HIDROKARBON (TPH)
I. Pendahuluan
Setiap tahunnya ribuan ton minyak bocor dan mencemari lautan. Namun dampaknya
terhadap lingkungan amat tergantung dari jenis minyak serta lokasi cemarannya. Juga alam dapat
menguraikan sendiri cemaran minyak di laut.
Lebih dari 60 persen minyak bumi untuk memenuhi kebutuhan global, ditambang dari
cebakannya di bawah permukaan laut. Selain itu, transportasinya ke seluruh dunia kebanyakan
diangkut menggunakan kapal tanker raksasa. Kebocoran di lokasi penambangan atau semburan
minyak tidak terkendali di lubang pengeboran yang disebut blow out, dan kecelakaan kapal
tanker, merupakan sumber utama cemaran minyak di lautan.
Gambaran dari dampak cemaran minyak di lautan dan kawasan pantai, misalnya pada saat
kebocoran lubang pengeboran milik British Petroleum di Teluk Meksiko, atau karamnya kapal
tanker Exxon Valdez di Alaska, masih melekat di benak kita. Kawasan pantai yang diselimuti
lapisan berwarna hitam yang lengket, burung laut serta satwa laut lainnya yang mati akibat
minyak yang tumpah, serta matinya habitat dasar lautan.
Selain melewati kecelakaan kapal tanker dan kegiatan industri, cemaran minyak bumi yang
mengandung total petroleum hidrokarbon (TPH) masuk ke lingkungan juga karena penggunaan
komersil atau pribadi.
Kegiatan industri perminyakan dapat menimbulkan limbah yang mencemari lingkungan.
Selain itu, proses pengeboran dan pengilangan minyak bumi juga menghasilkan lumpur minyak
dalam jumlah besar. Lumpur minyak merupakan polutan yang sangat berbahaya, UU No. 23
tahun 1997 dan PP No. 18 tahun 1999 mengkategorikan lumpur minyak sebagai limbah B3
(Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun).
Petroleum hidrokarbon merupakan salah satu kontaminan yang dapat berdampak buruk
baik bagi manusia maupun lingkungan. Ketika senyawa tersebut mencemari permukaan tanah,
maka zat tersebut dapat menguap, tersapu air hujan, atau masuk ke dalam tanah kemudian
terendap sebagai zat beracun, akibatnya, ekosistem dan siklus air juga ikut terganggu.
Pencemaran petroleum hidrokarbon atom juga dapat diakibatkan oleh proses pembuangan
limbah industri atau pun rumah tangga, kendaraan bermotor, dan kegiatan pengeboran minyak.
Petroleum hidrokarbon dapat mencemari air secara langsung melalaui proses kebocoran. Selain
itu, petroleum hidrokarbon juga dapat meresap ke dalam lapisan tanah dan tertahan dalam jangka
waktu yang cukup lama. Sisanya menguap ke udara dan diuraikan oleh cahaya. Uap dari
senyawa ini juga dapat mencemari udara dan berbahaya bagi kesehatan manusia bila terhirup.
Beberapa fraksi petroleum hidrokarbon mengapung di atas air dan membentuk lapisan sehingga
oksigen dan cahaya matahari tidak dapat masuk ke dalam laut yang mengakibatkan terganggunya
makhluk hidup di dalam laut.
Akibat yang ditimbulkan dari terjadinya pencemaran minyak bumi di laut adalah:
1. Rusaknya estetika pantai akibat bau dari material minyak. Residu berwarna gelap yang
terdampar di pantai akan menutupi batuan, pasir, tumbuhan dan hewan. Gumpalan tar yang
terbentuk dalam proses pelapukan minyak akan hanyut dan terdampar di pantai.
2. Kerusakan biologis, bisa merupakan efek letal dan efek subletal. Efek letal yaitu reaksi yang
terjadi saat zat-zat fisika dan kimia mengganggu proses sel ataupun subsel pada makhluk hidup
hingga kemungkinan terjadinya kematian. Efek subletal yaitu mepengaruhi kerusakan fisiologis
dan perilaku namun tidak mengakibatkan kematian secara langsung. Terumbu karang akan
mengalami efek letal dan subletal dimana pemulihannya memakan waktu lama dikarenakan
kompleksitas dari komunitasnya.
3. Pertumbuhan fitoplankton laut akan terhambat akibat keberadaan senyawa beracun dalam
komponen minyak bumi, juga senyawa beracun yang terbentuk dari proses biodegradasi. Jika
jumlah pitoplankton menurun, maka populasi ikan, udang, dan kerang juga akan menurun.
Padahal hewan-hewan tersebut dibutuhkan manusia karena memiliki nilai ekonomi dan
kandungan protein yang tinggi.
4.
Penurunan populasi alga dan protozoa akibat kontak dengan racun slick (lapisan minyak di
permukaan air). Selain itu, terjadi kematian burung-burung laut. Hal ini dikarenakan slick
membuat permukaan laut lebih tenang dan menarik burung untuk hinggap di atasnya ataupun
menyelam mencari makanan. Saat kontak dengan minyak, terjadi peresapan minyak ke dalam
bulu dan merusak sistem kekedapan air dan isolasi, sehingga burung akan kedinginan yang pada
akhirnya mati.
Oleh karena itu, sangat penting mengetahui tentang minyak bumi pada umumnya dan TPH pada
khususnya.
II. Pembahasan
2.1 Total Petroleum Hidrokarbon (TPH)
Petroleum berasal dari kata petra yang artinya batu dan oleum yang artinya minyak.
Petroleum merupakan campuran kompleks. Petroleum terdiri dari senyawa hidrokarbon (98%),
Sulfur (1 3%), Nitrogen (< 1%), Oksigen (< 1%), Logam atau mineral (< 1%), Garam (< 1%).
Menurut EPA (Environmental Protection Agency), petroleum hidrokarbon berasal dari minyak
mentah (crude oil). Crude oil ini digunakan untuk membuat produk petroleum, yang dapat
mencemari lingkungan.
Berdasarkan susunan molekul minyak bumi maka senyawa hidrokarbon dapat
dikelompokan menjadi empat golongan (REYNOLDS, 1963) :
2.1.1
Sikloheptana
2.1.3 Aromatik : CnH2n-6
Aromatik adalah persenyawaan hidrokarbon jenuh dengan satu inti benzena atau lebih
yang terdiri dari normal benzena (monobenzena, monoaromat dan polibenzena, poliaromat) dan
benzena bercabang. Contohnya yaitu :
Benzena
2.1.4
Olefin : CnH2n
Olefin adalah persenyawaan hidrokarbon tidak jenuh dengan rantai atom C terbuka yang
dalam struktur molekulnya terdapat ikatan rangkap dua diantara dua atom C yang berdekatan.
Hidrokarbon tidak jenuh terdiri dari normal olefin dan olefin cabang alkil. Senyawa olefin
biasanya tidak ada dalam minyak bumi, karena susunan komponen tersebut tidak stabil.
2.2 Sifat-sifat TPH
TPH memiliki sifat-sifat umum baik sifat fisika maupun kimia :
2.2.1 Mudah menguap
2.2.2 Peka terhadap cahaya
2.2.3 Kelarutan dalam air umumnya kecil
2.2.4 Mudah larut dalam pelarut organik
2.2.5 Tekanan uapnya lebih kecil dari satu atm
2.2.6 Umumnya beracun
2.2.7 Memiliki massa relatif sebesar 282
2.2.8 Memiliki titik leleh sebesar 37C
2.2.9 Memiliki titik didih sebesar (300-350)C
2.2.10 Memiliki kerapatan sebesar 0,789 g/cm3
2.2.11 Viskositas besar
2.3
Senyawa-senyawa TPH
2.4
salah satunya bergerak secara berkesinambungan dalam arah tertentu dan di dalamnya zat-zat itu
menunjukkan perbedaan mobilitas disebabkan adanya perbedaan dalam absorpsi, partisi,
kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul atau kerapatan muatan ion. Berdasarkan kemasan fase
diam, kromatografi terbagi tiga yaitu kromatografi kertas, kolom, dan lapisan tipis.
Kromatografi gas terdiri dari kromatografi gas cairan dengan mekanisme pemisahan
partisi, teknik kolom dan nama alat GLC. Selain itu, kromatografi gas padat dengan mekanisme
absorpsi, teknik kolom dan nama alat GSC. Namun GSC jarang digunakan sehingga pada
umumnya yang disebut dengan GC saat ini adalah GLC.
Kromatografi gas merupakan sistem pemisahan fisik komponen-komponen dalam suatu
campuran terdistribusi antara fase diam dan fase gerak. Fase diam berupa kolom yang terisi oleh
padatan atau cairan. Fase gerak (gas pembawa) berupa gas yang lembam. Komponen akan
terpisah diantara aliran gas pembawa yang terus menerus dalam fase diam (DAY dan
UNDERWOOD,2002).
Secara garis besar, bagian dasar dari GC :
a. Gas pembawa
Syarat gas pembawa :
Lembam (inert)
Koefisien difusi gas rendah
Kemurnian tinggi (99.99%)
Mudah didapat dan murah
Cocok dengan detektor yang digunakan
Contoh gas pembawa adalh N2, H2, He, dan Ar. He adalah gas pembawa yang paling banyak
digunakan.
b. Gerbang suntik
c. Oven
Syarat oven yang baik :
Keseragaman suhu baik
Kestabilan suhu baik
Rentang suhu lebar
Dapat digunakan untuk analisis isotermal dan analisis pada suhu terprogram
d. Kolom
Kolom dapat diibaratkan sebagai jantungnya kromatografi. Pada kolom inilah terjadi
pemisahan komponen pada sampel. Secara umum kolom yang lebih panjang dapat memisahkan
lebih baik namun waktu analisisnya menjadi lebih lama. Semakin kecil diameter dalam semakin
baik pemisahannya. Kolom dibuat spiral untuk menghemat tempat. Ada dua jenis kolom yaitu
kolom kemasan dan kolom kapiler.
e. Detektor
Detektor pada kromatografi adalah suatu sensor elektronik yang berfungsi mengubah
sinyal gas pembawa dan komponen-komponen di dalamnya menjadi sinyal elektronik. Detektor
yang digunakan untuk menganalisis TPH adalah FID (Flame Ionization Detector) yang
merupakan detektor khusus menganalisis senyawa-senyawa organik termasuk TPH.
f. Sistem pengolahan data
Analisis TPH :
a. Prinsip
Prinsip kromatografi gas hampir sama dengan kromatografi kolom, yaitu sistem partisi.
Pada kromatografi kolom pelarut meskipun sedikit selalu mengadakan interaksi dengan zatnya
Tambahkan 2 gram Na2SO4 , aduk menggunakan spatula sampai tanah terlihat kering ,
tambahkan lagi Na2SO4 jika diperlukan.
c)
Tambahkan 20 ml DCM, ekstrak dengan menggunakan tumbler selama 1 jam agar minyak
terekstrasi ke pelarut DCM
d)
e)
f)
dalam tanah
Masukkan isi Charcoal Tube (back & front section) sampel ke dalam glas vial 8 mL yang berisi
2 ml carbon disulfida.
b)
Kocok tabung tersebut dengan menggunakan vortex mixer atau dengan tangan kuat-kuat.
c)
Biarkan ekstrak hingga semua charcoal turun, lalu ambil ekstraknya dengan menggunakan pipet
tetes ke dalam autosampler vial dan siap untuk dianalisa
2.5.2
baik organik maupun anorganik. Hal ini dapat diterapkan pada analisis padatan, cairan, dan gas.
Dengan menafsirkan penyerapan spektrum infra merah, ikatan kimia dalam molekul dapat
ditentukan. Kekuatan penyerapan sebanding dengan konsentrasi. Oleh karena itu, FT-IR dapat
digunakan untuk analisis kuantitatif. Spektrofotometri merupakan suatu metode yang mengamati
interaksi molekul dengan radiasi elekromagnetik yang berada pada daerah panjang gelombang
0.75-1000 um atau pada bilangan gelombang 10-13000 cm-1. Sinar imfra merah terbagi menjadi
tiga daerah yakni daerah infra merah dekat, daerah infra merah pertengahan dan daerah infra
merah jauh.
Bagian dasar dari FT-IR adalah inferometer, cermin diam, cermin bergerak, beam splitter,
detektor, sumber cahaya dan sistem pengolahan data.
a. Prinsip
Metoda ini menetapkan cara untuk menguji kadar hidrkarbon dalam air (air tanah, air
limbah, air laut) dan tanah (sedimen,sludge) berdasarkan ekstraksi hidrokarbon dengan
menggunakan pelarut organik tetrachloroethylene (TCE). Pengukuran total hidrokarbon
dilakukan dengan menggunakan FTIR.
Penggunaan pelarut organik TCE memungkinkan absorbansi dari ikatan C-H (2930 cm-1)
dalam FT-IR dapat digunakan untuk mengukur TPH dalam air dan tanah.
b. Cara kerja
1) Preparasi Sampel Air.
a)
Lima ratus ml sampel air diasamkan sampai pH 2.0 dengan HCl 1 :1 dan masukkan pada
corong pemisah 1000 ml , botol sampel dibilas dengan 30 ml TCE dan bilasan ini ditambahkan
ke sampel di corong pemisah 1000 ml.
b)
Lakukan ekstraksi dengan cara mengocok larutan selama dua menit. Setelah larutan terpisah,
solven (TCE) dilewatkan pada kertas saring yang telah ditambahkan Na2SO4 tampung ke dalam
labu ukur 100mL. Lakukan ekstraksi 3x ( 3 X 30 ml TCE ) kemudian larutan hasil ekstraksi
dihimpitkan dengan TCE hingga 100mL.
c)
Tambahkan 2 gram silika gel 70-230 mesh ke dalam larutan hasil ekstraksi kemudian masukkan
magnetic stirer dan putar selama 5 menit.
Tambahkan 1 g sodium sulfat , aduk menggunakan spatula sampai tanah kering, tambahkan
lagi sodium sulfat jika dibutuhkan.
c)
Tambahkan TCE 10 ml , ekstrak dengan menggunakan tumbler selama 1 jam agar minyak
terekstrasi ke pelarut TCE
Tuangkan lapisan pelarut pada kolom yang telah diisi oleh 2 g silika gel 70 -230 mesh, larutan
siap untuk dibaca pada FT-IR.
III. Kesimpulan
Cemaran minyak bumi merupakan salah satu cemaran yang sering terjadi di lingkungan
sekitar kita. Total petroleum hidrokarbon (TPH) merupakan salah satu komponen dari minyak
bumi. Oleh karena itu dapat dijadikan parameter untuk mengukur seberapa besar cemaran
minyak bumi itu terjadi. Analisis kuantitatif TPH dapat dilakukan secara kromatografi gas dan
spektrofotometri infra red.
DAFTAR PUSTAKA