuan di dalam teks (body text) dengan menggunakan nama akhir,
tahun dan halaman. Tahun dan halaman ditulis dalam tanda kurung dipisahkan
dengan koma. Untuk karya terjemahan dilakukan dengan cara menyebutkan
nama penngarang aslinya.
11. unsur yang ditulis dalam daftar pustaka secara berturut-turut meliputi: (1)
nama akhir pengarang, nama awal, nama tengah, tanpa gelar akademik. (2)

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

tahun penerbitan. (3) judul termasuk sub judul. (4) tempat penerbitan. (5)
nama penerbit.
Contoh cara penulisan
Format rujukan dari buku: nama pengarang. Tahun. Judul buku. Edisi. Kota
Terbit: nama penerbit.
Jika penulis sebagai editor tunggal, ditulis (Ed). (tahun). Judul tulisan atau
karangan. Judul buku. Hlm atau pp. Kota terbit: nama penerbit.
Format rujukan artikel dalam jurnal/majalah/koran: nama pengarang (tahun).
Judul tulisan/karanagan. Nama jurnal/majalah/koran. Volume (nomor):
halaman. Jika rujukan koran tanpa penulis, nama koran ditulis diawal.
Format rujukan dari internet, tanggal akses dicantumkan.
12. Referensi online yang dianjurkan dalam penggunaan bahasa Indonesia:
Glossarium kata baku dari Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional
Indonesia:
http://pustakabahasa.diknas.go.id/glossarium/
Kamus Besar Bahasa Indonesia dari Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional Indonesia:
http://pustakabahasa.diknas.go.id/kbbi/
Kamus Besar Bahasa Indonesia dari Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional Indonesia:
http://pustakabahasa.diknas.go.id/kbbi/
Pedomam umum ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD): http://
pusatbahasa.depdiknas.go.id/lamanv4/sites/default/files/EJD-KKP-PBNBID.PENGEMBANGAN.pdf
13. Naskah artikel diserahkan dalam bentuk soft-copy dan file elektroniknya
(disket atau CD) bersamaan, dengan berkas pendaftaran ujian tesis atau
disertasi ke Sub Bagian Akademik.
14.)

Naskah yang masuk akan diseleksi, diberi catatan dan dikirimkan kepada
redaktur ahli (penyunting ahli) untuk dikoreksi dan diberi catatan.
Selanjutnya penulis melakukan pembetulan naskah dan mengirimkan
kembali naskah yang telah dibetulkan.

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

15.)

Vol V No 2 September 2012

Penulis yang naskahnya dimuat dalam jurnal akan menerima terbitan satu
eksemplar.

SURAT PERMOHONAN PEMUATAN ARTIKEL


Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
:.....................................................................................................
Program Studi
:.....................................................................................................
Alamat

Korespondensi
:.....................................................................................................

.....................................................................................................
E-mail
:.....................................................................................................
Judul Naskah Artikel
:.....................................................................................................

.....................................................................................................

.....................................................................................................
Mengajukan permohonan pemuatan artikel dengan judul seperti tersebut di
atas dan bersedia memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah dtetapkan oleh dewan
redaksi

Jurnal

Ilmiah

Kesehatan

STIKES

Muhammadiyah

Pekajangan

Pekalongan.

Pekajangan, .......................................
Pemohon

(....................................)

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Jurnal Ilmiah Kesehatan

Vol V No 2 September 2012

STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Anda mungkin juga menyukai