PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada
kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh. Keratitis ini diakibatkan
oleh berbagai organisme bakteri,virus, jamur, atau parasit, abrasi sedikitpun bisa
menjadi pintu masuk bakteri. Kebanyakan infeksi kornea terjdi akibat trauma atau
gangguan mekanisme pertahanan sistemis ataupun lokal.
Infeksi ini terjadi bila kornea tidak dilembabkan secara memadai dan
dilindungi oleh kelopak mata. Kekeringan kornea dapat terjadi dan kemudian dapat
diikuti ulserasi dan infeksi sekunder. Pemajanan kornea dapat diebabakan oleh karena
keadaan eksoptalmus, paresis saraf kranial VII tetapi juga dapat terjadi pada pasien
koma atau yang dianastesi.
Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya
infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat
terjadi dari epitel sampai stroma. Ulkus kornea adalah suatu kondisi yang berpotensi
menyebabkan kebutaan yang membutuhkan penatalaksanaan secara langsung.
Data yang dikeluarkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) 2010
menyebutkan saat ini terdapat 285 juta orang menderita gangguan penglihatan, 39
juta diantaranya mengalami kebutaan dan 246 juta orang mengalami penglihatan
yang kurang. WHO juga mengeluarkan bahwa kebutaan pada anak dan kelainan
kornea merupakan penyebab kebutaan keempat dengan persentase 4% dari seluruh
populasi yang diteliti. Dan ulkus kornea merupakan salah satu penyebab dalam
penyebab kebutaan ini.
Di Indonesia gangguan penglihatan dan kebutaan masih menjadi masalah
kesehatan. Survey Kesehatan Indera tahun 1993 1996 menunjukkan 1,5% penduduk
Indonesia mengalami kebutaan disebabkan oleh katarak (0,78%), glaukoma (0,2%),
kelainan refraksi (0,14%) gangguan retina (0,13%), kelainan kornea, (0,10%) dan
penyakit mata lain-lain (0,15%). Kelainan kornea yang dimaksud, termasuk ulkus
kornea.di Indonesia insidensi ulkus kornea tahun 1993 adalah 5,3 per 100.000
penduduk, sedangkan predisposisi terjadinya ulkus kornea antara lain terjadi karena
trauma, infeksi, pemakaian lensa kontak, dan kadang-kadang tidak diketahui
penyebabnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI KORNEA MATA
Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya
sebanding dengan Kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disispkan ke
dalam sclera pada limbus, lekukan melingkar pada sambungan ini disebut
sulcus scleralis. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 550 miomikro di
pusatnya. Diameter horizontalnya sekitat 11,75 mm dan vertikalnya 10,6 mm.
dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda.
Lapisan epitel (yang berbatasan dengan lapisan epitel konjungtiva bulbaris),
lapisan Bowman, Stroma, membrane Descement dan lapisan endotel. Lapisan
epitel mempunyai lima atau enam lapis sel. Lapisan bowman merupakan
lapisan jernih aselular yang merupakan bagian stroma yang berubah. stroma
kornea menyusun sekitar 90% ketebalan kornea. Bagian ini tersusun atas
jalinan lamella serat-serat kolagen dengan lebar sekitar 10-250 miomikro dan
tinggi 1-2 miumikro yang mencakup hamper seluruh diameter kornea.
Lamella berjalan sejajar dengan permukaan kornea dank arena
ukuran dan kerapatannya menjadi jernih secara optis Lamella terletak di dalam
suatu zat dasar proteoglikan terhidrasi bersama keratosit yang menghasilkan
kolagen dan zat dasar. Membran Descement, yang merupakan lamina basalis
endotel kornea, memiliki tampilan yang homogeny dengan mikroskop cahaya
tetapi tampak berlapis- lapis. Saat lahir, tebalnya sekitar 3 miomikro dan terus
menebal selama hidup mencapai 10 miomikro-12 miomikro. Endotel hanya
memiliki
satu
lapis
sel,
tetapi
lapisan
ini
berperan
besar
dalam
4. Membran Descement
Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang
stroma kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane
basalnya.
Bersifat
sangat
elastis
dan
berkembang
terus
seumur
3.1 Etiologi
korena
pada
umumnya
didahului
penyebabnya
bakterialis, keratitis
alergi. Kemudian
fungal,
keratitis
keratitis
digolongkan
viral,
keratitis
menjadi
akibat
disebabkan
blefaritis, keratopati
sinar
ultraviolet,
trauma
kimia
ringan
dan
10
Merupakan
infiltrat
yang
tertimbun
pada
tepi
tukak
kornea.
Penderita
mata akan
konjungtiva,
unilateral
terlihat
Infiltrat
blefarospasme
atau
ulkus
satu
mata,Injeksi
memanjang,
dangkal
11
dalam.
profunda
interstisial
merupakan
keratitis
disertai
neovaskularisasi
disebut
12
oleh
tuberkulosis,
trauma.
Pengobatan
tergantung
keratitis
bacterial
yaitu
Staphylococcus,
13
Kokus
Gram
(-):
Ceftriaxone,
Ceftazidime, Moxifloxacin/Gatofloxacin
cincin
endotel
dengan
plaque
bercabang-
14
15
juga virus herpes zoster. Sebagai contoh kelainan virus pada kornea
yaitu keratitis pungtata superficial yang memerikan gambaran
seperti infiltat halus bertitik titil pada dataran depan kornea yang
dapat terjadi pada penyakit seperti herpes simpleks, herpes zoster,
infeksi virus, vaksinia dan trakoma. Keratitis virus terkumpul di
daerah membrane Bowman. Keratitis virus paling sering bilateral,
dapat berupa akut maupun kronis.
Jenis keratitis virus : Keratitis Herpetik, keratitis dendritik, keratitis
disiformis, infeksi herpes zoster, keratokonjungtivitis epidemic
a. Keratitis herpetic
Keratitis herpetic disebabkan oleh herpes simpleks dan
herpes zoster. Keratitis karena herpes simpleks merupakan
penyebab penyakit mata utama pada orang dewasa karena dapat
mengakibatkan infeksi kornea kronis. Gejala berupa terbentuknya
pembuluh darah halus pada mata, penglihatan berkurang, jaringan
parut pada mata dan glaucoma. Infeksi herpes dimulai dari radang
konjungtiva yang mengenai satu mata. Factor stress, kelelahan, dan
sering terpajan sinar ultra violet dapat mengakibatkan kekambuhan
keratitis herpes simpleks. Kekambuhan biasanya disertai dengan
keratitis dendritik dan radang pada iris. Keratitis herpes simpleks
dibagi dalam 2 bentuk yaitu :
1. Epithelial, adalah keratitis dendritik. Pada epithelial
terjadi pembelahan virus di dalam sel epitel yang
16
17
18
terhadap
infeksi
virus
herpes
simpleks
pada
permukaan kornea.
19
keratokonjungtivitis epidemic
kerattitis yang terbentuk akibat reaksi peradangan
kornea dan konjungtiva yang disebabkan oleh reaksi alergi
terhadap adenovirus tipe 8,19 atau 37. Keratitis ini bersifat
epidemic dan bilateral. Keluhan umum berupa demam,
gngguan saluran nafas, penglihatan menurun seperti ada
benda asing berair, kadang disertai nyeri. Gejala klinis yang
ditemukan berupa edema kelopak dan folikel konjungtiva,
pseudomembran pada konjungtiva tarsal yang membentuk
jaringan parut, kelenjar preaurikuler membesar. Pada kornea
terdapat keratitis pungtata.
20
epidemic;edema
Keratitis Filamentosa
Merupakan keratitis yang disertai filamen mukoid dan
deskuamasi sel epitel pada permukaan kornea. Penyebab tidak
diketahui. Disertai penyakit lain seperti keratokonjungtivitis
21
22
4. Keratitis Alergi
a. Keratokonjungtivitis Flikten
Merupakan radang kornea dan konjungtiva sebagai
suatu reaksi imun yang mungkin sel mediated pada jaringan yang
sudah sensitif terhadap antigen. Gejala :Terdapat flikten pada
kornea berupa benjolan berbatas tegas berwarna putih
dengan atau
tanpa
neovaskularisasi
kemerahan
menuju
limbus tampak
keabuan
ke
arah
benjolan
Ulkus
kornea
23
Keratitis Fasikularis
Keratitis dengan pembentukan pita pembuluh darah
terkena
disertai
riwayat
alergi,
blefarospasme,
Gatal,
fotofobia,
daerah
limbus.
Pengobatan
obat
topikal
e. Keratitis Lagoftalmus
24
: tajam
cegah
infeksi
sekunder
25
pengobatan
keratitis,
tarsorafi,
dan
menutup pungtum
lakrimal.
Merupakan
keringnya
permukaan
kornea
dan
mata,
Edemakojungtiva
mata
kering
bulbi,
karena
filamen
ada
(benang)
erosi
kornea,
di
kornea.
26
dalam
kornea
peradangan.Ulkus
sehingga
kornea
menimbulkan
merupakan
luka
infeksi
atau
terbuka
pada
2.2
Epidemiologi
Di
Amerika
insiden
ulkus
kornea
bergantung
pada
27
obat
imunosupresif
dan
lensa
kontak.Singapura
jamur.Mortalitas
atau
morbiditas
tergantung
dari
2.3
Patofisiologi
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus
dilalui cahaya, dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina,
28
karena jernih, sebab susunan sel dan seratnya tertentu dan tidak ada
pembuluh darah. Biasan cahaya terutama terjadi di permukaan anterior
dari kornea.Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea, segera
mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina.Oleh
karenanya kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan
gangguan penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di daerah
pupil. Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu
peradangan tidak segera datang, seperti pada jaringan lain yang
mengandung banyak vaskularisasi. Maka badan kornea, wandering
cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja
sebagai makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh
darah yang terdapat dilimbus dan tampak sebagai injeksi perikornea.
Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear, sel
plasma,
leukositpolimorfonuklear
(PMN),
yang
mengakibatkan
29
Etiologi
a. Infeksi
infeksi P aeruginosa.
Infeksi
Jamur:
disebabkan
oleh
Candida,
Fusarium,
30
b. Non-Infeksi
Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH. Bahan asam yang
dapat merusak mata terutama bahan anorganik,organik dan organik
anhidrat. Bila bahan asam mengenai matamaka akan terjadi
pengendapan protein permukaan sehingga bila konsentrasinya tidak
tinggi maka tidak bersifat destruktif. Biasanya kerusakan hanya
bersifat superfisial saja. Pada bahan alkali antara lain amonia, cairan
pembersih yang mengandung kalium/natrium hidroksida dan kalium
31
o Pada
sindrom
Sjorgen
salah
satunya
ditandai
dengan flurosein.
Defisiensi vitamin A
o Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena
kekurangan vitamin A dari makanan atau gangguan absorbsi di
saluran cerna dan ganggun pemanfaatan oleh tubuh.
Obat-obatan
o Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun, misalnya;
kortikosteroid, IDU (Iodo 2 dioxyuridine), anestesi lokal dan
golongan imunosupresif.
Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma.
Pajanan (exposure)
Neurotropik
Granulomatosa wagener
Rheumathoid arthritis
2.5 Klasifikasi
Berdasarkan lokasi , dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea , yaitu:
32
berbentuk
cakram
dengan
tepi
ulkus
yang
33
34
tukak
lonjong
dengan
permukaan
naik.Dapat
terjadi
35
36
37
pada perifer kornea dan tidak disertai dengan robekan lapisan epitel kornea.
b. Gejala Objektif
Injeksi siliar
Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat
38
2.7
Hipopion
Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik
danpemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan
laboratorium. Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat
diungkapkan adanya riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya riwayat
penyakit kornea yang bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus
herpes simplek yang sering kambuh.Hendaknya pula ditanyakan riwayat
pemakaian obat topikal oleh pasien seperti kortikosteroid yang merupakan
predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi, virus terutama keratitis herpes
simplek.Juga mungkin terjadi imunosupresi akibat penyakit sistemik seperti
diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh terapi imunosupresi khusus.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya
injeksi siliar, kornea edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea.Pada
kasus berat dapat terjadi iritis yang disertai dengan hipopion.Disamping itu
perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti :
Ketajaman penglihatan
Tes refraksi
Tes air mata
Pemeriksaan sit-lamp
Keratometri (pengukuran kornea)
Respon reflek pupil
Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi.
39
Goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau
KOH) Pada jamur dilakukan pemeriksaan kerokan kornea dengan
spatula kimura dari dasar dan tepi ulkus dengan biomikroskop
dilakukan pewarnaan KOH, gram atau Giemsa. Lebih baik lagi dengan
biopsy jaringan kornea dan diwarnai dengan periodic acid Schiff.
Selanjutnya dilakukan kultur dengan agar sabouraud atau agar ekstrak
maltosa.
40
Penatalaksanaan
Ulkus kornea adalah keadan darurat yang harus segera ditangani oleh
spesialis
mata
agar
tidak
terjadi
cedera
yang
lebih
parah
pada
41
b. Penatalaksanaan medis
1. Pengobatan konstitusi
Oleh karena ulkus biasannya timbul pada orang dengan
keadaanumum yang kurang dari normal, maka keadaan umumnya
harus diperbaiki dengan makanan yang bergizi, udara yang baik,
lingkungan yang sehat,pemberian roboransia yang mengandung
vitamin A, vitamin B kompleks dan vitamin C. Pada ulkus-ulkus yang
disebabkan kuman yang virulen, yang tidak sembuh dengan
pengobatan biasa, dapat diberikan vaksin tifoid 0,1 cc atau 10 cc susu
steril yang disuntikkan intravena dan hasilnya cukup baik. Dengan
penyuntikan ini suhu badan akan naik, tetapi jangan sampai melebihi
39,5C. Akibat kenaikan suhu tubuh ini diharapkan bertambahnya
antibodi dalam badan dan menjadi lekas sembuh.
2. Pengobatan lokal
Benda asing dan bahan yang merangsang harus segera
dihilangkan. Lesi kornea sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati
sebaik-baiknya.Konjungtuvitis, dakriosistitis harus diobati dengan
baik. Infeksi lokal pada hidung, telinga, tenggorok, gigi atau tempat
lain harus segera dihilangkan.
Infeksi pada mata harus diberikan :
42
minggu.
Efek kerja sulfas atropine :
- Sedatif, menghilangkan rasa sakit.
- Dekongestif, menurunkan tanda-tanda radang.
- Menyebabkan paralysis M. siliaris dan M. konstriktor pupil.
Dengan lumpuhnya M. siliaris mata tidak mempunyai
dayaakomodsi
sehingga
mata
dalan
keadaan
istirahat.
salep
mata
karena
dapat
memperlambat
43
Anti jamur
Terapi medika mentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya
preparat
komersial
yang
tersedia
berdasarkan
jenis
Anti Viral
Untuk herpes zoster pengobatan bersifat simtomatik
diberikanstreroid lokal untuk mengurangi gejala, sikloplegik,
anti biotik spectrum luas untuk infeksi sekunder analgetik bila
terdapat indikasi.Untuk herpes simplex diberikan pengobatan
IDU, ARA-A, PAA,interferon inducer.Perban tidak seharusnya
dilakukan pada lesi infeksi supuratif karena dapatmenghalangi
pengaliran sekret infeksi tersebut dan memberikan media yang
44
Dengan
panas
(heat
cauterisasion):
memakai
elektrokauter atau
termophore. Dengan instrumen ini dengan ujung alatnya
yang
mengandung panas disentuhkan pada pinggir ulkus sampai
berwarna
keputih-putihan.
2. Pengerokan epitel yang sakit
Parasentesa dilakukan kalau pengobatan dengan obatobat tidakmenunjukkan perbaikan dengan maksud mengganti
cairan coa yang lama denganyang baru yang banyak
mengandung
antibodi
dengan
harapan
luka
cepat
45
sembuh
flap
konjungtiva
ini
dapat
46
3. Keratoplasti
Keratoplasti
adalah
jalan
terakhir
jika
urutan
2.9
Pencegahan
Pencegahan
terhadap
ulkus
dapat
dilakukan
dengan
segera
berkonsultasi kepada ahli mata setiap ada keluhan pada mata. Sering kali luka
47
yang tampak kecil pada kornea dapat mengawali timbulnya ulkus dan
mempunyai efek yang sangat buruk bagi mata.
- Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata
- Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisamenutup
sempurna,
gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaanbasah
- Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai
danmerawat lensa
tersebut.
2.10
Komplikasi
Komplikasi yang paling sering timbul berupa:
2.11
panopthalmitis
Prolaps iris
Sikatrik kornea
Katarak
Glaukoma sekunder
dan
Prognosis
Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat
lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan
ada tidaknya komplikasi yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan
waktu penyembuhan yang lama, karena jaringan kornea bersifat avaskular.
Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya mendapat pertolongan serta
48
timbulnya
komplikasi,
maka
prognosisnya
menjadi
lebih
buruk.
49