SALINAN
PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA
NOMOR 5 TAHUN 2013
TENTANG
PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA SURABAYA,
Menimbang
Mengingat
2
4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 134 Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4247);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125 Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah kedua
kali dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran
Negara Tahun 2008 Nomor 59 Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4844);
6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 68 Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4275);
7. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan
(Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 1 Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4956);
8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 2009
Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara Nomor 5059);
9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2011
Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Nomor 5234);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Telekomunikasi (Lembaran Negara Tahun 2000
Nomor 107 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3980);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2000 tentang Spektrum
Frekuensi Radio dan Orbit Satelit (Lembaran Negara Tahun 2000
Nomor 108 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3981);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang
Kebandarudaraan (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 128
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4146);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan (Lembaran Negara Tahun 2012 Nomor 48 Tambahan
Lembaran Negara Nomor 5285);
14. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM 5 Tahun 2004
tentang Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan di
Sekitar Bandar Udara Juanda-Surabaya;
15. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan
Umum, Menteri Komunikasi dan Informatika dan Kepala Badan
Koordinasi Penanaman Modal Nomor 18 Tahun 2009, Nomor 18
Tahun
2009,
Nomor
07
Tahun
2009,
Nomor
19/PER/M.Kominfo/03/2009, Nomor 3/P/2009 tentang Pedoman
Pembangunan
dan
Penggunaan
Bersama
Menara
Telekomunikasi;
3
16. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor
01/PER/M.KOMINFO/01/2010 tentang Penyelenggaraan Jaringan
Telekomunikasi;
17. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun
2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup dan Surat Pernyataan
Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
(Berita Negara Tahun 2010 Nomor 231);
18. Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 3 Tahun 2007 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya (Lembaran Daerah
Kota Surabaya Tahun 2007 Nomor 3 Tambahan Lembaran
Daerah Nomor 3);
19. Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 7 Tahun 2009 tentang
Bangunan (Lembaran Daerah Kota Surabaya Tahun 2009 Nomor
7 Tambahan Lembaran Daerah Nomor 7).
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURABAYA
dan
WALIKOTA SURABAYA
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
PERATURAN
DAERAH
TENTANG
MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA.
PENYELENGGARAAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kota Surabaya.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Surabaya.
3. Kepala Daerah adalah Walikota Surabaya.
4. Dinas Komunikasi dan Informatika adalah Dinas Komunikasi dan
Informatika Kota Surabaya.
5. Dinas Perhubungan adalah Dinas Perhubungan Kota Surabaya.
6. Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang adalah Dinas Cipta Karya dan
Tata Ruang Kota Surabaya.
7. Badan Lingkungan Hidup adalah Badan Lingkungan Hidup Kota
Surabaya.
4
8. Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman dan/atau
penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda,
isyarat, tulisan, gambar, suara dan bunyi melalui sistem kawat,
optik, radio atau sistem elektromagnetik lainnya.
9. Jasa Telekomunikasi adalah layanan telekomunikasi untuk
memenuhi kebutuhan bertelekomunikasi dengan menggunakan
jaringan telekomunikasi.
10. Jaringan
Telekomunikasi
adalah
rangkaian
perangkat
telekomunikasi dan kelengkapannya yang digunakan dalam
rangka bertelekomunikasi.
11. Menara Telekomunikasi adalah bangunan-bangunan untuk
kepentingan umum yang didirikan di atas tanah, atau bangunan
yang merupakan satu kesatuan konstruksi dengan bangunan
gedung yang dipergunakan untuk kepentingan umum yang struktur
fisiknya dapat berupa rangka baja yang diikat oleh berbagai simpul
atau berupa bentuk tunggal tanpa simpul, dimana fungsi, desain
dan konstruksinya disesuaikan sebagai sarana penunjang
menempatkan perangkat telekomunikasi seluler.
12. Menara Telekomunikasi Bersama adalah menara telekomunikasi
yang digunakan secara bersama-sama oleh paling sedikit 3 (tiga)
penyelenggara telekomunikasi seluler.
13. Penyelenggaraan Telekomunikasi adalah kegiatan penyediaan
dan
pelayanan
telekomunikasi sehingga
memungkinkan
terselenggaranya telekomunikasi.
14. Penyelenggara Telekomunikasi adalah perseorangan, koperasi,
badan usaha milik daerah, badan usaha milik negara, badan
usaha swasta, instansi pemerintah dan instansi pertahanan
keamanan negara.
15. Penyedia Menara Telekomunikasi yang selanjutnya disebut
Penyedia Menara adalah perseorangan, koperasi, badan usaha
milik daerah, badan usaha milik negara, badan usaha swasta yang
memiliki dan mengelola menara telekomunikasi untuk digunakan
bersama oleh penyelenggara telekomunikasi.
16. Pengelola Menara Telekomunikasi yang selanjutnya disebut
Pengelola Menara adalah badan usaha yang mengelola atau
mengoperasikan menara yang dimiliki pihak lain.
17. Penyedia Jasa Konstruksi adalah orang perseorangan atau badan
yang kegiatan usahanya menyediakan layanan jasa konstruksi.
18. Badan Usaha Indonesia adalah orang perseorangan atau badan
hukum yang didirikan dengan hukum Indonesia, mempunyai
tempat kedudukan di Indonesia serta beroperasi di Indonesia.
19. Gambar Teknis adalah gambar konstruksi dari bangunan menara
telekomunikasi meliputi pekerjaan pondasi sampai pekerjaan
konstruksi bagian atas dalam bentuk gambar arsitektural dan
gambar sipil/struktur konstruksi yang dapat menggambarkan teknis
konstruksi maupun estetika arsitekturalnya secara jelas dan tepat.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
Pembentukan Peraturan Daerah ini dimaksudkan untuk mengatur dan
mengendalikan setiap kegiatan pembangunan dan penggunaan
bersama menara telekomunikasi.
Pasal 3
Penyelenggaraan Menara Telekomunikasi bersama bertujuan untuk :
a. memberikan kepastian hukum kepada masyarakat dan aparatur
Pemerintah Daerah dalam merencanakan, melaksanakan,
mengendalikan, dan mengawasi pembangunan dan penggunaan
bersama menara telekomunikasi;
b. mewujudkan upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap
layanan jasa telekomunikasi dengan memperhatikan aspek tata
ruang, keamanan dan kepentingan umum.
BAB III
PENATAAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI
Pasal 4
(1) Kepala Daerah berwenang menetapkan zona penempatan lokasi
menara telekomunikasi dengan Keputusan Kepala Daerah untuk
menentukan lokasi pembangunan dan pengoperasian menara
telekomunikasi di daerah.
(2) Penetapan zona penempatan lokasi menara telekomunikasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi untuk
mengarahkan, menjaga, dan menjamin agar pembangunan dan
pengoperasian menara telekomunikasi tertata dengan baik,
berorientasi masa depan, terintegrasi dan memberikan manfaat
yang sebesar-besarnya bagi semua pihak.
(3) Penetapan zona penempatan lokasi menara telekomunikasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan :
a. menjaga estetika kawasan
kelestarian lingkungan;
daerah
dan
memperhatikan
sehingga
lebih
oleh
sehat
sinyal
dalam
Pasal 5
(1) Pembangunan menara telekomunikasi harus sesuai dengan zona
penempatan lokasi menara telekomunikasi.
(2) Pembangunan menara telekomunikasi dalam zona penempatan
lokasi menara telekomunikasi wajib memperhatikan :
a. potensi ruang wilayah yang tersedia dan kepadatan pemakaian
jasa telekomunikasi dengan mempertimbangkan kaidah
penataan ruang, tata bangunan, struktur perwilayahan, estetika
dan keamanan lingkungan serta kebutuhan telekomunikasi
pada umumnya termasuk kebutuhan luasan area Menara;
b. Standar baku pembangunan menara telekomunikasi, sebagai
berikut :
1. pembangunan menara telekomunikasi di kawasan yang
sifat dan peruntukannya memiliki karakteristik tertentu wajib
memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan untuk
kawasan tersebut.
2. ketinggian menara telekomunikasi disesuaikan dengan
kebutuhan teknis dengan memperhatikan Kawasan
Keselamatan Operasi Penerbangan.
3. bangunan menara telekomunikasi harus mampu menopang
perangkat telekomunikasi yang dimiliki oleh paling sedikit 3
(tiga) penyelenggara telekomunikasi seluler;
9
(2) Sarana pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
dari :
a. pentanahan (grounding);
b. penangkal petir;
c. catu daya (power supply);
d. lampu halangan penerbangan (aviation obstruction light);
e. marka halangan penerbangan (aviation obstruction marking);
f. pagar pengaman.
(3) Identitas hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. nama pemilik menara;
b. lokasi dan koordinat menara;
c. tinggi menara;
d. tahun pembuatan/pemasangan menara;
e. penyedia jasa konstruksi;
f. beban maksimum menara;
g. penyewa/pengguna menara; dan
h. nomor telepon pengaduan.
Pasal 8
(1) Dalam rangka pembangunan menara telekomunikasi, Penyedia
Menara atau Pengelola Menara dapat melakukan kerjasama
dengan Pemerintah Daerah.
(2) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dan
dituangkan dalam perjanjian dengan berpedoman pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 9
Penyedia Menara atau Pengelola Menara dapat mendirikan Menara
Bersama dengan memanfaatkan barang milik daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan-perundangan yang berlaku.
BAB IV
PENGGUNAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA
Pasal 10
(1) Menara telekomunikasi disediakan oleh Penyedia Menara atau
Pengelola Menara.
10
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
11
12
BAB V
PERIZINAN PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN
MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA
Pasal 16
(1) Pembangunan Menara Telekomunikasi harus memiliki IMB yang
diterbitkan oleh Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Pemberian IMB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
memperhatikan ketentuan tentang Penataan Ruang.
(3) Penerbitan IMB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
mendapat rekomendasi dari :
a. Dinas Komunikasi dan Informatika berkaitan dengan
penempatan lokasi dan penggunaan bersama;
zona
13
14
BAB VII
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 21
Setiap Penyedia Menara yang mendirikan bangunan menara
telekomunikasi tanpa memiliki IMB dikenakan sanksi administratif
sesuai peraturan perundang-undangan dibidang bangunan.
Pasal 22
Setiap Penyedia Menara dan/atau Pengelola Menara yang
mengoperasikan menara telekomunikasi tanpa memiliki izin
operasional menara telekomunikasi dikenakan sanksi administratif
berupa penghentian kegiatan operasional menara telekomunikasi
secara paksa dan denda sebesar Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah).
Pasal 23
Setiap Penyelenggara Telekomunikasi dan/atau Penyedia Menara
yang mendirikan bangunan menara telekomunikasi untuk keperluan
transmisi jaringan telekomunikasi utama (backbone) tanpa
memberitahukan kepada Pemerintah Daerah dikenakan sanksi
administratif berupa penghentian kegiatan operasional jaringan
telekomunikasi utama (backbone) secara paksa dan denda sebesar
Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
Pasal 24
Setiap Penyelenggara Telekomunikasi, Penyedia Menara dan/atau
Pengelola Menara yang memasang antena BTS pada bangunan
menara telekomunikasi untuk keperluan transmisi jaringan
telekomunikasi utama (backbone) tanpa memberitahukan kepada
Pemerintah Daerah dikenakan sanksi administratif berupa
penghentian kegiatan operasional BTS secara paksa dan denda
sebesar Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
Pasal 25
Setiap penyedia menara yang mendirikan bangunan menara
telekomunikasi di luar zona penempatan lokasi menara dikenakan
sanksi administratif berupa pembongkaran bangunan menara
telekomunikasi kecuali bangunan menara telekomunikasi untuk
keperluan transmisi jaringan telekomunikasi utama (backbone).
Pasal 26
Setiap Penyedia Menara dan/atau Pengelola Menara yang mendirikan
bangunan menara telekomunikasi tidak dilengkapi dengan sarana
pendukung dan identitas hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7 dikenakan sanksi administratif berupa :
a. penghentian kegiatan operasional menara telekomunikasi secara paksa;
b. denda sebesar Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah); dan/atau
c. pencabutan izin operasional menara telekomunikasi.
15
Pasal 27
Setiap Penyedia Menara dan/atau Pengelola Menara yang mendirikan
dan/atau mengoperasikan bangunan menara telekomunikasi tanpa
memiliki asuransi menara telekomunikasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 ayat (3) dikenakan sanksi administratif berupa :
a. penghentian kegiatan operasional menara telekomunikasi secara paksa;
b. denda sebesar Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah);
c. pencabutan izin operasional menara telekomunikasi;
d. pencabutan IMB; dan/atau
e. pembongkaran bangunan menara telekomunikasi.
Pasal 28
Penyedia Menara dan/atau Pengelola Menara Telekomunikasi yang
tidak melakukan pemeriksaan keandalan bangunan secara berkala
dan/atau tidak melaporkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 ayat (4) dikenakan sanksi administratif berupa :
a. penghentian kegiatan operasional menara telekomunikasi secara paksa;
b. denda sebesar Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah);
c. pencabutan izin operasional menara telekomunikasi;
d. pencabutan IMB; dan/atau
e. pembongkaran bangunan menara telekomunikasi.
Pasal 29
Penyedia Menara dan/atau Pengelola Menara yang tidak bersedia
mengunakan menara telekomunikasi secara bersama dan/atau tidak
memberikan kesempatan yang sama tanpa diskriminasi kepada
penyelenggara telekomunikasi lain untuk menggunakan menara yang
dikelolanya secara bersama-sama sesuai kemampuan teknis menara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 atau Pasal 12 ayat (1)
dikenakan sanksi administratif berupa :
a. penghentian kegiatan operasional menara telekomunikasi secara
paksa;
b. denda sebesar Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah); dan/atau
c. pencabutan izin operasional menara telekomunikasi.
Pasal 30
Penyedia Menara dan/atau Pengelola Menara yang tidak melaporkan
penggunaan bersama menara sebagaimana dimaksud dalam Pasal
14 dikenakan sanksi administratif berupa penghentian kegiatan
operasional menara telekomunikasi secara paksa dan denda sebesar
Rp.10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
Pasal 31
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi
administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, Pasal 23, Pasal
24, Pasal 25, Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29 dan Pasal 30
diatur dalam Peraturan Kepala Daerah.
16
BAB VIII
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 32
(1) Penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah ini, dilakukan
oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah.
(2) Wewenang Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang mengenai
adanya tindak pidana;
b. melakukan tindakan pertama dan pemeriksaan di tempat
kejadian;
c. menyuruh berhenti seseorang dan memeriksa tanda pengenal
diri tersangka;
d. melakukan penyitaan benda atau surat;
e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
g. mendatangkan ahli yang diperlukan dalam hubungannya
dengan pemeriksaan perkara;
h. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat
petunjuk dari penyidik POLRI bahwa tidak terdapat cukup bukti
atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan
selanjutnya melalui penyidik memberitahukan hal tersebut
kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya;
i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat
dipertanggungjawabkan.
(3) Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah sebagiamana dimaksud pada
ayat (1) tidak berwenang untuk melakukan penangkapan atau
penahanan.
(4) Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah wajib membuat Berita Acara
setiap melakukan tindakan dalam hal :
a. pemeriksaan tersangka;
b. pemasukan rumah;
c. penyitaan barang;
d. pemeriksaan saksi;
e. pemeriksaan tempat kejadian.
17
18
Pasal 37
Menara telekomunikasi yang telah ada sebelum berlakunya Peraturan
Daerah ini harus digunakan secara bersama dalam bentuk menara
telekomunikasi bersama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan
apabila secara teknis konstruksi/struktur menara tidak mampu
menopang perangkat telekomunikasi yang dimiliki paling sedikit 3
(tiga) penyelenggara telekomunikasi maka menara telekomunikasi
tersebut harus disesuaikan kemampuan teknis konstruksi/strukturnya
paling lambat 6 (enam) bulan sejak tanggal berlakunya Peraturan
Daerah ini.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 38
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Daerah Kota Surabaya.
Ditetapkan di Surabaya
pada tanggal 26 Juli 2013
WALIKOTA SURABAYA,
ttd
TRI RISMAHARINI
Diundangkan di Surabaya
pada tanggal 26 Juli 2013
SEKRETARIS DAERAH KOTA SURABAYA,
ttd.
HENDRO GUNAWAN
LEMBARAN DAERAH KOTA SURABAYA TAHUN 2013 NOMOR 5
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BAGIAN HUKUM,
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA
NOMOR 5 TAHUN 2013
TENTANG
PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA
I. UMUM
Bahwa perkembangan teknologi telekomunikasi yang berlangsung sangat
cepat telah mendorong terjadinya perubahan mendasar dan perubahan cara
pandang dalam penyelenggaraan teknologi informasi dan telekomunikasi, sehingga
Pemerintah Kota Surabaya perlu mengadakan penataan menara telekomunikasi.
Penataan menara telekomunikasi oleh Pemerintah Kota Surabaya tersebut
bertujuan untuk mengendalikan dan mensinergikan antara ketersediaan ruang kota,
kebutuhan menara telekomunikasi, keamanan, keindahan dan meningkatkan
kehandalan cakupan frekuensi telekomunikasi.
Selain itu, untuk menentukan lokasi pembangunan dan pengoperasian menara
telekomunikasi di daerah, Kepala Daerah harus menetapkan zona penempatan
lokasi menara telekomunikasi dengan Keputusan Kepala Daerah. Penetapan zona
penempatan lokasi menara telekomunikasi berfungsi untuk mengarahkan, menjaga
dan menjamin agar pembangunan dan pengoperasian menara telekomunikasi
tertata dengan baik, berorientasi masa depan, terintegrasi dan memberikan manfaat
yang sebesar-besarnya bagi semua pihak.
Dalam pembangunan menara telekomunikasi harus memperhatikan standar
baku pembangunan menara telekomunikasi, tidak menimbulkan kerugian terhadap
masyarakat dan bisa menjamin keselamatan akibat kecelakaan menara
telekomunikasi.
Dalam rangka menciptakan keseimbangan antara pembangunan menara
telekomunikasi dengan kebutuhan masyarakat dengan tetap memperhatikan aspek
efisiensi, keamanan lingkungan, estetika kota dan kepentingan umum, maka
menara telekomunikasi harus digunakan secara bersama dalam bentuk menara
telekomunikasi bersama oleh paling sedikit 3 (tiga) penyelenggara telekomunikasi
seluler.
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam rangka penataan penyelenggaraan
menara telekomunikasi di wilayah kota Surabaya dan sebagai wujud peran aktif
Pemerintah Kota Surabaya dalam pembinaan, penentuan kebijakan, pengaturan,
pengawasan, pengendalian dalam penyelenggaraan menara telekomunikasi
bersama serta sebagai upaya memberikan perlindungan kepada masyarakat
sehubungan dengan adanya pembangunan menara telekomunikasi serta
memberikan kepastian hukum dalam berusaha bagi penyelenggara telekomunikasi,
perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Menara
Telekomunikasi Bersama.
2
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
: Cukup jelas.
Pasal 2
: Cukup jelas.
Pasal 3
: Cukup jelas.
Pasal 4
: Cukup jelas.
: Cukup jelas.
ayat (2) huruf b angka 1 : Yang dimaksud dengan kawasan yang sifat
dan peruntukannya memiliki karakteristik
tertentu meliputi :
a.
b.
c.
d.
e.
: Yang
dimaksud
dengan
Kawasan
Keselamatan Operasi Penerbangan adalah
tanah dan/atau perairan dan ruang udara di
sekitar bandar udara yang dipergunakan untuk
kegiatan operasi penerbangan dalam rangka
menjamin keselamatan penerbangan.
ayat (3)
: Cukup jelas.
ayat (4)
: Cukup jelas.
ayat (5)
: Cukup jelas.
ayat (6)
: Cukup jelas.
Pasal 6
: Cukup jelas.
Pasal 7
: Cukup jelas.
Pasal 8
: Cukup jelas.
Pasal 9
: Cukup jelas.
Pasal 10
: Cukup jelas
Pasal 11
: Cukup jelas.
: Cukup jelas.
ayat (2)
ayat (3)
: Cukup jelas.
Pasal 13
: Cukup jelas.
Pasal 14
: Cukup jelas.
Pasal 15
: Cukup jelas.
Pasal 16
: Cukup jelas.
Pasal 17
: Cukup jelas.
Pasal 18
: Cukup jelas.
Pasal 19
: Cukup jelas.
Pasal 20
: Cukup jelas.
Pasal 21
: Cukup jelas.
Pasal 22
: Cukup jelas.
Pasal 23
: Cukup jelas.
Pasal 24
: Cukup jelas.
Pasal 25
: Cukup jelas.
Pasal 26
: Cukup jelas.
Pasal 27
: Cukup jelas.
Pasal 28
: Cukup jelas.
Pasal 29
: Cukup jelas.
Pasal 30
: Cukup jelas.
Pasal 31
: Cukup jelas.
Pasal 32
: Cukup jelas.
Pasal 33
: Cukup jelas.
Pasal 34
: Cukup jelas.
Pasal 35
: Cukup jelas.
Pasal 36
: Cukup jelas.
Pasal 37
: Cukup jelas.
Pasal 38
: Cukup jelas.