Anda di halaman 1dari 9

PRESENTASI KASUS

Hernia Inguinalis

oleh:
dr. Ghina Khairunnisa

Narasumber:
dr. Kisman Djafar, Sp.B

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


RSUD TANI DAN NELAYAN BOALEMO
2016

ILUSTRASI KASUS
I. IDENTITAS
Nama

: Tn. YK

Tanggal lahir : 1 Juli 1954


Usia

: 62 tahun

Alamat

: Ds. Saritani

Status

: Menikah

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: Petani

Agama

: Islam

Tgl masuk

: 3 Oktober 2016

No.RM

: 05.46.53

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Benjolan pada lipat paha kanan sejak 1 bulan
Riwayat Penyakit Sekarang
Diagnosis/Gambaran Klinis: Benjolan pada lipat paha kanan, muncul jika
pasien berdiri dan mengedan, hilang jika pasien berbaring, tidak sampai
kantung zakar. Kulit pada benjolan tidak kemerahan, panasnya sama dengan
kulit sekitar, disertai nyeri pada lipat paha, paha bagian dalam dan pinggang
kanan. Nyeri dirasakan terus-menerus, terutama jika muncul benjolan. Satu
minggu terakhir, pasien merasa nyeri bertambah dan benjolan semakin besar
Mual (-), muntah (-). Perut kembung (-). Pasien dapat BAB, 1x/hari, sedikit
keras, tidak ada lendir, tidak hitam, tidak berdarah. Bisa buang gas. BAK tidak
ada keluhan. Demam (-).
Riwayat sering memikul hasil kebun sejak muda. Riwayat batuk lama (-).
Riwayat sulit BAB (-). Riwayat trauma (-).

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat benjolan di daerah lipatan paha sebelumnya (-)
Riwayat pengobatan sebelumnya (-), Riwayat operasi (-)
Hipertensi (-), DM (-), alergi (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat benjolan pada lipat paha (-),jantung (-), DM (-), alergi (-)

III. PEMERIKSAAN FISIK


Kesadaran: kompos mentis

Keadaan umum: TSR

Habitus: Atletikus
Tanda Vital:
Tekanan darah: 90/60 mmHg
Nadi

: 57x/menit, kuat, regular

Suhu

: 36,5 C

Pernafasan

: 22x/menit

Kepala

: Normosefali

Mata

: Konjungtiva pucat (-), Sklera ikterik (-)

THT

: Deformitas (-), Tonsil T1/T1, hiperemis(-)

Mulut

: Mukosa basah, ulkus (-)

Paru

: Tampak simetris, Vesikular, Ronki (-), Wheezing (-)

Jantung

: Bunyi S1/S2 normal,regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

: Datar, supel, Bising usus (+) normal, Nyeri tekan (-), Hepar dan
lien tidak teraba, timpani di seluruh lapang abdomen

Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik, Edema(-)

Status Lokalis
Saat berdiri, pada inguinalis dextra, tampak benjolan, ukuran kira-kira 2x5 cm,
perabaan kenyal, batas tegas, immobile, suhu dan warna sama seperti kulit sekitar.
Finger test, benjolan teraba pada ujung jari.
Saat berbaring, benjolan tidak muncul.
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tabel 1. Pemeriksaan Laboratorium
Leukosit
Hb
Ht
Trombosit
GDS
Kolesterol Total
Ureum
Kreatinin
SGOT
SGPT
Kalium (K)
Natrium (Na)
Clorida (Cl)

7.800 /L
13.0 g/dL
40%
223 ribu/L
69 mg%
110 mg%
32 mg%
1,0 mg%
33 Mu/mL
17 Mu/mL
3,73 mmol/L
136,97 mmol/L
106,96 mmol/L

V. DIAGNOSIS
Hernia inguinalis lateralis dextra reponibel
VI. TATALAKSANA

Rencana herniorafi

IVFD D5 NS 1500 cc/24jam

Inj Ceftriaxone 1 g/12 jam iv

Inj Norages 1 amp/8 jam iv

Inj Ranitidine1 amp/12 jam iv

Rawat luka post op

TINJAUAN PUSTAKA
HERNIA INGUINALIS
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (Locus Munoris Resistentiae).
Hernia inguinalis meliputi 75% kasus hernia abdominalis dan 2/3 kasus hernia
inguinalis merupakan hernia inguinalis lateralis.
Patofisiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang
didapat. Faktor resiko hernia antara lain prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian
tekanan di dalam rongga perut (batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi dan
asites), dan kelemahan otot dinding perut karena usia.
Pada hernia inguinalis, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari
lapisan dinding abdomen (peritoneum parietal). Pada hernia inguinalis lateralis
locus minoris ialah kanalis linguinalis sedangkan pada hernia inguinalis medialis
ialah trigonum Hasselbach. Kanalis Inguinalis merupakan saluran yang membentang
mulai dari annulus inguinalis internus, suatu lubang pada fascia transversa berjalan
turun dan medial sampai annulus inguinalis externus yang merupakan lubang pada
aponeurosis m. obliqus abdominis externus. Pada normalnya, saluran ini hanya
dilalui oleh furniculus spermaticus dan nervus Illioinguinalis. Sedangkan trigonum
Hasselbach merupakan daerah yang dibatasi oleh ligamentum inguinale di inferior,
vasa epigastrica inferior di sebelah lateral, dan conjoint tendon di sebelah medial.

Gambar 1. Anatomi Regio Inguinal

Gambar 2. Trigonum Hesselbach

Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar
masuk. Kantong hernia dapat masuk kembali secara spontan. Bila isi kantong tidak
dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut, hernia disebut hernia ireponibel.
Apabila telah terjadi gangguan pasase (hernia inkarserata) akibat terperangkapnya
usus dalam kantong hernia akan muncul gejala obstruksi seperti tidak bisa BAB,
tidak bisa buang gas, kembung, mual dan muntah. Usus yang terperangkap dapat
semakin edem sehingga pembuluh darah yang mendarahi usus akan ikut tersumbat
dan terjadi gangguan vaskularisasi (Hernia strangulata). Gejala hernia strangulata
ialah nyeri yang menetap karena rangsangan peritoneal, serta tanda peradangan
seperti kemerahan dan bengkak. Jika dibiarkan, usus yang terperangkap dapat
mengalami nekrosis dan perforasi sehingga hernia harus ditatalaksana sejak awal.
Gambaran Klinis dan Diagnosis
Hernia inguinalis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Benjolan akan membesar jika tekanan intraabdominal meningkat atau posisi
berddiri. Awalnya benjolan dapat masuk ke rongga abdomen spontan namun lama
kelamaan benjolan tidak dapat masuk spontan. Perlu ditanyakan juga adanya tanda
obstruksi dan strangulasi untuk menentukan sifat hernia. Pada pemeriksaan hernia
reponibel, dapat dilakukan pemeriksaan finger test untuk menentukan jenis hernia.
Pasien diminta tidur terlentang dan masukkan jari telunjuk dari arah skrotum masuk
annulus inguinalis eksternus, lalu penderita disuruh untuk mengedan. Jika terasa
benjolan menyentuh ujung jari, berarti hernia inguinalis lateralis, dan kalau samping
jari yang menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis.

Tatalaksana
Tatalaksana konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.
Namun, tatalaksana ini bukan merupakan tatalaksana definitif. Semua kasus hernia
yang telah ditegakkan terindikasi untuk tatalaksana operatif. Prinsip dasar operasi
hernia adalah herniorafi, yang terdiri dari herniotomi dan hernioplasti. Pada
herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya. Pada
hernioplasti dilakukan tindakan memperkuat dinding posterior kanalis inguinalis.
Tidak ada perbedaan tatalaksana antara hernia inguinalis lateralis maupun medialis.
Terdapat bermacam-macam teknik hernioplasti. Diantaranya yang paling klasik
adalah teknik Bassini. Pada teknik hernioplasti Bassini dilakukan penjahitan
conjoint tendon dengan ligamentum inguinalis sehingga seluruh daerah inguinal
tertutup otot . Pada teknik ini akkan terjadi tegangan karena adanya penarikan
secara tidak anatomis conjoint tendon ke ligamentum inguinal sehingga seringkali
menimbulkan nyeri. Pada perkembangannya, kini seringpula dipakai mesh pada
locus minoris tersebut sehingga dapat mengurangi tegangan dan lebih sedikit
menimbulkan nyeri.
Pencegahan
Untuk mencegah timbulnya hernia kembali, pasien harus menghindari kegiatan
yang dapat menimbulkan peningkatan tekanan intraabdominal seperti mengangkat
beban berat, batuk lama, sering mengedan. Pada pasien obesitas, pasien juga
dianjurkan menurunkan berat badan.

PEMBAHASAN

Pasien seorang laki-laki, datang dengan keluhan timbul benjolan pada lipatan paha
kiri yang timbul jika pasien melakukan pekerjaan berat dan berdiri. Dari lokasi
bejolan ini beberapa struktur yang dapat terlibat adalah pembesaran kelenjar getah
bening dan penonjolan dari organ usus yang masuk ke kanalis inguinalis (hernia).
Dikarenakan benjolan yang hilang timbul dipikirkan lebih ke arah hernia, karena
pada pembesaran kelenjar getah bening akan membesar secara menetap tidak hilang
timbul. Dari anamnesis, benjolan dapat menghilang spontan, tidak didapatkan tanda
obstruksi maupun strangulasi.
Pada pemeriksaan fisik juga tidak didapatkan tanda obstruksi maupun strangulasi
sehingga dapat ditentukan bahwa hernia inguinalis yang dialami pasien masih
bersifat reponibel. Hal ini juga diperkuat dengan temuan pada pemeriksaan fisik
yakni ditemukannya benjolan yang terlihat saat pasien mengedan dan hilang saat
pasien berbaring. Pada pemeriksaan finger test, benjolan teraba pada ujung jari
sehingga disimpulkan bahwa jenis hernia adalah hernia inguinalis lateralis.
Tatalaksana yang direncanakan untuk pasien ialah herniorafi. Herniorafi merupakan
pilihan utama pada pasien hernia karena merupakan tatalaksana definitif dan perlu
dilakukan walaupun hernia yang dialami pasien masih bersifat reponibel untuk
mencegah progres hernia menjadi inkarserata, strangulata dan akhirnya perforasi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG, Pollock RE.
Schwartzs Principles of Surgery 8th Edition. McGraw-Hills. 2004
2. Henry MM, Thompson JN [Editor]. Clinical Surgery 2nd Editon. Elsevier.
2005
3. Townsend et al. Sabiston Textbook of Surgery: The Biological Basis of
Modern Surgical Practice 18th edition. Saunders Elsevier. 2007
4. Sjamsidajat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC. 2005.

Anda mungkin juga menyukai