II.
IDENTITAS
Nama
: Ny. N
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 55 tahun
Alamat
: Jalan Kelayan A
Pendidikkan
: SD
Pekerjaan
Agama
: Islam
Suku/Bangsa
: Banjar/Indonesia
Status Perkawinan
: Menikah
Kunjungan Poli
: 10 November 2015
RIWAYAT PSIKIATRI
Alloanamnesa dilakukan tanggal 10 November 2015 jam 11.00 WITA
dari Ny.M , hubungan dengan penderita sebagai anak. Autoanamnesa
diperoleh tanggal 10 November 201511.30 WITA.
A.
KELUHAN UTAMA
Mengamuk
B.
os
mengatakan hal-hal yang kotor, os sebelumnya tidak pernah berkata seperti itu
sebelumnya. Setelah berteriak -teriak os mengalami perubahan sikap menjadi
sering mengamuk. Os mengamuk sering tanpa adanya alasan.
Apabila
Os juga sering
Autoanamnesis:
dan kebiasaan os berubah. Pasien tidak mempunyai riwayat trauma kepala, pasien
juga tidak mengalami penyakit infeksi, tidak mengkonsumsi alkohol dan obat-obat
terlarang, dan tidak merokok.
E.
Riwayat Prenatal
Tidak dapat dievaluasi karena anak os tidak mengetahui.
2.
3.
4.
5.
Riwayat Pendidikan
Pasien menempuh pendidikan hingga SD.
6.
Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga
7.
Riwayat Perkawinan
Pasien menikah kurang lebih 30 tahun dan dikaruniai 4 orang anak.
F.
RIWAYAT KELUARGA
Pasien merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Di rumah pasien
tinggal bersama suami dan anak perempuannya, menantun dan cucu os.
Dalam keluarga, tidak pernah mengalami hal yang sama.
Genogram:
Keterangan:
Laki-laki
Perempuan :
G.
Penderita
Meninggal
Pasien
tinggal
bersama
suami
dan
seorang
anaknya,
anak
perempuannya, menantun dan cucu os. Os dibiayai oleh keempat anak os,
tidak ada masalah yang berarti dalam perekonomian.
H.
STATUS MENTAL
A.
DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Seorang wanita, sesuai usia, berperawakan tinggi, berkulit sawo matang, dan
berkerudung rapi datang dengan keadaan sadar. Pasien menggunakan gamis
panjang berwarna ungu kebiruan dan jilbab merah. Pasien terkesan terawat
dan rapi. Pasien datang diantar oleh kedua anak pasien.
2. Kesadaran
Jernih
3. Aktivitas psikomotor
Normoaktif
4. Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif
5. Kontak psikis
Kontak ada, wajar, dan dapat dipertahankan.
B.
: sedih
Stabilitas
: Labil
C.
Pengendalian
Sungguh-sungguh/Tidak
: Sungguh-sungguh
Dalam/Dangkal
: Dangkal
Skala Diferensiasi
: Luas
Empati
: Dapat dirarasakan
FUNGSI KOGNITIF
Inteligensi
Konsentrasi
: Tidak terganggu
Orientasi
: Waktu
: Menurun
Tempat
: Menurun
Orang
Daya Ingat
D.
: Menurun
: Segera
: Menurun
Jangka Pendek
: Menurun
Jangka Panjang
: Baik
Pikiran Abstrak
: Baik
GANGGUAN PERSEPSI
Halusinasi
: Visual (+)
E.
PROSES PIKIR
1.
Arus pikir
2.
a. Produktivitas
: realistis, relevan
b. Kontinuitas
: lambat
c. Hendaya berbahasa
: tidak ada
Isi pikir
a. Waham
F.
PENGENDALIAN IMPULS
Pengendalian impuls os terganggu
G.
H.
DAYA NILAI
1.
: terganggu
2.
: terganggu
3.
Penilaian realitas
: terganggu
TILIKAN
Tilikan
I.
: Derajat 1
IV.
A.
STATUS INTERNUS
a.
Keadaan Umum
b.
Tanda vital
: baik
Tensi
: 170/90 mmHg
Nadi
: 112 x/menit
Respirasi
: 20 x/menit
Suhu
: 36,5 0C
c.
Bentuk badan
: sedang
d.
Kulit
: Sawo matang
e.
Kepala
Bentuk
: normocephali
Rambut
Wajah
: simetris
Mata
Pupil
Kornea
Telinga
Hidung
Mulut
f.
Lidah
Faring
: tidak hiperemi
Tonsil
Leher
g.
Thoraks
Inspeksi
pernafasan
normal,
frekuensi
20
x/menit
Palpasi
Perkusi
: sonor
Auskultasi
h.
Jantung
Inspeksi
: tidak
tampak
voissure
cardiac,
pulsasi
Perkusi
10
i.
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
j.
B.
Perkusi
Aukultasi
Ekstremitas
Atas
Bawah
STATUS NEUROLOGIS
Nervus I - XII
V.
: tidak ada
Refleks fisiologis
: normal
Refleks patologis
tidak ada
11
EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I
Aksis II
Aksis III
Aksis IV
Aksis V
12
3. Sosial
Stressor psikososial yang didapatkan adalah masalah anak Os meninggal dunia
pada bulan agustus 2015.
IX.
PROGNOSIS
a.
Diagnosis penyakit
: dubia ad malam
b.
Perjalanan penyakit
: dubia ad malam
c.
Ciri kepribadian
: dubia ad bonam
d.
Stressor psikososial
: dubia ad bonam
e.
Riwayat herediter
: dubia ad bonam
f.
g.
Pendidikan
: dubia ad malam
h.
Perkawinan
: dubia ad malam
i.
Ekonomi
: dubia ad malam
j.
Lingkungan sosial
: dubia ad malam
k.
Organobiologik
: dubia ad malam
l.
Aktivitas pekerjaan
: dubia ad malam
m.
Pengobatan psikiatrik
: dubia ad malam
n.
Ketaatan berobat
: dubia ad bonam
Kesimpulan
X.
: dubia ad malam
RENCANA TERAPI
a) Psikofarmaka
13
XI.
DISKUSI
Diagnosis demensia vaskular ditegakkan melalui dua tahap, pertama menegakkan
diagnosis demensia itu sendiri, kedua mencari proses vaskular yang mendasari. (7)
Terdapat beberapa kriteria diagnostik untuk menegakkan diagnosis demensia
vaskular, yaitu: (5,12)
1. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder edisi ke empat (DSM-IV)
2. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III)
Diagnosis demensia vaskular menurut DSM-IV adalah menggunakan kriteria
sebagai berikut :
a) Adanya defisit kognitif multipleks yang dicirikan oleh gangguan memori dan
satu atau lebih dari gangguan kognitif berikut ini:
1) Afasia (gangguan berbahasa)
2) Apraksia (gangguan kemampuan untuk mengerjakan aktivitas motorik,
sementara fungsi mototik normal).
3) Agnosia (tidak dapat mengenal atau mengidentifikasi suatu benda walaupun
fungsi sensoriknya normal).
4) Gangguan dalam fungsi eksekutif (merancang, mengorganisasikan, daya
abstraksi, dan membuat urutan).
14
2.
Hendaya fungsi kognitif biasanya tidak merata (mungkin terdaat hilangnya daya
ingat, gangguan daya pikir, gejala neurologis fokal ). Daya tilik diri (insight)
3.
signifikan pada fungsi sehari-harinya karena masalah dalam berpikir dan ingatan.
Dementia bukanlah single disease. Penyakit dengan istilah dementia biasanya
disebabkan oleh perubahan otak yang abnormal. Perubahan ini mencetuskan
penurunan kemampuan berpikir , antara lain: cognitive abilities, severe enough to
15
impair daily life, dan independent function. Perubahan ini juga mempengaruhi
perilaku, perasaan, dan hubungan.
Dengan populasi yang menua, prevalensi demensia meningkat. Sekitar 5 persen
dari populasi orang di atas 65 tahun, dan 20 hingga 40 persen pipulasi di atas 85
tahun. Dari seluruh pasien dengan demensia, 50 hingga 60 persen memiliki demensia
dengan Alzheimers type (Alzheimers disease). Sekitar 5 persen dari populasi orang
di atas 65 tahun, dan 20 hingga 40 persen pipulasi di atas 85 tahun. Dari seluruh
pasien dengan demensia, 50 hingga 60 persen memiliki demensia dengan
Alzheimers type (Alzheimers disease). Hipertensi menjadi predisposing factor dari
penyakit ini. 15 hingga 30 persen dari seluruh kasus demensia adalah vascular
dementia. Sekitar 10 hingga 15 persen dari pasien memiliki vascular dementia dan
alzheimers type dementia.
Penyebab tersering dari demensia pada individu berusia 65 tahun ke atas adalah:
(1) Alzheimers disease; (2) Vascular dementia ; (3) Mixed vascular and Alzheimers
dementia. Sisanya hanya menyumbang sekitar 10% dari total kasus. Vascular
dementia adalah sebuah penurunan kemampuan berpikir yang disebabkan oleh
kondisi yang menghalangi aliran darah ke region pada otak, yang menyebabkan
keadaan di mana brain cells menjadi kekurangan oksigen dan nutrisi.
Ketidakseimbangan aliran darah dapat menyebabkan kerusakan dan kematian sel di
seluruh tubuh, dan sel otak yang terutama sangat rapuh. Pada vascular dementia,
perubahan kemampuan berpikir kadang terjadi pada saat stroke infark (blockage pada
major blood vessels pada otak). Kesulitan berpikir juga dapat dimulai saat mengenai
smaller blood vessels, yang menyebabkan kerusakan yang kumulatif. Beberapa
16
experts lebih suka istilah Vascular Cognitive Impairment (VCI) daripada vascular
dementia. Perubahan perdarahan pada otak seringkali dihubungan dengan dementia
tipe lain, yaitu alzheimers disease dan dementia dengan lewy bodies. Telah
ditemukan bahwa perubahan vascular dan kelainan otak lain dapat berinteraksi
dengan meningkatnya kemungkinan terkena dementia.
Diagnosis demensia ditentukan berdasarkan pemeriksaan fisik, termasuk
pemeriksaan mental status, dan informasi dari keluarga dan kerabat pasien. Keluhan
mengenai perubahan personalitas pada pasien usia di atas 40 tahun harus dicurigai
adanya demensia. Pemeriksa harus menemukan adanya keluhan mengenai gangguan
intelektual dan kelupaan. Gangguan daya ingat adalah gejala yang sangat khas pada
demensia khususnya demensia yang melibatkan kortek seperti demensia tipe
Alzheimer. Pada awalnya gangguan memori muncul pada tahap ringan, seperti lupa
nomor telepon, percakapan, dan kegiatan sehari-hari. Semakin lama demensia akan
semakin parah, dan hanya mengingat informasi yang pertama kali dipelajari (contoh :
tempat kelahiran ).
Memori berperan penting dalam orientasi terhadap orang, waktu, dan tempat
sehingga orientasi juga ikut terganggu dalam proses perjalanan penyakit. Separah
apapun disorientasi yang dialami pasien, tidak ditemukan gangguan kesadaran.
Demensia yang mempengaruhi korteks, seperti tipe Alzheimer dan vaskuler dapat
mempengaruhi kemampuan berbahasa pasien.
Langkah pertama dalam pengobatan adalah memverifikasi diagnosis. Perhitungan
preventif sangat penting khususnya pada demensia vaskular. Perhitungan yang
17
dimaksud adalah perubahan dalam diet, olahraga, kontrol diabetes dan hipertensi.
Obat yang diberikan antara lain antihipertensi, antikoagulan, antiplatelet. Kontrol
tekanan darah sangat penting, karena penelitian menunjukkan peningkatan fungsi
kognitif pada pasien demensia. Operasi pengangkatan plak karotid mungkin
dilakukan pada pasien tertentu. Pengobatan umum demensi adalah supportive
medical care, dukungan emosi untuk pasien dan keluarga, dan pengobatan
farmakologi pada gejala spesifik, termasuk gejala disruptif.
Terapi untuk demensia vaskular ditujukan kepada penyebabnya, mengendalikan
faktor risiko (pencegahan sekunder) serta terapi untuk gejala neuropsikiatrik dengan
memperhatikan interaksi obat. Selain itu diperlukan terapi multimodalitas sesuai
gangguan kognitif dan gejala perilakunya. (1) Banyak obat sudah diteliti untuk
mengobati demensia vaskular, tetapi belum banyak yang berhasil dan tidak satupun
obat dapat direkomendasikan secara postif. Vasodilator seperti hidergine mempunyai
efek yang postif dan pemberian secara oral active haemorheological agent seperti
pentoxiylline
mampu
memperbaik
fungsi
kognitif
penderita.
Pemberian
18
tetapi harus
waspada terhadap kemungkinan efek samping obat pada lansia (contoh : paradoxal
excitement, bingung, dan peningkatan sedatif). Donepezil (Aricept), rivastigmine
(Exelon), galantamine (Remiryl), dan tacrine (Cognex) adalah cholnesterase inhibitor
yang biasa digunakan untuk pengobatan gangguan kognisi ringah hingga sedang
pada penyakit Alzheimer. Obat ini mengurangi inaktivasi neurotransmitter
acethylcholine dan meningkatkan potensi neurotransmitter cholinergic, yang
menghasilkan peningkatan memori.
Pada pasien diberikan haloperidol 1,5mg, Haloperidol merupakan derivat
butirofenon yang bekerja sebagai antipsikosis kuat dan efektif untuk fase mania,
penyakit
maniak
depresif,
skizofrenia,
sindroma
paranoid
dan
Korea.
Disamping itu haloperidol juga mempunyai daya antiemetik yaitu dapat menghambat
sistem dopamin dan hipotalamus. Pada pemberian oral haloperidol diserap kurang
lebih 60-70%, kadar puncak dalam plasma dicapai dalam waktu 2-6 jam dan menetap
sampai 72 jam. Haloperidol ditimbun dalam hati dan ekskresi berlangsung lambat,
sebagian besar bersama urin dan sebagian kecil melalui empedu.
Selain itu juga pasien diberikan terapi farmakologis Arkine 2mg. arkine adalah
antikolinergik yang mempunyai efek sentral lebih kuat daripada perifer, sehingga
banyak digunakan untuk terapi penyakit parkinson. Senyawa ini bekerja dengan
menghambat pelepasan asetil kolin endogen dan eksogen. Efek sentral terhadap
19
susunan saraf pusat akan merangsang pada dosis rendah dan mendepresi pada dosis
toksik.
Pasien diberikan terpi CPZ 100mg. Chlorpromazine merupakan obat antipsikotik
turunan phenotiazine. Mekanisme kerjanya secara pasti tidak diketahui. Prinsip efek
farmakologinya adalah sebagai psikotropik dan ia juga mempunyai efek sedatif dan
anti-emetik. Chlorpromazine bekerja pada taraf susunan saraf pusat, terutama pada
tingkat subkortikal maupun pada berbagai sistem organ. Chlorpromazine mempunyai
efek anti-adrenergik kuat dan antikolinergik perifer lemah, serta efek penghambatan
ganglion yang relatif lemah. Ia juga mempunyai efek antihistamin dan antiserotonin
lemah dan mempunyai efek samping hipotensi sehingga pada pasien tidak diberikan
antihipertensi.
Pada pasien juga diberikan piracetam 400mg. Piracetam (2-oxo-1 pyrolidineacetamid) merupakan golongan nootropic agents yang berbentuk bubuk kristal putih
dan tidak berbau. Piracetam bekerja dengan cara meningkatkan efektifitas dari fungsi
telensefalon
otak
melalui
peningkatan
fungsi
neurotransmiter
kolinergik.
Telensefalon inilah yang mengatur fungsi kognitif pada manusia (memori, kesadaran,
belajar dan lain). Fungsi lain dari piracetam adalah menstimulasi glikolisis oksidatif,
meningkatkan konsumsi oksigen pada otak, serta mempengaruhi pengaturan
cerebrovaskular dan juga mempunyai efek antitrombotik
DAFTAR PUSTAKA
20
21