Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmatNya kami
Kelompok
A. FRAKTUR
1. Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas struktur jaringan
tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan trauma, baik
trauma langsung maupun tidak langsung. Akibat dari suatu trauma
pada tulang dapat bervariasi tergantung pada jenis, kekuatan dan
arahnya trauma ( Apley & Solomon, 1995; Rasjad, 2007).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang
dan
Secara
umum
fraktur
dibagi menjadi
dua, yaitu
fraktur tertutup
dan
fraktur terbuka.
Fraktur tertutup jika kulit diatas tulang yang fraktur masih utuh,
tetapi apabila kulit diatasnya tertembus maka disebut fraktur
terbuka.
Trauma langsung akibat benturan akan menimbulkan garis
fraktur transversal dan kerusakan jaringan lunak. Benturan yang
2
lebih
keras
disertai
dengan
penghimpitan
tulang
akan
lunak
yang
lebih
luas.
Trauma
tidak
langsung
fraktur
tidak
mengalami
kerusakan
berat.
Pada
Sistem rangka
manusia adalah
suatu
sistem
organ
yang
memberikan
dukungan fisik pada makhluk hidup khususnya manusia. Sistem
rangka umumnya dibagi menjadi tiga bagian yaitu eksternal,
internal, dan basis cairan (rangka hidrostatik), walaupun sistem
rangka hidrostatik dapat pula dikelompokkan secara terpisah dari
dua jenis lainnya karena tidak adanya struktur penunjang. Rangka
manusia
dibentuk
atau
gabungan
karena
adanya
tidak mempunyai
c. Menurut bentuk
1) Fraktur Komplet :Garis fraktur membagi tulang
menjadi 2 fragmen atau lebih. Garis fraktur bisa
transversal, oblique, spiral.
2) Fraktur Inkomplet
3) Fraktur Kominutif
4) Fraktur Kompresi / Crush fracture
4. Etiologi
Fraktur
mengenai
terjadi
bila
tulang,
ada
suatu
dimana
trauma
trauma
yang
tersebut
2 faktor
meliputi
mengasorbsi
energi
kapasitas
trauma,
tulang
kelenturan,
5. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai
kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan .
Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih
besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah
trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya
atau
terputusnya
kontinuitas
tulang
(Carpenito,
yang membungkus
yang
merupakan
dasar
dari
proses
Nyeri lokal
Pembengkakan
Eritema
Peningkatan suhu
Pergerakan abnormal
Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen
tulang
sumsum
tulang,
terjadi
setelah
hari
kedua
kecelakaan terjadi.
Pemeriksaan Diagnostik
a. Rekognisi
Rekognisi dilakukan dalam hal diagnosis dan penilaian
fraktur. Prinsipnya adalah mengetahui riwayat kecelakaan,
derajat keparahannya, jenis kekuatan yang berperan dan
deskripsi tentang peristiwa yang terjadi oleh penderita sendiri.
b. Reduksi
Reduksi adalah usaha / tindakan manipulasi fragmenfragmen seperti letak asalnya. Tindakan ini dapat dilaksanakan
secara efektif di dalam ruang gawat darurat atau ruang bidai
gips. Untuk mengurangi nyeri selama tindakan, penderita dapat
diberi narkotika IV, sedative atau blok saraf lokal.
c. Retensi
Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus dimobilisasi
atau dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar
sampai terjadi penyatuan. Immobilisasi dapat dilakukan dengan
Komplikasi
a. Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb,
hematokrit sering rendah akibat perdarahan, laju endap darah
(LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas.
Pada masa penyembuhan Ca dan P meengikat di dalam darah.
b. Radiologi
10
Venogram/anterogram
menggambarkan
arus
Pengkajian
a. Pengkajian primer
1) Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya
penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk.
2) Breathing
Kelemahan menelan/batuk/melindungi jalan napas,
timbulnya pernapasan yang sulit dan/atau tak teratur, suara
napas terdengar rochi/aspirasi.
3) Circulation
TD dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi
pada tahap lanjut, takikardia, bunyi jantung normal pada
tahap dini, disritmia, kulit dan membrane mukosa pucat,
dingin, sianosis pada tahap lanjut.
b. Pengkajian sekunder
1) Aktivitas/istirahat
a) Kehilangan fungsi pad bagian yang terkena
b) Keterbatasan mobilitas
2) Sirkulasi
a) Hipertensi
(kadang
terlihat
sebgai
respon
nyeri/ansietas)
b) Hipotensi (respon terhadap kehilangan darah)
c) Tachikardia
d) Penurunan nadi pada bagian distal yang cedera
e) Capillary refill melambat
f) Pucat pada bagian yang terkena
g) Masa hematoma pada sisi cedera
3) Neurosensori
a) Kesemutan
b) Deformitas, krepitasi, pemendekan
c) Kelemahan
4) Kenyamanan
a) Nyeri tiba-tiba saat cedera
b) Spasme/kram otot
5) Keamanan
a) Laserasi kulit
b) Perdarahan
11
c) Perubahan warna
d) Pembengkakan lokal
14.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
keperawatan
adalah
suatu
secara
pasti
untuk
menjaga
status
keperawatan
adalah
masalah
dan
mempunyai
pengalaman
kewenangan
dia
mampu
memberikan
dan
tindakan
Doenges
(2000,
h.
242
248),
klien
Perencanaan Keperawatan
12
invasif/traksi tulang.
Tujuan : Klien mencapai penyembuhan luka sesuai waktu,
bebas drainase purulen atau eritema dan demam
13
Intervensi :
1) Lakukan perawatan pen steril dan perawatan luka sesuai
protokol
R : Mencegah infeksi sekunder dan mempercepat
penyembuhan luka.
2) Ajarkan klien untuk mempertahankan sterilitas insersi pen.
R : Meminimalkan kontaminasi
3) Kolaborasi pemberian antibiotika dan toksoid tetanus
sesuai indikasi.
R : Antibiotika spektrum luas atau spesifik dapat
digunakan secara profilaksis, mencegah atau mengatasi
infeksi. Toksoid tetanus untuk mencegah infeksi tetanus.
4) Analisa hasil pemeriksaan laboratorium (Hitung darah
lengkap, LED, Kultur dan sensitivitas luka/serum/tulang)
R : Leukositosis biasanya terjadi pada proses infeksi,
anemia dan peningkatan LED dapat terjadi pada
osteomielitis. Kultur untuk mengidentifikasi organisme
penyebab infeksi
5) Observasi tanda-tanda vital dan tanda-tanda peradangan
lokal pada luka.
R : Mengevaluasi perkembangan masalah klien.
c. DX
14
15
B. DISLOKASI
1. Definisi
merupakan
hubungan
antar
tulang
hubungan
(artikulasi).
dua
tulang
Beberapa
disebut
komponen
penunjang sendi:
a. Kapsula sendi adalah lapisan berserabut yang melapisi
sendi. Di bagian dalamnya terdapat rongga.
b. Ligamen (ligamentum) adalah jaringan pengikat yang
mengikat luar ujung tulang yang saling membentuk
persendian.
Ligamentum
juga
berfungsi
mencegah
dislokasi.
16
dan
kemungkinan
metafisis
pertumbuhan
dan
memberikan
memanjang
pada
tulang.
3) Sinostosis : adalah bila sendi mengalami obliterasi
dan
terjadi
penyambungan
antara
keduanya.
17
sinovial
adalah
sendi
dimana
b. Kongenital
Sebagian anak dilahirkan dengan dislokasi, misalnya dislokasi
pangkal paha. Pada keadaan ini anak dilahirkan dengan
dislokasi sendi pangkal paha secara klinik tungkai yang satu
lebih pendek dibanding tungkai yang lainnya dan pantat bagian
kiri serta kanan tidak simetris. Dislokasi congenital ini dapat
18
6. Klasifikasi
19
20
b. Pemeriksaan klinis
1) Deformitas
a) Hilangnya penonjolan tulang yang normal
b) Pemendekan
c) Kedudukan yang khas untuk dislokasi tertentu
2) Bengkak
3) Terbatasnya gerakan atau gerakan yang abnormal (Wim de
Jong, Syamsuhidajat, R. 2003)
b. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiologi untuk memastikan arah dislokasi dan
apakah disertai fraktur.Pemeriksaan diagnostik dengan cara
pemeriksaan sinar X (pemeriksaan XRays).
8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat menyertai dislokasi antara lain :.
a. Komplikasi Dini :
1) Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat
mengkerutkan otot deltoid dan mungkin terdapat daerah
kecil yang mati rasa pada otot tesebut
2) Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak
3) Fraktur dislokasi
b. Komplikasi lanjut :
1) Kekakuan sendi bahu: Immobilisasi yang lama dapat
mengakibatkan kekakuan sendi bahu, terutama pada pasien
yang berumur 40 tahun. Terjadinya kehilangan rotasi lateral,
yang secara otomatis membatasi abduksi
2) Dislokasi yang berulang: terjadi kalau labrum glenoid robek
atau kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid
3) Kelemahan otot
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dislokasi sebagai berikut :
21
data
pasien
dengan
menggunakan
tehnik
22
pengkajian
ini
ditemukan
kemungkinan
difokuskan
kebutuhan
dasar
manusia
yang
terganggu adalah:
1) Rasa nyaman (nyeri) : pasien dengan dislokasi
biasanya mengeluhkan nyeri pada bagian dislokasi
yang dapat mengganggu kenyamanan klien.
2) Gerak dan aktivitas: pasien dengan dislokasi dimana
sendi tidak berada pada tempatnya semula harus
diimobilisasi.
Klien
dengan
dislokasi
pada
23
aman(ansietas):
klien
dengan
dislokasi
24
Rencana Tindakan
1.
1. Memperlihatka
n pengendalian
nyeri.
2.
2. Melaporkan
tidak adanya
nyeri
3.
3. Tidak
menunjukan
adanya nyeri
meningkat.
(tidak ada
ekspresi nyeri
4.
Rasional
1. Mengetahui keadaan
Observasi keadaan umum pasien dan
umum
tingkat nyeri pasien
pasien(tingkat nyeri
2. Posisi semi fowler
dan TTV)
dapat meminimalkan
nyeri pada dislokasi
Beri posisi
nyaman(semi
3. Kompres hangat
fowler)
berperan dalam
Berikan kompres vasodilatasi pembuluh
hangat pada lokasi darah.
dislokasi
4. Teknik distraksi dan
relaksasi berfungsi
Ajarkan teknik
dalam mengalihkan
distraksi dan
fokus nyeri pasien
relaksasi
5. Kolaborasi dalam
pemberian
5. Analgetik dapat
mengurangi rasa nyeri
25
menghela napas
panjang)
pada dislokasi.
pada
wajah,tidak
gelisah atau
ketegangan
otot,tidak
merintih atau
menangis.)
analgetik
Rasional
1. Menunjukkan
tingkat mobilisasi
pasien dan
menentukan
intervensi
selanjutnya
2. Mempertahankan
atau meningkatkan
kekuatan dan
ketahanan otot
3. Meningkatkan
kesejahteraan
fisiologis dan
psikologi
4. Membantu individu
mengubah posisi
tubuhnya
5. Mengembalikan
26
3. Pasien dapat
melakukan
aktivitas secara
mandiri
posisi tubuh
autonom dan
volunter selama
pengobatan dan
pemulihan dari
posisi sakit atau
cedera
27
DAFTAR PUSTAKA
28
29