Anda di halaman 1dari 8

TUGAS AWAL

Oleh:
NAMA : ASRI DWI CAHYA LARISI
NO. STB : A 241 11 022
KELOMPOK : VI

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2014

A. Fungsi alat yang digunakan pada percobaas speed of light yaitu sebagai
berikut :
1. Laser Helium Neon ( He-Ne), berfungsi sebagai sumber cahaya.
2. Lensa Cembug 48 mm, berfungsi untuk memfokuskan sumber cahaya
yang kita berikan.
3. Lensa Cembung 127 mm, berfungsi untuk memfokuskan sumber cahaya
yang kita berikan.
4. Perangkat Cerimin Putar Berkecepatan Tinggi berfungsi untuk menghitung
besarnya kecepatan yang dilakukan dalam percobaan.
5. Cermin Tetap (movable mirror) berfungsi untuk menetapkan cahaya yang
berasal dari sumber cahaya yaitu laser Helium Neon (He-Ne).
6. Microskop Pengukur dipasang pada panggung mikrometer berfungsi
untuk mengukur perpindahan

titik bayangan. (sebagai alat untuk

mengamati titik fokus cahaya pada saat pengukuran)


7. Bangku Optik 1 Meter berfungsi untuk meletakkan alat-alat yang akan
digunakan dalam percobaan speed of light.
8. Sekrup Bangku Optik berfungsi untu bangku optik tidak bergeser ketika
melakukan percobaan.
9. Dudukan Lensa berfungsi untuk meletakkan lensa.
10. Alignment Jigs berfungsi untukmempererat lensa agar tidak ada
pergerakan ketika melakukan percobaan.
11. Laser Adapter Kit berfungsi untuk menghubungkan arus yang berasal dari
PLN.
12. Bangku Laser berfungsi untuk meletakkan laser, sehingga ketika
melakukan percobaan dapat berjalan dengan baik dan memperoleh hasil
yang lebih teliti.
13. Mistar 100 Cm berfungsi untuk menghitung besar jarak antara tiap alat.
14. Polarisator berfungsi untuk memfokuskan cahaya kelensa.

B. Beragam ilmuwan sepanjang sejarah telah mencoba untuk mengukur laju


cahaya.
1. Pada tahun 1629, Isaac Beeckman melakukan pengamatan sinar flash yang
dipantulkan oleh cermin dari jarak 1 mil (1,6 kilometer).

2. Pada tahun 1638, Galileo Galilei berusaha untuk mengukur laju cahaya
dari waktu tunda antara sebuah cahaya lentera dengan persepsi dari jarak
cukup jauh.
3. Pada tahun 1667, percobaan Galileo Galilei diteliti oleh Accademia del
Cimento of Florence, dengan rentang 1 mil, tetapi tidak terdapat waktu
tunda yang dapat diamati. Berdasarkan perhitungan modern, waktu tunda
pada percobaan itu seharusnya adalah 11 mikrodetik. Dan Galileo Galilei
mengatakan bahwa pengamatan itu tidak menunjukkan bahwa cahaya
mempunyai kecepatan yang tidak terhingga, tetapi hanya menunjukkan
bahwa cahaya mempunyai laju yang sangat tinggi.
4. Pada tahun 1676, sebuah percobaan awal untuk mengukur laju cahaya
dilakukan oleh Ole Christensen Rmer, seorang ahli fisika Denmark dan
anggota grup astronomi dari French Royal Academy of Sciences. Dengan
menggunakan teleskop, Ole Christensen Rmer mengamati gerakan planet
Jupiter dan salah satu bulan satelitnya, bernama Io. Dengan menghitung
pergeseran periode orbit Io, Rmer memperkirakan jarak tempuh cahaya
pada diameter orbit bumi sekitar 22 menit. Jika pada saat itu Rmer
mengetahui angka diameter orbit bumi, perhitungan laju cahaya yang
dibuatnya akan mendapatkan angka 227106 meter/detik. Dengan data
Rmer ini, Christiaan Huygens mendapatkan estimasi kecepatan cahaya
pada sekitar 220106 meter/detik.
Penemuan awal penemuan grup ini diumumkan oleh Giovanni Domenico
Cassini pada tahun 1675, periode Io, bulan satelit planet Jupiter dengan
orbit terpendek, nampak lebih pendek pada saat Bumi bergerak mendekati
Jupiter daripada pada saat menjauhinya. Rmer mengatakan hal ini terjadi
karena cahaya bergerak pada kecepatan yang konstan.
5. Pada bulan September 1676, berdasarkan asumsi

ini,

Rmer

memperkirakan bahwa pada tanggal 9 November 1676, Io akan muncul


dari bayang-bayang Jupiter 10 menit lebih lambat daripada kalkulasi
berdasarkan rata-rata kecepatannya yang diamati pada bulan Agustus
1676. Setelah perkiraan Rmer terbukti, dia diundang oleh French
Academy of Sciences untuk menjelaskan metode yang digunakan untuk

hal tersebut. Diagram di samping adalah replika diagram yang digunakan


Rmer dalam penjelasan tersebut.
6. Pada tahun 1704, Isaac Newton juga menyatakan bahwa cahaya bergerak
pada laju konstan. Dalam bukunya berjudul Opticks, Newton menyatakan
besaran laju cahaya senilai 16,6 x diamater Bumi per detik (210.000
kilometer/detik).
7. Pada tahun 1725, James Bradley mengatakan, cahaya bintang yang tiba di
Bumi akan nampak seakan-akan berasal dari sudut yang kecil, dan dapat
dikalkulasi dengan membandingkan kecepatan Bumi pada orbitnya dengan
kecepatan cahaya. Kalkulasi laju cahaya oleh Bradley adalah sekitar
298.000 kilometer/detik (186.000 mil/detik). Teori Bradley dikenal sebagai
stellar aberration. Sinar cahaya yang datang bintang 1 membutuhkan
waktu untuk mencapai bumi, dan pada saat sinar tersebut tiba, bumi telah
bergeser pada orbitnya, sehingga seolah-olah kita melihat sinar cahaya
tersebut datang dari bintang di lokasi 2.

Teori James Bradley


8. Pada tahun 1849, pengukuran laju cahaya, yang lebih akurat, dilakukan di
Eropa oleh Hippolyte Fizeau. Fizeau menggunakan roda sprocket yang
berputar untuk meneruskan cahaya dari sumbernya ke sebuah cermin yang
diletakkan sejauh beberapa kilometer. Pada kecepatan rotasi tertentu,
cahaya sumber akan melalui sebuah kisi, menempuh jarak menuju cermin,
memantul kembali dan tiba pada kisi berikutnya. Dengan mengetahui jarak
cermin, jumlah kisi, kecepatan putar roda, Fizeau mendapatkan kalkulasi
laju cahaya pada 313106 meter/detik.

Diagram Hippolyte Fizeau


9. Pada tahun 1862, Lon Foucault bereksperimen dengan penggunaan
cermin rotasi dan mendapatkan angka 298106 meter/detik.
10. Albert Abraham Michelson melakukan percobaan-percobaan dari tahun
1877 hingga tahun 1926 untuk menyempurnakan metode yang digunakan
Foucault dengan penggunaan cermin rotasi untuk mengukur waktu yang
dibutuhkan cahaya pada 2 x jarak tempuh antara Gunung Wilson dan
Gunung San Antonio, di California. Hasil pengukuran menunjukkan
299.796.000 meter/detik. Beliau wafat lima tahun kemudian pada tahun
1931.
11. Pada tahun 1946, saat pengembangan cavity resonance wavemeter untuk
penggunaan pada radar, Louis Essen dan A. C. Gordon-Smith
menggunakan gelombang mikro dan teori elektromagnetik untuk
menghitung

laju

cahaya.

299.7923 kilometer/detik.
12. Pada tahun 1950, Essen

Angka
mengulangi

yang

didapat

pengukuran

adalah

tersebut

dan

mendapatkan angka 299.792.51 kilometer/detik, yang menjadi acuan


bagi 12th General Assembly of the Radio-Scientific Union pada tahun
1957.
Angka yang paling akurat ditemukan di Cambridge pada pengukuran
melalui kondensat Bose-Einstein dengan elemen Rubidium. Tim pertama
dipimpin oleh Dr. Lene Vestergaard Hau dari Harvard University and the Rowland

Institute for Science. Tim yang kedua dipimpin oleh Dr. Ronald L. Walsworth,
dan, Dr. Mikhail D. Lukin dari the Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics.
Notasi laju cahaya (c) mempunyai makna "konstan" atau tetap

yang

digunakan sebagai notasi laju cahaya dalam ruang hampa udara, namun terdapat
juga penggunaan notasi c untuk laju cahaya dalam medium material sedangkan c0
untuk kecepatan cahaya dalam ruang hampa udara. Notasi subskrip ini
dimaklumkan karena dalam literatur SI sebagai bentuk standar notasi pada suatu
konstanta, ada juga berbentuk seperti: konstanta magnetik 0, konstanta elektrik
e0, impedansi ruang kamar Z0.
Menurut Albert Einstein dalam teori relativitas, c adalah konstanta penting
yang menghubungkan ruang dan waktu dalam satu kesatuan struktur dimensi
ruang waktu. Di dalamnya, c mendefinisikan konversi antara materi dan energi
E=mc2, dan batas tercepat waktu tempuh materi dan energi tersebut. c juga
merupakan kecepatan tempuh semua radiasi elektromagnetik dalam ruang
kamardan diduga juga merupakan kecepatan gelombang gravitasi. Dalam teori ini,
sering digunakan satuan natural units di mana c=1, sehingga notasi c tidak lagi
digunakan.

C. Prinsip kerja alat


Fizeau, ilmuwan Perancis pada tahun 1849, mengembangkan sebuah
metode cerdik untuk mengukur kecepatan cahaya jarak yang berkenan. Ia
menggunakan roda bergigi yang berputar cepat di depan sumber cahaya untuk
mengirim cahaya ke cermin jauh dalam gelombang diskrit. Menggunakan metode
ini, Fizeau mengukur kecepatan cahaya menjadi 3.15 x 108 m/detik.
Pada tahun1862, metode foucoult diperkenalkan oleh fisikawan foucuolt
dalam mengukur kecepatan cahaya didalam. Beliau memperbaiki metode Fizeu

dengan

menggunakan cermin berputar bukan roda bergigi yang berputar

kemudian menempatkan cermin putar pada roda bergerigi akan tetapi prinsip yang
diterapkan hampir sama. Hasil pengukuran terbaiknya adalah 2.99774 x 108 m/s.
Prinsip dasarnya sama seperti yang dilakukan Foucoult. Dengan mengukur jarak
titik focus S dan L2, jarak antara L2 dan jarak cermin putar, jarak antara cermin
putar dan cermin tetap, kedudukan dari titik focus S ( dalam mikroskop ). Serta
kecepatan anguler dari cermin putar, kita dapat menentukkan kecepatan cahaya.

Diagram pengaturan

eksperimental ditunjukkan pada gambar diatas.

Dengan semua peralatan yang dipasang dengan benar dan cermin putar dalam
keadaan diam, lintasan optik adalah sebagai berikut. Berkas cahaya paralel dari
laser difokuskan ke bayangan titik s oleh lensa L 1. Lensa L2 diposisikan sehingga
bayangan titik pada s dipantulkan dari cermin putar MR, dan difokuskan ke cermin
tetap, MF. MF memantulkan kembali cahaya ke sepanjang lintasan yang sama
untuk difokuskan kembali di titik s. Agar bayangan titik dapat terlihat melalui
mikroskop, pemecah berkas ditempatkan di lintasan optik, sehingga bayangan
cahaya yang dipantulkan kembali juga terbentuk pada titik s. Sekarang, misalnya
MF berputar sedikit sehingga sinar pantul mengenai MF pada titik yang berbeda.
Karena bentuk bulat MF, berkas sinar akan masih dipantulkan kembali ke arah
MR. Bayangan yang kembali ke sumber titik masih dapat dibentuk pada poin s
dan s.

Anda mungkin juga menyukai