PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara tropis yang terkenal memiliki beraneka
ragam jenis tanaman buah-buahan dan sayur-sayuran.Diantara buah-buahan tersebut,
buah jambu mete merupakan buah yang kurang digemari karena rasanya yang sepat.
Pada buah mete kandungan taninnya sangat tinggi, oleh karena itu untuk
meningkatkan nilai ekonomi dari buah mete, maka dapat dilakukan dengan
mengambil tanin dari buah mete dengan jalanektraksi.1
Di antara berbagai jenis metode pemisahan, ekstraksi pelarut atau disebut juga
ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan popular.Alasan
utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro
ataupun mikro.Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan
perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur seperti benzena,
karbon tetraklorida atau kloroform.Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer
pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase terlarut.Teknik ini dapat digunakan
untuk kegunaan preparatif, pemurnian, memperkaya, pemisahan serta analisis pada
semua skala kerja.Mula-mula metode ini dikenal dalam kimia analisis, kemudian
berkembang menjadi metode yang baik, sederhana, cepat dan dapat digunakan untuk
ion-ion logam yang bertindak sebagai pengotor.2
1Enny Kriswiyantati dan Fadillah, Pengaruh Kecepatan Putar Pengadukan Dan Suhu
Operasi Pada Ekstraksi Tanin Dari Jambu Mete Dengan Pelarut Aseton, Jurnal Ekuilibrium
6 No.1 (Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2007), h. 33.
2S.M. Khopkar, Basic Concept Of Analitycal Chemistry, terj. Saotoraharjo, Konsep Dasar
Kimia Analitik (Jakarta: UI Press, 1990), h. 85.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Teknik ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan secara cepat dan bersih
baik untuk zat organik maupun anorganik. Cara ini juga dapat digunakan untuk
analisis makro dan mikro. Selain untuk kepentingan analisis kimia, ekstraksi juga
banyak digunakan untuk pekerjaan prefentif dalam bidang kimia organik, biokimia
dan anorganik di laboratorium. Alat yang digunakan dapat berupa corong pemisah
(paling sederhana), alat ekstraksi soxhlet, sampai yang paling rumit, berupa alat
counter current craig.3
Ekstraksi pelarut umumnya digunakan dalam analisis untuk memisahkan
suatu zat terlarut (atau zat-zat terlarut) yang dianggap penting dari zat yang
mengganggu dalam analisis kuantitatif terakhir terhadap bahan tersebut, kadang
justru zat terlarut penganggu itu tidak diesktraksi secara selektif. Ekstraksi pelarut
juga digunakan untuk memekatkan suatu spesi, yang dalam larutan air adalah terlalu
encer untuk dianalisis.4
3Alimin, Muh Yunus dan Irfan Idris, Kimia Analitik (Makassar: Alauddin Press, 2007), h.
51.
4Basset.J, R.C Denny, G.H. Jeffery dan J. Mendham, Vogels Texbook Of Quantitative
Inorganic Elementary Instrumental Analysis Including Elementary Instrumental Analysis,
terj. Handayana Pudjaatmaka, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik (Jakarta: Buku
Kedokteran EGC, 1990), h. 175.
5Mizri Gozan,Adsopsi Leading dan Ekstraksi Pada Industri Kimia (Jakarta:UI-Press, 2006),
h. 81.
6Day and Underwood,Quantitative Analysis, Sixth Edition, terj.Iis Sopyan, Analisis Kimia
Kuantitatif (Jakarta : Erlangga, 2002), h. 141.
9Tagora Bangkit P.S, Rinaldry Sirait dan Iriany, Penentuan Kondisi Keseimbangan Unit
Leaching Pada Produksi Eugenol Dari Daun Cengkeh, h. 11.
6
Gambar 2.1. Skema Difusi Padat air10
Peristiwa dalam gambar 2.1 dijelaskan sebagai berikut:
a. Mula-mula pada saat t = 0, konsentrasi minyak dalam padatan Xo dan di fase cair
(pelarut) belum mengandung minyak.
b. Peristiwa leaching setiap saat.
c. Peristiwa leaching setiap saat lebih lama dibandingkan gambar b.
d. Kesetimbangan dianggap tercapai bila konsentrasi minyak dalam cairan tetap
sama dengan Y.11
Saat proses ektraksi terjadi transfer massa. Transfer massa merupakan
gerakan-gerakan molekul atau elemen fluida yang disebabkan karena adanya gaya
pendorong. Difusi merupakan suatu transfer massa. Difusi adalah gerakan suatu
komponen melalui campuran, yang berlangsung karena suatu rangsangan fisika. Pada
umumnya disebabkan oleh gradien konsentrasi pada komponen yang terdifusi itu.
Gradien konsentrasi cenderung menyebabkan terjadinya gerakan komponen itu ke
arah yang menyamakan konsentrasi dan menghapuskan gradien. Bila gradien itu
10Tagora Bangkit P.S, Rinaldry Sirait dan Iriany, Penentuan Kondisi Keseimbangan Unit
Leaching Pada Produksi Eugenol Dari Daun Cengkeh, h. 11.
11Tagora Bangkit P.S, Rinaldry Sirait dan Iriany, Penentuan Kondisi Keseimbangan Unit
Leaching Pada Produksi Eugenol Dari Daun Cengkeh, h. 11.
Saat ekstraksi padat-cair, transfer masa suatu zat dari dalam padatan ke cairan
melalui 2 tahapan pokok, yaitu :
1. Difusi dari dalam padatan ke permukaan padatan.
2. Transfer massa dari permukaan padatan ke cairan secara konveksi (karena cairan
diaduk terus).13
Labu alas bulat merupakan peralatan gelas yang sering digunakan di
laboratorium kimia organik dan laboratorium biokimia. Labu ini mempunyai alas
bulat dan leher panjang dengan mulut sempit. Pada badan labu alas bulat bertuliskan
volume yang merupakan kapasitas labu alas bulat.Labu alas bulat digunakan untuk
memanaskan atau mendidihkan larutan. Pada penggunaan untuk destilasi maka labu
alas bulat ini masih disambung dengan pendingin dan peralatan gelas yang lain. Labu
alas bulat juga digunakan untuk keperluan memanaskan zat cair dengan set penangas
air, penangas minyak ataupun penangas pasir.14
12Enny Kriswiyantati dan Fadillah, Pengaruh Kecepatan Putar Pengadukan Dan Suhu
Operasi Pada Ekstraksi Tanin Dari Jambu Mete Dengan Pelarut Aseton, h. 34.
13Enny Kriswiyantati dan Fadillah, Pengaruh Kecepatan Putar Pengadukan Dan Suhu
Operasi Pada Ekstraksi Tanin Dari Jambu Mete Dengan Pelarut Aseton, h. 34.
14Khamidinal, Teknik Laboratorium Kimia (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 56.
Lemak hewan umunya berupa zat padat pada suhu ruangan sedangkan lemak
yang berasal dari tumbuhan berupa zat cair.Lemak yang mempunyai titik lebur yang
tinggi mengandung asam lemak jenuh sedangkan lemak cair atau yang biasa disebut
minyak mengandung asam lemak tidak jenuh. Pada umumnya lemak apabila
8
dibiarkan lama di udara akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak enak. Hal ini
disebabkan oleh proses hidrolisis yang menghasilkan asam lemak bebas. Di samping
itu dapat pula terjadi proses oksidasi terhadap asam lemak tidak jenuh yang hasilnya
akan menambah bau dan rasa yang tidak enak.15
Tanaman jambu mete atau dengan nama latin Anacandium occidentale L
merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Namun, saat ini pemanfaatannya masih belum maksimal dan hanya terbatas pada
bagian buahnya. Terutama pada pembuatan kue dan makanan ringan. Satu bagian dari
manfaat tumbuhan jambu mete selain kulit batang, pucuk daun dan daging buahnya
belum banyak yang dikenal adalah kulit bijinya. Biji jambu mete terdiri dari 70%
kulit biji dan 30% daging biji. Dalam kulit biji diduga mengandung 50% minyak
yang terdiri atas asam anakardat.16
15Anna Poedjiadi dan Titin Supriyanti, Dasar-Dasar Biokimia, (Jakarta: UI-Press, 2012),
h. 59-61.
16IN. Simpen, Isolasi Cashew Nut Shell Liquid Dari Kulit Biji Jambu Mete (Anacardium
occidentale L) Dan Kajian Beberapa Sifat Fisiko-Kimianya (2008), h. 71.
BAB III
METODE PERCOBAAN
: 13.30-18.00 WITA
Tempat
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah aluminium foil, aquades
(H2O), batu didih,benang, biji jambu mete (Anacandium occidentale L), kapas, kertas
saring dan larutan kloroform (CHCl3).
9
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada percobaan ini dapat dilakukan dengan menghaluskan biji
8
jambu mete. Menimbang 50,0117 gram biji jambu mete halus. Memasukkan sampel
ke dalam selongsong, pada bagian atas dan bawahnya di beri kapas. Mengikat erat
selongsong dengan benang. Memasukkan selongsong ke dalam tabung sifon.
Menimbang labu alas bulat yang di dalamnya berisi batu didih. Memasukkan 150 mL
larutan kloroform (CHCl3) ke dalam labu alas bulat. Merangkai alat soxhletasi,
menjalankan aerator, memanaskan hingga 2 jam dengan 11 kali sirkulasi.
Menguapkan ekstraknya dengan metode destilasi sederhana. Mengasamkan lemak
dalam lemari asam. Menimbang bobot lemak yang telah di asamkan. Menentukan
kadar lemak sampel biji jambu mete.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat diamati sebagai
berikut:
1. Tabel Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Biji Jambu Mete
Sampel
Biji jambu
mente
Bobot Awal
Bobot Kosong
50,0117 gram
186,18 gram
179,97 gram
Pelarut
Volume Awal
Volume Akhir
Kloroform (CHCl3)
150 mL
80 mL
2. Gambar
a. Biji Jambu mete yang sudah dihaluskan
10
11
B. Reaksi
O
H2C
O
R1
H2C
O
HC
H2C
O C
CHCl3
O
R2 + CHCl3
R3
HC
H2C
O C
CHCl3 + 3R
CHCl3
kloroform
C. Analisa Data
Diketahui :
Wadah kosong + batu didih
: 179,97 gram
: 186,18 gram
: 6,21
: 50,0117 gram
gram
Ditanyakan :
Kadar Lemak = ???
Penyelesaian :
Kadar Lemak =
Bobot lemak
Bobot Sampel
x 100%
Kadar Lemak =
6,21 gram
50,0117 gram
x 100%
= 0,1241 x 100%
= 12,41 %
D. Pembahasan
Prinsip kerja ekstraksi soxhletasi adalah sampel dimasukkan dalam selonsong
dan pelarut akan menyaring sampel tersebut secara terus-menerus atau dengan
beberapa kali sirkulasi. Percobaan ini dilakukan untuk mengekstraksi pelarut secara
padat-cair dimana sampel yang digunakan adalah biji jambu mete yang telah
dihaluskan. Penghalusan biji jambu mete dilakukan agar proses ekstraksi pelarut
dapat berjalan dengan baik sehingga pelarut dapat mengekstraksi lemak yang terdapat
14
di dalam sampel biji jambu mete tersebut. Lemak dalam biji jambu mete diisolasi
dengan metode soxhletasi dan dimurnikan dengan metode destilasi sederhana.
Percobaan ini menggunakan pelarut kloroform, pelarut ini dipilih karena
bersifat mudah menguap dengan titik didih yang rendah dan merupakan pelarut non
polar yang dapat saling tarik menarik dengan lemak sehingga proses pemisahan
kloroform dengan lemak dapat dengan cepat terjadi pada saat detilasi sederhana.
Sebelum melakukan pemanasan, penambahan batu didih harus dilakukan terlebih
dahulu agar tidak terjadi bumping pada saat proses pemanasan berlangsung.
Pemanasan pelarut organik dilakukan selama sebelas kali sirkulasi atau sampai
pelarut tidak berwarna lagi yang berarti bahwa pelarut sudah tidak membawa
komponen yang ingin diisolasi. Pada proses soxhletasi diperoleh lemak yang
bercampur dengan pelarut yang digunakan yaitu kloroform.
Pemisahan lemak dengan kloroform
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pengamatan yang dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Cara pemisahan dengan metode ekstraksi soxhlet dilakukan dengan memasukkan
sampel ke dalam selonsong lalu memanaskan kloroform sebagai pelarut sampai
sebelas kali sirkulasi.
2. Kadar lemak dalam sampel biji jambu mete dengan metode ekstraksi soxhlet
adalah 12,41%.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan untuk percobaan selanjutnya adalah sebaiknya
digunakan pula pelarut lain seperti n-heksan agar praktikan dapat membandingkan
hasilnya dengan percobaan ini.
DAFTAR PUSTAKA
15
Alimin. MS., Dkk. Kimia Analitik. Makassar: Alauddin Press, 2007.
Basset, J.,R.C. Denney, dan J. Mendham.Vogels Texbook Of Quantitative Inorganic
Elementary Instrumental Analysis Including Elementary Instrumental
Analysis. Terj. Handayana Pudjaatmaka, Kimia Analisis Kuantitatif
Anorganik . Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 1990.
Day and Underwood. Quantitative Analysis, Sixth Edition. Terj.Iis Sopyan, Analisis
Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga, 2002.
Gozan, Mizri. Adsopsi Leading dan Ekstraksi Pada Industri Kimia. Jakarta:
UI-Press, 2006.
Iriany, Tagora Bangkit P.S dan Rinaldry Sirait. Penentuan Kondisi Keseimbangan
Unit Leaching Pada Produksi Eugenol Dari Daun Cengkeh, Jurnal Teknik
Kimia 1 No. 1 (Medan: Universitas Sumatera Utara, 2012), Hal. 10-14.
Khopkar, SM.Basic Concept Of Analitycal Chemistry. Terj. Saotoraharjo, Konsep
Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press, 1990.
Kriswiyantati, Enny dan Fadillah.Pengaruh Kecepatan Putar Pengadukan Dan Suhu
Operasi Pada Ekstraksi Tanin Dari Jambu Mete Dengan Pelarut
Aseton.Jurnal Ekuilibrium 6 No.1 (Surakarta: Universitas Sebelas Maret,
2007), Hal. 33-38.
Poedjiadi, Anna dan Titin Supriyanti.Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press, 2012.
Simpen, IN. Isolasi Cashew Nut Shell Liquid Dari Kulit Biji Jambu Mete
(Anacardium occidentale L) Dan Kajian Beberapa Sifat Fisiko-Kimianya, Jurnal
Kimia 2 No. 2 (Jimbrana: Universitas Udayana, 2008), Hal. 71-76.