Anda di halaman 1dari 3

A.

Pengertian dan Konsep Dasar Konstitusi


Dalam ilmu politik, Konstitusi merupakan suatu yang lebih luas, yaitu keseluruhan dari
peraturan-peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cara-cara
bagaimana sesuatu pemerintahan diselenggarakan dalam masyarakat. Di jerman istilah konstitusi juga
dikenal dengan istilah grundgesetz, yang juga berarti undang-undang dasar. Grund diartikan sebagai
dasar dan gesetz diartikan undang-undang. Sedangkan kata konstitusi dalam kamus besar bahasa
indonesia diartikan sebagai segala ketentuan dan aturan mengenai ketatanegaraan dan juga diartikan
sebagai undang-undang dasar suatu negara.
Istilah konstitusi menurut Chairul Anwar adalah fundamental laws tentang pemerintahan
suatu negara dan nilai-nilai fundamentalnya. Sedangkan menurut Sri Soemantri, konstitusi berarti
suatu naskah yang membuat suatu bangunan negara dan sendi-sendi sistem pemerintahan negara. Dari
kedua pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa konstitusi memuat aturan aturan pokok (Fundamental
) mengenai sendi-sendi yang diperlukan untuk berdirinya suatu negara. Apabila negara di pandang
sebagai kekuasaan atau organisasi kekuasaan, maka undang-undang dasar dapat di pandang sebagai
lembaga atau kumpulan asas yang menetapkan bagaimana kekuasaan dibagi antara beberapa lembaga
kenegaraan, misalnya antara badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Undang-undang dasar
menetapkan cara bagaimana pusat-pusat kekuasaan ini bekerja sama dan menyesuaikan diri satu sama
lain, merekam hubungan hubungan kekuasaan dalam suatu negara.
B. Hakikat dan Fungsi Konstitusi
Pada hakikatnya sebuah konstitusi harus memuat secara ketat materi-materi yang secara
substansial harus ada pada sebuah konstitusi. Konstitusi menempati kedudukan yang sangat penting
dalam kehidupan ketatanegaraan suatu Negara karena konstitusi menjadi barometer kehidupan
bernegara dan berbangsa yang sarat dengan bukti sejarah perjuangan para pendahulu. Meskipun
konstitusi yang ada di dunia ini berbeda-beda baik dalam hal tujuan, bentuk dan isinya, tetapi
umumnya mereka mempunyai kedudukan formal yang sama, yaitu sebagai :
Hukum Dasar, karena berisi aturan dan ketentuan tentang hal-hal yang mendasar dalam
kehidupan suatu negara.
Hukum Tertinggi, artinya bahwa aturan-aturan yang terdapat dalam konstitusi, secara hierarki
mempunyai kedudukan lebih tinggi terhadap aturan-aturan lainnya, sehingga aturan-aturan
yang lain harus sesuai dengan undang-undang dasar.
Adapun menurut Jimly Asshiddiqie, konstitusi memiliki beberapa fungsi sebagai berikut :
1. Fungsi penentu atau pembatas kekuasaan Negara.
2. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antarorgan Negara.
3. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antara organ dengan warga Negara.
4. Fungsi pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan negara ataupun kegiatan
penyelenggaraan kekuasaan negara.
5. Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan yang asli (dalam demokrasi
adalah rakyat) kepada organ Negara.
6. Fungsi simbolik yaitu sebagai sarana pemersatu (symbol of unity), sebagai rujukan identitas
dan keagungan kebangsaan (identity of nation) serta sebagai center of ceremony.
7. Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat (social control), baik dalam arti sempit yaitu
bidang politik dan dalam arti luas mencakup bidang social ekonomi.
8. Fungsi sebagai sarana perekayasaan dan pembaruan masyarakat.
C. Amandemen dan Dinamika pelaksanaan UUD 1945 sebagai Konstitusi Negara Indonesia

UUD 1945 disahkan oleh PPKI sebagai konstitusi negara Indonesia pada tanggal 18 Agustus
1945. Kemudian dalam pelaksanaannya, UUD 1945 sebagai konstitusi negara Indonesia telah
mengalami beberapa kali perubahan menjadi konstitusi RIS ( 27 Desember 1945- 17 Agustus 1950),
kemudian berubah menjadi UUDS 1950 ( 17 Agustus 1950- 5 Juli 1959), hingga akhirnya menjadi
UUD 1945 lagi tetapi dengan amandemen pada tahun 1999, 2000, 2001 dan 2002.
Amandemen (bahasa Inggris : amandemen) artinya perubahan. Mengamandemen artinya
mengubah atau mengadakan perubahan yang mana menjadi hak parlemen untuk mengubah atau
mengusulkan perubahan rancangan UUD.
Kaitannya dengan masalah mengapa perlunya dilakukan amandemen UUD 1945 adalah
karena kehidupan manusia yang senantiasa berubah, baik perubahan internal masyarakat, seperti
pemikiran, kebutuhan hidup, kemampuan diri maupun kehidupan eksternal masyarakat, seperti
lingkungan hidup yang berubah dan hubungan dengan msyarakat lain. Oleh karena itu, konstitusi
sebagai landasan kehidupan bernegara harus senantiasa menyesuaikan dengan perkembangan dan
tuntutan yang terjadi di masyarakat.
Kekuasaan Soeharto dianggap telah membelenggu aspirasi rakyat dan mengecilkan peran
lembaga-lembaga politik. Partai politik tidak berperan, DPR lemah dihadapan eksekutif, sehingga
distribusi kekuasaan menjadi tidak seimbang antara eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Kekuasaan
Presiden sangat besar dan perlindungan HAM sangatlah minim serta mekanisme checks and balances
tidak memadai. Oleh karena itu, tekanan untuk mengamandemen UUD 1945 pun semakin kuat.
Walaupun terjadi pro dan kontra, namun amandemen UUD 1945 tetap dilakukan, tetapi dengan
kesepakatan bahwa bagian pembukaan UUD 1945 tidak boleh diubah, tetap mempertahankan Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan sistem pemerintahan presidensial, penjelasan UUD1945 ditiadakan
dan hal-hal normative dalam bagian penjelasan diangkat ke dalam pasal-pasal. Perubahan dilakukan
dengan cara adendum yaitu setiap pasal baru hasil amandemen akan selalu disertai dengan pasal
aslinya. Tujuannya agar konteks historis dapat dilestarikan sehingga masih tetap dapat terus dipelajari
oleh generasi mendatang.
Perubahan atau amandemen UUD 1945 dilakukan pertama kali oleh MPR pada sidang Umum
MPR tahun 1999 dan mulai berlaku sejak tanggal 19 Oktober 1999. Amandemen atas UUD 1945
dilakukan sebanyak 4 kali selama periode tahun 1999 s/d tahun 2000
Keseluruhan amandemen UUD 1945 itu pada dasarnya meliputi ketentuan mengenai (a) hakhak asasi manusia, hak dan kewajiban warga negara, serta mekanisme hubungannnya dengan negara
dan prosedur untuk mempertahankannya apabila hak-hak itu dilanggar, (b) prinsip-prinsip dasar
tentang demokrasi dan rule of law serta mekanisme perwujudannya dan pelaksanaannya, seperti
melalui pemilihan umum, dan lain-lain, serta (c) format kelembagaan negara dan mekanisme
hubungan antar organ negara serta sistem pertanggungjawaban para pejabatnya. Dengan kata lain,
menurut (Jimly Assidiqie, 2007 dalam Sunarso dkk, 2008), apa yang diatur dalam amandemen pertama
sampai dengan amandemen keempat UUD 1945 mencakup semua hal yang menjadi pokok materi
semua UU dasar negara modern di dunia.
Tentu tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan UUD 1945 ini membawa kemajuan. Hal ini
tampak jelas bahwa kehidupan demokrasi tumbuh semakin baik. UUD 1945 hasil amandemen sudah
memeunculkan ketentuan tentang cheks and balances secara lebih proporsional di dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia.

Sebelum UUD 1945 diamandemen, banyak produk peraturan perundang-undangan yang


bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, seperti banyaknya UU yang
bertentangan dengan UUD 1945, tetapi tidak ada lembaga pengujian yang dapat dioperasionalkan.
Sekarang dapat kita lihat kemajuan yang terjadi dengan hadirnya MK yang berperan dalam pengujian
UU, sebagai implementasi checks and balances yang bagus bagi sistem ketatanegaraan. Sekarang
legislatif tidak bisa lagi membuat UU dengan sembarangan atau melalui transaksi politik tertentu,
sebab produk legislasi sekarang sudah dapat diawasi dan diimbangi oleh lembaga yudisial, yaitu MK.
Dengan amandemen UUD 1945, lembaga MPR mengalami transformasi kedudukan dari
lembaga tertinggi negara menjadi lembaga tinggi negara. Kekuasaan MPR pun menjadi berkurang.
MPR tidak lagi berwenang untuk memilih pasangan Presiden dan wakil presiden, tetapi rakyatlah yang
sekarang berdaulat untuk memilih pasangan Presiden dan Wakil Presiden. Dengan kata lain,
kedaulatan tertinggi berada di tangan rakyat. Yang sebelum diamandemen kekuasaan tertinggi berada
di tangan MPR. Pembagian kekuasaan juga diatur dengan jelas antara eksekutif, legislatif, dan
yudikatif. Kekuasaan eksekutif didelegasikan kepada presiden, kekuasaan legislatif didelegasikan
kepada presiden, DPR, dan DPD, dan kekeuasaan yudikatif didelegasikan kepada Mahkamah Agung.
Sedangkan fungsi pengawasan atau kekuasaan inspektif, didelegasikan kepada Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) dan DPR. Setelah diamandemen, tidak ada kekuasaan konsultatif, yang sebelum
diamandemen didelegasikan kepada Dewan Pertimbangan Agung. Dalam kekuasaan kehakiman ada 2
lembaga baru setelah diamandemen, yaitu KY dan MK.
Inti penerapan sistem pemerintahan pascaamandemen konstitusi uud 1945 antara lain:
a) Perubahan ideologi politikdari sosialis demokrat (ORBA) menjadi liberal yang
berintikan demokrasi dan kebebasan individu serta pasar bebas.
b) Penyelenggaraan otonomi daerah kepada pemda tingkat I dan II(kabupaten/kota).
c) Pelaksanaan pemilu langsung presiden dan wakil presiden.
d) Pelaksanaan kebebasan pers yang bertanggung jawab.
e) Perubahan UU politik yang berintikan pemilu langsung dan sistem multipartai.
f) Pelaksanaan amandemen konstitusi (UUD 1945) yang berintikan perubahan struktur
ketatanegaraan Indonesia yang ditandai dengan ditetapkannya konstitusi (UUD 1945)
sebagai lembaga tertinggi negara.

Anda mungkin juga menyukai