KONSEP TEORI
1. Definisi
Gagal jantung adalah suatu kondisi yang terjadi ketika jantung
tidak dapat berespons secara adekuat terhadap stres untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh (Aspiani, 2014).
Gagal jantung adalah keadaan ketika jantung tidak mampu
mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh meskipun
tekanan pengisian vena dalam keadaan normal (Muttaqin, 2009).
Congestive Hearth Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana
jantung mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencapai
kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat
(Udjianti, 2011).
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa gagal jantung
merupakan keadaan patofisiologis adanya kelainan fungsi jantung yang
berakibat jantung gagal mempertahankan darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan tubuh.Pada dasarnya kelainan fungsi
jantung baik kiri maupun kanan sering terjadi secara bersamaan,
meskipun salah satunya kadang lebih dominan.
2. Etiologi
Menurut Aspiani (2014) ada beberapa faktor yang menyebabkan
gagal jantung antara lain:
a. Faktor Predisposisi
1) Penyakit yang menyebabkan penurunan fungsi ventrikel
seperti penyakit arteri koroner, kardiomiopati, penyakit
pembuluh darah, dan penyakit jantung kongenital.
2) Keadaan yang membatasi pengisisan ventrikel yaitu stenosis
mitral-penyakit perikardial dan kardiomiopati.
b. Faktor Presipitasi
1) Peningkatan asupan garam
2) Ketidakpatuhan menjalani pengobatan anti gagal jantung
3) Aritmia akut
4) Infeksi atau demam, anemia, dan emboli paru
5) Tirotoksikosis, kehamilan, dan endokarditis inefektif.
c. Faktor Risiko
1) Merokok
2) Hipertensi
3) Hiperlipidemia
4) Obesitas
5) Kurang aktivitas fisik
6) Stres emosi
7) Diabetes melitus
Secara umum penyebab gagal jantung dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
a. Disfungsi miokard
4. Patofisiologi
Kelainan intrinsik pada kontraktilitas miokard yang khas pada
gagal jantung akibat penyakit jantung iskemik, menggangu kemampuan
pengosongan ventrikel yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang
menurun mengurangi curah sekuncup, dan meningkatkan volume residu
ventrikel. Sebagai respons terhadap gagal jantung ada tiga mekanisme
Gagal jantung kanan dan kiri terjadi sebagai akibat lanjutan dari
gagal jantung kiri. Setelah terjadi hipertensi pulmonal terjadi
penimbunan darah dala ventrikel kanan, selanjutnya terjadi gagal
jantung kanan. Setiap hambatan pada aliran (forward flow) dalam
sirkulasi akan menimbulkan pada arah berlawanan dengan aliran
(bakcward congestion). Hambatan pengaliran (forward failure) akan
menimbulkan gejala backward failure dalam sistem sirkulasi aliran
darah. Mekanisme kompensasi jantung pada kegagalan jantung adalah
upaya tubuh untuk mempertahankan peredaran darah dalam memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan.
Mekanisme kompensasi yang terjadi pada gagal jantung ialah
dilatasi ventrikel, hipertrofi ventrikel, kenaikan rangsang simpatis
berupa takikardia dan vasiokonstriksi perifer, peninggian kadar
katekolamin plasma, retensi garam dan cairan badan dan peningkatan
ekstrasi oksigen oleh jaringan. Bila jantung bagian kanan dan kiri
bersama-sama dalam keadaan gagal akibat gangguan aliran darah dan
adanya bendungan, maka akan tampak tanda dan gejala gagal jantung
pada sirkulasi sistemik dan sirkulasi paru. Keadaan ini disebut gagal
jantung kongestif (Aspiani, 2014).
5. Tes Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dibutuhkan untuk mengetahui
sejauh mana gagal jantung telah mengganggu fungsi organ lain,
seperti hati, ginjal, dan lain-lain (Aspiani, 2014).
b. Radiologi
Ditemukan bayangan hulu paru yang tebal dan melebar,
kepadatan makin kepinggir berkurang, lapang paru bercak-bercak
karena edema paru, distensi vena paru, hidrotoraks, kardiomegali,
dan rasio kardio-thoraks meningkat (Aspiani, 2014).
c. EKG
Pada pemeriksaan EKG untuk pasien gagal jantung dapat
ditemuka kelainan EKG sebagai berikut:
1) Left bundle branch block, kelainan segme ST/T menunjukan
disfungsi ventrikel kiri kronis;
2) Gelombang Q menunjukan infark sebelumnya dan kelainan
segmen ST menunjukan penyakit jantung iskemik;
3) Hipertrofi ventrikel kiri dan gelombang T terbalik menunjukan
stenosis aorta dan penyakit jantung hipertensi;
4) Aritmia;
5) Deviasi aksis ke kanan, right bundle branch block, dan
hipertrofi ventrikel kanan menunjukan disfungsi ventrikel
kanan (Muttaqin, 2009).
d. Ekokardiografi
4)
5)
6)
7)
menit.
2. Diuretik dan suplemen
kalium.
3. Bronkodilator.
4. Sodium nitropruside.
5. Sodium bikarbonat.
Kolaborasi tim gizi untuk
memberikan diet jantung
(rendah garam dan lemak).
paracentesis,
phlebotomi
jantung.
4. Evaluasi
a. Pasien melaporkan penurunan episode dipsnea.
b. Tekanan darah dalam batas normal (120/80 mmHg)
c. Nadi 80x/menit.
d. Tidak terjadi aritmia
e. Denyut dan irama jantung teratur
f. CRT < 3 detik
g. Produksi urin > 30 ml/jam
h. Pertukaran gas dalam paru adekuat
i. Tidak terjadi kelebihan volme cairan dan perfusi jaringan
meningkat.
C. DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, R. Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Kardiovaskular. Jakarta: EGC
Huda, A & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan
Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai Kasus.
Jogjakarta: Mediaction Publishing
Muttaqin, A. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika
Udjianti, W. J. (2011). Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba
Medika