Anda di halaman 1dari 42

Referat

Sindrom Aspirasi Mekonium

Ratih Sri Adi Utami SW


406138102
DEFINISI

Meconium adalah kotoran intestinal yang steril


berbentuk cairan kental berwarna hijau gelap
yang terdiri dari sel epitel usus, lanugo, lendir dan
hasil sekresi usus yang dikeluarkan pertama kali
oleh bayi.
Sindrom aspirasi meconium adalah gangguan
nafas pada bayi baru lahir melalui cairan amnion
bercampur meconium
Aspirasi meconium pada cairan amnion dapat
terjadi sebelum atau selama persalinan, karena
meconium jarang ditemukan pada cairan amnion
sebelum 34 minggu, aspirasi meconium terutama
terjadi pada bayi aterm dan posterm
ANATOMI
Respiratory tract
Anatomi Respiratory Tract
Embriologi
Paru manusia terbentuk setelah embrio mempunyai panjang 3
mm. pembentukan paru dimulai dari sebuah groove yang berasal
dari foregut. Selanjutnya pada groove ini terbentuk dua kantung
yang dilapisi oleh suatu jaringan yang disebut primary lung bud.
Bagian proksimal foregut membagi diri menjadi dua, yaitu
esophagus dan trakea. Pada perkembangan selanjutnya trakea
akan bergabung dengan primary lung bud. Primary lung bud
merupakan cikal bakal bronki dan cabang-cabangnya.
Bronchial tree terbentuk setelah embrio berumur 16 minggu,
sedangkan alveoli baru berkembang setelah bayi lahir dan
jumlahnya terus meningkat hingga anak berumur 8 tahun.
Ukuran alveoli bertambah besar sesuai dengan perkembangan
dinding toraks.
Saluran pernafasan
Secara fungsional (faal) saluran pernafasan dapat
dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Zona Konduksi Zona konduksi berperan sebagai
saluran tempat lewatnya udara pernapasan, serta
membersihkan, melembabkan dan menyamakan
suhu udara pernapasan dengan suhu tubuh.
Disamping itu zona konduksi juga berperan pada
proses pembentukan suara. Zona konduksi terdiri
dari hidung, faring, trakea, bronkus, serta
bronkioli terminalis
• 2. Zona Respiratorik
Zona respiratorik terdiri
dari alveoli, dan struktur yang berhubungan.
Pertukaran gas antara udara dan darah terjadi
dalam alveoli. Selain struktur diatas terdapat pula
struktur yang lain, seperti bulu-bulu pada pintu
masuk yang penting untuk menyaring partikel-
partikel yang masuk
Fisiologi hidung
 Pengatur kondisi udara (air conditioning)
 Untuk mempersiapkan udara yang akan masuk ke
dalam alveolus paru
 Dilakukan dengan cara mengatur kelembapan
udara dan mengatur suhu
 Mengatur kelembapan :
 Dilakukan oleh palut lendir (mucous blanket)
 Mengatur suhu
 Banyaknya pembuluh darah di bawah epitel dan adanya permukaan
konka dan septum yang luas radiasi dapat berlangsung secara
optimal
 Suhu udara setelah melalui hidung ± 37 °C
Fisiologi hidung
• Sebagai penyaring dan pelindung
– Dilakukan oleh rambut (vibrissae) pada vestibulum
nasi, silia, palut lendir (mucous blanket), dan enzim
lysozyme
– Debu dan bakteri akan melekat pada palum lendir dan
partikel-partikel besar akan dikeluarkan dengan
refleks bersin
• Indera penghidu
– Ada mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung,
konka superior dan 1/3 bagian atas septum
– Partikel bau mencapai daerah ini dengan cara difusi
dengan palut lendir atau bila menarik nafas dengan
kuat.
 Resonansi suara
 Penting untuk kualitas suara saat berbicara dan menyanyi
 Sumbatan hidung  resonansi berkurang atau hilang  suara
sengau (rinolalia)
 Proses bicara
 Membantu proses pembentukan kata-kata
 Kata dibentuk oleh lidah, bibir, palatum mole
 Pembentukan konsonan nasal (m,n,ng) rongga mulut tertutup
dan hidung terbuka, palatum mole turun untuk aliran udara
 Refleks nasal
 Reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran cerna,
kardiovaskuler dan pernafasan
 Contoh : iritasi mukosa hidung  refleks nafas dan bersin
berhenti
EPIDEMIOLOGI
Pada Negara berkembang dimana perawatan prenatal
masih kurang dan kelahiran dirumah masih umum,
insidensi sindrom aspirasi meconium lebih tinggi dan
berhubungan dengan tingkat kematian yang tinggi
Mortalitas/morbiditas
Tingkat mortalitas untuk sindrom aspirai meconium yang
dihasilkan dari penyakit parenkim paru berat dan
hipertensi pulmonal adalah sebanyak 20%, komplikasi lain
termasuk air block syndrome (pnemotoraks,
pnemomediastinum,pneumoperikardium) dan emfisema
intersitil paru, yang terjadi pada 10-30% bayi dengan
sindrom aspirasi meconium.
ETIOLOGI
• Pembersihan meconium dari saluran nafas yang tidak adekuat
sebelum nafas pertama dan penggunaan ventilasi tekanan positif
sebelum memberikan jalan nafas dari meconium meningkatkan
kecenderungan neonates mengalami sindrom aspirasi meconium.
ETIOLOGI
Factor yang mendorong pengeluaran meconium intrauterine adalah
sebagai berikut :
 hipertensi maternal
 preeklamsia
 oligohidramnion
 pengunaan obat-obatan semasa kehamilan
 infeksi maternal / korioamnionitis
 hipoksia fetus
PATOFISIOLOGI

• Dalam Rahim pengeluaran meconium dihasilkan


dari rangsangan saraf dari saluran gastrointestinal
yang telah matang dan biasanya akibat dari stress
hipoksia fetus.
• Saat fetus mencapai usia aterm, traktus
gastrointestinal menjadi matang dan stimulasi vagus
dari kompresi kepala atau saraf tulang belakang
dapat menyebabkan peristaltic dan relaksasi sfingter
anus menyebabkan keluarnya meconium.
• Aspirasi menyebabkan hipoksia melalui 4 efek
mayor : obstruksi jalan nafas, disfungsi surfaktan,
pneumonitis kimia, hipertensi pulmonal.
MANEFESTASI KLINIS

• Gejala Distress pernafasan • Takipnea


adalah sebagai berikut : • Barrel chest
• Sianosis • Auskultasi , ronkhi basah dan
• End Expiratory Grunting kering (pada beberapa kasus)
• Nafas cuping hidung • Kuku jari tangan, tali pusar
• Retraksi interkosta dan kulit berwarna kuning
kehijauan dapat ditemukan
juga
PEM. PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboraturium
Analisa gas darah
Analisa gas darah yaitu pengukuran PH, tekanan parsial karbon
dioksida(pCO2), tekanan parsial oksigen (pO2) dan pengukuran
oksigen kontinu dengan pulse oximetri pentik untuk tatalaksana
yang sesuai.
2. Elektrolit
Konsentrasi sodium, potassium, dan kalsium dalam 24 jam
kehidupan pada bayi dengan sindrom aspirasi meconium penting
untuk didapatkan, karena sindrom an inappropriate secretion of
antidiuetic hormone (SIADH) dan gagal ginjal akut merupakan
komplikasi yang sering pada stress perinatal.
3. Darah lengkap
Untuk mengetahui adakah :
•Defisiensi Hb
•Trombositopenia
•Polisitemia
PENCITRAAN

Pemeriksaan paling penting adalah foto Thorax , untuk :


•menegakkan diagnosis sindrom aspirasi meconium dan
menemukan perluasan patologi intratoraks
•menentukan daerah ateletaksis dan air block syndrome
•memastikan posisi pipa endotrakeal dan kateter umbilical
ASPIRASI MEKONIUM

Gambar 1. Aspirasi Mekonium


Bayi usia 12 jam, bercak-bercak tersebar dikedua lapang paru.
Paru normal

• infiltrate , garis kasar pada kedua


lapang paru , peningkatan
diameter anteropoterior,
pendataran diafragma
Aspirasi Mekonium
• Gambar 2. Udara terperngkap dan hiperekspansi
dari obstruksi jalan nafas.
Gambar 3. Ateletaksis Akut
Gambar 4.
Pneumomediastinum
dari gas yang
terperangkap dan
udara yang bocor.
Gambar 5.
Pneumotoraks kiri
dengan depresi
diafragma dan
pergeseran
mediastinum
minimal karena paru
yang sehat.
Kelainan lainnya

1. Meconium plug
syndrome
Gambaran radiologik
berupa gambaran usus
yang melebar disertai
gambaran udara-air dan
kadang-kadang disertai
gumpalan meconium.

Gambar 6. meconium
plug syndrome
Gambar 7. Meconium
peritonitis
Bayi 1 hari , dengan
bercak-bercak
perkapuran di rongga
peritoneum.

Bercak pengapuran dapat terjadi dalam waktu yang singkat dalam waktu 24 jam.
Penyebab perforasi berupa atresia atau stenosis pada usus , volvulus atau ileus
meconium.
Gambaran radiologik berupa tanda-tanda obstruksi distal duodenum, bercak-bercak
perkapuran di dalam rongga usus atau peritoneum, sering juga di daerah skrotum.
Ultrasounografi SAM

Fig. 1. Comparison between


chest X-rays and LUS for (A)
patient 1 and (B) patient 2. LUS
was performed with an 8–4
MHz phased array probe.
Transversal and longitudinal
scans of the anterior chest wall
(3rd intercostal space) were
obtained in the supine position.
Confluent B-lines and
bronchograms (panel A) and
irregular consolidation (panel B)
are visible. These correspond
with irregular “snow-like”
opacities on the chest-X rays.
Ultrasongrafi
• Fig. 2. Comparison between
chest X-rays and LUS for (A)
patient 3 and (B) patient 4.
Transversal and longitudinal
scans of the anterior chest wall
were made using an 8 MHz
curved array probe with the
patient in the supine position.
Confluent B-lines and irregular
consolidations are visible in
panel A. Panel B shows a
patient in a less severe phase
(well-spaced B-lines and A-lines
visible). The corresponding
chest X-rays were clearly
different for the two cases
(snow-like appearance with
alveolar opacities for panel A,
mild opacities and aerated lung
for panel B)
Ultrasonografi

Fig. 3. Comparison between chest X-


rays and LUS for patient 5. LUS was
performed on admission with a 12–
18 MHz linear probe. Longitudinal
and horizontal scans of the anterior
and postero-lateral chest wall were
performed in the supine position.
LUS showed an irregular and
thickened pleural line (panel A),
multiple B-lines (panels A–D), with
areas of B-line confluence (panels D,
E), as well as multiple consolidations
(panels B, C, F) with numerous
bronchograms (panels B, C, E, F) and
pleural effusion (panel F). These
findings were more severe for the
right lung. The corresponding chest
radiograph shows multiple bilateral
ill-defined opacities.
DIAGNOSIS
Diagnosis sindrom aspirasi meconium didasarkan oleh adanya
distress pernafasan pada bayi yang baru lahir melalui cairan
amnion yang bercampur dengan meconium tanpa adanya
penyebab distress pernafasan lainnya.
X-ray toraks dan analisa gas darah sebaiknya dilakukan jika
dibutuhkan.
Diagnosis
Diagnosis Manifestasi klinis Manifestasi klinis
MAS bervariasi dan bergantung pada derajat
hipoksia, jumlah serta konsistensi mekonium
yang teraspirasi .
Bayi dengan MAS sering menunjukkan tanda
postmaturitas, yaitu :
• kecil masa kehamilan, kuku panjang, kulit
terkelupas, dan pewarnaan kuning-hijau pada
kulit.
Diagnosis

• Adanya mekonium pada cairan ketuban. Konsistensi mekonium


bervariasi. Walaupun MAS dapat terjadi pada mekonium yang
hanya sedikit,
• sebagian besar bayi dengan MAS memiliki riwayat mekonium
kental seperti lumpur.
• Obstruksi jalan napas. MAS dini akan bermanifestasi sebagai
obstruksi saluran napas. Gasping, apnu, dan sianosis dapat terjadi
akibat mekonium kental yang menyumbat saluran napas.
• Distres pernapasan. Mekonium yang teraspirasi sampai ke saluran
napas distal tetapi tidak menyebabkan obstruksi total akan
bermanifestasi sebagai distres pernapasan, berupa takipnu, napas
cuping hidung, retraksi interkostal, peningkatan diameter
anteroposterior dada, dan sianosis.
TATALAKSANA
Tatalaksana untuk sindrom aspirasi meconium pada
bayi baru lahir adalah dengan melakukan :
1. Penyedotan langsung dari saluran nafas
2. Melakukan perawatan rutin dengan mengkoreksi
abnormalitas metabolik
3. Pemantauan saturasi oksigen
4. Ventilasi mekanik jika diindikasikan,
5. Jika bayi tidak berespon , tidak berespon dengan
ventilator konvesional dan yang mengalami air
leak syndrome mungkin membutuhkan high
frequency oscillator ventilator.
6. Memberikan Antibiotik dan Surfaktan.
PENCEGAHAN

Upaya pencegahan MAS pada tahap pranatal adalah:


1. Identifikasi kehamilan risiko tinggi yang dapat
menyebabkan
insufisiensi uteroplasenta dan hipoksia janin, yaitu:
• Ibu dengan preeklampsia atau hipertensi
• Ibu dengan penyakit respiratorik atau kardiovaskular
kronik
• Ibu yang memiliki janin dengan pertumbuhan
terhambat
• Kehamilan post-matur
• Perokok berat
Pencegahan
2. Pemantauan janin secara ketat. Tanda distres janin,
yaitu ketuban
bercampur mekonium dengan ruptur membran,
takikardi janin, atau
deselerasi harus ditindaklanjuti segera.
3. Amnioinfusion. Larutan salin normal dimasukkan ke
dalam rahim lewat
serviks pada ibu dengan cairan ketuban bercampur
mekonium dan
deselerasi laju jantung bayi.
Komplikasi

• Air leak.
Pneumotoraks atau pneumomediastinum terjadi pada
10-20% pasien dengan MAS. Air leak terjadi lebih sering
pada bayi yang mendapat ventilasi mekanik. Bila terjadi
pneumotoraks, maka harus ditata laksana segera.
• Hipertensi pulmonal.
Sebanyak 35% kasus PPHN berhubungan dengan MAS.
Pada kasus MAS yang disertai PPHN, dapat
dipertimbangkan pemberian inhalasi nitrit oksida atau
vasodilator sistemik seperti magnesium sulfat dengan
bantuan inotropik untuk mencegah hipotensi
PROGNOSIS

• Tingkat kematian pada bayi dengan MAS mempunyai


proposi yang signifikan. Masalah paru residu jarang
terjadi, namun batuk, mengi, dan hiperinflasi persisten
dapat terjadi 5-10 tahun. Bayi dengan penyakit yang berat
memiliki resiko sebesar 50% mengalami penyakit jalan
nafas pada 6 bulan pertama kehidupan
• Kejadian prenatal dan intrapartum yang merangsang
pengeluaran meconium dapat menyebabkan bayi
mengalami deficit neurologis jangka panjang, termasuk
kerusakan sitem saraf pusat, retardasi mental dan serebral
palsy.
KESIMPULAN
Meconium adalah kotoran intestinal yang berbentuk cairan kental berwarna hijau gelap
yang terdiri dari sel epitel usus, lanugo, lendir dan hasil sekresi usus yang dikeluarkan
pertama kali oleh bayi. Sindrom aspirasi meconium adalah gangguan nafas pada bayi
baru lahir melalui cairan amnion bercampur meconium.
Aspirasi meconium pada cairan amnion dapat terjadi sebelum atau selama persalinan,
karena meconium jarang ditemukan pada cairan amnion sebelum 34 minggu, aspirasi
meconium terutama terjadi pada bayi aterm dan posterm. masalah yang dapat
diakibatkan oleh aspirasi meconium adalah obstruksi jalan nafas, disfungsi surfaktan,
pneumonitis kimia.
Gejala klinis ditandai dengan : Takipnea, retraksi interkosta dan atau substernal, nafas
cuping hidung, merintih, sianosis, apneu atau henti nafas , dalam beberapa jam
sesudah lahir didapatkan gejala distress respirasi (takipnea, retraksi, nafas cuping
hidung, dan merintih).
KESIMPULAN
• Faktor yang mendorong pengeluaran meconium
intrauterine adalah sebagai berikut : hipertensi maternal,
preeklamsia, oligohidramnion, pengunaan obat-obatan
semasa kehamilan, infeksi maternal / korioamnionitis,
hipoksia fetus
• Pada foto thorax didapatkan hasil infiltrate , garis kasar
pada kedua lapang paru , peningkatan diameter
anteropoterior, pendataran diafragma. USG didapatkan
konsodilatasi iregular pada lapang paru.
• MAS harus ditangani dengan segera karena tingkat
kematian pada bayi dengan MAS mempunyai proposi
yang signifikan. Bayi dengan penyakit yang berat
memiliki resiko sebesar 50% mengalami penyakit jalan
nafas pada 6 bulan pertama kehidupan.
 TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai