PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan
yang berdampak pada produktivitas dan dapat menurunkan Sumber Daya
Manusia. Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi
sistem kesehatan suatu negara. Walaupun belum ada survei nasional, sejalan
dengan perubahan gaya hidup termasuk pola makan masyarakat Indonesia
diperkirakan penderita DM ini semakin meningkat, terutama pada kelompok
umur dewasa keatas pada seluruh status sosial ekonomi (Anonim, 2008).
Saat ini upaya penanggulangan penyakit Diabetes Mellitus belum
menempati skala prioritas utama dalam pelayanan kesehatan, walaupun
diketahui dampak negatif yang ditimbulkannya cukup besar antara lain
komplikasi kronik pada penyakit jantung kronis, hipertensi, otak, sistem
saraf, hati, mata dan ginjal (Anonim, 2008).
Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyakit degeratif, dimana
terjadi gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein serta ditandai
dengan tingginya kadar gula dalam darah (hiperglikemia) dan dalam urin
(glukosuria) (Anonim, 2008).
Diabetes Mellitus atau kencing manis adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh karena peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemi)
akibat kekurangan hormon insulin baik absolut maupun relatif. Absolut
berarti tidak ada insulin sama sekali sedangkan relatif berarti jumlahnya
cukup/memang sedikit tinggi atau daya kerjanya kurang. Hormon Insulin
dibuat dalam pancreas (Anonim, 2008).
Hubungan pemeriksaan BGA dengan diabetes melitus untuk
mengetahui Keseimbangan asam basa dalam tubuh. Hubungan pemeriksaan
hematokrit dengan diabetes melitus untuk memantau volume SDM dalam
darah. Peran perawat dalam pemeriksaan BGA dan hematokrit adalah
memberikan edukasi terkait dengan pemeriksaan BGA dan Hematokrit, beri
saran kepada klien untuk kontrol jika terjadi komplikasi (Brunner dan
Suddarth. 2002).
ASUHAN KEPERAWATAN PADA DIABETES MELLITUS | 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4.1 Definisi
Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyakit degeratif, dimana
terjadi gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein serta ditandai
dengan tingginya kadar gula dalam darah (hiperglikemia) dan dalam urin
(glukosuria) (Anonim, 2008).
Diabetes Mellitus atau kencing manis adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh karena peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemi)
akibat kekurangan hormon insulin baik absolut maupun relatif. Absolut
berarti tidak ada insulin sama sekali sedangkan relatif berarti jumlahnya
cukup/memang sedikit tinggi atau daya kerjanya kurang. Hormon Insulin
dibuat dalam pancreas (Anonim, 2008).
2.2 Klasifikasi
Tipe 2: Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM)
Diabetes melitus tipe 2 yang dahulu disebut diabetes melitus tidak
tergantung insulin (non-insulin-dependent diabetes melitus/NIDDM) atau
diabetes onset dewasa merupakan kelainan metabolik yang ditandai
dengan kadar glukosa darah yang tinggi dalam konteks resistensi insulin dan
defisiensi insulin relatif. Penyakit diabetes melitusjenis ini merupakan
kebalikan dari diabetes melitus tipe 1, yang mana terdapat defisiensi insulin
mutlak akibat rusaknya sel islet di pankreas (Dari Wikipedia bahasa
Indonesia, ensiklopedia bebas).
Gejala klasiknya antara lain haus berlebihan, sering berkemih,
dan lapar terus-menerus. Diabetes tipe 2 berjumlah 90% dari seluruh
kasus diabetes dan 10 % sisanya terutama merupakan diabetes melitus tipe
1 dan diabetes gestasional. Kegemukan diduga merupakan penyebab utama
diabetes tipe 2 pada orang yang secara genetik memiliki kecenderungan
penyakit ini (Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas).
Diabetes militus tipe 2,biasanya disebut NIDDM,adalah kerusakan
genetik dan faktor lingkungan. DM tipe 2 adalah tipe paling umum dari
ASUHAN KEPERAWATAN PADA DIABETES MELLITUS | 2
diabetes militus yang meliputi 90% dari semua populasi diabetes. Biasanya
didiagnosa setelah umur 40 tahun dan umumnya menyerang orang dewasa,
orang yang gemuk dan pastinya populasi etnik dan ras (Hawks.2005).
Diabetes
militus
tipe
2,dulunya
disebut
NIDDM(non-insulin-
berlangsung
kehilangan
kemampuan
untuk
diabetes
tipe
II
terdapat
dua
masalah
utama
yang
penderita
mengalami
penurunan
berat
badan.
Untuk
2. Gula darah 2 jam post prondial <140 mg/dl digunakan untuk skrining
atau evaluasi pengobatan bukan diagnostik. Gula darah sewaktu < 140
mg/dl digunakan untuk skrining bukan diagnostik.
3. Tes toleransi glukosa oral (TTGO). GD < 115 mg/dl jam, 1 jam, 1
jam < 200 mg/dl, 2 jam < 140 mg/dl.
4. Tes toleransi glukosa intravena (TTGI) dilakukan jika TTGO merupakan
kontraindikasi
atau
terdapat
kelainan
gastrointestinal
yang
2.7 Penatalaksanaan
1. Medis
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya
komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe
DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi
hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima
komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :
a. Diet
1) Syarat diet DM hendaknya dapat:
2) Memperbaiki kesehatan umum penderita
3) Mengarahkan pada berat badan normal
4) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic
5) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
6) Menarik dan mudah diberikan
b. Prinsip diet DM, adalah :
1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis : boleh dimakan / tidak
c. Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti
pedoman 3 J yaitu: Jumlah kalori yang diberikan harus habis,
jangan dikurangi atau ditambah, jadwal diit harus sesuai dengan
intervalnya, jenis makanan yang manis harus dihindari
d. Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan
oleh status gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan
menghitung Percentage of Relative Body Weight (BBR = berat
badan normal) dengan rumus :
2) Normal (ideal)
BB X 30 kalori sehari
3) Gemuk (overweight)
BB X 20 kalori sehari
4) Obesitas apabila
tidak
mempunyai
efek
pankreatik,
tetapi
pada
tingkat
pascareseptor:
mempunyai
efek
intraselluler
3) Insulin
a) Indikasi penggunaan insulin
i. DM tipe I
ASUHAN KEPERAWATAN PADA DIABETES MELLITUS | 9
ii. DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan
OAD
iii. DM kehamilan
iv. DM dan gangguan faal hati yang berat
v. DM dan gangguan infeksi akut (selulitis, gangren)
vi. DM dan TBC paru akut
vii. DM dan koma lain pada DM
viii. DM operasi
ix. DM patah tulang
x. DM dan underweight
xi. DM dan penyakit Graves
b) Beberapa cara pemberian insulin
Suntikan insulin subkutan: Insulin regular mencapai puncak
kerjanya pada 1 4 jam, sesudah suntikan subcutan, kecepatan
absorpsi di tempat suntikan tergantung pada beberapa faktor
antara lain :
4) Cangkok pancreas
Pendekatan terbaru untuk cangkok adalah segmental dari donor hidup
saudara kembar identic
(Brunner & Suddarth. 2005)
2.8 Komplikasi
1. Gangguan pembuluh darah otak (stroke)
2. Pembuluh darah mata (gangguan penglihatan)
3. Pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner)
4. Pembuluh darah ginjal (gagal ginjal)
5. Pembuluh darah kaki (luka yang sukar sembuh/gangren)
(Corwin. 2009)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS
3.1 Pengkajian
3.1.1 Data Demografi
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang
berlangsung kronik
konsentrasi
gula
darah.
Peningkatan
tersebut
dapat
2) Kondisi hipoglikemi
Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi, gelisah, rasa lapar, sakit
kepala, susah konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat,
patirasa di daerah bibir, pelo, perubahan emosional, penurunan
kesadaran.
3.1.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya riwayat penyakit hipertensi dan DM. Pernah mempunyai luka
yang tak kunjung sembuh. Adanya riwayat penyakit anemia.
3.1.4 Riwayat Penyakit Sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka, serta
upaya yang dilakukan pasien untuk mengatasi luka.
3.1.5 Riwayat Penyakit Keluarga
Anggota keluarga pasien ada yang menderita penyakit turunan seperti
hipertensi dan kencing manis.
3.1.6 Pola Fungsi Kesehatan
a) Pola Persepsi Kesehatan
Pada pasien diabetes melitus terjadi perubahan persepsi dan
tatalaksanaan hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang
pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
b) Pola Metabolik-Nutrisi
Akibat insulin tidak adekuat maka kadar gula darah tidak dapat
dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan sering buang air
kecil, banyak makan tetapi berat badan turun, banyak minum,
mudah kelelahan. Keadaaan tersebut dapat menimbulkan gangguan
nutrisi.
c) Pola Eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik
menyebabkan pasien banyak buang air kecil.
d) Pola Istirahat-Tidur
Adanya poliuria, sering kesemutan pada bagian kaki sehingga
pasien mengalami gangguan pola tidur
waktru
perawatan
dan
perasaan
tidak
berdaya
lambat,
penggunaan
obat
steroid,
diuretik,
dilantin,
Rencana pemulangan
riwayat
pasien/orang
terdekat
sehubungan
dengan
Rasa
lelah
berkurang
Penurunan
rasa
lelah
Kriteria Hasil :
- menyatakan mapu untuk beristirahat dan peningkatan tenaga.
- mampu menunjukan faktor yang berpengaruh terhadap kelelahan.
- Menunjukan peningkatan kemampuan dan berpartisipasi dalam aktivitas.
Intervensi / Implementasi :
1) Diskusikan
perencanaan
dengan
dengan
pasien
pasien
kebutuhan
dan
aktivitas.
identifikasi
Buat
aktivitas
menimbulkan
jadwal
yang
kelelahan.
kemampuan
toleransi
pasien.
Darah Vena
1) Kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena dalam tabung bertutup
lembayung. Campur dengan baik. Lama turniket yang terpasang
kurang dari 2 menit.
2) Jangan mengambil darah dari area lengan yang terpasang jalur
IV.
Darah Kapiler
Ambil
darah
kapiler
dengan
menggunakan
metode
BAB IV
PENUTUP
4.2 Kesimpulan
Nilai normal Hematokrit pada orang dewasa pria : 40-54% ; 0,40-0,54%
(satuan SI). Wanita : 36-46% ; 0,36-0,46% (satuan SI). Nilai Panik : <15% dan
>60%. Sedangkan pada Bayi baru lahir : 44%-65%. Usia 1-3 tahun : 29%-40%.
Usia 4-10 tahun : 31-43%.
Nilai hematokrit yang tinggi dari normal ( > 55 % pada dewasa) disertai
dengan tanda dan gejala tertentu menandakan klien mengidap diabetes
asidosis/diabetes mellitus. Nilai hematokrit yang tinggi juga menandakan
bahwa klien mengalami dehidrasi/hipovolemia. Pada pemeriksaan Hematokrit
yang diambil yaitu darah vena. Kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena dalam
tabung bertutup lembayung. Campur dengan baik. Lama turniket yang
terpasang kurang dari 2 menit.
Nilai normal Gas darah pada orang dewasa : pH :7,35-7,45. PaCO2: 3545 mm Hg. PaCO2: 75-100 mm Hg. SaO2: >95%. SvO2: >70%. HCO3: 24-28
mEq/I. Kelebihan basa (base excesses, BE): +2 sampai -2 mEq/I. Pada
penderita diabetes pemeriksaan laboratorium gas darah menunjukkan Ph
rendah dan penurunan HCO3.
Asidosis Metabolik (pH <7,35; HCO 3 <24 mEq/l): Ketoasidosis diabetik,
diare berat, kelaparan/ malnutrisi, syok, luka bakar, gagal ginjal, infark
miokardial akut. Pada pemeriksaan BGA yang diambil yaitu darah arteri.
Kumpulkan 1 sampai 5 ml darah arteri dicampur dengan heparin dalam tabung
bertutup hijau terang.
4.2 Saran
Saran untuk perawat, perhatikan keseimbangan cairan klien karena pH
darah pada penderita diabetes menurun menandakan klien sedang dehidrasi.
Tetap pantau intake dan outtake cairan klien. Pantau pola kegiatan klien karena
klien diabetes dengan pH tidak normal (perubahan kimia darah) mudah letih
dan kelelahan yang berhubungan dengan sistem metabolisme.
Berikan edukasi terhadap mengatur klien tentang diet pada diabetes, pola
istirahat dan aktivitas, dan hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Pantau
adanya luka pada klien dan beri edukasi pada klien agar klien bisa merawat
dirinya sendiri jika mempunyai luka pada tubuhnya. Edukasikan pada klien
tentang hipoglikema dan hiperglikema.
Saran untuk klien, klien harus bisa memperhatikan dan mengatur kondisi
dirinya sendiri dengan mandiri tanpa bantuan tenaga kesehatan agar klien tidak
ada rasa ketergantungan terhadap pelayanan kesehatan (mandiri). Menjadi
klien/manusia
yang
berpengetahuan
agar
dapat
memenejemen
pola
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2008). Peran DIIT Dalam Penanggulangan Diabetes
Brunner & Suddarth (2005). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC.
Carpenito, Lynda Juall (2000). Diagnosa Keperawatan. Jakarta : Penerbit EGC.
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Kee, Joyce LeFever.2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diasnogtik.
Jakarta: EGC
Sujono & Sukarmin (2008). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Eksokrin & Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu.