W
406138102
Universitas Tarumanagara
BAB I
Pendahuluan
Hipoksia akut maupun kronik dapat mengakibatkan keluarnya
meconium intrauterine. Sindrom aspirasi (meconium aspiration syndrome,
MAS) disebabkan aspirasi cairan amnion yang mengandung Derajat
keparahan MAS berkaitan dengan derajat asfiksia dan jumlah yang teraspirasi.
Mekonium yang teraspirasi juga menyebabkan obstruksi jalan napas
akut, peningkatan resistensi jalan napas, , dan hiperekspansi yang disebabkan
oleh mekanisme ball-valve. Fase obstruksi diikuti dengan fase inflamasi 12-24
jam sesudahnya yang mengakibatkan kerusakan lebih lanjut. Aspirasi cairan
lain (misalnya darah atau cairan amnion) mengakibatkan kerusakan yang sama
tetapi lebih ringan.
Terdapat beberapa penyebab gangguan nafas pad bayi baru lahir , salah
satu diantaranya dalah sindrom aspirasi meconium. Meconium adalah kotoran
intestinal yang berbentuk cairan kental berwarna hjau gelap yang terdiri dari
sel epitel usus, lanugo, lender dan hasil sekresi usus (cairan empedu) yang
dikeluarkan pertama kali oleh bayi baru lahir. Air merupakan komposisi
utamanya sekitar 85-95 % dari meconium.
Meconium steril dan tidak mengandung bakteri factor utama yang
membedakannya dengan tinja. Distress intrauterine dapat menyebabkan
meconium keluar ke cairan amnion. Factor yang mencetuskan keluarnya
meconium adalah, infusiensi plasenta, hipertensi maternal, preeklamsia,
oligohidramnion, dan penggunaan obat-obatan pada masa kehamilan terutama
tembakau dan kokain. 1
Aspirasi meconium pada cairan amnion dapat terjadi sebelum atau
selama persalinan, karena meconium jarang ditemukan pada cairan amnion
sebelum 34 minggu, aspirasi meconium terutama terjadi pada bayi aterm dan
posterm.
BAB II
Tinjauan Pustaka
II.1 Definisi
Meconium adalah kotoran intestinal yang berbentuk cairan kental berwarna
hijau gelap yang terdiri dari sel epitel usus, lanugo, lendir dan hasil sekresi usus yang
dikeluarkan pertama kali oleh bayi. 1
Sindrom aspirasi meconium adalah gangguan nafas pada bayi baru lahir
melalui cairan amnion bercampur meconium.
Gangguan nafas ditandai dengan :
1. takipnea
2. retraksi interkosta dan atau substernal
3. nafas cuping hidung
4. merintih
5. sianosis
6. apneu atau henti nafas
7. dalam beberapa jam sesudah lahir didapatkan gejala distress respirasi
(takipnea, retraksi, nafas cuping hidung, dan merintih)
II.2 Epidemiologi
Pada Negara berkembang dimana perawatan prenatal masih kurang dan
kelahiran dirumah masih umum, insidensi sindrom aspirasi meconium lebih tinggi
dan berhubungan dengan tingkat kematian yang tinggi
Mortalitas/morbiditas
Tingkat mortalitas untuk sindrom aspirai meconium yang dihasilkan dari
penyakit parenkim paru berat dan hipertensi pulmonal adalah sebanyak 20%,
komplikasi
lain
termasuk
air
block
syndrome
(pnemotoraks,
pnemomediastinum,pneumoperikardium) dan emfisema intersitil paru, yang terjadi
pada 10-30% bayi dengan sindrom aspirasi meconium.
II.3 Etiologi
Kepaniteraan Ilmu Radiologi
RS Husada Jakarta
Periode 22 Juni 2015 16 Juli 2015
II.4 Patofisiologi
Dalam Rahim pengeluaran meconium dihasilkan dari rangsangan saraf dari
saluran gastrointestinal yang telah matang dan biasanya akibat dari stress hipoksia
fetus. Saat fetus mencapai usia aterm, traktus gastrointestinal menjadi matag dan
stimulasi vagus dari kompresi kepala atau saraf tulang belakang dapat menyebabkan
peristaltic dan relaksasi sfingter anus menyebabkan keluarnya meconium.
Meconium mengubah cairan amnion secara langsung , menurunkan aktivitas
antibakteri dan selanjutnya meningkatkan resiko infeksi perinatal. Meconium juga
megiritasi kulit fetus dan dapat menyebabka insidensi eritema toksikum. Namun
komlikasi paling berat dari pengeluaran meconium intrauterine adalah sebelum ,
selama dan sesudah kelahiran. Aspirasi menyebabkan hipoksia melalui 4 efek mayor :
obstruksi jalan nafas, disfungsi surfaktan, pneumonitis kimia, hipertensi pulmonal.
b. Disfungsi surfaktan
Meconium mendeaktivasi surfaktan dan dapat menghambat
sintesis surfactant. Bberapa komponen meconium, terutama asam
lemak bebas (palmatic stearic, oleic) memiliki tekanan permukaan
Kepaniteraan Ilmu Radiologi
RS Husada Jakarta
Periode 22 Juni 2015 16 Juli 2015
Sianosis
End Expiratory Grunting
Nafas cuping hidung
Retraksi interkosta
Takipnea
Barrel chest
Auskultasi , ronkhi basah dan kering (pada beberapa kasus)
Kuku jari tangan, tali pusar dan kulit berwarna kuning kehijauan dapat
ditemukan juga.
b. Elektrolit
Konsentrasi sodium, potassium, dan kalsium dalam 24 jam
kehidupan pada bayi dengan sindrom aspirasi meconium penting untuk
didapatkan, karena sindrom an inappropriate secretion of antidiuetic
hormone (SIADH) dan gagal ginjal akut merupakan komplikasi yang
sering pada stress perinatal.
c. Darah lengkap
Kehilangan darah intrauterine atau perinatal dan juga infeksi
berperan pada stress perinatal. Kadar hemoglobin dan hematocrit harus
cukup untuk memastikan kapasitas pembawa hemoglobin adekuat.
Trombositopenia meningkatkan resiko pendarahan pada
neonates. Neutropenia atau neutrofilia dengan pergeseran ke kiri pada
hitung jenis dapat mengindikasikan infeksi bakteri perinatal.
Polisitemia dapat hadir sekunder terhadap hippoksia fetus akut
atau kronik. Polisitemia berhubungan dengan penurunan aliran darah
paru dan dapat memperburuk hipoksia berhubungan dengan SAM dan
hipertensi pulmonal persisten pada bayi baru lahir.
2. Pencitraan
Pemeriksaan paling penting adalah foto Thorax , untuk :
-
dan
Ateletaksis
Gambar 2.
akut.
Gambar 3. Pneumomediastinum dari gas yang terperangkap dan udara yang bocor.
Gambar
4.
Pneumotoraks kiri
dengan depresi
diafragma
dan
pergeseran mediastinum minimal karena paru yang tidak mengembang.
II.7 Diagnosis
Penting untuk memonitor bayi yang lahir melalui cairan amnion bercampur
meconium terhadap adanya distress pernafasan selama 24 jam. Diagnosis sindrom
aspirasi meconium didasarkan oleh adanya distress pernafasan pada bayi yang baru
lahir melalui cairan amnion yang bercampur dengan meconium tanpa adanya
penyebab distress pernafasan lainnya. X-ray toraks dan analisa gas darah sebaiknya
Kepaniteraan Ilmu Radiologi
RS Husada Jakarta
Periode 22 Juni 2015 16 Juli 2015
dilakukan jika dibutuhkan. Temuan radiologis klasik pada MAS adalah overekspansi
paru dengan infiltrate kasar yang luas. Namun keparahan pola X-ray tidak selalu
berhubungan dengan gambaran klinis . hubungan yang kurang antara keparahan klinis
dan radiografik memberi kesan bahwa sindrom aspirasi meconium kurang bergantung
pada pada jumlah obstruksi , seperti adanya hipertensi pulonal pada bayi baru lahir. 3
Diagnosis Manifestasi klinis Manifestasi klinis MAS bervariasi dan bergantung pada
derajat hipoksia, jumlah serta konsistensi mekonium yang teraspirasi .4
-
Beractant
Colfosceril
Kepaniteraan Ilmu Radiologi
RS Husada Jakarta
Periode 22 Juni 2015 16 Juli 2015
Dosis
Dosis tambahan
3ml/kgbb
lahir Mungkin
dapat
diberikan dalam 2 diulangi setiap 12 jam
aliquot
sampai dosis 3 kali
berturut-turut dengan
interval 12 jam bila
ada indikasi.
4mml/kgbb
lahir Mungkin dapat diulang
diberikan dalam 4 minimal setelah 6 jam,
dosis
sampai jumlah total 4
dosis dalam waktu 48
jam setelah lahir.
5ml/kgbb
lahir Mungkin
dapat
Porcine
c. Kortikosteroid.
Penggunaan
kortikosteroid
pada MAS tidak
dianjurkan.
2. Pemantauan janin secara ketat. Tanda distres janin, yaitu ketuban bercampur
mekonium dengan ruptur membran, takikardi janin, atau deselerasi harus
ditindaklanjuti segera.
3. Amnioinfusion. Larutan salin normal dimasukkan ke dalam rahim lewat
serviks pada ibu dengan cairan ketuban bercampur mekonium dan deselerasi
laju jantung bayi.
II.10 Komplikasi
1. Air leak.
Pneumotoraks atau pneumomediastinum terjadi pada 10-20% pasien dengan
MAS. Air leak terjadi lebih sering pada bayi yang mendapat ventilasi mekanik.
Bila terjadi pneumotoraks, maka harus ditata laksana segera.4
2. Hipertensi pulmonal. Sebanyak 35% kasus PPHN berhubungan dengan MAS.
Ekokadiografi harus dilakukan untuk menentukan derajat keterlibatan pirau
kanan ke kiri terhadap hipoksemia dan mengeksklusi penyakit jantung bawaan.
Pada kasus MAS yang disertai PPHN, dapat dipertimbangkan pemberian inhalasi
nitrit oksida atau vasodilator sistemik seperti magnesium sulfat dengan bantuan
inotropik untuk mencegah hipotensi.4
II.11 Pronosis
Tingkat kematian pada bayi dengan MAS mempunyai proposi yang signifikan.
Masalah paru residu jarang terjadi, namun batuk, mengi, dan hiperinflasi persisten
dapat terjadi 5-10 tahun. Bayi dengan penyakit yang berat memiliki resiko sebesar
50% mengalami penyakit jalan nafas pada 6 bulan pertama kehidupan. 1
Prognosis tergantung pada kerusakan susunan saraf pusat akibat asfiksia dan
adanya masalah yang berhubungan seperti hipertensi pulmonal. Kejadian prenatal dan
intrapartum yang merangsang pengeluaran meconium dapat menyebabkan bayi
mengalami deficit neurologis jangka panjang, termasuk kerusakan sitem saraf pusat,
retardasi mental dan serebral palsy. 1
BAB III
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
1. clark MB. Meconium Aspiration Syndrome.2012. http://emedicine
medscape.com/article/974110
2. kosim MS, Yunanto A & Dewi R Buku Ajar
Neonatologi.Jakarta.Badan Penerbit IDAI: 2008
3. swarnam K, soarisham AS, Sivanandan S. advance in the
management of meconium aspiratin syndrome. International
journal of pediatric.2012
4. H. Pudjiadi Antonius. Hegar Badriul.dkk. Pedoman Pelayanan
Medis.
Aspirasi
Mekonium.
Ikatan
Dokter
Anak
Indonesia.Jakarta.2011.