Anda di halaman 1dari 22

Laporan Kasus

LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI


I.

II.

IDENTITAS
Nama

: Ny. N

Jenis Kelamin

: Perempuan

Umur

: 55 tahun

Alamat

: Jalan Kelayan A

Pendidikkan

: SD

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Agama

: Islam

Suku/Bangsa

: Banjar/Indonesia

Status Perkawinan

: Menikah

Kunjungan Poli

: 10 November 2015

RIWAYAT PSIKIATRI
Alloanamnesa dilakukan tanggal 10 November 2015 jam 11.00 WITA
dari Ny.M , hubungan dengan penderita sebagai anak. Autoanamnesa
diperoleh tanggal 10 November 201511.30 WITA.

A.

KELUHAN UTAMA
Mengamuk

B.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Alloanamnesis:
Sejak 1 tahun yang lalu os mengalami perubahan sikap. Anak os
mengatakan bahwa os awalnya berteriak- teriak. Saat berteriak-teriak

os

mengatakan hal-hal yang kotor, os sebelumnya tidak pernah berkata seperti itu
sebelumnya. Setelah berteriak -teriak os mengalami perubahan sikap menjadi
sering mengamuk. Os mengamuk sering tanpa adanya alasan.

Apabila

mengamuk os sering menghancurkan barang-barang di sekitar, selain itu os juga


pernah melakukan penyerangan ke tetanga sekitar. Keluhan ini kadang-kadang
hilang dan muncul, bila hilang maka os akan menjadi lebih tenang. Os juga
mengalami penurunan daya ingat. Bila ditanya mengenai nama os, terkadang os
lupa dan harus berpikir sebelum menjawab. Os juga sering menanyakan hal yang
berulang.
Sejak bulan September 2015 ini keluhan os semakin bertambah. Os
menjadi sering mengamuk, dan lebih sering berteriak-teriak. Os juga sempat
melakukan penyerangan ke tetanga dengan cara menyiramkan air. Os juga
sempat ingin melakukan penombakan terhadap tetangga.
Pada bulan Agustus 2015 os kehilangan anak pertama sejak saat itu os
semakin menjadi lebih parah. Os menjad lebih sering berteriak dan mengamuk.
Hal lain yang terjadi adalah os sering menangis. Ketika ditanya oleh anak, os
menjawab bahwa os bersedih hati karena kehilangan anak. Os sering terlihat
menangis dan sedih.

Selain itu selama 1 tahun terakhir os mengalami perubahan dalam


kegiatan. Sering os menjadi lebih malas mandi. Beberapa bulan yang lalu os
sempat tidak mandi selama seminggu. Hal yang berubah lainnya juga os menjadi
lebih sulit untuk berpakaian. Ketika berpakaian sendiri maka sering os akan
terbalik maupun salah pasang saat menggunakan baju.

Os juga sering

mengalami gangguan tidur. Anak os mengatakan bahwa os sering terbangun saat


tidur malam.
Dalam 2 tahun terkahir Os juga mengatakan bahwa os curiga dengan
tetangga os. Os mengatakan kepada anak os bahwa tetangga os ingin merebut
suami os. Hal ini juga yan terkdang menjadi pemicu kemarahan os. Os juga
menjadi lebih curiga kepada suami os. Os sering mengatakan bahwa suami os
berselingkuh dengan perempuan lain. Os juga sering mengatakan bahwa os
sering melihat hantu. Os juga dalam 2 tahun terakhir mengalami perubahan
sikap. Sebelumnya os merupakan orang yang ceria dan mudah bergaul. Namun
setelah terjadi perubahan os menjadi lebih pendiam dan sering menyendiri.
Kemudian os menjadi sering berbicara sendiri. Os mengatakan bahwa ada yang
mengajak berbicara, saat berbicara os tidak jelas apa yang dibicarakan.
Gangguan lain yang dialami os adalah perubahan dalam pola BAK.
Sebelum adanya gangguan os BAK d toilet dan tanpa diantar. Namun semenjak
sakit os sering BAK sembarangan. Untuk BAB os masih melakukanya di toilet,
namun hal ini dengan dibantu oleh orang lain

Autoanamnesis:

Saat ditanya os dapat menyebutkan nama. Os mengaku saat os memang


mengamuk. Os mengaku merasa dirinya saat mengamuk memiliki rasa kesal, namun
tidak ada yang membisik untuk mengamuk.
Os sering merasa sedih dan terkadang menangis jika menginat anaknya yang
telah meninggal. Os juga merasa suaminya selingkuh dengan tetangga os Os juga
kadang berpikiran buruk mengenai tetangga. Selain itu os juga mengaku sering
melihat sesosok wanita yang ingi merebut suami os berkeliaran di dekat os.
D.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Os mengalami stroke 3 tahun yang lalu. Sejak mengalami hal itu tingkah laku

dan kebiasaan os berubah. Pasien tidak mempunyai riwayat trauma kepala, pasien
juga tidak mengalami penyakit infeksi, tidak mengkonsumsi alkohol dan obat-obat
terlarang, dan tidak merokok.
E.

RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI


1.

Riwayat Prenatal
Tidak dapat dievaluasi karena anak os tidak mengetahui.

2.

Riwayat Masa Bayi (0-1 tahun)


Tidak dapat dievaluasi karena anak os tidak mengetahui.

3.

Riwayat Masa Kanak (1-12 tahun)


Tidak dapat dievaluasi karena anak os tidak mengetahui.

4.

Riwayat Masa Remaja


Tidak dapat dievaluasi karena anak os tidak mengetahui.

5.

Riwayat Pendidikan
Pasien menempuh pendidikan hingga SD.

6.

Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga

7.

Riwayat Perkawinan
Pasien menikah kurang lebih 30 tahun dan dikaruniai 4 orang anak.

F.

RIWAYAT KELUARGA
Pasien merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Di rumah pasien
tinggal bersama suami dan anak perempuannya, menantun dan cucu os.
Dalam keluarga, tidak pernah mengalami hal yang sama.
Genogram:

Keterangan:
Laki-laki

Perempuan :

G.

Penderita

Meninggal

RIWAYAT SITUASI SEKARANG

Pasien

tinggal

bersama

suami

dan

seorang

anaknya,

anak

perempuannya, menantun dan cucu os. Os dibiayai oleh keempat anak os,
tidak ada masalah yang berarti dalam perekonomian.
H.

PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN LINGKUNGANNYA


Pasien menyadari dirinya manusia biasa, yang memiliki seorang suami dan

empat orang anak.


III.

STATUS MENTAL

A.

DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Seorang wanita, sesuai usia, berperawakan tinggi, berkulit sawo matang, dan
berkerudung rapi datang dengan keadaan sadar. Pasien menggunakan gamis
panjang berwarna ungu kebiruan dan jilbab merah. Pasien terkesan terawat
dan rapi. Pasien datang diantar oleh kedua anak pasien.
2. Kesadaran
Jernih
3. Aktivitas psikomotor
Normoaktif
4. Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif
5. Kontak psikis
Kontak ada, wajar, dan dapat dipertahankan.

B.

KEADAAN AFEKTIF, PERASAAN, EKSPRESI AFEKTIF SERTA


EMPATI
Afek

: sedih

Stabilitas

: Labil

C.

Pengendalian

: Tidak dapat mengendalikan

Sungguh-sungguh/Tidak

: Sungguh-sungguh

Dalam/Dangkal

: Dangkal

Skala Diferensiasi

: Luas

Empati

: Dapat dirarasakan

FUNGSI KOGNITIF
Inteligensi

: Kesan normal rata-rata (90-110)

Konsentrasi

: Tidak terganggu

Orientasi

: Waktu

: Menurun

Tempat

: Menurun

Orang
Daya Ingat

D.

: Menurun

: Segera

: Menurun

Jangka Pendek

: Menurun

Jangka Panjang

: Baik

Pikiran Abstrak

: Baik

Kemampuan menolong diri sendiri

: Tidak dapat menolong diri sendiri

GANGGUAN PERSEPSI
Halusinasi

: Visual (+)

Depersonalisasi/derealisasi : Tidak ada

E.

PROSES PIKIR

1.

Arus pikir

2.

a. Produktivitas

: realistis, relevan

b. Kontinuitas

: lambat

c. Hendaya berbahasa

: tidak ada

Isi pikir
a. Waham

F.

: ada (waham curiga)

PENGENDALIAN IMPULS
Pengendalian impuls os terganggu

G.

H.

DAYA NILAI
1.

Daya nilai sosial

: terganggu

2.

Uji daya nilai

: terganggu

3.

Penilaian realitas

: terganggu

TILIKAN
Tilikan

I.

: Derajat 1

TARAF DAPAT DIPERCAYA


Dapat dipercaya

IV.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

A.

STATUS INTERNUS

a.

Keadaan Umum

b.

Tanda vital

: baik

Tensi

: 170/90 mmHg

Nadi

: 112 x/menit

Respirasi

: 20 x/menit

Suhu

: 36,5 0C

c.

Bentuk badan

: sedang

d.

Kulit

: Sawo matang

e.

Kepala
Bentuk

: normocephali

Rambut

: hitam, tipis, dan agak keriting

Wajah

: simetris

Mata

: palpebrae tidak edema dan hiperemi, alis dan


bulu mata tidak rontok, konjungtiva tidak
anemis, skera tidak ikterik, produksi air mata
dalam batas normla

Pupil

: diameter 3 mm/3 mm, isokor, refleks cahaya


+/+ normal

Kornea

: refleks kornea +/+ normal

Telinga

: bentuk dalam batas normal, sekret tidak ada,


serumen minimal

Hidung

: bentuk normal, tidak ada pernafasan cuping


hidung, tidak ada epistaksis, kotoran hidung
minimal

Mulut

: bentuk normal, mukosa bibir kering, gusi


tidak berdarah dan tidak bengkak

f.

Lidah

: tidak kotor, tidak hiperemi

Faring

: tidak hiperemi

Tonsil

: warna merah muda, tidak ada pembesaran

Leher

: pulsasi vena jugularis tidak terlihat, distensi


vena tidak ada, tidak ada pembesaran KGB,
tidak ada kaku kuduk, tidak ada massa dan
tortikolis

g.

Thoraks

Inspeksi

: bentuk simetris, tidak retraksi, tidak dispneu,


ritme

pernafasan

normal,

frekuensi

20

x/menit
Palpasi

: fremitus vokal simetris

Perkusi

: sonor

Auskultasi

: vesikuler, tidak ada rhonki, tidak ada


wheezing

h.

Jantung

Inspeksi

: tidak

tampak

voissure

cardiac,

pulsasi

ataupun ictus cordis


Palpasi

: thrill tidak ada, apex teraba di ICS V LMK


kiri

Perkusi

: batas kanan ICS IV LPS kanan

10

batas kiri ICS V LMK kiri


batas atas ICS II LPS kanan

i.

Auskultasi

: S1 dan S2 tunggal, murmur tidak ada

Abdomen

Inspeksi

: bentuk datar, simetris

Palpasi

: tidak ada massa


Nyeri tekan epigastrium (+)

j.

B.

Perkusi

: timpani, tidak ada tanda-tanda ascites

Aukultasi

: bising usus normal

Ekstremitas

Atas

: tidak ada edema dan sianosis, parese (-)

Bawah

: tidak ada edema dan sianosis, parese (-)

STATUS NEUROLOGIS
Nervus I - XII

: tidak ada kelainan

Gejala rangsang meningeal : tidak ada

V.

Gejala TIK meningkat

: tidak ada

Refleks fisiologis

: normal

Refleks patologis

tidak ada

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

11

Os sering mengamuk sejak 1 tahun yang lalu. Saat mengamuk os akan


menghancurkan barang-barang dan menggangu tetangga os. Os juga mengalami
kesulitan tidur dan BAK yang sembarangan. Os juga dikatakan sering menangis, os
menangis ketika teringat anak os telah meninggal. Perubahan sikap terjadi 2 tahun
yang lalu, awalnya os merupakan orang yang ceria dan mudah bergaul. Namun
kemudian os menjadi pendiam dan sering berbicara sendiri. Selain itu os juga
mengalami penurunan dalam daya ingat. Keluhan-keluhan ini muncul setelah os
mengalami stroke 3 tahun yang lalu.
VI.

EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I

: F01.8 (Dimensia Vaskular lainnya)

Aksis II

: Ciri kepribadian emosional tak stabil

Aksis III

: HT Stadium II + Riwayat Stroke

Aksis IV

: Masalah Primary support group (keluarga)

Aksis V

: Gejala sedang (moderate), disabilitas sedang (60-51)

VII. DAFTAR MASALAH


1. Organobiologik
Pada status internus didapatkan peningkatan tekanan darah pada pasien
170/90mmhg dan neurologis tidak didapatkan adanya kelaianan.
2. Psikologik
Perilaku dan aktivitas psikomotor normal, afek hypotym, empati dapat
dirasakan, mood sedih, daya ingat terganggu jangka pendek dan segera, intelegensia
dan pengetahuan umum sesuai dengan pendidikan, halusinasi visual, waham curiga,
tilikan derajat 1.

12

3. Sosial
Stressor psikososial yang didapatkan adalah masalah anak Os meninggal dunia
pada bulan agustus 2015.
IX.

PROGNOSIS

a.

Diagnosis penyakit

: dubia ad malam

b.

Perjalanan penyakit

: dubia ad malam

c.

Ciri kepribadian

: dubia ad bonam

d.

Stressor psikososial

: dubia ad bonam

e.

Riwayat herediter

: dubia ad bonam

f.

Usia saat menderita

: dubia ad bonam (55 tahun)

g.

Pendidikan

: dubia ad malam

h.

Perkawinan

: dubia ad malam

i.

Ekonomi

: dubia ad malam

j.

Lingkungan sosial

: dubia ad malam

k.

Organobiologik

: dubia ad malam

l.

Aktivitas pekerjaan

: dubia ad malam

m.

Pengobatan psikiatrik

: dubia ad malam

n.

Ketaatan berobat

: dubia ad bonam

Kesimpulan

X.

: dubia ad malam

RENCANA TERAPI
a) Psikofarmaka

13

Haloperidol 1,5mg 2x1

Arkine 2mg 3x1

CPZ 100mg 0-0-1

Piracetam 400mg 0-0-1


b) Psikoterapi
Support terhadap penderita dan keluarga.

XI.

DISKUSI
Diagnosis demensia vaskular ditegakkan melalui dua tahap, pertama menegakkan

diagnosis demensia itu sendiri, kedua mencari proses vaskular yang mendasari. (7)
Terdapat beberapa kriteria diagnostik untuk menegakkan diagnosis demensia
vaskular, yaitu: (5,12)
1. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder edisi ke empat (DSM-IV)
2. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III)
Diagnosis demensia vaskular menurut DSM-IV adalah menggunakan kriteria
sebagai berikut :
a) Adanya defisit kognitif multipleks yang dicirikan oleh gangguan memori dan
satu atau lebih dari gangguan kognitif berikut ini:
1) Afasia (gangguan berbahasa)
2) Apraksia (gangguan kemampuan untuk mengerjakan aktivitas motorik,
sementara fungsi mototik normal).
3) Agnosia (tidak dapat mengenal atau mengidentifikasi suatu benda walaupun
fungsi sensoriknya normal).
4) Gangguan dalam fungsi eksekutif (merancang, mengorganisasikan, daya
abstraksi, dan membuat urutan).

14

b) Defisit kognitif pada kriteria a) yang menyebabkan gangguan fungsi sosial


dan okupasional yang jelas
c) Tanda dan gejala neurologik fokal (refleks fisiologik meningkat, refleks
patologik positif, paralisis pseudobulbar, gangguan langkah, kelumpuhan
anggota gerak) atau bukti laboratorium dan radiologik yang membuktikan
adanya gangguan peredaran darah otak (GPOD), seperti infark multipleks
yang melibatkan korteks dan subkorteks, yang dapat menjelaskan kaitannya
dengan munculnya gangguan.
d) Defisit yang ada tidak terjadi selama berlangsungnya delirium.
Sementara itu, kriteria diagnosis demensia vaskuler menurut PPDGJ-III adalah :
1.

Terdapatnya gejala demensia

2.

Hendaya fungsi kognitif biasanya tidak merata (mungkin terdaat hilangnya daya
ingat, gangguan daya pikir, gejala neurologis fokal ). Daya tilik diri (insight)

3.

dan daya nilai (judgement) secara relative tetap baik.


Suatu onset yang mendadak atau deteriorasi yang bertahap, disertai adanya
gejala neurologis fokal, meningkatkan kemungkinan diagnosis demensia
vaskuler. Pada beberapa kasus, penetapan hanya dapat dilakukan dengan
pemeriksaan CT Scan atau pemeriksaan neuropatologis.
Demensia adalah sebuah kondisi di mana seseorang memiliki kesulitan yang

signifikan pada fungsi sehari-harinya karena masalah dalam berpikir dan ingatan.
Dementia bukanlah single disease. Penyakit dengan istilah dementia biasanya
disebabkan oleh perubahan otak yang abnormal. Perubahan ini mencetuskan
penurunan kemampuan berpikir , antara lain: cognitive abilities, severe enough to

15

impair daily life, dan independent function. Perubahan ini juga mempengaruhi
perilaku, perasaan, dan hubungan.
Dengan populasi yang menua, prevalensi demensia meningkat. Sekitar 5 persen
dari populasi orang di atas 65 tahun, dan 20 hingga 40 persen pipulasi di atas 85
tahun. Dari seluruh pasien dengan demensia, 50 hingga 60 persen memiliki demensia
dengan Alzheimers type (Alzheimers disease). Sekitar 5 persen dari populasi orang
di atas 65 tahun, dan 20 hingga 40 persen pipulasi di atas 85 tahun. Dari seluruh
pasien dengan demensia, 50 hingga 60 persen memiliki demensia dengan
Alzheimers type (Alzheimers disease). Hipertensi menjadi predisposing factor dari
penyakit ini. 15 hingga 30 persen dari seluruh kasus demensia adalah vascular
dementia. Sekitar 10 hingga 15 persen dari pasien memiliki vascular dementia dan
alzheimers type dementia.
Penyebab tersering dari demensia pada individu berusia 65 tahun ke atas adalah:
(1) Alzheimers disease; (2) Vascular dementia ; (3) Mixed vascular and Alzheimers
dementia. Sisanya hanya menyumbang sekitar 10% dari total kasus. Vascular
dementia adalah sebuah penurunan kemampuan berpikir yang disebabkan oleh
kondisi yang menghalangi aliran darah ke region pada otak, yang menyebabkan
keadaan di mana brain cells menjadi kekurangan oksigen dan nutrisi.
Ketidakseimbangan aliran darah dapat menyebabkan kerusakan dan kematian sel di
seluruh tubuh, dan sel otak yang terutama sangat rapuh. Pada vascular dementia,
perubahan kemampuan berpikir kadang terjadi pada saat stroke infark (blockage pada
major blood vessels pada otak). Kesulitan berpikir juga dapat dimulai saat mengenai
smaller blood vessels, yang menyebabkan kerusakan yang kumulatif. Beberapa
16

experts lebih suka istilah Vascular Cognitive Impairment (VCI) daripada vascular
dementia. Perubahan perdarahan pada otak seringkali dihubungan dengan dementia
tipe lain, yaitu alzheimers disease dan dementia dengan lewy bodies. Telah
ditemukan bahwa perubahan vascular dan kelainan otak lain dapat berinteraksi
dengan meningkatnya kemungkinan terkena dementia.
Diagnosis demensia ditentukan berdasarkan pemeriksaan fisik, termasuk
pemeriksaan mental status, dan informasi dari keluarga dan kerabat pasien. Keluhan
mengenai perubahan personalitas pada pasien usia di atas 40 tahun harus dicurigai
adanya demensia. Pemeriksa harus menemukan adanya keluhan mengenai gangguan
intelektual dan kelupaan. Gangguan daya ingat adalah gejala yang sangat khas pada
demensia khususnya demensia yang melibatkan kortek seperti demensia tipe
Alzheimer. Pada awalnya gangguan memori muncul pada tahap ringan, seperti lupa
nomor telepon, percakapan, dan kegiatan sehari-hari. Semakin lama demensia akan
semakin parah, dan hanya mengingat informasi yang pertama kali dipelajari (contoh :
tempat kelahiran ).
Memori berperan penting dalam orientasi terhadap orang, waktu, dan tempat
sehingga orientasi juga ikut terganggu dalam proses perjalanan penyakit. Separah
apapun disorientasi yang dialami pasien, tidak ditemukan gangguan kesadaran.
Demensia yang mempengaruhi korteks, seperti tipe Alzheimer dan vaskuler dapat
mempengaruhi kemampuan berbahasa pasien.
Langkah pertama dalam pengobatan adalah memverifikasi diagnosis. Perhitungan
preventif sangat penting khususnya pada demensia vaskular. Perhitungan yang

17

dimaksud adalah perubahan dalam diet, olahraga, kontrol diabetes dan hipertensi.
Obat yang diberikan antara lain antihipertensi, antikoagulan, antiplatelet. Kontrol
tekanan darah sangat penting, karena penelitian menunjukkan peningkatan fungsi
kognitif pada pasien demensia. Operasi pengangkatan plak karotid mungkin
dilakukan pada pasien tertentu. Pengobatan umum demensi adalah supportive
medical care, dukungan emosi untuk pasien dan keluarga, dan pengobatan
farmakologi pada gejala spesifik, termasuk gejala disruptif.
Terapi untuk demensia vaskular ditujukan kepada penyebabnya, mengendalikan
faktor risiko (pencegahan sekunder) serta terapi untuk gejala neuropsikiatrik dengan
memperhatikan interaksi obat. Selain itu diperlukan terapi multimodalitas sesuai
gangguan kognitif dan gejala perilakunya. (1) Banyak obat sudah diteliti untuk
mengobati demensia vaskular, tetapi belum banyak yang berhasil dan tidak satupun
obat dapat direkomendasikan secara postif. Vasodilator seperti hidergine mempunyai
efek yang postif dan pemberian secara oral active haemorheological agent seperti
pentoxiylline

mampu

memperbaik

fungsi

kognitif

penderita.

Pemberian

acetylcholineesretarse inhibito seperti donepezil, rivastigmine and galantiamin


mampu meperbaiki fungsi kognitif penderita.Akhir-akhir ini sedang diteliti
memantine untuk pengobatan demensia vaskular. Efektifitas dari memantine terhadap
demensia vaskuler diteliti menggunakan rancangan randomised, double-blind,
placebo controlled yang mengikut sertakan 321 penderita di Perancis dan 579
penderita di Inggris. Hasil penelitian menunjukkan perbaikan fungsi kognitif yang
bermakna pada kelompok yang diberikan memantine.

18

Tatalaksana diemensia vascular biasanya melihat dari gejala biasanya diberikan


benzodiazepine untuk insomnia dan ansietas, antidepressan untuk depresi, dan
antipsikotik untuk delusi dan halusinasi, pada pasien ditemukan halusinasi berupa
visual, os melihat ada perempuan yang ingin merebut suaminya.

tetapi harus

waspada terhadap kemungkinan efek samping obat pada lansia (contoh : paradoxal
excitement, bingung, dan peningkatan sedatif). Donepezil (Aricept), rivastigmine
(Exelon), galantamine (Remiryl), dan tacrine (Cognex) adalah cholnesterase inhibitor
yang biasa digunakan untuk pengobatan gangguan kognisi ringah hingga sedang
pada penyakit Alzheimer. Obat ini mengurangi inaktivasi neurotransmitter
acethylcholine dan meningkatkan potensi neurotransmitter cholinergic, yang
menghasilkan peningkatan memori.
Pada pasien diberikan haloperidol 1,5mg, Haloperidol merupakan derivat
butirofenon yang bekerja sebagai antipsikosis kuat dan efektif untuk fase mania,
penyakit

maniak

depresif,

skizofrenia,

sindroma

paranoid

dan

Korea.

Disamping itu haloperidol juga mempunyai daya antiemetik yaitu dapat menghambat
sistem dopamin dan hipotalamus. Pada pemberian oral haloperidol diserap kurang
lebih 60-70%, kadar puncak dalam plasma dicapai dalam waktu 2-6 jam dan menetap
sampai 72 jam. Haloperidol ditimbun dalam hati dan ekskresi berlangsung lambat,
sebagian besar bersama urin dan sebagian kecil melalui empedu.
Selain itu juga pasien diberikan terapi farmakologis Arkine 2mg. arkine adalah
antikolinergik yang mempunyai efek sentral lebih kuat daripada perifer, sehingga
banyak digunakan untuk terapi penyakit parkinson. Senyawa ini bekerja dengan
menghambat pelepasan asetil kolin endogen dan eksogen. Efek sentral terhadap
19

susunan saraf pusat akan merangsang pada dosis rendah dan mendepresi pada dosis
toksik.
Pasien diberikan terpi CPZ 100mg. Chlorpromazine merupakan obat antipsikotik
turunan phenotiazine. Mekanisme kerjanya secara pasti tidak diketahui. Prinsip efek
farmakologinya adalah sebagai psikotropik dan ia juga mempunyai efek sedatif dan
anti-emetik. Chlorpromazine bekerja pada taraf susunan saraf pusat, terutama pada
tingkat subkortikal maupun pada berbagai sistem organ. Chlorpromazine mempunyai
efek anti-adrenergik kuat dan antikolinergik perifer lemah, serta efek penghambatan
ganglion yang relatif lemah. Ia juga mempunyai efek antihistamin dan antiserotonin
lemah dan mempunyai efek samping hipotensi sehingga pada pasien tidak diberikan
antihipertensi.
Pada pasien juga diberikan piracetam 400mg. Piracetam (2-oxo-1 pyrolidineacetamid) merupakan golongan nootropic agents yang berbentuk bubuk kristal putih
dan tidak berbau. Piracetam bekerja dengan cara meningkatkan efektifitas dari fungsi
telensefalon

otak

melalui

peningkatan

fungsi

neurotransmiter

kolinergik.

Telensefalon inilah yang mengatur fungsi kognitif pada manusia (memori, kesadaran,
belajar dan lain). Fungsi lain dari piracetam adalah menstimulasi glikolisis oksidatif,
meningkatkan konsumsi oksigen pada otak, serta mempengaruhi pengaturan
cerebrovaskular dan juga mempunyai efek antitrombotik
DAFTAR PUSTAKA

20

1. Departemen kesehatan RI. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan


Jiwa di Indonesia III. Cetakan pertama: 1993. Jakarta.
2. Kaplan HI, Sadock BJ. Kaplan and Saddocks Synopsis of Psychiatry: Behavioral
Science/ Clinical Psychiatry. 9th ed. Maryland: William & Wilkins; 2003.
3. Kaplan HI, Sadock BJ. Kaplan and Saddocks Sinopsis Psichiatri: Ilmu
Pengetahuan Perilaku/ Psichiatri Klinis. 7th ed. Maryland: William & Wilkins;
1998.
4. Kaplan HI, Sadock BJ. Kaplan and Saddocks, Pocket Handbook of Clinical
Psychiatry. 3th ed. Maryland: William & Wilkins; 2001

21

Anda mungkin juga menyukai