Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era globalisasi dan pasar bebas sekarang ini, keselamatan dan kesehatan
kerja merupakan salah satu syarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi
perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh
Negara termasuk Indonesia. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah
suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmani maupun rohaniah tenaga kerja (laboran/analis) pada khususnya dan
manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil
dan makmur. Secara keilmuan K3 merupakan ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.
Setiap kegiatan selalu diikuti dengan resiko bahaya yang dapat berakibat
terjadinya kecelakaan, kecelakaan yang terjadi pada suatu kegiatan merupakan
hasil akhir dari suatu aturan yang ada dan kondisi kerja yang tidak nyaman.
Data Jamsostek menyebutkan, setiap hari di Indonesia terdapat sembilan
peserta Jamsostek yang meninggal akibat kecelakaan kerja sepanjang 2012,
sementara total kecelakaan kerja pada 2012 sejumlah 103.000 kasus.
Metrotvnews.com, Jakarta (Kamis, 28 Februari 2013).
Laboratorium mikrobiologi merupakan suatu institusi dimana mahasiswa,
dosen, praktikan dan peneliti melakukan percobaan ataupun penelitian. Dalam
kegiatan sehari-hari laboratorium mikrobiologi mempunyai mempunyai risiko
berasal dari faktor fisik, biologis, kimia, ergonomi dan psikososial. Variasi,
ukuran, tipe dan kelengkapan laboratorium menentukan kesehatan dan
keselamatan kerja. Seiring dengan kemajuan IPTEK, khususnya kemajuan
teknologi laboratorium, maka risiko yang dihadapi petugas laboratorium
semakin meningkat.
Petugas laboratorium merupakan orang pertama yang terpajan terhadap
bahan kimia yang merupakan bahan toxic, korosif, mudah meledak dan
terbakar serta bahan biologi. Selain itu dalam pekerjaannya menggunakan alat
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium Mikrobiologi
1

- alat yang mudah pecah, berionisasi dan radiasi serta alat-alat elektronik
dengan voltase yang mematikan, dan melakukan percobaan dengan penyakit
yang dimasukan ke jaringan hewan percobaan. Oleh karena itu, perlu adanya
pemahaman dan kesadaran dari para petugas laboratorium untuk dapat
mengantisipasi dan mengelola potensi risiko di laboratorium sesuai dengan
standar yang ditetapkan. Selain itu diperlukan adanya suatu panduan untuk
kesehatan dan keselamatan kerja dan keselamatan laboratorium yang harus
ditempatkan di tingkatan prioritas yang paling tinggi. Penerapan budaya
aman dan sehat dalam bekerja hendaknya dilaksanakan pada semua institusi
di sektor kesehatan termasuk laboratorium mikrobiologi. Dalam pembahasan
nanti akan dikaji lebih dalam mengenai pedoman kesehatan dan keselamatan
kerja di Laboratorium Mikrobiologi.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan kesehatan dan keselamatan kerja di
laboratorium mikrobiologi?
2. Apa tujuan kesehatan dan

keselamatan

kerja

di

laboratorium

mikrobiologi?
3. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan
kerja di laboratorium mikrobiologi
4. Apa saja masalah kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium
5.
6.
7.
8.

mikrobiologi?
Bagaimana kecelakaan kerja di laboratorium mikrobiologi?
Apa saja penyebab kecelakaan kerja dalam laboratorium mikrobiologi?
Apa saja sumber kecelakaan kerja dalam laboratorium mikrobiologi?
Apa saja penyakit akibat/hubungan
kerja yang ditimulkan dalam

laboratorium mikrobiologi?
9. Bagaimana pengendalian penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja
melalui penerapan K3 di laboratorium mikrobiologi?
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui dan memahami kesehatan dan keselamatan kerja di
laboratorium mikrobiologi
2. Untuk mengetahui dan memahami tujuan kesehatan dan keselamatan kerja
di laboratorium mikrobiologi
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium Mikrobiologi
2

3. Untuk mengetahui dan memahami factor-faktor yang mempengaruhi


kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium mikrobiologi
4. Untuk mengetahui dan memahami masalah kesehatan dan keselamatan
kerja di laboratorium mikrobiologi
5. Untuk mengetahui dan memahami kecelakaan kerja di laboratorium
mikrobiologi
6. Untuk mengetahui dan memahami penyebab kecelakaan kerja dalam
laboratorium mikrobiologi
7. Untuk mengetahui dan memahami sumber kecelakaan kerja dalam
laboratorium mikrobiologi
8. Untuk mengetahui dan memahami penyakit akibat/hubungan kerja yang
ditimulkan dalam laboratorium mikrobiologi
9. Untuk mengetahui dan memahami pengendalian penyakit akibat kerja dan
kecelakaan kerja melalui penerapan K3 di laboratorium mikrobiologi

D.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium Mikrobiologi


3

BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Laboratorium Mikrobiologi
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan bagian dari kesehatan
masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan
dengan faktor potensial yang mempengaruhi kesehatan pekerja (dalam hal ini
Petugas Laboratorium, Dosen dan Mahasiswa). Bahaya pekerjaan (akibat
kerja), Seperti halnya masalah kesehatan lingkungan lain, bersifat akut atau
khronis (sementara atau berkelanjutan) dan efeknya mungkin segera terjadi
atau perlu waktu lama. Efek terhadap kesehatan dapat secara langsung
maupun tidak langsung. Kesehatan masyarakat kerja perlu diperhatikan, oleh
karena selain dapat menimbulkan gangguan tingkat produktifitas, kesehatan
masyarakat kerja tersebut dapat timbul akibat pekerjaanya. Sasaran kesehatan
kerja khususnya adalah para pekerja dan peralatan kerja di lingkungan
Laboratorium mikrobiologi.
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 menjelaskan tentang kesehatan
telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus mengembangkan
kesehatan dan keselamatan kerja antara lain di laboratorium, agar tidak terjadi
gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan
sekitar.
Salah satu aspek perlindungan tenaga kerja dengan cara penerapan
teknologi pengendalian segala aspek yang berpotensi membahayakan para
pekerja. Dengan menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan
kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya
kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu keselamatan dan
kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja dan
keselamatan kerja yang tinggi.

B. Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Laboratorium Mikrobiologi

Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium Mikrobiologi


4

Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting bagi kita untuk


menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi atau bebas dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja. Secara umum tujuan kesehatan dan keselamatan kerja
dibedakan menjadi dua yaitu tujuan kesehatan kerja dan tujuan keselamatan
kerja.
1. Tujuan Kesehatan Kerja
a. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja
b. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang
diakibatkan oleh tindakan/kondisi lingkungan kerjanya.
c. Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaanya dari
kemungkinan bahaya yang disebabkan olek faktor-faktor yang
membahayakan kesehatan.
d. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan
yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.
2. Tujuan Keselamatan Kerja
a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan
pekerjaan
b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
c. Sumber produksi dipelihara & dipergunakan secara aman & efisien
d. Setiap bahan kimia atau peralatan dapat dipakai, dipergunakan secara
aman dan efisien
C. Factor-faktor yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan Kerja di
Laboratorium Mikrobiologi
1. Kapasitas kerja
Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya
belum memuaskan. Dari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa
30-40% masyarakat pekerja kurang kalori protein, 30% menderita anemia
gizi dan 35% kekurangan zat besi tanpa anemia.
Kondisi kesehatan seperti ini tidak memungkinkan bagi para pekerja
untuk bekerja dengan produktivitas yang optimal. Hal ini diperberat lagi
dengan kenyataan bahwa angkatan kerja yang ada sebagian besar masih
diisi oleh petugas kesehatan dan non kesehatan yang mempunyai banyak
keterbatasan, sehingga dalam melakukan tugasnya mungkin sering
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium Mikrobiologi
5

mendapat kendala terutama masalah penyakit akibat/hubungan kerja


(PAHK) dan kecelakaan kerja.
2. Beban kerja
Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat
teknis beroperasi 8-24 jam sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan
kesehatan pada laboratorium menuntut adanya pola kerja bergilir dan
tugas/jaga malam. Pola kerja yang berubah-rubah dapat menyebabkan
kelelahan yang meningkat, akibat terjadinya perubahan pada bioritmik
(irama tubuh). Factor lain yang dituntut memperberat beban kriteria antara
lain tingkat gaji dan jaminan sosial bagi pekerja yang masih relative
rendah, yang berdampak pekerja terpaksan melakukan kerja tambahan
secara berlebihan. Beban psikis ini dalam jangka waktu yang lama dapat
menimbulkan stress.
3. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja

bila

tidak

memenuhi

persyaratan

dapat

mempengaruhi kesehatan kerja dapat menimbulkan kecelakaan kerja


(Occupational Accident), penyakit akibat kerja dan penyakit akibat
hubungan kerja (Occupational Disease dan Work Related Disease).
D. Masalah

Kesehatan

dan

Keselamatan

Kerja

di

Laboratorium

Mikrobiologi
Kinerja setiap petugas laboratorium merupakan hasil dari ketiga
komponen kesehatan kerja yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan
kerja yang dapat merupakan beban tambahan pada pekerja. Bila ketiga
komponen tersebut saling berhubungan dengan baik maka bisa dicapai suatu
derajat kesehatan kerja yang optimal dan peningkatan produktivitas.
Sebaliknya apabila ketiga komponen tersebut tidak saling berhubungan
dengan baik maka akan dapat menimbulkan masalah ataupun kecelakaan kerja
yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja.
Adapun masalah yang dapat ditimbulkan di laboratorium mikrobiologi
antara lain :
1. Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar atau
meledak
2. Bahan beracun, korosif dan kaustik
3. Bahaya radiasi
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium Mikrobiologi
6

4.
5.
6.
7.

Luka bakar
Syok akibat aliran listrik
Lukan sayat akibat alat laboratorium yang pecah dan benda taja,
Bahaya infeksi dari kuman, virus, bakteri atau parasite

E. Kecelakaan Kerja di Laboratorium Mikrobiologi


Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak
diharapkan pada saat melakukan kegiatan di laboratorium. Biasanya
kecelakaan menyebabkan kerugian material dan penderitaan dari yang paling
ringan sampai yang paling berat.
Beberapa contoh kecelakaan kerja yang banyak terjadi di laboratorium
mikrobiologi antara lain :
1. Terpeleset dan terjatuh, biasanya karena lantai laboratorium yang licin.
Akibat yang ditimbulkan yaitu memar, fraktur, dislokasi dll. Kecelakaan
kerja ini bisa dicegah dengan menggunakan sepatu anti slip, menghindari
penggunaan sepatu dengan hak tinggi, memelihara lantai dan tangga
laboratorium dan berjalan dengan hati-hati pada lantai yang kosntruksinya
tidak rata.
2. Mengangkat beban merupakan pekerjaan yang cukup berat terutama bila
mengabaikan kaidah ergonomic. Mengangkat beban dengan cara yang
salah dapat menyebabkan cedera pada punggung. Cara mencegahnya yaitu
jangan mengangkat beban dengan posisi membungkuk tapi gunakanlah
tungkai bawah sambil berjongkok.
3. Resiko terjadi kebakaran, dapat bersumber dari bahan kimia, bahan
desinfektan atau kompor yang digunakan dalam laboratorium. Kebakaran
dapat mengakibatkan luka bakar ringan sampai luka berat bahkan
kematian. Kecelakaan ini dapat dicegah dengan meyimpan baik bahanbahan

yang

mudah

terbakar,

melakukan

pengawasan

terhadap

kemungkinan timbulnya kebakaran dan menyediakan alarm atau sistem


tanda kebakaran dalam laboratorium
4. Melakukan pemeriksaan sampel

bakteri,

kuman,

jamur

dapat

mengakibatkan petugas laboratorium tertular bakteri dan jamur yang


diperiksa. Hal ini dapat dicegah dengan penggunaan alat pelindung diri
seperti jas laboratorium, handskun, masker dan penutup kepala.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium Mikrobiologi
7

5. Mengambil sampel darah dan cairan dalam tubuh dapat mengakibatkan


petugas laboratorium tertusuk jarum suntik. Hal ini dapat dicegah dengan
cara menggunakan jarum suntik secara hati-hati dan meperhatikan dengan
benar prosedur pengambilan sampel.
F. Penyebab Kecelakaan Kerja di Laboratorium Mikrobiologi
Laboratorium mikrobiologi merupakan tempat para dosen, mahasiswa
dan petugas laboratorium melakukan eksprimen dengan mikroba yang juga
menggunakan bahan kimia dan alat-alat laboratorium yang khusus.
Penggunaan bahan kimia dan alat tersebut berpotensi terjadinya kecelakaan
kerja. Adapun factor-faktor yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja di
laboratorium mikrobiologi antara lain :
1. Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu yang tidak aman dari:
a. Mesin, peralatan, bahan kimia dan lain-lain
b. Lingkungan kerja
c. Proses kerja
d. Sifat pekerjaan
e. Cara kerja
2. Perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu perbuatan berbahaya dari manusia,
yang dapat terjadi antara lain karena:
a. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana
b. Cacat tubuh yang tidak kentara (bodily defect)
c. Keletihanan dan kelemahan daya tahan tubuh.
d. Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik
G. Sumber Kecelakaan Kerja di Laboratorium Mikrobiologi
Setiap kegiatan yang dilakukan di laboratorium mikrobiologi selalu
diikuti dengan resiko bahaya yang dapat berakibat terjadinya kecelakaan kerja.
Kecelakaan yang terjadi pada suatu kegiatan merupakan hasil akhir dari suatu
aturan yang ada dan kondisi kerja yang tidak nyaman. Adapun sumber
kecelakaan kerja di laboratorium mikrobiologi antara lain :
1. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman mengenai bahan kimia dan
proses-proses serta perlengkapan atau peralatan yang digunakan
2. Petunjuk kegiatan laboratorium yang tidak jelas
3. Kurang pengawasan dari laboran
4. Kurangnya bimbingan terhadap siswa/ mahasiswa yang sedang bekerja di
laboratorium
5. Tidak tersedianya perlengkapan keamanan dan pelindung untuk kegiatan
6. Tidak mengikuti petunjuk atau aturan yang seharusnya ditaati
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium Mikrobiologi
8

7. Tidak menggunakan perlengkapan pelindung atau menggunakan peralatan/


bahan tidak sesuai
8. Tidak berhati-hati dalam kegiatan
H. Penyakit akibat/hubungan kerja yang ditimbulkan di Laboratorium
Mikrobiologi
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang mempunyai penyebab yang
spesifik atau memiliki hubungan yang kuat dengan pekerjaan, pada umumnya
terdiri dari satu agen penyebab, harus ada hubungan sebab akibat antara proses
penyakit dan hazard di tempat kerja.
Factor lingkungan sangat berpengaruh dan berperan sebagai penyebab
timbulnya penyakit akibat kerja. Sebagai contoh antara lain debu silica dan
silicosis, uap timah dan keracunan timah. Akan tetapi penyebab terjadinya
akibat kesalahan factor manusia juga (WHO).
Berbeda dengan penyakit akibat kerja, penyakit hubungan kerja (PAHK)
sangat luas ruang lingkupnya. Menurut Komite Ahli WHO (1973), PAHK
adalah penyakit dengan penyebab multifactorial, dengan kemungkinan besar
berhubungan dengan pekerjaan dan kondisi tempat kerja. Pajanan di tempat
kerja tersebut ,memperberat, mempercepat terjadinya serta menyebabkan
kekambuhan penyakit.
Penyakit akibat kerja di laboratorium mikrobiologi umumnya berkaitan
dengan factor biologis (bakteri, jamur, virus dan kuman pathogen yang
umumnya berasal dari sampel yang diperiksa), factor kimia (pemaparan dalam
dosis kecil namun terus menerus seperti zat kimia/solvent yang menyebabkan
kerusakan hati), factor ergonomi (cara duduk yang salah dalam melakukan
pemeriksaan laboratorium), factor fisik dalam dosis kecil yang terus menerus
(panas pada kulit, tegangan tinggi,radiasi dll), factor psikologis (ketegangan
saat melakukan pemeriksaan sampel laboratorium).
1. Factor biologis
Lingkungan kerja pada laboratorium merupakan tempat favorit untuk
kuman,

bakteri,

jamur,

dan

virus

berkembang

biak,

terutama

mikroorganisme pathogen yang bersumber dari sampel yang diperiksa,


benda-benda yang terkontaminasi dan udara. Secara teoritis kemungkinan
kontaminasi petugas laboratorium sangat besar. Oleh karena itu
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium Mikrobiologi
9

dibutuhkan pencegahan untuk mengatasi hal tersebut. Adapun pencegahan


yang bisa dilakukan antara lain :
a. Seluruh petugas laboratorium harus mendapat pelatihan dasar tentang
kebersihan, epidemiologi dan desinfeksi
b. Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan
dalam keadaan sehat badan, dan punya cukup kekebalan alami untuk
melakukan pemeriksaan mikroorganisme dengan menggunakan bahanbahan kimia
c. Melakukan prosedur pemeriksaan laboratorium dengan benar
d. Menggunakan desinfektan yang sesuai dengan cara penggunaan yang
benar
e. Sterilisasi dan desinfeksi tempat, peralatan, sisa bahan yang telah
dilakukan pemeriksaan mikroorganisme
f. Pengelolaan limbah laboratorium dengan benar
Kebersihan diri para petugas laboratorium
2. Factor kimia
Petugas di laboratorium mikrobiologi sering kali menggunakan bahanbahan kimi dalam melakukan pemeriksaan mikroorganisme. Semua bahan
kimia yang digunakan cepat atau lambat memberikan dampak negative
terhadap kesehatan dari para petugas laboratorium. Gangguan yang sering
dialami adalah dermatosis kontak akibat kerja yang pada umumnya
disebabkan olehiritasi (amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh
karena alergi (keton). Bahan toksis (trichlorooethane, tetrachloromethane)
jika tertelan, terhirup atau terserapmelalui kulit dapat menyebabkan
penyakit akut atau kronik, bahkan kematian. Bahan korosif (asam dan
basa) akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible pada
daerah yang terpapar. Ada beberapa pencegahan yang bisa dilakukan
antara lain :
a. Material safety data sheet (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada
untuk diketahui oleh seluruh petugas laboratorium
b. Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk
mencegah tertelannya bahan kimia dan terhirupnya aerosol
c. Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan, jas
laboratorium) dengan benar
d. Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar
3. Factor ergonomic
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium Mikrobiologi
10

Ergonomic sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan


alat, cara, proses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan
dan batasan manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja
yang sehat, aman, nyaman dan tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya.
Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah
sehingga kerja menjadi kurang efisien dan dalam jangka panjang dapat
menyebabkan gangguan fisik dan psikologis (stress) dengan keluhan yang
paling sering adalah nyeri pinggang kerja.
4. Factor fisik
Factor fisik di laboratorium mikrobiologi yang dapat menimbulkan
masalah kesehatan kerja meliputi :
a. Kebisingan, getaran akibat mesin dapat menyebabkan stress dan
ketulian
b. Pencahayaan yang kurang di ruang laboratorium dapat menyebabkan
c.
d.
e.
a.
b.
c.
d.
e.

gangguan penglihatan dan kecelakaan kerja


Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja
Terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan sekitar
Terkena radiasi
Adapun pencegahan yang bisa dilakukan antara lain :
Pengendalian cahaya diruang laboratorium
Pengaturan ventilasi dan penyediaan air minum yang cukup memadai
Menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi
Pengaturan jadwa kerja yang sesuai
Filter untuk mikroskop

5. Factor psikososial
Beberapa contoh factor psikososial di laboratorium mikrobiologi yang
dapat menyebabkan stress yaitu
a. Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton\hubungan kerja
yang kurang serasi antara pemimpin dan bawahan atau sesama teman
kerja
b. Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sector formal
ataupun informal
I. Pengendalian Penyakit Akibat Kerja dan Kecelakaan melalui penerapan
kesehatan dan keselamatan kerja
1. Pengendalian Melalui Perundang-undangan (Legislative Control),antara
lain :
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium Mikrobiologi
11

a. UU No. 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Petugas


kesehatan dan non kesehatan
b. UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
c. UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
d. Peraturan Menteri Kesehatan tentang higene dan sanitasi lingkungan.
e. Peraturan penggunaan bahan-bahan berbahaya
f. Peraturan/persyaratan pembuangan limbah dll.
2. Pengendalian melalui Administrasi / Organisasi (Administrative control),
antara lain:
a. Persyaratan penerimaan tenaga medis, para medis, dan tenaga non
medis yang meliputi batas umur, jenis kelamin, syarat kesehatan
b. Pengaturan jam kerja, lembur dan shift
c. Menyusun Prosedur Kerja Tetap (Standard Operating Procedure)
untuk masing-masing instalasi dan melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaannya
d. Melaksanakan prosedur keselamatan kerja (safety procedures)
terutama untuk pengoperasian alat-alat yang dapat menimbulkan
kecelakaan

(boiler,

alat-alat

radiology,

dll)

dan

melakukan

pengawasan agar prosedur tersebut dilaksanakan


e. Melaksanakan pemeriksaan secara seksama penyebab kecelakaan
kerja dan mengupayakan pencegahannya.
3. Pengendalian Secara Teknis (Engineering Control), antara lain:
a. Substitusi dari bahan kimia, alat kerja atau proses kerja
b. Isolasi dari bahan-bahan kimia, alat kerja, proses kerja dan petugas
kesehatan dan non kesehatan (penggunaan alat pelindung)
c. Perbaikan sistim ventilasi, dan lain-lain
4. Pengendalian Melalui Jalur Kesehatan (Medical Control), yaitu upaya
untuk menemukan gangguan sedini mungkin dengan cara mengenal
(Recognition) kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dapat tumbuh
pada setiap jenis pekerjaan di unit pelayanan kesehatan khususnya di
laboratorium mikrobiologi dan pencegahan meluasnya gangguan yang
sudah ada baik terhadap pekerja itu sendiri maupun terhadap orang
disekitarnya. Dengan deteksi dini, maka penatalaksanaan kasus menjadi
lebih cepat, mengurangi penderitaan dan mempercepat pemulihan
kemampuan produktivitas masyarakat pekerja. Disini diperlukan sistem
rujukan untuk menegakkan diagnosa penyakit akibat kerja secara cepat
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium Mikrobiologi
12

dan tepat (prompt-treatment). Pencegahan sekunder ini dilaksanakan


melalui pemeriksaan kesehatan pekerja yang meliputi:
a. Pemeriksaan Awal
Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum seseorang
petugas laboratorium mulai melaksanakan pekerjaannya. Pemeriksaan
ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang status kesehatan
calon petugas laboratorium dan mengetahui apakah calon tersebut
ditinjau dari segi kesehatannya sesuai dengan pekerjaan yang akan
ditugaskan kepadanya.Pemerikasaan kesehatan awal ini meliputi:
1) Anamnese umum
2) Anamnese pekerjaan
3) Penyakit yang pernah diderita
4) Alrergi
5) Imunisasi yang pernah didapat
6) Pemeriksaan badan
7) Pemeriksaan laboratorium rutin
8) Pemeriksaan tertentu: Tuberkulin test dan Psiko test
b. Pemeriksaan Berkala
Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan secara berkala
dengan jarak waktu berkala yang disesuaikan dengan besarnya resiko
kesehatan yang dihadapi. Makin besar resiko kerja, makin kecil jarak
waktu antar pemeriksaan berkala. Ruang lingkup pemeriksaan disini
meliputi pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus seperti pada
pemeriksaan awal dan bila diperlukan ditambah dengan pemeriksaan
lainnya, sesuai dengan resiko kesehatan yang dihadapi dalam
pekerjaan.
c. Pemeriksaan Khusus
Yaitu pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada khusus diluar waktu
pemeriksaan berkala, yaitu pada keadaan dimana ada atau diduga ada
keadaan yang dapat mengganggu kesehatan pekerja.
4. Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Laboratorium
Laboratorium melakukan beberapa tindakan untuk mencegah
kecelakaan kerja yang terjadi bagi pekerjanya yaitu dengan menerapkan
Sistem Manajemen Kebijakan dan Keselamatan Kerja yang dimulai dari
beberapa tahapan yaitu : Planning (perencanaan),Organizing (organisasi),
Actuating (pelaksanaan), Controlling (pengawasan).
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium Mikrobiologi
13

a. Planning (Perencanaan), berfungsi untuk menentukan kegiatan yang


akan dilakukan di masa mendatang guna mencapai tujuan yang telah
ditetapkan

khususnya

keselamatan

dan

kesehatan

kerja

di

laboratorium.
b. Organizing (Organisasi), berfungsi untuk :
1) Menyusun garis besar pedoman keamanan kerja laboratorium
2) Memberikan bimbingan, penyuluhan, pelatihan pelaksana-an
keamanan kerja laboratorium
3) Memantau pelaksanaan pedoman keamanan kerja laboratorium
4) Memberikan rekomendasi untuk bahan pertimbangan penerbitan
izin laboratorium
5) Mengatasi dan mencegah meluasnya bahaya yang timbul dari suatu
laboratorium
c. Actuating (Pelaksanaan), berfungsi untuk mendorong semangat kerja
pekerja, mengerahkan aktivitas pekerja, mengkoordinasikan berbagai
aktivitas pekerja menjadi aktivitas yang kompak (sinkron), sehingga
semua aktivitas pekerja sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya.
d. Controlling (Pengawasan), berfungsi untuk mengusahakan agar
pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan
atau hasil yang dikehendaki.
Untuk dapat menjalankan pengawasan, perlu diperhatikan 2 prinsip
pokok, yaitu: adanya rencana dan adanya instruksi-instruksi dan
pemberian wewenang kepada bawahan. Dalam pengawasan perlu adanya
sosialisasi tentang perlunya disiplin, mematuhi segala peraturan demi
keselamatan kerja bersama di laboratorium. Sosialisasi perlu dilakukan
terus menerus, karena usaha pencegahan bahaya yang bagaimanapun
baiknya akan sia-sia bila peraturan diabaikan.
Dalam laboratorium perlu dibentuk pengawasan laboratorium yang
tugasnya antara lain :
a.Memantau dan

mengarahkan

secara

berkala

praktek-praktek

laboratorium yang baik, benar dan aman


b. Memastikan semua petugas laboratorium memahami cara-cara
menghindari risiko bahaya dalam laboratorium

Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium Mikrobiologi


14

c.Melakukan penyelidikan/pengusutan segala peristiwa berbahaya atau


kecelakaan.
Mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan tentang

d.

keamanan kerja laboratorium


e.Melakukan tindakan darurat untuk mengatasi peristiwa berbahaya dan
mencegah meluasnya bahaya tersebut.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium Mikrobiologi


15

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesehatan dan keselamatan kerja di Laboratorium Mikrobiologi
bertujuan agar petugas, masyarakat (dalam hal ini dosen, mahasiswa, peneliti)
dan lingkungan laboratorium mikrobiologi saat bekerja selalu dalam keadaan
sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan
tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua
pihak. Pihak pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan sebagai
lembaga

yang

bertanggung-jawab

terhadap

kesehatan

masyarakat,

memfasilitasi pembentukan berbagai peraturan, petunjuk teknis dan pedoman


K3 di laboratorium mikrobiologi serta menjalin kerjasama lintas program
maupun lintas sektor terkait dalam pembinaan K3 tersebut. Keterlibatan dan
komitmen yang tinggi dari pihak pengelola laboratorium mikrobiologi
mempunyai peran sentral dalam pelaksanaan program ini.
B. Saran
Melalui kegiatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja , diharapkan petugas
laboratorium maupun masyarakat (dosen, mahasiswa, peneliti) yang bekerja di
laboratorium mikrobiologi dapat berpartisipasi secara aktif dalam pelaksanaan
program K3 Laboratorium Mikrobiologi agar nantinya dapat bekerja dengan
lebih aman, nyaman dan produktif.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium Mikrobiologi


16

DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2011. Manajemen Risiko K3 di Laboratorium. Diakses


dari
http://manajemenproyek.tumblr.com/.
Tanggal
30
oktober 2014

Dian Hardyanto, dkk. 2011. Kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium


mikrobiologi.
Diakses
dari
http://analissolo.blogspot.com/2013/01/kesehatan-dan-keselamatan-kerjak3-di.html. Tanggal 30 oktober 2014
Hasan.

2013.
K3
Laboratorium.
http://hasanmutawakkil.blogspot.com/2013/04/makalah-k3l.html. Tanggal
30 Oktober 2014

Rafless.
2011.
Promosi
K3
Labortorium.
Diakses
http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/2011/02/promosi-k3laboratorium.html. Tanggal 30 Oktober 2014.

dari

Rian reksi tandra. 2012. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


di Laboratorium.
Diakses
dari
http://rianrtandra.wordpress.com/2012/12/05/kesehatandan-keselamatan-kerja-k3-di-laboratorium/.
Tanggal
30
oktober 2014

Sunarto. 2011. Bahan Ajar K3 LABORATORIUM. Diakses dari


http://www.google.com/url?
q=http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/sunarto-drsmsi/keselamatan-kerja-dilaboratorium.pdf&sa=U&ei=VpVUVJK4FZC1uQT7sILwAQ&ved=0CBQ
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium Mikrobiologi
17

QFjAA&usg=AFQjCNE7WrGHn8hl-0SG-fb2Zj3I1hJC6g. Tanggal 30
oktober 2014
Wahyu, Shinta. 2012 Analisis Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada
Pembelajaran Di Laboratorium
Program Studi Teknik Mesin
Politeknik Negeri Batam. Diakses dari http://www.google.com/url?
q=http://p2m.polibatam.ac.id/wp-content/uploads/2014/09/05-MakalahSNE2014-Shinta-PoltekBatammmm.pdf&sa=U&ei=6ZVUVNLZF5GWuASJYDIAw&ved=0CBQQFjAA&usg=AFQjCNFm64vVXGqfwGoVdHe7AE8hOZj_Q. Tanggal 30 Oktober 2014

Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium Mikrobiologi


18

Anda mungkin juga menyukai