Anda di halaman 1dari 15

Ratih Sri Adi Utami S.

W
406138102
Universitas Tarumanagara

BAB I
Pendahuluan
Hipoksia akut maupun kronik dapat mengakibatkan keluarnya
meconium intrauterine. Sindrom aspirasi (meconium aspiration syndrome,
MAS) disebabkan aspirasi cairan amnion yang mengandung Derajat
keparahan MAS berkaitan dengan derajat asfiksia dan jumlah yang teraspirasi.
Mekonium yang teraspirasi juga menyebabkan obstruksi jalan napas
akut, peningkatan resistensi jalan napas, , dan hiperekspansi yang disebabkan
oleh mekanisme ball-valve. Fase obstruksi diikuti dengan fase inflamasi 12-24
jam sesudahnya yang mengakibatkan kerusakan lebih lanjut. Aspirasi cairan
lain (misalnya darah atau cairan amnion) mengakibatkan kerusakan yang sama
tetapi lebih ringan.
Terdapat beberapa penyebab gangguan nafas pad bayi baru lahir , salah
satu diantaranya dalah sindrom aspirasi meconium. Meconium adalah kotoran
intestinal yang berbentuk cairan kental berwarna hjau gelap yang terdiri dari
sel epitel usus, lanugo, lender dan hasil sekresi usus (cairan empedu) yang
dikeluarkan pertama kali oleh bayi baru lahir. Air merupakan komposisi
utamanya sekitar 85-95 % dari meconium.
Meconium steril dan tidak mengandung bakteri factor utama yang
membedakannya dengan tinja. Distress intrauterine dapat menyebabkan
meconium keluar ke cairan amnion. Factor yang mencetuskan keluarnya
meconium adalah, infusiensi plasenta, hipertensi maternal, preeklamsia,
oligohidramnion, dan penggunaan obat-obatan pada masa kehamilan terutama
tembakau dan kokain. 1
Aspirasi meconium pada cairan amnion dapat terjadi sebelum atau
selama persalinan, karena meconium jarang ditemukan pada cairan amnion
sebelum 34 minggu, aspirasi meconium terutama terjadi pada bayi aterm dan
posterm.

Kepaniteraan Ilmu Radiologi


RS Husada Jakarta
Periode 22 Juni 2015 16 Juli 2015

Ratih Sri Adi Utami S.W


406138102
Universitas Tarumanagara

BAB II
Tinjauan Pustaka
II.1 Definisi
Meconium adalah kotoran intestinal yang berbentuk cairan kental berwarna
hijau gelap yang terdiri dari sel epitel usus, lanugo, lendir dan hasil sekresi usus yang
dikeluarkan pertama kali oleh bayi. 1
Sindrom aspirasi meconium adalah gangguan nafas pada bayi baru lahir
melalui cairan amnion bercampur meconium.
Gangguan nafas ditandai dengan :
1. takipnea
2. retraksi interkosta dan atau substernal
3. nafas cuping hidung
4. merintih
5. sianosis
6. apneu atau henti nafas
7. dalam beberapa jam sesudah lahir didapatkan gejala distress respirasi
(takipnea, retraksi, nafas cuping hidung, dan merintih)

II.2 Epidemiologi
Pada Negara berkembang dimana perawatan prenatal masih kurang dan
kelahiran dirumah masih umum, insidensi sindrom aspirasi meconium lebih tinggi
dan berhubungan dengan tingkat kematian yang tinggi
Mortalitas/morbiditas
Tingkat mortalitas untuk sindrom aspirai meconium yang dihasilkan dari
penyakit parenkim paru berat dan hipertensi pulmonal adalah sebanyak 20%,
komplikasi
lain
termasuk
air
block
syndrome
(pnemotoraks,
pnemomediastinum,pneumoperikardium) dan emfisema intersitil paru, yang terjadi
pada 10-30% bayi dengan sindrom aspirasi meconium.

II.3 Etiologi
Kepaniteraan Ilmu Radiologi
RS Husada Jakarta
Periode 22 Juni 2015 16 Juli 2015

Ratih Sri Adi Utami S.W


406138102
Universitas Tarumanagara

Factor yang mendorong pengeluaran meconium intrauterine adalah sebagai berikut : 1


- insufisiensi plasenta
- hipertensi maternal
- preeklamsia
- oligohidramnion
- pengunaan obat-obatan semasa kehamilan
- infeksi maternal / korioamnionitis
- hipoksia fetus

II.4 Patofisiologi
Dalam Rahim pengeluaran meconium dihasilkan dari rangsangan saraf dari
saluran gastrointestinal yang telah matang dan biasanya akibat dari stress hipoksia
fetus. Saat fetus mencapai usia aterm, traktus gastrointestinal menjadi matag dan
stimulasi vagus dari kompresi kepala atau saraf tulang belakang dapat menyebabkan
peristaltic dan relaksasi sfingter anus menyebabkan keluarnya meconium.
Meconium mengubah cairan amnion secara langsung , menurunkan aktivitas
antibakteri dan selanjutnya meningkatkan resiko infeksi perinatal. Meconium juga
megiritasi kulit fetus dan dapat menyebabka insidensi eritema toksikum. Namun
komlikasi paling berat dari pengeluaran meconium intrauterine adalah sebelum ,
selama dan sesudah kelahiran. Aspirasi menyebabkan hipoksia melalui 4 efek mayor :
obstruksi jalan nafas, disfungsi surfaktan, pneumonitis kimia, hipertensi pulmonal.

a. Obstruksi jalan nafas


Obstruksi jalan nafas oleh karena meconium menyebabkan
ateletaksis. Obstruksi parsial menyebabkan udara terperangkap dan
hiperdistensi alveoli, umumnya dikenal dengan ball-valve effect.
Hiperdistensi alveoli terjadi dari ekspansi jalan nafas selama inhalasi
dan kolaps jalan nafas sekitar meconium yang mengeras pada jalan
nafas yang menyebabkan tahanan meningkat selama ekspirasi. Udara
yang terperangkap (paru hiperinflasi) dapat pecah ke pleura
(pnemotoraks), mediastinum (pnemomediastinum), pericardium
(pnemoperikardium)

b. Disfungsi surfaktan
Meconium mendeaktivasi surfaktan dan dapat menghambat
sintesis surfactant. Bberapa komponen meconium, terutama asam
lemak bebas (palmatic stearic, oleic) memiliki tekanan permukaan
Kepaniteraan Ilmu Radiologi
RS Husada Jakarta
Periode 22 Juni 2015 16 Juli 2015

Ratih Sri Adi Utami S.W


406138102
Universitas Tarumanagara

yang lebih minimal dibangding surfaktan dan menyebabkan ateletaksis


luas.
c. Pneumonitis kimia
Enzim, asam empedu, dan lemak pada meconium mengiritasi
saluran nafas dan parenkim menyebabkan peleepasan sitokin TNF , IL6 , IL-8, IL-3, IL-1
d. Hipertensi Pulmonal Persisten pada Bayi Baru Lahir (PPHN)
Banyak bayi dengan sindrom aspirasi meconium memiliki
hipertensi pulmonal persisten pada bayi baru lahir akibat dari stress
intrauterine kronik dan penebalan pembuluh darah pulmonal. PPHN
kemudian menyebabkan hipoksemia yang disebabkan oleh SAM.
Walaupun meconium adalah steril kehadirannya pada saluran nafas
dapat menjadi predisposisi terjadinya infeksi pulmonal pada bayi.

II.5 Gejala Klinis

Kepaniteraan Ilmu Radiologi


RS Husada Jakarta
Periode 22 Juni 2015 16 Juli 2015

Ratih Sri Adi Utami S.W


406138102
Universitas Tarumanagara

Adanya meconium dalam air ketuban menyebabkan sindrom aspirasi


meconium, tapi tidak semua neonates air ketuban bercampur meconium
mengalami sindrom aspirasi meconium. Adanya meconium yang kental pada
cairan ketuban dan dengan adanya factor predisposisi seperti, insufisiensi
plasenta, hipertensi maternal, preeklamsia, oligohidramnion, pengunaan obatobatan semasa kehamilan, infeksi maternal / korioamnionitis, hipoksia fetus,
meningkatkan terjadinya aspirasi .
Pembersihan meconium dari saluran nafas yang tidak adekuat sebelum
nafas pertama dan penggunaan ventilasi tekanan positif sebelum memberikan
jalan nafas dari meconium meningkatkan kecenderungan neonates mengalami
sindrom aspirasi meconium.
Urin berwarna hijau dapat terjadi pada bayi baru lahir dengan sindrom
aspirasi meconium kurang dari 24 jam setelah kelahiran. Pigmen meconium
dapat diserap oleh paru dan disekresikan melalui urin.
Diagnosis SAM membutuhkan adanya cairan amnion yang bercampur dengan
meconium, distress nafas, dan kelainan radiografi.
Gejala Distress pernafasan adalah sebagai berikut :
-

Sianosis
End Expiratory Grunting
Nafas cuping hidung
Retraksi interkosta
Takipnea
Barrel chest
Auskultasi , ronkhi basah dan kering (pada beberapa kasus)
Kuku jari tangan, tali pusar dan kulit berwarna kuning kehijauan dapat
ditemukan juga.

II.6 Pemeriksaan penunjang :


1. Pemeriksaan laboraturium
a. Asam basa
ventilation perfusion mismatch dan stress perinatal umum
terjadi dan penilaian status asam basa sangat penting. Asidosis
metabolic dari stress perinatal dikomplikasikan dengan asidosis
respiratorik dari penyakit parenkim dan hipertensi pulmonal persisten
pada bayi baru lahir
analisa gas darah yaitu pengukuran PH, tekanan parsial karbon
dioksida(pCO2), tekanan parsial oksigen (pO2) dan pengukuran
oksiden kontinu dengan pulse oximetri pentik untuk tatalaksana yang
sesuai.
Kepaniteraan Ilmu Radiologi
RS Husada Jakarta
Periode 22 Juni 2015 16 Juli 2015

Ratih Sri Adi Utami S.W


406138102
Universitas Tarumanagara

b. Elektrolit
Konsentrasi sodium, potassium, dan kalsium dalam 24 jam
kehidupan pada bayi dengan sindrom aspirasi meconium penting untuk
didapatkan, karena sindrom an inappropriate secretion of antidiuetic
hormone (SIADH) dan gagal ginjal akut merupakan komplikasi yang
sering pada stress perinatal.
c. Darah lengkap
Kehilangan darah intrauterine atau perinatal dan juga infeksi
berperan pada stress perinatal. Kadar hemoglobin dan hematocrit harus
cukup untuk memastikan kapasitas pembawa hemoglobin adekuat.
Trombositopenia meningkatkan resiko pendarahan pada
neonates. Neutropenia atau neutrofilia dengan pergeseran ke kiri pada
hitung jenis dapat mengindikasikan infeksi bakteri perinatal.
Polisitemia dapat hadir sekunder terhadap hippoksia fetus akut
atau kronik. Polisitemia berhubungan dengan penurunan aliran darah
paru dan dapat memperburuk hipoksia berhubungan dengan SAM dan
hipertensi pulmonal persisten pada bayi baru lahir.
2. Pencitraan
Pemeriksaan paling penting adalah foto Thorax , untuk :
-

menegakkan diagnosis sindrom aspirasi meconium


menemukan perluasan patologi intratoraks
menentukan daerah ateletaksis dan air block syndrome
memastikan posisi pipa endotrakeal dan kateter umbilical

Kepaniteraan Ilmu Radiologi


RS Husada Jakarta
Periode 22 Juni 2015 16 Juli 2015

dan

Ratih Sri Adi Utami S.W


406138102
Universitas Tarumanagara

Gambar 1. Udara terperngkap dan hiperekspansi dari


obstruksi jalan nafas.

Ateletaksis

Kepaniteraan Ilmu Radiologi


RS Husada Jakarta
Periode 22 Juni 2015 16 Juli 2015

Gambar 2.
akut.

Ratih Sri Adi Utami S.W


406138102
Universitas Tarumanagara

Gambar 3. Pneumomediastinum dari gas yang terperangkap dan udara yang bocor.

Gambar
4.
Pneumotoraks kiri
dengan depresi
diafragma
dan
pergeseran mediastinum minimal karena paru yang tidak mengembang.

MRI, CT Scan, ultrasonograpy diindikasikan jika pemeriksaan fisik


neurologi abnormal.
Gambaran X-Ray Thorax dikarakteristikan dengan infiltrate , garis kasar
pada kedua lapang paru , peningkatan diameter anteropoterior, pendataran
diafragma X-ray Thorax yang normal pada bayi dan hiposia berat dan
tidak ada malformasi jantung mengarah pada diagnosis hipertensi
pulmonal.
3. Pemeriksaan lain
Ekokardiografi penting untuk memastikan struktur jantung normal dan
untuk menilai fungsi jantung dan juga menentukan keparahan hipertensi
pulmonal dan right to left shunt.

II.7 Diagnosis
Penting untuk memonitor bayi yang lahir melalui cairan amnion bercampur
meconium terhadap adanya distress pernafasan selama 24 jam. Diagnosis sindrom
aspirasi meconium didasarkan oleh adanya distress pernafasan pada bayi yang baru
lahir melalui cairan amnion yang bercampur dengan meconium tanpa adanya
penyebab distress pernafasan lainnya. X-ray toraks dan analisa gas darah sebaiknya
Kepaniteraan Ilmu Radiologi
RS Husada Jakarta
Periode 22 Juni 2015 16 Juli 2015

Ratih Sri Adi Utami S.W


406138102
Universitas Tarumanagara

dilakukan jika dibutuhkan. Temuan radiologis klasik pada MAS adalah overekspansi
paru dengan infiltrate kasar yang luas. Namun keparahan pola X-ray tidak selalu
berhubungan dengan gambaran klinis . hubungan yang kurang antara keparahan klinis
dan radiografik memberi kesan bahwa sindrom aspirasi meconium kurang bergantung
pada pada jumlah obstruksi , seperti adanya hipertensi pulonal pada bayi baru lahir. 3
Diagnosis Manifestasi klinis Manifestasi klinis MAS bervariasi dan bergantung pada
derajat hipoksia, jumlah serta konsistensi mekonium yang teraspirasi .4
-

Bayi dengan MAS sering menunjukkan tanda postmaturitas, yaitu


kecil masa kehamilan, kuku panjang, kulit terkelupas, dan pewarnaan kuninghijau pada kulit.
Adanya mekonium pada cairan ketuban. Konsistensi mekonium bervariasi.
Walaupun MAS dapat terjadi pada mekonium yang hanya sedikit,
sebagian besar bayi dengan MAS memiliki riwayat mekonium kental seperti
lumpur.
Obstruksi jalan napas. MAS dini akan bermanifestasi sebagai obstruksi saluran
napas. Gasping, apnu, dan sianosis dapat terjadi akibat mekonium kental
yang menyumbat saluran napas besar.
Distres pernapasan. Mekonium yang teraspirasi sampai ke saluran napas distal
tetapi tidak menyebabkan obstruksi total akan bermanifestasi sebagai distres
pernapasan, berupa takipnu, napas cuping hidung, retraksi interkostal,
peningkatan diameter anteroposterior dada, dan sianosis.

II.8 Tata laksana


A. Tata laksana bayi dengan cairan amnion bercampur mekonium di ruang
persalinan
1. Nilai konsistensi mekonium. Kejadian MAS meningkat seiring dengan
peningkatan konsistensi mekonium.
2. Rekomendasi bahwa dokter kebidanan harus membersihkan hidung dan
orofaring bayi sebelum melahirkan bahu atau dada, tidak dianjurkan lagi. Jika
ditemukan mekonium pada cairan ketuban, bayi harus segera diserahkan kepada
dokter anak untuk dibersihkan.
3.

Pada penilaian awal sebuah persalinan dengan ketuban bercampur mekonium,


dokter anak harus menentukan apakah bayi bugar atau tidak. Bayi dikatakan
bugar bila frekuensi denyut jantung >100 kali/menit, bernapas spontan, dan
tonus baik (bergerak spontan atau fleksi ekstremitas).

Kepaniteraan Ilmu Radiologi


RS Husada Jakarta
Periode 22 Juni 2015 16 Juli 2015

Ratih Sri Adi Utami S.W


406138102
Universitas Tarumanagara

a. Bila bayi bugar, berikan perawatan rutin tanpa memandang


konsistensi mekonium.
b. Bila terdapat distres pernapasan, lakukan laringoskopi direk
dan pengisapan intratrakeal (menggunakan aspirator mekonium).
4. Bayi yang dilahirkan dengan ketuban bercampur mekonium, sebanyak 20-30%
akan mengalami depresi saat melalui perineum. Pada kasus ini, intubasi
menggunakan laringoskop sebaiknya dilakukan sebelum usaha napas dimulai.
Setelah intubasi, pipa endotrakeal dihubungkan dengan mesin pengisap.
Prosedur ini diulangi sampai trakea bersih atau bila resusitasi harus dimulai.
Visualisasi pita suara tanpa melakukan pengisapan tidak dianjurkan karena
mekonium masih mungkin berada di bawah pita suara. Ventilasi tekanan positif
sebisa mungkin dihindari sampai pengisapan trakea selesai. Kondisi umum bayi
tidak boleh diabaikan selama melakukan pengisapan trakea. Pengisapan trakea
harus dilakukan dengan cepat dan ventilasi harus segera dimulai sebelum terjadi
bradikardi.

B. Tata laksana MAS


Walaupun telah dilakukan pengisapan trakea, bayi yang mengalami
distress intrapartum masih berisiko mengalami MAS dan harus dipantau
secara ketat.
1. Perawatan rutin. Distres sering mengakibatkan abnormalitas metabolik seperti
hipoksia, asidosis, hipoglikemia, dan hipokalsemia. Koreksi abnormalitas
metabolik bila diperlukan. Cairan harus direstriksi untuk mencegah edema
serebri dan paru.
2. Pemantauan saturasi oksigen. Pulse oxymetri dapat dijadikan pemeriksaan
awal untuk mendeteksi PPHN dengan membandingkan saturasi oksigen pada
lengan kanan dengan saturasi oksigen pada ekstremitas bawah.
3. Obstruksi. Pada bayi dengan aspirasi mekonium berat, dapat terjadi obstruksi
mekanik saluran napas dan pneumonitis kimia. Atelektasis dan inflamasi yang
terus berjalan serta terbentuknya pirau ekstrapulmonar akan memperburuk
mismatch ventilasi-perfusi dan mengakibatkan hipoksemia berat.
Kepaniteraan Ilmu Radiologi
RS Husada Jakarta
Periode 22 Juni 2015 16 Juli 2015

Ratih Sri Adi Utami S.W


406138102
Universitas Tarumanagara

4. Hipoksemia. Tata laksana hipoksemia adalah meningkatkan konsentrasi


oksigen inspirasi dengan pemantauan analisis gas darah dan pH. Bayi harus
mendapat oksigen yang adekuat karena hipoksia berulang mengakibatkan
vasokonstriksi paru dan selanjutnya dapat menyebabkan PPHN.
5. Ventilasi mekanik. Ventilasi mekanik terindikasi bila PaCO2 >60 mmHg atau
terdapat hipoksemia persisten (PaO2 < 50% mmHg). Pada kasus berat sering
kali dibutuhkan inspiratory pressure yang lebih tinggi dibandingkan kasus
sindrom gawat nafas. Waktu ekspirasi yang cukup harus diberikan untuk
mencegah air trapping akibat obstruksi parsial saluran nafas. Bayi dengan
6. MAS berat yang tidak berespon dengan ventilator konvesional dan yang
mengalami air leak syndrome mungkin membutuhkan high frequency
oscillator ventilator.
7. Medikamentosa
a. Antibiotik. Seringkali sulit untuk membedakan antara pneumonia bakterial
dan MAS hanya berdasarkan temuan klinis dan foto toraks. Walaupun
beberapa bayi dengan MAS juga mengalami infeksi, penggunaan
antibiotik spektrum luas terindikasi hanya pada kasus dengan infiltrat pada
foto toraks. Kultur darah darus dilakukan untuk mengidentifikasi etiologi
dan mengevaluasi keberhasilan terapi antibiotik.
b. Surfaktan. Mekonium menghambat aktivitas surfaktan endogen. Terapi
surfaktan dapat meningkatkan oksigenasi, menurunkan komplikasi
pulmonal, dan menurunkan kebutuhan ECMO (extracorporeal membrane
oxygenation). Surfaktan tidak rutin diberikan untuk kasus MAS, tetapi
dapat dipertimbangkan untuk kasus yang berat dan tidak berespons
terhadap terapi standar.
Produk
Calfactant

Beractant

Colfosceril
Kepaniteraan Ilmu Radiologi
RS Husada Jakarta
Periode 22 Juni 2015 16 Juli 2015

Dosis
Dosis tambahan
3ml/kgbb
lahir Mungkin
dapat
diberikan dalam 2 diulangi setiap 12 jam
aliquot
sampai dosis 3 kali
berturut-turut dengan
interval 12 jam bila
ada indikasi.
4mml/kgbb
lahir Mungkin dapat diulang
diberikan dalam 4 minimal setelah 6 jam,
dosis
sampai jumlah total 4
dosis dalam waktu 48
jam setelah lahir.
5ml/kgbb
lahir Mungkin
dapat

Ratih Sri Adi Utami S.W


406138102
Universitas Tarumanagara

Porcine

diberikan dalam waktu diulangi setelah 12 jam


4 menit
dan 24 jam bila ada
indikasi.
2.5
ml/kgbb
lahir Dua dosis berurutan
diberikan dalam 2 1,25 ml/kgbb, dosis
aliquots
diberikan
dngan
interval 12 jam bila
ada indikasi.

c. Kortikosteroid.
Penggunaan
kortikosteroid
pada MAS tidak
dianjurkan.

Vidyasagar,Bhat.MAS. http://www.google image ,meconium aspiration


syndrome managememnt

II.9 Pencegahan keluarnya mekonium intrauterin


Upaya pencegahan MAS pada tahap pranatal adalah:
1. Identifikasi kehamilan risiko tinggi yang dapat menyebabkan insufisiensi
uteroplasenta dan hipoksia janin, yaitu:
- Ibu dengan preeklampsia atau hipertensi
- Ibu dengan penyakit respiratorik atau kardiovaskular kronik
- Ibu yang memiliki janin dengan pertumbuhan terhambat
- Kehamilan post-matur
- Perokok berat

Kepaniteraan Ilmu Radiologi


RS Husada Jakarta
Periode 22 Juni 2015 16 Juli 2015

Ratih Sri Adi Utami S.W


406138102
Universitas Tarumanagara

2. Pemantauan janin secara ketat. Tanda distres janin, yaitu ketuban bercampur
mekonium dengan ruptur membran, takikardi janin, atau deselerasi harus
ditindaklanjuti segera.
3. Amnioinfusion. Larutan salin normal dimasukkan ke dalam rahim lewat
serviks pada ibu dengan cairan ketuban bercampur mekonium dan deselerasi
laju jantung bayi.

II.10 Komplikasi
1. Air leak.
Pneumotoraks atau pneumomediastinum terjadi pada 10-20% pasien dengan
MAS. Air leak terjadi lebih sering pada bayi yang mendapat ventilasi mekanik.
Bila terjadi pneumotoraks, maka harus ditata laksana segera.4
2. Hipertensi pulmonal. Sebanyak 35% kasus PPHN berhubungan dengan MAS.
Ekokadiografi harus dilakukan untuk menentukan derajat keterlibatan pirau
kanan ke kiri terhadap hipoksemia dan mengeksklusi penyakit jantung bawaan.
Pada kasus MAS yang disertai PPHN, dapat dipertimbangkan pemberian inhalasi
nitrit oksida atau vasodilator sistemik seperti magnesium sulfat dengan bantuan
inotropik untuk mencegah hipotensi.4

II.11 Pronosis
Tingkat kematian pada bayi dengan MAS mempunyai proposi yang signifikan.
Masalah paru residu jarang terjadi, namun batuk, mengi, dan hiperinflasi persisten
dapat terjadi 5-10 tahun. Bayi dengan penyakit yang berat memiliki resiko sebesar
50% mengalami penyakit jalan nafas pada 6 bulan pertama kehidupan. 1
Prognosis tergantung pada kerusakan susunan saraf pusat akibat asfiksia dan
adanya masalah yang berhubungan seperti hipertensi pulmonal. Kejadian prenatal dan
intrapartum yang merangsang pengeluaran meconium dapat menyebabkan bayi
mengalami deficit neurologis jangka panjang, termasuk kerusakan sitem saraf pusat,
retardasi mental dan serebral palsy. 1

Kepaniteraan Ilmu Radiologi


RS Husada Jakarta
Periode 22 Juni 2015 16 Juli 2015

Ratih Sri Adi Utami S.W


406138102
Universitas Tarumanagara

BAB III
Kesimpulan

Kepaniteraan Ilmu Radiologi


RS Husada Jakarta
Periode 22 Juni 2015 16 Juli 2015

Ratih Sri Adi Utami S.W


406138102
Universitas Tarumanagara

DAFTAR PUSTAKA
1. clark MB. Meconium Aspiration Syndrome.2012. http://emedicine
medscape.com/article/974110
2. kosim MS, Yunanto A & Dewi R Buku Ajar
Neonatologi.Jakarta.Badan Penerbit IDAI: 2008
3. swarnam K, soarisham AS, Sivanandan S. advance in the
management of meconium aspiratin syndrome. International
journal of pediatric.2012
4. H. Pudjiadi Antonius. Hegar Badriul.dkk. Pedoman Pelayanan
Medis.
Aspirasi
Mekonium.
Ikatan
Dokter
Anak
Indonesia.Jakarta.2011.

Kepaniteraan Ilmu Radiologi


RS Husada Jakarta
Periode 22 Juni 2015 16 Juli 2015

Anda mungkin juga menyukai