Anda di halaman 1dari 6

Laporan Praktikum Mata Kuliah Manajemen Kualitas Air dan Tanah

Teknologi Produksi& Manajemen Perikanan Budi Daya


Program Diploma
Institut Pertanian Bogor
2016

Teknik Penanganan Biologi Air dan Pengolahan Limbah Budidaya


Kelompok 2
Deva Revit Ariska (J3H115013), Navi Sintia Putri (J3H115005), Auliya Rachmahani P
(J3H115027), Cecep Nursobah (J3H115028), Verly Houdson L (J3H115042), Ahmad
Syauqi Jafani (J3H215061)
Asisten :
Azka Faris, Rifa Syarifah
Abstrak
Pelaksanan budidaya perikanan jika tidak terkontrol dengan benar akan
menimbulkan limbah. Limbah jika tidak diolah dengan baik dan benar akan menyebakan
Kematian pada ikan budidaya. Biasanya sumber dari limbah dalam budidaya adalah dari
sisa pakan ikan, feses, dan pelapukan bahan organik. Pada dasarnya banyak cara ataupun
treatment dalam mengolah limbah budidaya, salah satunya dengan cara biologi
penggunaan probiotik. Probiotik adalah mikroorganisme hidup yang sangat bermanfaat
bagi makhluk hidup. Probiotik mampu memperbaiki kualitas air dalam budidaya. Dari
praktikum yang sudah dilakukan probioti mampu menurunkan kadar amonia di suatu
perairan. Dengan penggunaan probiotik limbah perairan yang ada dapat teratasi dan
kualitas air di suatu perairan budidaya menjadi bagus.
kata kunci: limbah, kualitas air, probiotik
Abstract
Implementation of aquaculture if not controlled properly will cause waste. Waste if
not treated properly will cause the death of fish farming. Usually the source of waste in
the cultivation is from the rest of the fish feed, feces, and the decay of organic matter.
Basically a lot of ways to treat waste treatment or cultivation, one way biologists use of
probiotics. Probiotics are live microorganisms that are beneficial to living beings.
Probiotics were able to improve water quality in aquaculture. From the lab has done
probiotics could reduce levels of ammonia in a body of water. With the use of probiotics
existing waste water can be resolved and the water quality in the waters to be a good
aquaculture.
keywords: Waste, water quality, probiotics
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lingkungan yang baik bagi ikan
adalah lingkungan yang mampu
membuat ikan dapat hidup dengan baik.
Akan tetapi lingkungan yang baik
sangatlah tidak mungkin bisa terjadi
dalam budidaya tanpa adanya pengolah
ataupun treatment air. Pengolahan air
sangat dibutuhkan untuk mendapatkan

lingkungan budidaya yang sesuai


(Irianto 2003).
Menurut Aspinall (2001) dalam
budidaya perairan, ada tiga komponen
utama yang saring terlibat yaitu biota
yang dipelihara, lingkungan dan pakan.
Lingkungan akan memberikan pengaruh
langsung terhadap kelangsungan hidup
ikan. Lingkungan budidaya perairan
adalah air. Oleh karena itu, air sebagai
media hidup ikan harus terjaga

kualitasnya. Jika kualitas air sangat


bagus maka hasil yang akan di peroleh
juga akan maksimal. Upaya menjaga
kualitas air dengan manajemen kualitas
air melalui filter biologi akan
mempengaruhi secara langsung terhadap
pertunbuhan ikan.
Pertumbuhan budidaya perikanan
telah menyebabkan sebuah peningkatan
dalam penggunaan pakan untuk
meningkatkan produksi. Limbah yang
dihasilkan dari penggunaan pakan pada
budidaya perikanan akan menjadi
perhatian utama. Limbah dari tambak
ikan secara umum terbagi menjadi tiga
bentuk , limbah hasil metabolisme,
limbah kimia, dan zat-zat pathogen
(Farzanfar 2006).
Limbah perikanan yang berbentuk
gas adalah bau yang ditimbulkan karena
adanya senyawa amonia, hidrogen
sulfida atau keton. Limbah ini biasanya
berasal dari feses, ataupun dari sisa
pakan yang terlalu banyak. Gas-gas ini
sangat berbahaya bila kondisinya sangat
banyak dalam lingkungan budidaya, gas
ini bersifat beracun pada ikan. Jadi
dalam budidaya sebaiknya jangan
sampai adanya limbah semacam ini,
karena dapat membuat ikan mati baik
masal ataupun sedikit (Irianto 2003).
Penanganan limbah berbeda-beda
tergantung dari jenis dan sifat dari
limbah.
Pada
praktikum
teknik
penanganan biologi air dan pengolahan
limbah budidaya ini menggunakan
pengolahan limbah secara biologi yaitu
dengan menggunakan probiotik.
Tujuan
Praktikum teknik penanganan
biologi air dan pengolahan limbah
budidaya bertujuan agar mahasiswa
dapat mengetahui manfaat desinfektan
dan mampu mengelola limbah budidaya
menggunakan probiotik.
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Praktikum teknik penanganan
biologi air dan pengolahan limbah
budidaya dilaksanakan pada hari Jumat
2 Desember 2016 di Bak Perikanan dan

pengukuran dilakukan di Lab GG KIM


3, Gunung Gede, Institut Pertanian
Bogor, Bogor, Jawa Barat.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam
praktikum adalah akuarium, timbangan,
ember, gelas ukur, dan selang aerasi.
Sedangkan untuk bahan yang digunakan
adalah air kotor dari kolam lele, air
bersih, desinfektan, dan probiotik.
METODE KERJA
Persiapan Wadah
Alat dan bahan yang akan
digunakan disiapkan terlebih dahulu.
Cuci akuarium kotor menggunakan
densifektan yang telah ditentukan
selanjutnya dibilas dengan air bersih,
akurium dijemur sampai kering,
akuarium diisi dengan air budidaya
sampai
mencapai
volume
80%,
selanjutnya diberikan probiotik sesuai
dengan dosis yang telah ditentukan,
sampel air diambil pada hari ke 0, 3 dan
7. Pengembilan sampel digunakan untuk
pengukuran TAN, nitrit dan Ph pada
masing masing perlakuan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Praktikum teknik penanganan
biologi air dan pengolahan limbah
budidaya ini dilakukan pengukuran
TAN, Nitrit, dan pH. Pengukuran TAN
dilakukan di Lab GG KIM 3 IPB.
Pengukuran
TAN
menggunakan
spektrometer
dengan
panjang
gelombang 410 nm. Diperoleh hasil
sebagai berikut.
Tabel 1 hasil pengukuran TAN
kelompok
H-0
0,045
0,005
0,079
0,008
0,060

1
2
3
4
5
Keterangan:
1 = Probiotik 1
2 = Probiotik 3

TAN (mg/L)
H-3
0,009
0,013
0,006
0,009
0,013

H-5
0,008
0,015
0,006
0,010
0,010

3 = Probiotik 2
4 = Kontrol Negatif

5 = Kontrol Positif

kelompok

Dari tabel hasil pengukuran TAN


diatas dapat dilihat bahwa nilai paling
TAN paling tinggi pada hari ke 0 adalah
kelompok 3 yaitu sebesar 0,079 mg/l.
untuk nilai TAN terendah pada hari ke 0
adalah kelompok 2 dengan nilai TAN
sebesar 0,005 mg/l. Pada hari ke 3 nilai
TAN palingtinggi yaitu kelompok 5 dan
2 sebesar 0,013 mg/l. kelompok 3 pada
hari ke 3 mempunyai nilai TAN paling
rendah yaitu 0,006 mg/l. Hari ke 5
kelompok 2 memiliki nilai TAN yang
paling tinggi yaitu 0,015 mg/l. kelompok
tiga masih memiliki nilai TAN terendah
dengan jumlah yang sama pada hari ke
3.
Tiga sampel dari H0, H3, dan H5
dilakuakan pengukan nitrit. Pengukuran
nitrit menggunakan spektro dengan
panjang gelombang 520 nm. Berikut ini
adalah hasil pengukuran nitrit.
Tabel 2 hasil pengukuran Nitrit
kelompok
H-0
0,046
0,043
0,047
0,051
0,058

Nitrit (mg/L)
H-3
0,023
0,049
0,041
0,017
0,030

H-5
1
0,017
2
0,947
3
0,035
4
0,020
5
0,031
Keterangan:
1 = Probiotik 1 3 = Probiotik 2
2 = Probiotik 3 4 = Kontrol Negatif
5 = Kontrol Positif

Kelompok 5 memiliki nilai nitrit


paling tinggi pada hari ke 0 yaitu sebesar
0,058 mg/l. Pada hari ke 3 nilai nitrit
paling tinggi yaitu kelompok 2 sebesar
0,049 mg/l. Hari ke 5 nilai nitri paling
tinggi adalah kelompok 2 sebesar 0,947
mg/l. Hari ke 0 memiliki nilai terendah
sebesar 0,043 mg/l. Untuk hari ke 3 nilai
terendah sebesar 0,017 mg/l yaitu
kelompok 4. Pada hari ke 5 nilai nitrit
terendah adalah kelompok 1 sebesar
0,017 mg/l.
Selain pengukuran TAN dan nitrit
juga
dilakukan
pengukuran
pH.
Pengukuran pH menggunakan alat pH
meter. Pengukuran dilakukan di Lab GG
KIM 3 IPB. Pengukuran dilakukan
secara cermat dan benar. Diperoleh hasil
sebagai berikut.
Tabel 3 hasil pengukuran pH

H-0
7,6
7,5
7,8
7,9
7,5

pH
H-3
7,0
7,5
7,2
7,3
7,5

H-5
1
7,2
2
7,4
3
7,3
4
7,4
5
7,6
Keterangan:
1 = Probiotik 1 3 = Probiotik 2
2 = Probiotik 3 4 = Kontrol Negatif
5 = Kontrol Positif

Hari ke 0 nilai pH tertinggi adalah


kelompok 4 sebesar 7,9. Pada hari ke 3
nilai pH paling tinggi adalah kelompok
2 dan 5 sebesar 7,5. Kelompok 5
memiliki nilai pH paling tinggi pada hari
5 yaitu sebesar 7,6.
Pembahasan
Didalam budidaya perikanan bila
tidak adanya perawatan dengan benar
dalam
budidaya
maka
akan
menimbulkan limbah. Limbah yang di
timbulkan dapat berupa padat, gas,
ataupun cair. Jika dibiarkan saja maka
limbah akan mengganggu aktivitas ikan
atau bisa menyebabkan kematian pada
ikan (Gatesoupe 2000).
Efektivitas
limbah
sangat
ditentukan oleh banyaknya limbah,
kandungan bahan pencemar dan
frekuensi
pembuangan
limbah.
banyaknya limbah berkaitan dengan
kemampuan alam untuk mendaur ulang
suatu limbah. Meningkatnya volume
limbah akan meningkatkan juga beban
siklus alami. Bahan pencemar yang
berada didalam limbah berpengaruh
terhadap kualitas limbah. Bahan
pencemar
organik
relatif
tidak
berbehaya dibandingkan dengan logam
berat. Demikian pula bahan pencemar
yang berupa senyawa beracun. Ada
tidaknya limbah di lingkungan budidaya
dapat diamati berdasarkan indikator
tertentu,
seperti
perubahan
pH,
perubahan warna dan adanya endapan
yang bau (Irianto 2003).
Praktikum teknik penanganan
biologi air dan pengolahan limbah
budidaya ini menggunakan probiotik
sebagai pengolah limbah secara biologi.
Menurut Farzanfar (2006) probiotik

ialah mikroba yang merupakan bahan


tambahan di suatu perairan. Pada
dasarnya bakteri probiotik terdiri dari
bakteri autrofik nitrtiying dan bakteri
heterotrofik.
Bakteri
heterotrofik
merupakan bakteri yang memanfaatkan
oksigen
untuk
menghasilkan
karbodioksida dan amoniak pada saat
proses oksidasi. Untuk bakteri autrofik
nitrtiying memanfaatkan oksigen dan
karbondioksida pada saat oksidasi
amoniak dengan produk akhirnya berupa
nitrat.

Probiotik
sebagai
sarana
pengurai merupakan mikroorganisme
terpilih yang menguntungkan seperti
Nitrosomonas, Cellumonas, Bacillus
subtilis dan Nitrobacter (Suprapto
2005). Dalam penggunaanya di dunia
perikanan,
digunakan
secara
langsung dengan ditebarkan ke air
ataupun
melalui
perantaraan
makanan
hidup.
Dengan
penambahan
bakteri
yang
menguntungkan ke kolam atau bak
pemeliharaan kualitas air dapat
ditingkatkan atau terjaga baik.
Mikroba yang ada di dalam
probiotik
memiliki
aktivitas
imunostimulan pada hewan akustik.
Widanarni
(2004)
menyatakan
bahwa larva udang windu yang
diberi pakan berupa artemia yang
telah dicampur dengan probiotik
pertumbuhannya
mengalami
peningkatan dibandingkan konrol
yang tanpa pengkayaan. Probiotik
membuat udang terhindar dari
penyakit.
Pengaruh dari penggunaan
probiotik adalah NH3 dan H2S
relatif rendah, kecerahan lebih pekat,
suhu, salinitas, warna air, DO, pH,
memenuhi kebutuhan budidaya ikan.
Penggunaan probiotik pada usaha
budidaya
dapat
mengurangi
penggunaan bahan-bahan kimia dan
antibiotik, dan mampu meningkatkan
kelangsungan hidup, pertumbuhan,

FCR dan produksi. Mekanisme


penggunaan
probiotik
dalam
meningkatkan kualitas air (Suprapto
2005).
Keunggulan dari mikroba
probiotik
adalah
mampu
menguraikan senyawa toksis dalam
lingkungan
perairan
budidaya,
terutama NH3 , NO2- dan H2S dan
menguraikan
timbunan
bahan
organik dan detritus pada dasar
tambak. Mikroba probiotik mampu
menghasilkan suatu senyawa yang
dapat menghambat pertumbuhan
patogen. jenis mikroba probiotik
mampu
berkompetisi
dengan
mikroba
patogen
dalam
memanfaatkan
faktor
tumbuh.
Immunostimulan yaitu mikroba
probiotik meningkatkan sistem imun
dari
inang
atau
organisme
menguntungkan dalam ekosistem
tambak. Meningkatkan status nutrisi
yaitu
mikroba
probiotik
meningkatkan ketersediaan hara dan
penguraian hara pada inang (Irianto
2003).
Untuk
kekurangan
dari
probiotik adalah tidak semua bakteri
probiotik tahan terhadap keadaan
lingkungan/penyimpanan
(karena
probiotik merupakan mikroorgnisme
hidup) sehingga dapat terjadi
penurunan
kualitas
selama
penyimpanan
(Farzanfar
2006).
Dibutuhkan biaya yang mahal. Selain
itu juga pengeluaran biaya tambahan.
Dari praktikum yang sudah
dilakukan penggunaan probiotik sangat
lah berpengaruh terhadap kualitas air.
Dapat kita lihat dari tabel 1, tabel 2, dan
tabel 3 perlakuan menggunakan
probiotik lebih bagus kualitas airnya
dibandingkan dengan kontrol negatif
ataupun kontrol positif. Hal ini sesuai
literatur yang ada bahwa probiotik
mampu memperbaiki kualitas air
budidaya.

KESIMPULAN
Dari praktikum dan hasil yang
didapatkan
penggunaan
probiotik
mampu menurunkan amonia dan nitrit.
Jadi probiotik mampu memperbaiki
kualitas air yang disebabkan oleh limbah
budidaya.
DAFTAR PUSTAKA
Aspinall, C. 2001. Small-scale mining in
Indonesia. International Institute
for
Environment
and
Development and the World
Business Council for Sustainable
Development. England.
Farzanfar, A. The use of probiotics in
shrimp aquaculture. 2006. FEMS
Immunoligy
Medical
Microbiology 48: 149158.Fuller,
R.
(1987).
Probiotics
2,
Applications
and
Practical
Aspects. London: Chapman and
Hall.
Gatesoupe, F-J. 2000. The Use of
Probiotics
in
Aquaculture:
Review. Aquaculture 180: 147165.
Irianto A. 2003. Probiotik Akuakultur.
Gajah
Mada
University
Press.Yogyakarta.
Suprapto,
H.
2005.
Penelitian
pendahuluan penggunaan Bacillus
sp. sebagai probiotik untuk
mengurangi jumlah bakteri Vibrio
sp. pada hepatopankreas dan air
pemeliharaan
udang
windu
(Penaeus monodon).
Jurnal
Perikanan 7(1): 5459.

Widanarni, 2004. Penapisan Bakteri


Probiotik untuk Biokontrol
Vibriosis pada Larva Udang
Windu: Konstruksi Penanda
Molekuler dan Esei Pelekatan.
Disertasi. Institut Peranian
Bogor. 268 hal.

Anda mungkin juga menyukai