Presentasi Kasus
Judul:
LOW BACK PAIN DENGAN SPONDILOLISTESIS PADA GERIATRI
Nama: Elisa Novianti
NIM: 030.11.085
Pada Hari
, Tanggal
2016
Pembimbing,
PENDAHULUAN
Nyeri punggung bawah (NPB) sering disebut sebagai nyeri pinggang atau low
back pain (LBP) dan merupakan keluhan yang sering dijumpai. Hampir 90%
penduduk negara-negara industri pernah mengalami NPB. Diperkirakan 40%
penduduk Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah menderita nyeri pinggang.
Nyeri punggung bawah adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah, dapat
merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikular atau keduanya. Nyeri ini terasa
diantara sudut iga terbawah dan lipat pantat bawah yaitu daerah lumbal atau lumbosakral dan sering disertai dengan penjalan nyeri kearah tungkai dan kaki. .1,2
Low back pain merupakan kasus yang sering muncul dengan etiologi yang
bervariasi diantaranya seperti kelainan kongenital, trauma dan gangguan mekanis,
inflamasi, neoplasma, osteoporosis degeneratif dan psikis. Nyeri pinggang/LBP dapat
menimbulkan gangguan fungsi yang selanjutnya berdampak pada menurunnya quality
of life seseorang, karena sifat nyeri yang menimbulkan keterbatasan gerak pada
seseorang dan dapat mengganggu aktifitas kesehariannya.
Salah satu yang dapat menyebabkan Low back pain yaitu, spondilolistesis.
Spondilolistesis adalah subluksasi atau pergeseran dari salah satu korpus vertebra
terhadap korpus vertebra lain dibawahnya. Spondylolisthesis menunjukkan suatu
pergeseran satu korpus vertebra bila dibandingkan dengan vertebra yang terletak
dibawahnya. Umumnya diklasifikasikan ke dalam lima bentuk : kongenital atau
displastik, isthmus, degeneratif, traumatik, dan patologis. Spondylolisthesis mengenai
5-6% populasi pria, dan 2-3% wanita. Gambaran klinis spondylolisthesis sangat
bervariasi dan bergantung pada tipe pergeseran dan usia pasien. Gejala jarang
berhubungan dengan derajat pergeseran (slippage), meskipun sangat berkaitan dengan
instabilitas segmental yang terjadi. Pasien dengan spondylolisthesis degeneratif
biasanya pada orang tua dan muncul dengan nyeri tulang belakang (back pain),
radikulopati, klaudikasio neurogenik, atau gabungan beberapa gejala tersebut.3,4
LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. S
Umur
: 63 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
II.
Pekerjaan
: Guru Mengaji
Status Kawin
: Menikah
Suku bangsa
: Betawi
Agama
: Islam
Tanggal Kontrol
: 23 November 2016
No Rekam medis
: 978290
ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis dengan anak pasien pada
hari Rabu, 23 November 2016 pukul 10.00 WIB di Poli Saraf Lantai 2.
Keluhan Utama
Nyeri pada paha kanan
Keluhan Tambahan
Kesemutan
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli Saraf RSUD Budhi Asih pada tanggal 23
November 2016 pukul 10.00 WIB dengan keluhan nyeri pada paha sebelah
kanan sejak 2 bulan sebelum ke Poli Saraf.
Nyeri dirasakan menjalar dari pinggang kanan ke paha bagian
belakang sebelah kanan dan terkadang menjalar hingga ke telapak kaki. Nyeri
pada paha kanan bagian belakang tersebut terkadang disertai kesemutan pada
kaki kanan pasien. Nyeri dirasakan semakin memberat 1 bulan sebelum
pergi ke Poli Saraf. Nyeri yang dialami hilang timbul. Nyeri akan timbul saat
proses
keterbatasan gerak terutama saat mengangkat kaki, selain itu posisi duduk
lama dan perubahan posisi menyebabkan nyeri timbul kembali. Pasien juga
mengaku sedang batuk disertai pilek sejak 4 hari sebelum kontrol ke Poli Saraf
dan bila batuk kencang, maka timbul rasa nyeri yang menjalar.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat trauma pada punggung (-), riwayat jatuh (-), riwayat hipertensi
disangkal, baru akhir-akhir ini tekanan darah tinggi, diabetes mellitus (+)
terdiagnosis 5 tahun yang lalu dan pasien rutin mengonsumsi Glucophage,
riwayat alergi (-), riwayat penyakit jantung (-) dan riwayat penyakit ginjal (-)
Riwayat Obat-obatan
Pasien
rutin
mengonsumsi
Glucophage.
Pasien
menyangkal
pernah
untuk
pergi
menggunakan kendaraan.
kerumah
muridnya,
terkadang
pasien
pergi
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pemeriksaan fisik pada hari rabu, 23 November 2016 pukul 10.00
WIB.
A. Status generalis
1. Keadaan umum
Kesan sakit
Kesadaran
: Compos Mentis
2. Tanda vital
Tekanan darah
: 140/90 mmHg
Nadi
Suhu
: 36.7 oC axilla
Pernapasan
3. Kepala
Normosefali, rambut berwarna hitam, distribusi merata
4. Mata
Konjungtiva pucat (+/+) sklera ikterik (-/-), pupil bulat,
isokor diameter 3 mm/3 mm, reflek cahaya langsung (+/+), reflek
cahaya tidak langsung (+/+)
5. Telinga
Normotia (+/+), discharge (-/-)
6. Mulut
Bibir sianosis (-), pucat (-), mukosa bibir kering ()
7. Leher
Trakea terletak di tengah, Kelenjar Getah Bening (KGB) dan tiroid
tidak teraba membesar
8. Thoraks
Inspeksi bentuk thoraks simetris, Retraksi intercostae (-/-)
Paru
Inspeksi
Anterior
Posterior
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
Gerak dinding dada statis dan Gerak dinding dada statis dan
dinamis tampak simetris kanan- dinamis tampak simetris kanan-
Palpasi
kiri
Vocal fremitus simetris
kiri
Vocal fremitus simetris
Perkusi
sonor pada seluruh lapang paru sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi
kanan-kiri (+/+)
Suara dasar : vesikuler (+/+)
kanan-kiri (+/+)
Suara dasar : vesikuler (+/+)
Wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi
Palpasi
: tidak dilakukan
Perkusi
: tidak dilakukan
Auskultasi
9. Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
10. Extremitas
Akral Dingin
Akral Sianosis
CRT
Oedem
Tonus Otot
Trofi Otot
Superior
-/-/<2
-/Normotonus
Normotrofi
Inferior
-/-/<2
-/Normotonus
Normotrofi
B. Status neurologis
1. Rangsang meningen
Kaku Kuduk
:-
Laseque
Kernig
Brudzinsiki I
:-
Brudzinski II
:-
2. Nervus cranialis
N. I (OLFAKTORIUS)
Penciuman
tidak dilakukan
N. II (OPTIKUS)
Kanan
Visus (kualitatif)
Kiri
Tidak dilakukan
Lihat Warna
Tidak dilakukan
Kampus (Konfrontasi)
Tidak dilakukan
Funduskopi
Tidak dilakukan
:-/-
- Nistagmus
: - /-
- Diplopia
: -/-
Lateral Kanan
: Baik
Lateral Kiri
Medial Kanan
Medial Kiri
Atas
: Baik
Bawah
: Baik
: Baik
: Baik
: Baik
PUPIL
-
Bentuk
Isokor
: Isokor
Kanan
-
Kiri
REFLEKS CAHAYA
Langsung
Tidak langsung
N. V (TRIGEMINUS)
Kanan
Kiri
Membuka Mulut
Baik
Baik
Gerakan Rahang
Baik
Baik
Menggigit
Baik
Baik
SENSORIK
Kanan
Kiri
Rasa Raba
Baik
Baik
Rasa Nyeri
Baik
Baik
Rasa Suhu
Tidak dilakukan
MOTORIK
REFLEKS
Refleks Kornea
Tidak dilakukan
N. VII (FASIALIS)
Sikap Wajah (dalam istirahat) : simetris
Kanan
Kiri
Angkat Alis
Baik
Baik
Kerut Dahi
Baik
Baik
Kembung Pipi
Baik
Baik
Menyeringai
Baik
Baik
Tidak dilakukan
N. VIII (VESTIBULOKOKHLEARIS)
VESTIBULARIS
Tidak dilakukan
KOKHLEARIS
Kanan
Kiri
Gesekan Jari
: Tidak dilakukan
Tes RINNE
: Tidak dilakukan
Tes WEBER
: Tidak dilakukan
Tes SCHWABACH
: Tidak dilakukan
: Simetris
Uvula
: Letak ditengah
Menelan
: Baik
Refleks Muntah
: tidak dilakukan
N. XI (ASESORIUS)
Kanan
Kiri
Menoleh
: tidak dilakukan
Angkat Bahu
: tidak dilakukan
N. XII (HIPOGLOSUS)
Julur Lidah
: Baik
Gerakan Lidah
: Baik
Tremor
:-
3. Motorik
DERAJAT KEKUATAN OTOT (0-5)
5555
5555
5555
5555
Kiri
LENGAN
- Fleksor
Normotoni
Normotoni
- Ekstensor
Normotoni
Normotoni
- Fleksor
Normotoni
Normotoni
- Ekstensor
Normotoni
Normotoni
TUNGKAI
TROFI OTOT
Kanan
Lengan
Normotrofi
Kiri
Normotrofi
Tungkai
Normotrofi
Normotrofi
Telunjuk Hidung
: Tidak dilakukan
Jari-jari
: Tidak dilakukan
Tes Romberg
: Tidak dilakukan
5. Refleks
REFLEKS FISIOLOGIS
-
Biseps
:+/+
Triseps
:+/+
Patella
:+/+
Achilles
:+/+
REFLEKS ABNORMAL
Hoffman Tromer
-/-
Babinski
-/-
Chaddok
-/-
Oppenheim
-/-
Gordon
-/-
Shcaeffer
-/-
Klonus kaki
-/-
6. Sensibilitas
EKSTEROSEPTIF
Rasa raba
: baik
Rasa nyeri
: baik
Rasa suhu
: tidak dilakukan
PROPRIOSEPTIF
-
: Tidak dilakukan
: Tidak dilakukan
Rasa getar
: Tidak dilakukan
7. Fungsi otonom
-
Miksi
: baik
Defekasi
: baik
Salivasi
: tidak dilakukan
Sekresi Keringat
: baik
8. Pemeriksaan khusus
-
Gerakan
IV.
Dekstra
Sinistra
keterbatasan gerak
keterbatasan gerak
keterbatasan gerak
keterbatasan gerak
keterbatasan gerak
keterbatasan gerak
keterbatasan gerak
keterbatasan gerak
Dorsofleksi
keterbatasan gerak
keterbatasan gerak
Plantarfleksi
keterbatasan gerak
keterbatasan gerak
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Foto lumbosacral AP/Lat
Tanggal 16 November 2016
V.
RESUME
Pasien perempuan, berusia 62 tahun, datang ke Poli Saraf RSUD Budhi
Asih pada tanggal 23 November 2016 pukul 10.00 WIB dengan keluhan nyeri
pada paha sebelah kanan bagian belakang sejak 2 bulan sebelum ke Poli
Saraf. Nyeri dirasakan menjalar dari pinggang hingga ke telapak kaki. Nyeri
pada paha kanan bagian belakang tersebut terkadang disertai kesemutan pada
kaki kanan pasien. Nyeri dirasakan semakin memberat 1 bulan sebelum
pergi ke Poli Saraf. Nyeri hilang timbul dan diperparah dengan aktifitas.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran Compos Mentis.
Tekanan darah 140/90 mmHg, Nadi 82x/m, pernapasan 19x/m dan suhu
36.7oC axillar. Status generalisata dalam batas normal. Pada pemeriksaan
neurologis didapatkan pupil bulat isokor 3mm / 3mm.
Pada pemeriksaan Lumbosacral AP/Lat didapatkan kesan Scoliosis,
spondilolisthesis L4-5, spondiloarthritis dan porotik lumbalis, suspek HNP L45, L5-S1
VI.
DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis
Diagnosis Etiologi
VII.
Diagnosis Topis
: Radiks L4-5
Diagnosis Patologi
: Degeneratif
PENATALAKSANAAN
Non-medikamentosa
Pasien tidak mengangkat benda berat
Pemakaian brace (penyangga eksterna)
Stretching exercise
Medikamentosa
-
Racikan :
o Natrium Diclofenac 25mg
o Paracetamol 300mg
o Diazepam 1mg
Amlodipine 1 x 5mg
PROGNOSIS
Ad vitam
: Ad Bonam
Ad fungsionam
: Dubia ad Bonam
Ad sanationam
: Dubia ad Malam
BAB III
ANALISA KASUS
Pada kasus ini, seorang wanita usia 62 tahun datang dengan keluhan nyeri
pada paha kanan bagian yang menjalar ke telapak kaki yang dirasakan sejak 2
bulan yang lalu. Dalam hal ini pasien memiliki faktor resiko untuk LBP, yaitu usia,
dimana proses degeneratif yang berjalan sesuai dengan usia yang bertambah. Nyeri
pinggang pada kasus ini tergolong kedalam kategori nyeri kronik yang salah satunya
dari diskus intervertebralis dapat disebabkan oleh proses degeneratif.4
Pinggang merupakan bagian belakang badan yang mengemban bagian tubuh dari
toraks keatas, penopang utama bagian ini yaitu tulang belakang lumbal dan
keseluruhan tulang belakang. Tiap ruas tulang belakang berikut dengan diskus
intervertebralis sepanjang kolumna vertebralis merupakan satuan anatomi dan
fisiologi. Bagian depan terdiri atas korpus vertebralis dan diskus intervertebralis yang
berfungsi sebagai pengemban yang kuat, tetapi cukup fleksibel serta bisa tahan
terhadap tekanan-tekanan menurut porosnya, yang menahan tekanan tersebut adalah
nucleus pulposus. Fleksibilitas dari tulang belakang didukung oleh ligamentum dan
fasia yang mengikat dan membungkus korpus serta diskus intervertebralis. Dari
berbagai jenis keluhan mengenai pinggang, nyeri adalah yang paling sering dan
mempunyai arti penting, nyeri pinggang dapat dibedakan dalam5:
a. Nyeri setempat karena iritasi ujung-ujung saraf penghantar impuls nyeri
b. Referred pain (nyeri alih)
c. Nyeri radikular
d. Nyeri akibat kontraksi otot sebagai tindakan protektif.
Nyeri dirasakan menjalar dari pinggang hingga ke telapak kaki. Nyeri pada
paha kanan bagian belakang tersebut terkadang disertai kesemutan pada kaki kanan
pasien. Nyeri dirasakan semakin memberat 1 bulan SMRS. Nyeri hilang timbul dan
diperparah dengan aktifitas. Hal ini berkaitan dengan tipe nyeri yang timbul dari
keluhan nyeri pinggang itu sendiri. Dalam hal ini, dapat dikaitkan dengan nyeri
radikular. Nyeri radikular sepintas menyerupai referred pain. Nyeri radikular menjalar
secara tegas, terbatas pada dermatomnya dan sifat nyerinya lebih keras serta terasa
pada permukaan tubuh. Nyeri radikular timbul karena perangsangan terhadap radiks,
baik yang bersifat penekanan, sentuhan, peregangan, tarikan atau jepitan. Hal ini
berarti ada suatu proses patologi yang menimbulkan nyeri radikular di sekitar foramen
Gambar 1.7
Spondilolistesis tidak selalu menimbulkan gejala, gejala dapat baru timbul saat
usia lanjut. Hal ini dapat disebabkan oleh perubahan sekunder selama proses selama
masa usianya yang mungkin dapat disebabkan oleh beberapa hal yang termasuk
dalam klasifikasi berikut menurut WiIltse-Newman-Mcnab classification, yaitu
displastik, isthmik, degeneratif, traumatik dan patologik. Gejala yang dirasakan pada
spondilolistesis sendiri dapat terjadi akibat degenerasi dan subluksasi dari facet joint
vertebra, ketegangan pada kapsul facet joint dan ligamen-ligamen vertebra,
penggunaan otot stabilisator secara berlebihan serta adanya stenosis pada foramen
intervertebralis. Banyak hal yang da[at menjadi penyebab spondilolistesis degeneratif,
dan itu saling berkaitan dengan patologi lainnya, misalnya, adanya degenerasi diskus
vertebralis, terjadinya osteoarthritis pada facet joint dan stenosis tulang belakang.
Alasan utama yang mungkin menyebabkan pergeseran vertebral adalah: terjadinya
arthritis pada facet joint, kerusakan dari ligamen yang kemungkinan terjadi akibat
lakta yang berlebihan; dan stabilisasi otot yang tidak efektif. 2,3
Dalam kasus ini pada pemeriksaan fisik pada pasien tampak regio tungkai
bawah kanan tampak sedikit fleksi dibandingkan sebelah kiri. Hal ini dapat
merupakan sikap kompensatorik untuk mengurangi peregangan N. isiadikus. Pada
kasus ini pemeriksaan khusus neurologis seperti pemeriksaan tes Laseque dan Kernig
(-), sedangkan tes Patrick, didapatkan hasil negative dan Range Of Motion (ROM)
pada pasien ini tidak terdapat hambatan gerak. Hal ini dapat disebabkan karena pasien
telah menjalani pengobatan dengan mendapatkan terapi antiinflamasi dan pereda
nyeri neuropatik. Sehingga pasien tidak datang dalam keadaan pinggang yang sedang
nyeri dan memberikan hasil negatif dari pemeriksaan yang telah dilakukan. Namun
pasien mengatakan sebelum dilakukannya proses terapi pengobatan, terdapat
keterbatasan gerak terutama saat mengangkat kaki, selain itu posisi duduk lama dan
perubahan posisi menyebabkan nyeri timbul kembali.
Untuk mengetahui derajat dari spondilolistesis dapat menggunakan teknik
Meyerding : ini melibatkan membagi aspek superior dari vertebra di bawah slip
menjadi 4 divisi yang sama.2
Gambar 2.8
Pada kasus pasien ini berdasarkan hasil foto torakolumbal, maka
disimpulkan L4 dan L5 mengalami pergeseran/slip antara <25% sehingga termasuk
dalam kategori Grade 1.
Selain pemeriksaan radiologi foto torakolombal CT scan juga dapat
dilakukan. CT scan menggambarkan abnormalitas pada tulang dengan baik, akan
tetapi MRI sekarang lebih sering digunakan karena selain dapat mengidentifikasi
tulang juga dapat mengidentifikasi jaringan lunak (diskus, kanal, dan anatomi serabut
saraf) lebih baik dibandingkan dengan foto polos. 9
Pengobatan untuk spondilolistesis umumnya konservatif. Pengobatan non
operatif diindikasikan untuk semua pasien tanpa defisit neurologis atau defisit
neurologis yang stabil. Hal ini dapat merupakan pengurangan berat badan, stretching
exercise, pemakaian brace, pemakain obat anti inflamasi. Hal terpenting dalam
manajemen pengobatan spondilolistesis adalah motivasi pasien. Pada pasien diberikan
obat racikan untuk mengatasi nyeri yang dirasakan, yaitu ibu berupa OAINS, anti
spasme, dan asetaminofen. Untuk melihat perbaikan atau tidaknya pada pasien dapat
dilihat dari anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Hal yang menjadi permasalahan pada penderita low back pain adalah
kualitas hidup yang menurun. Pasien yang merupakan seorang guru mengaji privat
biasanya dapat pergi kerumah muridnya dengan berjalan kaki. Namun, sekarang hal
tersebut sulit dilakukan oleh pasien akibat nyeri yang diderita. Pasien juga
mengeluhkan bahwa untuk melakukan ibadah seperti biasa pun sudah sulit dilakukan,
sehingga pasien harus duduk saat ingin melakukan ibadah.
DAFTAR PUSTAKA
dan
Penatalaksanaan.
Jakarta:
Kelompok
Studi
Nyeri,
PERDOSSI; 2001:145,149-151
3. Hunter J. D., Kalichman L. Diagnosis and conservative management of
degenerative lumbar spondylolisthesis. Eur Spine J; 2008;17:327335
4. Vookshoor A. Spondilolisthesis, spondilosis and spondilysis. Dalam:
http://emedicine.medscape.com/article/1266860-overview. Diakses Tanggal 8
November 2016
5. Hoy D, Brooks P, Blyth F, Buchbinder R. The epidemiology of low back pain.
Best Pract Res Clin Rheumatol 2010;24: 769-81.
6. Syaanin, Syaiful. Neurosurgery of Spondylolisthesis. Padang: RSUP. Dr. M.
Djamil/FK-UNAND Padang.
7. C.
Benjamin
Ma.
Sciatic
Nerve.
Available
https://medlineplus.gov/ency/imagepages/19503.htm. (Diakses
Tanggal
at
2
November 2016)
8. Rodts Mary, Silvery CP. Spondylolisthesis: Back Condition and Treatment.
Available
at
https://www.spineuniverse.com/conditions/spondylolisthesis/spondylolisthesis
-back-condition-treatment. (Diakses 8 November 2016)
9. Irani,
Z.
Spondylolisthesis
Imaging.
Available
at
http://emedicine.medscape.com/article/396016-overview#showall (Diakses 1
Desember 2016).