Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI

PEMERIKSAAN MAKANAN/MINUMAN

Disusun Oleh :
Kelompok 1
Praktikum Mikrobiologi Farmasi Grup C
Nama Anggota :
1
2
3
4
5
6

Ovysta Darsono
Shinta Putri Larasati
Adilah Salamatunnisa
Ayu Pravita
Cahyani Susi Wigiyanti
Widayanti Ayuningtias

(1543050025)
(1543050042)
(1543050043)
(1543050057)
(1543050059)
(1543050094)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1

Latar Belakang
Berbagai mikroba patogen seringkali ditularkan melalui air yang tercemar sehingga
menimbulkan penyakit bawaan manusia maupun hewan.Bahan makanan terdiri dari protein,
karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Bahan makanan merupakan medium pertumbuhan
yang baik bagi berbagai macam mikroorganisme.
Mikroorganisme dapat membusukkan protein, memfermentasikan karbohidrat dan
menjadikan lemak dan minyak berbau tengik. Meskipun banyak mikroorganisme tidak
berbahaya bagi manusia, beberapa mikroorganisme pencemar dapat mengakibatkan
kerusakan, dan yang lain menimbulkan penyakit atau menghasilkan racun yang
menyebabkan peracunan makanan.
Oleh karena itu untuk mengetahui bahwa bahan baku dan bahan tambahan tidak
mengalami perubahan sifat serta bebas dari kontaminasi mikroba, maka diperlukan uji
mikrobiologis, yang meliputi pengujian Angka Lempeng Total bakteri dan uji cemaran
bakteri/ kapang.
Analisis kuantitatif mikrobiologi pada bahan pangan penting dilakukan untuk mengetahui
mutu bahan pangan dan menghitung proses pengawetan yang akan diterapkan pada bahan
pangan tersebut. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menghitung atau mengukur
jumlah jasad renik dalam suatu suspensi, salah satunya adalah pemeriksaan adanya bakteri
Coliform pada makanan dan minuman dengan metode MPN (Most Probable Number).

Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai pada praktikum kali ini adalah :
1. Menentukan Nilai MPN dari sampel
2. Menentukan cemaran bakteri pathogen dari sampel

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Berbagai macam uji mokrobiologis dapat dilakukan terhadap bahan pangan, meliputi uji
kuantitatif mikroba untuk menentukan daya tahan suatu makanan, uji kualitatif bakteri patogen
untuk menenetukan tingkat keamanan dan uji indikator untuk menentukan tingkat sanitasi
makanan tersebut. Pengujian yang dilakukan terhadap tiap bahan pangan tidak sama tergantung
berbagai faktor, seperti jenis dan komposisi bahan pangan, cara pengepakan dan penyimpanan
serta komsumsinya, kelompok konsumen dan berbagai faktor lainnya (Dirjen POM., 1979).
Metode MPN biasanya biasanya dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam
contoh yang berbentuk cair, meskipun dapat pula digunakan untuk contoh berbentuk padat
dengan terlebih dahulu membuat suspensi 1:10 dari contoh tersebut (Fardiaz, 1993).
Metode MPN digunakan medium cair di dalam tabung reaksi, dimana perhitungannya
dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif yaitu yang ditumbuhi oleh jasad renik setelah
inkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan
mengamati timbulnya kekeruhan atau terbentuknya gas di dalam tabung kecil (tabung Durham)
yang diletakkan pada posisi terbalik, yaitu untuk jasad renik pembentuk gas.
Dalam metode MPN, pengenceran harus dilakukan lebih tinggi daripada pengenceran
dalam hitungan cawan, sehingga beberapa tabung yang berisi medium cair yang diinokulasikan
dengan larutan hasil pengenceran tersebut mengandung satu sel, beberapa tabung yang lainnya
mengandung lebih dari satu sel atau tabung lainnya tidak mengandung sel. Dengan demikian
setelah inkubasi, diharapkan terjadi pertumbuhan pada beberapa tabung yang dinyatakan sebagai
tabung positif, sedangkan tabung lainnya negatif.
Standar plate Count (Angka Lempeng Total) adalah menentukan jumlah bakteri dalam
suatu sampel. Dalam test tersebut diketehui perkembangan banyaknya bakteri dengan mengatur
sampel, di mana total bakteri tergantung atas formasi bakteri di dalam media tempat tumbuhnya
dan masing-masing bakteri yang dihasilkan akan membentuk koloni yang tunggal (Djide M.
Natsir., 2005).
Metode MPN merupakan uji deretan tabung yang menyuburkan pertumbuhan koliform
sehingga diperoleh nilai untuk menduga jumlah koliform dalam sampel yang diuji. Uji positif
akan menghasilkan angka indeks. Angka ini disesuaikan dengan tabel MPN untuk menentukan

jumlah koliform dalam sampel. (Sesilia,R.2011)


Tabel seleksi bakteri (Sesilia,R.2011)
No

Bakteri

Media Enrichmen

Media Selektif

E. coli

BGLBB, LB, BHIB

EMBA,Mc concey

Salmonella thypi

BSA, SCB,
SELENITIF

SSA, BSA

BHIB

MHA, CETA

Pseudomonas
aeruginosa

Staphylococcus
aureus

Hasil Positif
Koloni hijau metalik dengan
bintik hitam di tegah
Koloni keruh atau bening,
tidak berwarna bagian tengah
mungkin berwarna hitam.
Koloni kecil dan sedang,
jernih, sedikit keruh. Koloni
hijau berfluoresen
Koloni berukuran kecil dan
berwarna hitam, dikelilingi

BHIB

VJA

oleh areal berwarna kuning


yang enunjukkan terjadinya
fermentasi manitol.
Koloni kuning permukaan
agak datar, bagian tengah

Vibrio cholera

APW

TCBSA

keruh dan bagian pinggir


bening atau koloni kuning
agak kering dilingkari zone
kuning.

Mikroba yang terkandung dalam makanan bisa menyebabkan terjadinya kerusakan


mikrobiologis pada makanan sehingga tidak layak untuk dikonsumsi. Untuk mengetahui layak
atau tidaknya suatu bahan makanan untuk dikonsumsi oleh masyarakat, perlu dilakukan
pengujian mikroba yang terkandung dalam makanan tersebut, salah satu cara tersebut adalah
dengan analisis kuantitatif mikrobiologi pada bahan pangan (Buckle 1987). Cara ini sangat
penting dilakukan untuk mengetahui mutu bahan pangan. Banyak cara yang dapat dilakukan
untuk mengetahui jumlah jasad renik di dalam suatu suspensi atau bahan. Cara-cara tersebut
dibedakan menjadi beberapa kelompok, yaitu:
1. Perhitungan jumlah sel
1. Hitungan mikroskopis

2. Hitungan cawan
3. MPN (Most Probable Number)
2. Perhitungan massa sel secara langsung
1. Volumetric
2. Gravimetric
3. Kekeruhan (turbidimeter)
3. Perhitungan massa sel secara tak langsung
1. Analisis komponen sel (protein, DNA, ATP)
2. Analisis produk katabolisme (metabolit primer, metabolit sekunder, panas)
3. Analisis konsumsi nutrien (karbon, nitrogen, oksigen, asam amino, mineral).
(Waluyo 2007).
Setiap bahan pangan selalu mengandung mikroba yang jumlah dan jenisnya berbeda.
Pencemaran mikroba pada bahan pangan merupakan hasil kontaminasi langsung atau tidak
langsung dengan sumber-sumber pencemar mikroba, seperti tanah, air, debu, saluran pencernaan
dan pernafasan manusia atau hewan. Dalam batas-batas tertentu kandungan mikroba pada bahan
pangan tidak banyak berpengaruh terhadap ketahanan bahan pangan tersebut. Akan tetapi,
apabila kondisi lingkungan memungkinkan mikroba untuk tumbuh dan berkembang lebih cepat,
maka bahan pangan akan rusak karenanya (Dwidjoseputro 2005). Menurut Fardiaz (1992),
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri adalah zat makanan, pH, air, oksigen,
dan senyawa penghambat pertumbuhan. Adapun menurut Buckle (1987), selain zat makanan,
suhu, pH, dan aktifitas air, pertumbuhan bakteri juga dipengaruhi oleh waktu, potensial reduksi
oksidiasi (redoks), struktur biologi, dan faktor pengolahan.
Metode hitungan cawan menggunakan sel jasad renik yang masih hidup yang
ditumbuhkan pada medium agar sel jasad renik tersebut akan berkembang biak dan membentuk
koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung tanpa menggunakan mikroskop. Metode
hitungan cawan merupakan cara yang paling sensitive untuk menentukan jumlah jasad renik,
karena beberapa hal yaitu :
1. Hanya sel yang masih hidup yang dihitung
2. Beberapa jasad renik dapat dhitung sekaligus
3. Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi jasad renik karena koloni yang terbentuk
mungkin berasal dari suatu jasad renik yang mempunyai penampakan spesifik.

Beberapa metode cawan, metode MPN digunakan medium cair didalam tabung reaksi,
dimana perhitungan berdasarkan jumlah tabung yang positif setelah diinkubasi pada suhu dan
waktu tertentu (Fardiaz, 1993). Escherichia coli adalah penghuni normal saluran pencernaan
manusia dan hewan berdarah panas. Biasanya tidak patogenik. Koliform sebagai suatu kelompok
dicirikan sebagai bakteri berbentuk batang gram negatif, tidak membentuk spora, aerobik dan
anaerobik fakultatif yang memfermentasi laktose dengan menghasilkan asam dan agas dalam
waktu 48 jam pada suhu 35C.
Menurut yuliani (2009) ada 5 prosedur yang dapat dilakukan untuk menghitung jumlah
mikroba yang terdapat dalam cawan yaitu:
1. Hasil yang dilaporkan hanya terdiri dari dua angka, yaitu angka pertama dan angka
kedua. Jika angka yang ketiga sama dengan atau lebih besar dari 5, harus dibulatkan satu
angka lebih tinggi pada angka yang kedua.
2. Jika semua pengenceran yang dibuat untuk pemupukan manghasilkan kurang dari 30 koloni
pada cawan petri (<30), hanya jumlah koloni pada pengenceran yang terendah yang dihitung.
Hasilnya dilaporkan sebagai kurang dari 30 dikalikan dengan besarnya pengenceran, tetapi
jumlah yang sebenarnya harus dicantumkan dalam tanda kurung.
3. Jika semua pengenceran yang dibuat untuk pemupukan menghasilkan lebih dari 300 koloni
pada cawan petridish (> 300), hanya jumlah koloni pada pengencerannya yang tertinggi yang
dihitung, misalnya dengan cara menghitung jumlahnya pada bagian cawan petri, kemudian
hasilnya dikalikan 4. Hasilnya dilaporkan sebagai lebih dari 300 dikalikan dengan besarnya
pengenceran, tetapi jumlah yang sebenarnya harus dicantumkan dalam tanda kurung.
4. Jika cawan dari dua tingkat pengenceran menghasilkan koloni dengan jumlah antara 30 dan
300, dan perrbandingan antara hasil tertinggi dan terendah dari keud pengenceran tersebut
lebih kecil atau sama dengan 2, tentukan rata-rata dari kedua nilai tersebut dengan
memperhitugkan pengencerananya. Jika perbandingan antara hasil tertinggi dan terendah
lebih besar dari 2, yang dilaporkan hanya hasil yang terkecil.
5. Jika digunakan dua cawan petri (duplo) per pengenceran, data yang diambil harus dari kedua
cawan tersebut, tidak boleh diambil salah satu.
Menurut Pelczar dan Chan (1988) kelompok koliform mempunyai beberapa ciri yang juga
dimiliki oleh anggota-anggota genus Salmonella dan Shigella, yaitu dua genera yang mempunyai
species-species enteric patogenik. Namun, ada perbedaan biokimiawi utama yang nyata yaitu

bahwa koliform dapat memfermentasi laktose dengan menghasilkan asam dan gas sedangkan
Salmonella dan Shigella tidak memfermentasi laktose.
Salah satu indikator kerusakan produk pangan atau makanan adalah bila jumlah
mikroorganisme tumbuh melebihi batas yang telah ditetapkan.Untuk mengetahui sejauh mana
kerusakan bahan pangan tersebut dan untuk mengetahui aman atau tidaknya makanan tersebut
dikonsumsi, maka harus terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan mikrobiologi.Pengujian
mikrobiologi diantaranya meliputi uji kuantitatif untuk menentukan mutu dan daya tahan suatu
makanan, uji kualitatif bakteri patogen untuk menentukan tingkat keamanannya, dan uji bakteri
indikator untuk mengetahui tingkat sanitasi makanan tersebut (Fardiaz, 1993).
Pengujian mikrobiologi pada sampel makanan akan selalu mengacu kepada persyaratan
makanan yang sudah ditetapkan. Parameter uji mikrobiologi pada air dan makanan yang
dipersyaratkan sesuai Standar Nasional Indonesia diantaranya uji TPC (Total Plate Count) atau
ALT (Angka Lempeng Total), uji MPN Coliform dan lain-lain.Uji Total Plate Count (TPC)
merupakan metode kuantitatif yang umumnya digunakan untuk menghitung adanya bakteri
secara langsung.
Prinsip dari metode hitungan cawan atau Total Plate Count (TPC) adalah menumbuhkan sel
mikroorganisme yang masih hidup pada media agar, sehingga mikroorganisme akan berkembang
biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung dengan mata tanpa
menggunakan mikroskop. Metode ini merupakan metode yang paling sensitif untuk menentukan
jumlah mikroorganisme.Dengan metode ini, kita dapat menghitung sel yang masih hidup,
menentukan jenis mikroba yang tumbuh dalam media tersebut serta dapat mengisolasi dan
mengidentifikasi jenis koloni mikroba tersebut.
Pada metode ini, teknik pengenceran merupakan hal yang harus dikuasai.Sebelum
mikroorganisme ditumbuhkan dalam media, terlebih dahulu dilakukan pengenceran sampel
menggunakan larutan fisiologis.Tujuan dari pengenceran sampel yaitu mengurangi jumlah
kandungan mikroba dalam sampel sehingga nantinya dapat diamati dan diketahui jumlah
mikroorganisme secara spesifik sehingga didapatkan perhitungan yang tepat.Pengenceran
memudahkan dalam perhitungan koloni (Fardiaz, 1993). Menurut Waluyo (2005), tahapan
pengenceran dimulai dari membuat larutan sampel sebanyak 10 ml (campuran 1 ml/1gr sampel
dengan 9 ml larutan fisiologis). Dari larutan tersebut diambil sebanyak 1 ml dan masukkan
kedalam 9 ml larutan fisiologis sehingga didapatkan pengenceran 10-2. Dari pengenceran 10-2

diambil lagi 1 ml dan dimasukkan kedalam tabung reaksi berisi 9 ml larutan fisiologis sehingga
didapatkan pengenceran 10-3, begitu seterusnya sampai mencapai pengenceran yang kita
harapkan.

BAB III
METODE PRAKTIKUM

Alat dan Bahan


1

Alat
-

Cawan petri

- Ose

Erlenmeyer

- Inkubator

Tabung reaksi besar kosong 1 buah

- Bunsen

Tabung reaksi jumbo 5 buah

- Rak tabung

Tabung reaksi

- Tabung durham

Pipet volume

Bahan
-

Single strength (Pepton 10, NaCl 5, Laktosa 17, Aquadest ad 1000 ml)

Double strength (Pepton 20, NaCl 10, Laktosa 34, Aquadest ad 1000 ml)

Aquadest steril 100 ml

BGLB (Brilliant Green Bile Lactosa Broth) dengan tabung durham

Media steril dari: TCBS (Tio Sulfat Cetrat Bile Sucrose)


MSA (Mannitol Salt Agar)
Sabouraud Dextrose Agar
SS (Salmonella Shigella Agar)
Endo Agar
Buffer phospat saline 10%

R/ Dibasic potassium phosphate 13,6 g


Monobasic potassium phosphate 4,0 g
NaCl 9,0 g
Aquadest ad 1000 ml

Cara Kerja
Hari 1 :

Sterilkan alat-alat

Buat larutan buffer phosphate 10% sterilkan

Buat kaldu laktosa untuk 9 tabung besar @ 10 ml, sterilkan. Setelah dingin,
masukkan bahan makanan/minuman yang sudah diencerkan dengan buffer
phosphate 10%
3 tabung double strength @ 10 ml BP
3 tabung konsentrasi normal @ 1 ml BP
3 tabung konsentrasi normal @ 0,1 ml BP
Kemudian encerkan 370

Buat media TCBS, MSA, SS agar, SDA, Endo Agar sterilkan

Buat TSA, sterilkan

Buat pengenceran dari bahan makanan/minuman yang akan diperiksa 10 gram bahan

dalam 100 ml buffer atau 25 gram bahan dalam 225 ml buffer pengenceran:

1
100 0 ,

1
1000 0

1
10 0 ,

masukkan kedalam petri steril dan tuangi dengan TSA steril

Buat control + untuk Aquadest


Buat control untuk media
Eramkan di inkubator 370C selama 16-24 jam

Tanam sampel / bahan makanan/minuman pada media TCBS, MSA, SS Agar, SDA,
Endo Agar kemudian eramkan di inkubator 370C selama 16-24 jam

Hari II :

Periksa kaldu laktosa yang positif, dan tanam BGLB steril dan eramkan di inkubator
370C selama 16-24 jam

Periksa dan hitung koloni yang tumbuh pada plat TSA

Periksa koloni yang tumbuh pada media TCBS, MSA, SS Agar, SDA, Endo Agar,
dengan pewarnaan gram

Hari III : Uji Completed (Uji Pelengkap)

Periksa BGLB yang positif

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1

Hasil Pengamatan
Tabel Most Probable Number (MPN)
Tabung DS @ 10 ml
1
2
3
+
+
+
Total = 3

1
-

Tabung SS @ 1 ml
2
3
Total = 0

10 ml 1 ml 0,1 ml 3 0 0 =

Tabung SS @ 0,1 ml
1
2
3
Total = 0
23
100 ml BP

Tabel Total Plate Count (TPC)


No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Perlakuan
1 ml BP + TSA
0,1 ml BP + TSA
1 ml Aqua steril + TSA
0,1 ml Aqua steril + TSA
TSA ( K- )
Aqua steril + TSA

(+)
(+)
(+)
(+)
(+)

Jumlah Koloni / Hasil


Tak Terhingga
172 Koloni
257 Koloni (Reject)
185 Koloni (Reject)
(-)
3 Koloni

Media Selective
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Perlakuan
Endo Agar
SDA
TCBS
MSA
SS Agar

(+)
(+)
(+)
(+)

Jumlah Koloni / Hasil


Tak Terhingga
68 Koloni
(-)
2 Koloni
16 Koloni

Pembahasan
Uji mikrobiologis makanan dan minuman adalah uji yang ditujukan untuk menentukan
apakah sediaan tersebut telah tercemar mikroba atau tidak, sehingga aman dikonsumsi oleh
masyarakat. Pengujian ini biasanya dilakukan oleh Balai Pemeriksaan Makanan dan

Minuman terhadap produk baru atau produk yang beredar di pasaran. Uji Mikrobiologis
dibagi menjadi 2, yaitu uji kualitatif dan uji kuantitatif. Uji kualitatif dimaksudkan untuk
mengetahui jenis mikroorganisme yang ada dalam sediaan tersebut. Sedangkan uji kuantitatif
dilakukan untuk mengetahui berapa jumlah mikroorganisme yang mencemari sediaan
tersebut.
Pada percobaan ini dilakukan pengujian terhadap sediaan produk makanan dan minuman.
Dimana sediaan tersebut harus diuji untuk mengetahui tingkat kontaminasi mikrobanya,
apakah memenuhi syarat atau tidak agar dapat diketahui layak tidaknya suatu produk
dipasarkan ke masyarakat.
Pada pengujian mikrobiologis suatu sediaan seperti makanan, minuman maka
pengawetnya harus diinaktifkan terlebih dahulu agar tidak menghambat pertumbuhan
mikroba. Untuk sediaan berupa makanan dan minuman, penginaktifan pengawet dapat
dilakukan dengan mengencerkan sampel dengan aquadest steril sampai beberapa kali, sebab
pengawet pada suatu sediaan akan berfungsi dengan baik bila berada pada konsentrasi
tertentu. Dengan demikian, bila diencerkan sampai beberapa kali maka pengawetnya tidak
berfungsi lagi.
Dalam penyiapan sampel dilakukan pengenceran, dengan tujuan menginaktifkan
pengawet yang ada di dalam sediaan tersebut juga untuk mengurangi jumlah populasi
mikroba untuk uji kuantitatif. Karena tanpa dilakukannya pengenceran maka akan
menyebabkan mikroba tumbuh dalam jumlah banyak sehingga akan menyulitkan dalam
perhitungan jumlah mikroorganisme.
Pada uji ALT bakteri, medium yang digunakan adalah medium NA (Nutrient Agar), sebab
medium ini mengandung karbon dan nitrogen yang dapat digunakan oleh bakteri untuk
melakukan proses metabolisme dan pengenceran sampel yang dibuat sebanyak 3 kali hingga
diperoleh sampel dengan tingkat pengenceran 10 -2, 10-3, dan 10-4. Sedangkan untuk ALT
kapang digunakan medium PDA (Potato Dextrosa Agar) karena medium ini mengandung
karbohidrat yang berperan penting dalam pertumbuhan kapang pengenceran sampel yang
dibuat sebanyak 3 kali hingga diperoleh sampel dengan tingkat pengenceran 10 -1, 10-2, dan
10-3.

Medium lanjutan dilakukan apabila uji dari medium selektif menunjukkan hasil yang
positif, yang indikasinya dapat dilihat dari adanya perubahan warna, kekeruhan atau gas yang
timbul.
Pada uji MPN digunakan medium LB yaitu untuk mendeteksi ada tidaknya bakteri
coliform didalam sampel. Media Lactose broth (LB) digunakan sebagai media untuk
mendeteksi kehadiran coliform dalam air, makanan, dan produk susu, sebagai kaldu
pemerkaya (pre-enrichment broth) untuk Salmonella dan dalam mempelajari fermentasi
laktosa oleh bakteri pada umumnya. Pepton dan ekstrak beef menyediakan nutrien esensial
untuk memetabolisme bakteri. Laktosa menyediakan sumber karbohidrat yang dapat
difermentasi untuk organisme koliform. Pertumbuhan dengan pembentukan gas adalah
presumptive test untuk coliform. Digunakan tabung durham dimaksudkan untuk melihat
apakah terdapat pertumbuhan mikroorganisme atau tidak yang ditandai dengan terbentuknya
gas didalam tabung.
Pada praktikum kali ini, melakukan pemeriksaan makanan dan minuman. Pada kelompok
kami yaitu pemeriksaan terhadap jus mangga. Medium yang digunakan ialah LBSS (lactose
Broth Single Strenght) dan LBDS (lactose Broth Double Strength) perbedaan antara single
dan double ini adalah besarnya konsentrasi yang terkandung dalam medium. LBDS
mengandung konsentrasi yang lebih besar dari pada LBSS akibatnya sampel yang
dimasukkan pada LBDS lebih banyak dari pada sampel yang dimasukkan pada LBSS.
Bakteri koliform merupakan bakteri yang berasal dari bahan-bahan intestinal/tinja baik
termasuk bakteri gram negative, tidak membentuk endospora, dapat memfermentasikan
laktosa, menghasilkan asam laktat, dan gas pada suhu 370C dalam 24 jam.
Dari praktikum yang telah dilakukan sampel tersebut positif mengandung bakteri
koliform. Hal tersebut dapat dilihat dari uji dugaan dan uji penetapan serta nilai MPN dimana
jus mangga pinggir jalan memiliki nilai MPN 23/100 ml BP, dari hasil tersebut menunjukkan
bahwa sampel tersebut pernah terkontaminasi dan mungkin dapat mengandung pathogen
usus. Standar murni mensyaratkan bahwa bakteri koliform harus berada dalam 100 ml air.
Maka sampel tersebut tidak layak untuk dikonsumsi, karena yang layak dikonsumsi memiliki
nilai MPN 10/100 ml air.
Kontaminasi terhadap bahan-bahan sampel dapat terjadi dari sumber air yang digunakan.
Misalnya pada jus mangga di pinggir jalan mungkin saja air atau es batu yang digunakan

berasal dari air mentah yang pernah melarutkan sejumlah tinja makhluk hidup berdarah
panas. Atau terkontaminasi oleh tangan manusia yang telah memegang sesuatu yang
sebelumnya pernah terkontaminasi bakteri koliform.
Selain karena bahan itu sendiri yang mengalami kontaminasi, medium yang digunakan
bisa saja terkontaminasi akibat kurang aseptis proses pembuatannya karena ketika akan
digunakan tabung durham yang berada dalam tabung reaksi berisi medium LBDS telah terisi
gelembung, yang memang bisa saja gelembung tersebut hanya berasal dari gas luar yang
terjebak ketika memasukkan tabung durham. Penyebab lainnya ialah tip dan mikropipet yang
digunakan telah terkontaminasi oleh cairan sampel sebelumnya. Atau jarum ose yang
digunakan sebagai pentransfer tidak disterilisasi dengan besar.
Namun, kami menduga terdapatnya bakteri koliform dalam sampel lebih disebabkan oleh
sumber air, cara sterilisasi, cara pembuatan, sentuhan tangan atau anggota badan lain yang
telah terkontaminasi, dan penyebab-penyebab lainnya yang lebih mengarah kepada sampel
itu sendiri bukan dari cara praktik uji koliform.
Kemudian bakteri yang dihasilkan dari sampel masuk kedalam jenis koloni tipikal pada
uji penetapan dengan ciri-ciri: tampak gelap dan terdapat kilap logam pada bagian tengah
koloni.
Tabung yang menunjukan hasil positif pada uji penetapan ditumbuhkan pada media
BGLB (Briliant Green Lactosa Broth) yang merupakan media selektif karena kandungan
emepedunya akan meningkatkan pertumbuhan bakteri gram negatif Coliform, namun
kandungan hijau berliannya akan menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dengan
jalan merusak dinding selnya.Pada hasil yang positif terbentuk gas setelah ditanam di media
Endo Agar, tabung dengan volume 10 ml sebanyak 2 tabung menunjukkan hasil positif
adanya gas. Penggunaan medium Endo Agar yang mengandung zat pewarna eosin dan
metilen blue, pada bakteri gram positif campuran zat warna ini akan semakin menghambat
pertumbuhan sedangkan pada Eschericia coli kedua zat warna ini akan terakumulasi pada
koloninya dalam suasana asam dan akan memberikan warna kehijauan mengkilat yang khas
sebagai hasil positif adanya bakteri E. coli.
Prinsip pengujian Total Plate Count adalah untuk menunjukkan jumlah mikroba yang
terdapat dalam suatu produk dengan cara menghitung jumlah koloni bakteri yang
ditumbuhkan pada media agar. Dalam pengujian ini media yang digunakan di PT. Jakarana

Tama adalah PCA (Plate Count Agar), sedangkan untuk reagen adalah BPDW (Buffered
Phosphate Distilled Water). Setelah diinkubasi, dilakukan perhitugan koloni pada setiap
petri. Pada cawan petri I, terdapat positif padapetri dan jumlah bakteri nya tak terhingga.
Pada cawam petri II, terdapat 172 koloni, pada cawan petri III terdapat 257 koloni, pada
cawan petri IV terdapat 185 koloni, pada cawan petri V hasil nya negative, pada cawan petri
VI terdapat 3 koloni bakteri. Cara untuk menghitung koloni (interprestasi hasil) adalah:
Jenis Spreader Colonies yaitu: Merupakan rantai yang tidak terpisah pisah, Perambatan
yang terjadi di antara cawan petri dan media, Perambatan yang terjadi pada pinggir atau
permukaan media. Kalau hanya terjadi 1 perambatan (seperti rantai) maka koloni dianggap 1.
Tetapi bila 1 atau lebih rantai terbentuk dan yang berasal dari sumber yang berpisah pisah,
maka tiap sumber dihitung sebagai 1 koloni.
Pada media selective, terdapat 5 cawan petri, yang berisi media endo agar, SDA, TCBS,
MSA, dan SS Agar. Pada media TCBS (Thiosulfate Citrat Bile Sucrose agar) digunakan
untuk isolasi dan pertumbuhan selektif dari Vibrio cholera dan vibrio enterophatogenic yang
lain. Prinsip kerja :konsentrasi thiosulfat dan citrate dan dan kuatnya alkalinitas dari media
ini sebagian besar menghambat pertumbuhan enterobactericeae. Empedu lembu jantan dan
coklat terutama menekan enterococci. Beberapa bakteri colifirm, yang mungkin bisa tumbuh
tidak metabolisme sucrose. Hanya sedikit strain proteus yang sucrose positif ddapat tumbuh
berwarna kuning seperti koloni Vibrio.Pencampuran indicator bromothymol-biru menubah
warna menjadi biru, kemudian asam dibentu meskipun di media yang alkalinitasnya kuat.
Pada hasil pengamatan pada jus mangga, di media TCBS mendapatkan hasil yang negative
sehingga tidak terdapatnya bakteri.
Pada media Manitol Salt Agar (MSA). Kegunaan : Media selektif dan differensial media
bersifat yang bersifat khusus (bakteri tertentu), untuk mendeteksi bakteri Staphylococcus
petogen ( S. aureus). Hanya mikroorganisme yang tahan terhadap garam yang dapat tumbuh
pada media ini, karena konsentrasi garamnya yang tinggi. Penurunan dari manitol, warna
berubah dari merah menjadi kuning penanda Staphylococcus yang phatogenic s.
aureus( koloni kecil). Hasil Positif terdapat 2 koloni kecil warna media di sekotar koloni
berubah dari merah menjadi kuning.
Pada media Salmonella Shigella Agar (SS), kegunaannya untuk isolasi salmonella dan
shigella. Briliant green, dan empedu lembu jantan dan konsentrasi tinggi thiosulfat dan

citrate sebagian besar menghambat mikroba yang mengiringi. sulfida yang diproduksi
dideteksi dengan penggunaan thiosulfation dan besi. Keberadaan bakteri coliform ditetapkan
oleh deteksi penurunan laktosa ke asam dengan Ph indicator merah netral. Hasil positif
terdapar 16 koloni bakteri pada media SS Agar.

BAB V
KESIMPULAN

Pada praktikum kali ini, pada sampel Jus Mangga yang digunakan diperoleh hasil sebagai
berikut:
1

Nilai MPN = 23 koloni/ 100 ml BP


23 koloni/ml lebih besar dari MPN berdasarkan SNI yaitu max 10 kol/ml

Nilai Uji cemaran bakteri patogen pada media selektif menunjukkan hasil yang positif pada
media Endo Agar, SDA, MSA, SSA yang berarti terdapat bakteri Escherichia coli, Jamur,
Staphylococcus aureus, Salmonella thyposa dan Shigella. Dan menunjukkan hasil negatif
pada media TCBS.

Jadi dapat disimpulkan bahwa sampel jus mangga ini tidak layak untuk dikonsumsi karena
mengindikasikan adanya bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Salmonella thyposa
dan Shigella dan Jamur yang dapat membahayakan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin. 1993. Kamus Kimia Organik. Jakarta: Depdikbud.


Buckle KA, RA Edwards, GH Fleet, M Wootton. 1987. Ilmu Pangan. Penerjemah: Hari Purnomo
dan Adiono. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Jakarta: Depkes RI.
Djide, Natsir. 2005. Mikrobiologi Farmasi Dasar. Makassar: Jurusan Farmasi Universitas
Hasanuddin.
Dwidjoseputro. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Fardiaz, Srikandi. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: PT Raja Grafinda Persada.
Pakadang, S., 2010. Buku Penuntun Praktikum Mikrobiologi Farmasi. Makassar: Jurusan
Farmasi Politeknik Kesehatan Depkes Makassar.
Pelczar, M.J., Chan, E.C.S. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi 2. Jakarta: UI-Press.

LAMPIRAN

0,1 1mlmlAq.
BPsteril
+ TSA
+ TSA
(+)(+)
Tak
185
Terhingga
Koloni

Double
10 ml
0,1Strength
ml TSA
BP + @
TSA
yang
terdapat
gas
(-)(+)
Tidak
172ada
Koloni
bakteri

1 ml
Aq.
Aq.
steril
steril
+ TSA
+ TSA
(+)
(+)257
3 Koloni
Koloni

Pada Media MSA


SS
SDABakteri Staphylococcus
Pada Media
TCBS
Endo Agar
Pada Media SDA Pada Media
MSA SSA
(+)
(+)16
68Koloni
Koloni aureus
Bakteri Escherichia
(-)
coli Jamur Bakteri Salmonella/Shigella
(+) 2 Koloni

Anda mungkin juga menyukai